PARA NABI BERSAMA IMAM MAHDI DI AKHIR ZAMAN

Nabi Khidir Dan Nabi Ilyas Hidup Sampai Hari Kiamat

A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin
Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.

Nabi Khidir Dan Nabi Ilyas Hidup Sampai Hari Kiamat

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
amma ba'du,

Di dalam kitab “Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah” karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki halaman 5 diterangkan yang artinya sebagai berikut: Telah berkata guru dari guru-guru kami, Sayyid Mushtofa Al-Bakri: Telah berkata Al-’Ala’i di dalam kitab tafsirnya bahwa sesungguhnya Nabi Khidir as dan Nabi Ilyas as hidup kekal sampai hari kiamat.

Nabi Khidir as berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan. Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung-gunung. Inilah kebiasaan mereka di waktu siang hari.
Sedangkan di waktu malam hari mereka berkumpul di bukit Ya’juj wa Ma’luj (يأجوج و مأجوج) sambil mereka menjaganya. Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas berjumpa pada tiap-tiap tahun di Mina (Saudi Arabia). Mereka saling mencukur rambutnya secara bergantian. Kemudian mereka berpisah dengan mengucapkan kalimat:

بسم الله ما شاء الله لا يسوق الخير الا الله بسم الله ما شاء الله لا يصرف السو ء الا الله بسم الله ما شاء الله ما كان من نعمة فمن الله بسم الله ما شاء الله لا حول و لا قوة الا بالله

Maka barangsiapa mengucapkan kalimat-kalimat ini pada waktu pagi dan sore hari, maka ia akan aman dari tenggelam, kebakaran, pencurian, syaitan, sultan, ular, dan kalajengking.

Dan telah dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asakir bahwa sesungguhnya Nabi Khidir dan Nabi Ilyas itu berpuasa Ramadhan di Baitul Maqdis (Palestina) dan mereka melakukan ibadah haji pada tiap-tiap tahun. Mereka minum air zamzam dengan sekali tegukan, yang mencukupkan mereka seperti minuman dari Kabil.

Sebagian ulama menceritakan bahwa sesungguhnya Nabi Khidir itu putera Nabi Adam as yang diciptakan dari tulang iganya. Menurut segelintir kecil ulama lagi beliau putera Halqiya. Ada yang mengatakan putera Kabil bin Adam. Adapula yang mengatakan beliau itu cucunya Nabi Harun as, yaitu putera bibinya Iskandar Dzul Qarnain. Dan Perdana Menterinya benar-benar aneh mengatakan bahwa Nabi Khidir itu dari golongan malaikat. Sedangkan, menurut pendapat ulama yang paling shohih adalah bahwa Khidir itu adalah seorang Nabi. Menurut ulama jumhur beliau itu masih hidup dan beliau tidak akan pernah meninggal terkecuali pada hari kiamat apabila Al-Qur’an telah diangkat dan Dajjal telah membunuhnya. Kemudian, Allah menghidupkannya kembali. Sesungguhnya, beliau itu masa hidupnya panjang sekali. Karena, beliau meminum air kehidupan. Al-Qirani”.

Nggak ada siapa yang bisa mengenali siapakah itu Nabi Khidir AS, melaenkan kepada mereka yg Allah Azzawajalla izinkan. Nabi Musa AS yang berdarjat seorang Nabi lagi Rasul, lagi bergelar Kalamullah ada kitab Taurat, lagi ada Mukjizat Tongkat Sakti pembelah lautan, itu pun nggak kenal siapa itu Nabi Khidir AS. Nabi Musa AS nggak bisa sabar berguru menuruti perjalanan Nabi Khidir AS yg penuh hikmah lagi banyak mencarik adat itu. Nabi Musa AS koq banyak bertanya menggunakan akal syariatnya sebab itu terputus pengenalannya dan perguruannya dgn itu Nabi Khidir AS sebelum cukup edahnya.

Kata Sang Raja Wali pula : Begitu juga kisahnya seorang yg mengaku Nasab Ahlul Bait, pada sangkaannya dia sudah cukup syarat2nya sebagai Imam Mahdi, maka dia mengakui dirinya itulah Imam Mahdi Al-Muntazar. Lalu beliau diuji oleh Nabi Khidir AS, namun Imam Mahdi Al-Muntazar itu pun nggak kenal siapa itu Nabi Khidir AS. Wallahu’alam….

Maka keberadaannya itu Nabi Khidir AS ada kalanya pada Hadrat2 tertentu ianya bersifat Kedirian (Subjektif), gambarannya seperti kisahnya dgn Nabi Musa AS itu. Begitu juga mereka yg mengalami pelbagai2 wajah pengalaman peribadi secara berguru dgn itu Nabi Khidir AS dalam menyelami Alam Keruhanian lagi penuh mistik itu. Kerana ada kalanya ianya dikatakan ada dimana2 tempat dlm satu masa. Untuk mentafsirkan siapakah itu Nabi Khidir AS tersangat rumit. Agaknya seperti itu Ruh yg nggak tertakluk pada masa tempat dan ruang, koq…??? Wallahu’alam…

Ada kalanya juga keberadaannya itu Nabi Khidir AS pada sesuatu Hadrat ianya bersifat Khusus dalam Kesemestaan. Seperti Alam Kewalian sebagai Wali Wakil Allah mentadbir Alam Semesta Raya ini. Maka kehadiran dan wataknya bersesuaian dgn tugas2 Semesta Imam Mahdi Sejati yg paling berat sebagai Wali Qutubul Alam di Akhir Zaman ini. Dimana beban2 dunia semesta sejak dari zaman silam hingga keAkhir Zaman ini tertanggung diatas bahunya. Kata Sang Raja Wali lagi : Ada pun makna Mahdi itu yg diberi petunjuk, dibimbing dan sentiasa terpelihara. Maka Imam Mahdi “Is The Guided Man”. Maka pada Hadrat2 tertentu itu “Imam Mahdi Is Guided By Khidir….”

Persoalannya : Apakah Nabi Khidir AS itu maseh hidup ato telah wafat? Jawapannya terpulanglah pada keimanan, kefahaman dan aliran masing2. Kalo dihamparan lautan BahrulWujud itu Nabi Musa As mencari itu “Hamba Allah Yg Beriman” itu dipertemuan dua lautan. Maka diAlam Kedirian bagi kita pula dimana pula, ya…??? Koq dibuat cobaan manalah tahu koq2 bisa ketemu itu Khidir dipertemuan “Kiri” dan “Kanan”…

Nabi Khidir a.s. adalah nabi yang amat misterius. Pelajarannya pun sangat misterius. Demikian pula cara berdakwahnya yang berbeda dengan cara berdakwah nabi-nabi yang lain. Hal-hal misterius juga terjadi pada orang-orang yang berupaya bertemu dengannya. Oleh karena itu, tidak aneh bila orang yang menerima pelajarannya pun terkadang menjadi bingung.

Pelajaran Nabi Khidir a.s. berupa ilmu hakikat. Bentuk pelajarannya adalah ijmak dan kias. Makna pelajarannya sangat dalam. Hal yang menjadikan pelajarannya misterius adalah cara penyampaiannya yang terkesan aneh dan seakan-akan tidak pada tempatnya. Oleh sebab itulah, terkadang pelajarannya justru tidak disadari oleh orang yang belajar kepadanya. Memang pelajaran Nabi Khidir a.s. ditujukan bagi khaas dan khawas. Hanya kepada orang-orang yang mampu menerimanya Nabi Khidir a.s. memberikan pelajarannya. Seandainya kita dapat mengikuti pelajarannya, kita hanya dapat mengikuti sebagian kecil saja diantaranya. Itu pun setelah kita mulai mempelajarinya dengan kepasrahan total.

Nabi Khidir a.s. menyampaikan pelajarannya melalui perbuatan isyarat dan kias. Dalam mempelajarinya diperlukan pemikiran yang lebih dalam dan penelaahan yang serius melalui pencermatan dan perenungan terhadap pelajaran itu. Orang-orang yang belum mencapai kelas Nabi Khidir a.s. pasti menolak pelajaran yang diberikan olehnya. Dan itulah yang sempat dilakukan oleh Nabi Musa a.s. Beliau menolak pelajaran Nabi Khidir beberapa kali karena bertentangan dengan isi hati nuraninya.

Saking tidak enaknya Nabi Musa karena terus-menerus kecele dan salah tafsir, akhirnya ia berkata “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku.” {QS. 18:76}. Namun rupanya lagi-lagi Nabi Musa melakukan kesalahan serupa, sehingga Nabi Khidir pun berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” {QS. 18:78}. Maka diberitahulah Nabi Musa oleh Nabi Khidir mengapa tadi sampai ia berbuat demikian {QS. 18:79-82}.

Ketika hendak berpisah, Nabi Musa a.s. meminta agar Nabi Khidir a.s. memberikannya wasiat. Nabi Khidir memenuhi permintaan Nabi Musa ini [Permintaan wasiat ini beberapa diantaranya dikisahkan dalam kitab Al-Bidayah Wan Nihayah juz 1 (hlm. 329) dan Ihya’ Ulumuddin juz IV (hlm. 56)].

Berikut beberapa isi wasiatnya:
1. Jadikanlah pakaianmu itu bersumber dari zikir yang berbuah fakir. Perbanyaklah amal kebajikan. Terimalah ilmu yang tidak disampaikan dengan pembicaraan. Suatu hari nanti kamu tidak bisa mengelak dari kesalahan karena akalmu melanggar larangan-Nya. Oleh karena itu, pintalah ridha Allah swt.
2. Janganlah selalu menyalahkan orang lain, jangan suka berdebat tentang hal-hal yang tidak perlu, sampaikan ilmumu kepada orang lain yang berhak menerima dengan ikhlas, dan pelajari ilmu-ilmu yang belum kamu pahami.
3. Kurangilah usaha duniawi. Terbukalah kepada siapa saja secara lahir dan batin. Bersikaplah arif kepada semua makhluk terutama manusia, karena sifat arif menjadi rahmat bagi alam semesta. Apabila datang orang bodoh mencacimu, hadapilah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hati.
4. Tahanlah hawa nafsumu dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Bersikaplah sabar dalam menerima semua ketentuan dari-Nya. Berantaslah kejahilan serta perbanyaklah bersyukur kepada Allah swt.
5. Hiasi wajahmu dengan keceriaan, hiasi kalbumu dengan keikhlasan, dan hiasi jiwamu dengan ketabahan serta kepasrahan.

Berikut Kisahnya
Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada dirinya dengan menjadi seorang raja. Dialah Raja Iskandar Zulkarnaen, yang namanya telah tersebut dalam Al Qur'an.

Pada tahun 322 SM, Raja Iskandar Zulkarnaen berniat mengadakan perjalanan untuk mengelilingi bumi dan Allah SWT mewakilkan salah satu malaikatnya yang bernama Rofa'il untuk menyertainya dalam perjalanan panjang itu.

Dialog Malaikat dan Raja Iskandar Zulkarnaen.
Karena ditemani oleh seorang malaikat, Raja Zulkarnaen banyak mengajukan pertanyaan seputar dunia dan akhirat serta isinya. Salah satu pertanyaan yang paling terkenal adalah tentang ibadah para malaikat di langit.
"Wahai Malaikat Rofa'il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadahnya para malaikat yang ada di langit," tanya Raja Zulkarnaen.
"Para malaikat yang ada di langit ibadahnya ada yang berdiri tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada juga yang bersujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya," jawab Malaikat Rofa'il.

"Duh, alangkah senangnya hati ini seandainya aku bisa hidup bertahun-tahun lamanya untuk beribadah kepada Allah SWT," kata Raja Zulkarnaen.
"Wahai raja, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sumber air di bumi. Namanya Ainul Hayat, artinya sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminum airnya seteguk, maka ia tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon kepada Allah SWT untuk dimatikan," kata Malaikat Rofa'il.

"Apakah engkau tahu tempat Ainul Hayat itu wahai Malaikat Rofa'il?" tanya raja.
"Sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di bumi yang gelap," jawab Malaikat Rofail.

Setelah Raja Zulkarnaen mendengar penuturan malaikat Rofa'il tentang Ainul Hayat itu, maka raja segera mengumpulkan para alim ulama pada saat itu. Sebelumnya, raja bertanya kepada mereka tentang letak Ainul Hayat, tapi mereka semua menjawab tidak tahu.
"Wahai para alim ulama, tahukah kalian dimanakah letak Ainul Hayat itu?" tanya raja.
"Kami tidak mengetahuinya wahai baginda, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui," jawab salah seorang ulama.

Di luar dugaan, dari pertanyaan Raja Zulkarnaen tersebut, ada salah seorang ulama yang mampu menjawab meski tidak sedetail letaknya.
"Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam as bahwa beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah SWT meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap," kata ulama itu.
"Dimanakah bumi yang gelap itu?" tanya raja.
"Yaitu di tempat terbitnya matahari," jawab orang alim ulama itu.

Kemudian Raja Zulkarnaen menyuruh para pengawalnya untuk menyiapkan segala keperluan untuk mencari dan mendatangi tempat Ainul Hayat itu.
"Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?" tanya raja.
"Kuda betina yang masih perawan," jawab para sahabatnya.

Akhirnya raja mengumpulkan seribu kuda betina yang masih perawan dan ia memilih diantara 6 ribu tentaranya yang pandai serta ahli dalam mencambuk. Di antara para tentara itu, ada yang bernama Nabi Khidir as, bahkan beliau menjabat sebagai perdana menteri kala itu.

Perjalanan Mencari Ainul Hayat.
Setelah dirasa semua cukup dan siap, maka berangkatlah Raja Zulkarnaen dan Nabi Khidir as yang ebrjalan di depan pasukan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka mengetahui tempat terbitnya matahari.

Mereka pun menuju arah terbitnya matahari tersebut.
Perjalanan ke temnpat tujuan tersebut memakan waktu 12 tahun lamanya untuk sampai di bumi yang gelap itu. Gelapnya bukanlah seperti di waktu malam hari, melainkan gelap karena ada pancaran seperti asap.

Raja Zulkarnaen sudah tak sabar lagi hendak masuk ke tempat gelap itu, namun salah seorang cendikiawan mencegahnya. Para tentara berkata kepada raja,
"Wahai Baginda, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini, karena tempat yang gelap ini berbahaya."
"Wahai prajurit, kita harus memasukinya, tidak boleh tidak," sanggah sang raja.
Karena raja bersikeras hendak masuk, maka tak ada seorang pun yang berani melarangnya.
"Diamlah dan tunggulah kalian di sini selama 12 tahun. Jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa itu, maka kedatanganku terhadap kalian termasuk baik. Dan jika aku tidak datang dalam 12 tahun, maka pulanglah kalian kemabli ke negeri kalian," ujar sang raja.

Setelah itu raja mendekat dan bertanya kepada malaikat Rofa'il,
"Apabila kita melewati tempat gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita?"
"Tidak bisa kelihatan<" jawab Malaikat Rofa'il.
"Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara. Jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara itu dapat emnjerit dengan suara yang keras, dengan demikian kawan-kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian," jelas Malaikat Rofa'il lebih lanjut.

Masuk ke Ainul Hayat.
Demikianlah, akhirnya Raja Iskandar Zulkarnaen masuk ke tempat yang gelap itu. Selama 18 hari lamanya tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam maupun siang. Tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi Nabi Khidir as.

Pada saat mereka berjalan, maka ALlah SWT memberi wahyu kepada Nabi Khidir as.
"Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu."

Setelah Nabi Khidir as menerima wahyu itu, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya,
"Berhentilah kalian di tempat masing-masing dan jangan kalian emninggalkan tempat kalian sebelum aku datang kepada kalian."

Kemudian Nabi Khidir as menuju kanan jurang hingga beliau menemukan Ainul Hayat itu. Beliau turun dari kudanya, melepaskan pakaiannya dan turun ke Ainul Ahaya tersebut. Beliau mandi dan minum air sumber hidup tersebut dan beliau merasakan bahwa airnya lebih manis daripafda madu.

Sesudah mandi dan minum air tersebut, beliau keluar dari tempat itu kemudian menemui Raja Iskandar Zulkarnaen. Raja tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas diri Nabi Khidir as.

Wallahu A'lam

4 Nabi yang masih hidup dan tetap diberi rizqi dari khazanah Allah swt.

Mereka adalah golongan yang dikhususkan oleh Allah swt. 2 Nabi Ada dibumi yaitu Nabi Khidir A.s. & Nabi Ilyas A.s. Ditempatkan di bagian bumi yang khusus yang Allah Yang Maha Tahu yang mengetahui tempat itu 2 Nabi ada di langit yaitu Nabi Isa A.s. & nabi Idris A.s. Ditempatkan di bagian langit yang khusus yang Allah Yang Maha Tahu yang mengetahui tempat itu. Untuk menjelaskan hal ini, kami jelaskan 5 peringkat hayah (kehidupan) Satu pandangan Bediuzzaman Said Nursi di dalam Maktubat, Al- Maktub Al-Awwal, dari koleksi Rasail Al-Nur. Nursi menjawab satu soalan… Apakah Sayyidina Khidir masih hidup..? Nursi menjawab ya…karena 'Hayah' itu 5 peringkat. Nabi Khidir A.s di peringkat kedua.
Lima Peringkat itu ialah:
1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.
2. Kehidupan Sayyidina Khidir A.s & Sayyidina Ilyas A.s. Mereka mempunyai sedikit kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka boleh berada di banyak tempat dalam satu masa. boleh makan dan minum bila mereka mau. Para Aulia' dan ahli Kasyaf telah meriwayatkan secara Mutawatir akan wujudnya 'Hayah' di peringkat ini. Sehingga di dalam maqam 'Walayah' ada dinamakan maqam Khidir.
3. Peringkat ketiga ini seperti kehidupan Nabi Idris A.s & Nabi Isa A.s . Nursi kata, peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah malaikat.
4. Peringkat ini pula…ialah kehidupan para Syuhada'. Mereka tidak mati, tetapi mereka hidup seperti disebut dalam Al- Qur'an. Ustadz Nursi sendiri pernah Musyahadah peringkat kehidupan ini.
5. Dan yang tingkat Hayah ini atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur yang meninggal Wallahhua'lam. Subhanaka La 'Ilma Lana Innaka Antal 'Alimul Hakim.
Berikut ini kami nukilkan kisahnya :
1. Nabi KHIDIR A.s.
Bukhari, Ibn Al-Mandah, Abu Bakar Al-Arabi, Abu Ya'la, Ibn Al- Farra', Ibrahim Al-Harbi dan lain- lain berpendapat, Nabi Khidir A.s. tidak lagi hidup dengan jasadnya, ia telah wafat. Yang masih tetap hidup adalah ruhnya saja, sebagaimana firman Allah SWT: ﻭَﻣَﺎ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﺒَﺸَﺮٍ ﻣِّﻦ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﺍﻟْﺨُﻠْﺪَ ﺃَﻓَﺈِﻥ ﻣِّﺖَّ ﻓَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﺪُﻭﻥَ "Kami tidak menjadikan seorang pun sebelum engkau (hai Nabi), hidup kekal abadi." (Q.S Al- Anbiya': 34) Hadist Marfu' dari Ibn Umar dan Jabir (R.a.) menyatakan: "Setelah lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang sekarang masih hidup di muka bumi." Ibn Al-Salah, Al-Tsa'labi, Imam Al- Nawawi, Al-Hafiz Ibn Hajar Al- Asqalani dan kaum Sufi pada umumnya; demikian juga Jumhurul-'Ulama' dan Ahl Al- Salah (orang-orang shaleh), semua berpendapat, bahwa Nabi Khidir A.s. masih hidup dengan jasadnya, ia akan meninggal dunia sebagai manusia pada akhir zaman. Ibnu Hajar Al- Asqalani di dalam Fath Al-Bari menyanggah pendapat orang- orang yang menganggap Nabi Khidir A.s. telah wafat, dan mengungkapkan makna hadist yang tersebut di atas, yaitu uraian yang menekankan, bahwa Nabi Khidir A.s. masih hidup sebagai manusia. Ia manusia Makhsus (dikhususkan Allah), tidak termasuk dalam pengertian hadist di atas.
Mengenai itu kami berpendapat:
a) Kekal berarti tidak terkena kematian. Kalau Nabi Khidir A.s. dinyatakan masih hidup, pada suatu saat ia pasti akan wafat. Dalam hal itu, ia tidak termasuk dalam pengertian ayat Al-Qur'an yang tersebut di atas selagi ia akan wafat pada suatu saat.
b) Kalimat di muka bumi yang terdapat dalam hadist tersebut, bermaksud adalah menurut ukuran yang dikenal orang Arab pada masa itu (dahulu kala) mengenai hidupnya seorang manusia di dunia. Dengan demikian maka Nabi Khidir A.s. dan bumi tempat hidupnya tidak termasuk bumi yang disebut dalam hadist di atas, karena bumi tempat hidupnya tidak dikenal orang-orang Arab.
c) Yang dimaksud dalam hal itu ialah generasi Rasulullah s.a.w. terpisah sangat jauh dari masa hidupnya Nabi Khidir A.s. Demikian menurut pendapat Ibnu Umar, yaitu tidak akan ada seorang pun yang mendengar bahwa Nabi Khidir A.s. wafat setelah usianya lewat seratus tahun. Hal itu terbukti dari wafatnya seorang bernama Abu al-Thifl Amir, satu-satunya orang yang masih hidup setelah seratus tahun sejak adanya kisah tentang Nabi Khidir A.s.
d) Apa yang dimaksud 'yang masih hidup' dalam hadist tersebut ialah: tidak ada seorang pun dari kalian yang pernah melihatnya atau mengenalnya. Itu memang benar juga.
e) Ada pula yang mengatakan, bahwa yang dimaksud kalimat tersebut (yang masih hidup) ialah menurut keumuman (Ghalib) yang berlaku sebagai kebiasaaan. Menurut kebiasaan amat sedikit jumlah orang yang masih hidup mencapai usia seratus tahun. Jika ada, jumlah mereka sangat sedikit dan menyimpang dari kaidah kebiasaaan; seperti yang ada di kalangan orang-orang Kurdistan, orang-orang Afghanistan, orang- orang India dan orang-orang dari penduduk Eropa Timur. Nabi Khidir A.s. masih hidup dengan jasadnya atau dengan jasad yang baru. Dari semua pendapat tersebut, dapat disimpulkan: Nabi Khidir A.s. masih hidup dengan jasad dan ruhnya, itu tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya.
Tegasnya, Nabi Khidir A.s masih hidup; atau, ia masih hidup hanya dengan ruhnya, mengingat kekhususan sifatnya. Ruhnya lepas meninggalkan Alam Barzakh berkeliling di alam dunia dengan jasadnya yang baru (Mutajassidah). Itu pun tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Dengan demikian maka pendapat yang menganggap Nabi Khidir A.s. masih hidup atau telah wafat, berkesimpulan sama; yaitu: Nabi Khidir A.s. masih hidup dengan jasadnya sebagai manusia, atau, hidup dengan jasad ruhi (ruhani).
Jadi, soal kemungkinan bertemu dengan Nabi Khidir A.s. atau melihatnya adalah benar sebenar-benarnya. Semua riwayat mengenai Nabi Khidir A.s. yang menjadi pembicaraan Ahlullah (orang-orang bertaqwa dan dekat dengan Allah S.W.T.) adalah kenyataan yang benar terjadi. Banyak sekali riwayat-riwayat tentang nabi khidir A.s dalam kitab-kitab yang Mu'tabar. Ada riwayat yang mengatakan bahwa Nabi khidir A.s masih hidup dan mati ditangan Dajjal. Dajjal akan menangkap seorang pemuda beriman. Kemudian dajjal menyuruhnya untuk menyembahnya, tapi pemuda itu pun menolak dan tetap beriman pada Allah SWT. Lalu Dajjal membunuhnya dan membelah nya menjadi dua. satu bagian dilempar sejauh mata memandang dan satu bagian dilempar sejauh mata memandang kesebelah lainnya. Kemudian Dajjal menghidupkan kembali pemuda itu. Dajjal menyuruhnya agar beriman kepadanya karena ia telah mematikannya lalu menghidupkannya. Maka pemuda itu tidak mau dan tetap beriman kepada Allah SWT. Pemuda itu bahkan mengatakan "Kamu benar-benar Dajjal!!". Lalu Dajjal mewafatkannya lagi. Ada riwayat yang mengatakan pemuda beriman ini adalah Nabi Khidir A.s. (wallahua'lam).
2. Nabi ILYAS A.s.
Ketika sedang beristirahat datanglah malaikat kepada Nabi Ilyas A.s. Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Ilyas A.s menjadi sedih dan menangis. "Mengapa engkau bersedih..?" tanya malaikat maut. "Tidak tahulah." Jawab Ilyas A.s. "Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut?" tanya malaikat. "Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berdzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berdzikir memuji Allah," jawab Ilyas A.s. Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas A.s berdzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas A.s ingin terus hidup semata-mata karena ingin berdzikir kepada Allah SWT. Maka berdzikirlah Nabi Ilyas A.s sepanjang hidupnya. "Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berdzikir kepada-Ku sampai akhir nanti." Kata Allah SWT.
3. Nabi IDRIS A.s.
Diriwayatkan Nabi Idris A.s. telah naik ke langit pada hari senin. Peristiwa naiknya Nabi Idris A.s. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran. Firman Allah SWT bermaksud: "Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah, Idris yang tersebut di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (Q.S Maryam: 56-57) Nama Nabi Idris A.s. yang sebenarnya adalah 'Akhnukh'. Sebab beliau dinamakan Idris, karena beliau banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT. Setiap hari Nabi Idris A.s menjahit Qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan kalimat Tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang memesannya tanpa meminta upah. Walau demikian, Nabi Idris A.s masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau. Kemudian Malaikat Maut memohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris A.s. Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk. Nabi Idris A.s. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Ketika waktu berbuka puasa telah tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris A.s, dan beliau menikmati makanan tersebut. Kemudian baginda beribadah sepanjang malam.
Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris A.s menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris A.s berkata kepada Malaikat Maut: "Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama." Tetapi Malaikat itu menolaknya. Nabi Idris A.s terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris A.s merasa heran melihat sikap Malaikat itu. Kemudian beliau berkata: "Wahai tuan, maukah tuan berjalan-jalan bersama saya untuk melihat keindahan alam sekitar..?” Malaikat Maut menjawab: “Baiklah Wahai Nabi Allah Idris A.s." Maka berjalanlah keduanya melihat alam sekitar dengan berbagai jenis tumbuh- tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris A.s.: "Wahai Idris a.s, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan..?” Nabi Idris A.s pun menjawab: “Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mau memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mau memakan yang haram..?" Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris A.s meneruskan perjalanan mereka.
Tidak terasa oleh mereka bahwa mereka telah berjalan-jalan selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris A.s menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeda dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris A.s tidak dapat menahan hasrat rasa ingin tahunya itu. Dan kemudian beliau bertanya: "Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya...?” Saya adalah Malaikat Maut." Jawab malaikat maut "Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk...?" tanya Nabi Idris A.s "Benar ya Idris A.s." Jawab malaikat maut "Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa- nyawa makhluk...?" tanya Nabi Idris A.s "Wahai Idris A.s, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap- nyuap makanan." Jawab malaikat maut "Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku...?" tanya Nabi Idris A.s "Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu." Jawab malaikat maut "Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, yaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan kepada Allah SWT agar Allah SWT menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat menyembah Allah SWT setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu." Malaikat Maut pun menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan izin dari Allah SWT." Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris A.s. Maka dicabutnya nyawa Idris A.s saat itu juga. Dan Nabi Idris A.s pun merasakan kematian saat itu. Ketika Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris A.s itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan iba dan sedih ia memohon kepada Allah SWT supaya Allah SWT menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah SWT mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris A.s pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali. Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris A.s, dan ia bertanya: "Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu...? " "Bila seekor binatang dilepas kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. "Padahal kelembutan yang saya lakukan ketika mencabut nyawa terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah saya lakukan terhadap siapa pun sebelum tuan." Jawab malaikat maut "Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, yaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan dahsyatnya api neraka itu." "Wahai Idris A.s. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT." Jawab malaikat maut Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris A.s ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris A.s. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain. Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris A.s. berkata kepada Malaikat Maut: "Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, yaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah SWT bagi kekasih- kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT." Jawab Malaikat Maut. Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris A.s masuk ke dalam Syurga. Kemudian pergilah mereka berdua hingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris A.s dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris A.s dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali- wali-Nya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain. Kemudian Nabi Idris A.s berkata: "Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka maukah tuan memohonkan kepada Allah SWT untukku, agar Allah SWT mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka...?" Maka Malaikat Maut pun memohon kepada Allah SWT. Dan kemudian Allah SWT memberikan izin kepadanya untuk memasuki Syurga tapi kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris A.s pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada di luar, Nabi Idris A.s berkata kepada Malaikat Maut: "Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.” Malaikat Maut pun berkata: “Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan." Maka masuklah Nabi Idris A.s, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya: "Ya Idris A.s, keluarlah..!”. “Tidak, wahai Malaikat Maut, karena Allah SWT telah berfirman: "Setiap yang berjiwa akan merasakan mati." (Q.S Ali- Imran: 185) Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud: "Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu." (Q.S Maryam: 71) Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud: "… Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Syurga)." (Q.S Al-Hijr: 4) Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu: "Biarkanlah dia, karena Aku telah menetapkannya di Azali, bahwa ia akan bertempat tinggal di Syurga."
Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris A.s ini kepada Rasulullah SAW dengan firman- Nya: "Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (Q.S Maryam: 56-57)
4. Nabi ISA A.s.
Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam Al- Qur'an ialah Isa A.s. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum Al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an, Nabi Isa A.s disebut dengan empat panggilan yaitu Isa, Isa putera Maryam, putera Maryam, dan Al-Masih. Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42). Maryam, ibu Nabi Isa A.s, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci. Kelahiran Nabi Isa A.s merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapak.
Kisahnya diceritakan di dalam Al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Maryam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Maryam menjadi takut lalu berkata, “Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)..!” Dia (malaikat) berkata, “Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci." (19:18-19) Pada ayat yang lain, diceritakan bahwa malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi: "Wahai Maryam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata daripada-Nya, yang namanya Al- Masih, Isa putera Maryam, terhormat di dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45) Kemudian Maryam bertanya, "Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang...?" (19:20) Malaikat menjawab, "Dia (Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:21). Maka lahirlah Isa putera Maryam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Allah SWT membuat Nabi Isa A.s dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, yaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya ( 23:50).
Isa A.s adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah SWT daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan derajad, dan bagi Isa A.s, Dia memberi bukti- bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya: "Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebagian ada yang kepadanya Allah SWT berkata-kata, dan sebagian Dia menaikkan derajad. Dan Kami memberikan Isa putera Maryam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253) Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah SWT untuk membeda- bedakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi, "Katakanlah, Kami percaya kepada Allah SWT, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136) Akibat membeda-bedakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, yaitu Nabi Isa A.s dipercayai oleh sebagian pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad SAW, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.
Oleh karena Isa A.s adalah seorang Nabi maka baginda diberi sebuah Kitab, yaitu Injil, yang mengandung petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyeru kepada Bani Israil untuk menyembah Allah SWT dengan mentaati Injil, baginda juga mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah SWT menjelaskannya di sini, berbunyi: "Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Maryam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan, "Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah SWT, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117) Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau Ummiy ( 7:157), dan janji dikaruniakan Taman atau Syurga bagi orang- orang yang berperang di jalan Allah ( 9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan Al- Qur'an. Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelas apa yang sedang diperselisihkan. Firman Allah SWT: "dia (Isa) berkata, Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63).
Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi: "Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas aku, namanya Ahmad (dipuji)." (61:6) Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut- pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut- pengikutnya yang setia percaya kepada Allah SWT dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah: "Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, Percayalah kepada-Ku, dan rasul- Ku; mereka berkata, Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman kami.'" (5:111) Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong- penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah SWT. Firman-Nya: "Berkatalah pengikut- pengikutnya yang setia, Kami akan menjadi penolong- penolong Allah SWT; kami percaya kepada Allah SWT, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'" (3:52) Begitu juga bagi pengikut- pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad SAW. Semuanya menjadi penolong- penolong Allah SWT, untuk melaksanakan dan menyampaikan pesan-Nya. Firman Allah SWT: "Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong- penolong Allah, sebagaimana Isa putera Maryam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah SWT? Pengikut-pengikut yang setia berkata, kami akan menjadi penolong-penolong Allah SWT." (61:14) Walau bagaimana pun, pengikut- pengikut Nabi Isa A.s yang setia memerlukan bukti selanjutnya untuk mengesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit.
Kisahnya berbunyi begini: "Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putera Maryam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?' Dia (Isa) berkata, 'Kamu takutilah Allah SWT, jika kamu orang-orang mukmin.' Mereka berkata, 'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahwa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113) Justru itu, baginda memohon kepada Allah SWT, "Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki." (5:114) Allah SWT mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa A.s. Dan ia juga menjadi nama sebuah surat di dalam Al-Qur'an, yaitu surat kelima, Al-Maidah.
Selain daripada kelahiran yang sangat luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa A.s telah dikaruniai dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya: "Ketika Allah SWT berkata, 'Wahai Isa putera Maryam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ….. Dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin- Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung , dengan izin-Ku, Dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta , dengan izin-Ku, Dan kamu mengeluarkan orang yang mati , dengan izin-Ku' ….. lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110).
Walaupun Nabi Muhammad SAW hanya diberi satu mukjizat, manusia dicegah dari berkata bahwa Nabi Isa A.s adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad SAW. Karena, seperti yang sudah diketahui bahwa amalan yang berupa membeda-bedakan para Nabi dan Rasul adalah dilarang oleh Allah SWT. "Ketika Allah SWT berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang tidak percaya …..'" (3:55) "Dan aku (Isa) seorang saksi atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117) Akan tetapi, sebagian dari kaum Bani Israil mengatakan bahwa mereka telah membunuhnya dengan cara di salib. Namun Allah SWT mengatakan yang sebaliknya. Dengan apa yang terjadi hanyalah satu kesamaan saja. Firman-Nya: "ucapan mereka, 'Kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, rasul Allah.' Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah." (4:157) Di akhir zaman nabi Isa A.s akan turun kembali ke bumi, bukan sebagai nabi tapi sebagai ummat nabi Muhammad SAW. (mengikut syariat nabi Muhammad SAW). akan berdakwah mengajak ummat kristiani untuk masuk islam, menghancurkan salib-salib, membunuh Dajjal.

Tempat di BunuhnyaDajjal

Dari Abdullah Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda "Ketika saya sedang tidur, saya bermimpi melakukan tawaf di Kaabah, lalu ada seorang berambut lebat yang meneteskan air dari kepalanya, lalu aku tanyakan siapakah ini, mereka menjawab, "Ibnu Maryam as", kemudian aku berpaling dan melihat seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah, berambut keriting, matanya buta sebelah, dan matanya itu seperti buah anggur yang masak (tak bersinar). Mereka mengatakan, "Ini Dajjal". Dia adalah orang yang paling mirip dengan Ibnu Qathn, seorang laki-laki dari Khuza'ah." [HR al-Bukhari, dan Muslim]. Dari Anas, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda, Dajjal itu matanya terhapus (buta), tertulis di antara kedua matanya kafir, kemudian beliau mengejanya, kafir yang boleh dibaca oleh setiap orang muslim dan di antara kedua matanya terdapat tulisan "kafir" (HR Muslim) Pada hadis pertama di atas menyebutkan beberapa ciri fizikal dajjal, iaitu postur tubuhnya gemuk, kulitnya kemerah-merahan, sebelah matanya buta, matanya seperti buah anggur yang masak.

Dan pada hadis kedua disebutkan ciri yang lain, iaitu tertulis huruf kafir di antara kedua matanya. Tanda itu boleh difahami oleh setiap muslim baik yang boleh membaca maupun yang buta huruf. Ummu Syuraik bertanya kepada Rasulullah tentang hari dajjal : "Ya Rasulullah ke mana orang-orang Arab ketika itu?". Rasulullah menjawab "Jumlah mereka pada waktu itu terlalu sedikit. Mereka lari ke Baitulmaqdis menjumpai Imam (Imam Mahdi) mereka. Ketika Imam mereka sudah berdiri di depan untuk mengimamkan solat subuh, tiba-tiba datang Isa Bin Maryam. Imam itu mahu mundur untuk memberi peluang kepada Isa, tetapi Isa sambil memegang bahu Imam itu berkata : "Teruskanlah, sesungguhnya Iqamat dibacakan untuk engkau". Maka sembahyanglah mereka semua dibelakang Imam tadi. Selesai solat, Isa A.S. berkata kepada semua jemaah : "Bukakan pintu itu". Mereka membuka pintu Masjid itu, tiba- tiba Dajjal sudah berdiri di situ dan di belakangnya ada 70,000 orang Yahudi lengkap bersenjata. Melihat Isa A.S. ada di dalam masjid itu, Dajjal tiba-tiba sahaja cair seperti cairnya garam disirami air. Dajjal lari kerana ketakutan Isa terus sahaja mengejarnya kemudian menjumpai di Babu Luddi dan di situlah Isa A.S. membunuhnya. Orang-orang Yahudi cuba melarikan diri dan bersembunyi tetapi semua benda tempat mereka bersembunyi akan berkata-kata dengan izin Allah. Benda-benda dimaksudkan termasuklah dinding, batu, pokok, kayu dan termasuk juga sepohon pokok berduri (disebut pokok Yahudi). Pintu masuk ke kota Lod.

Tempat Dajjal akan dibunuh. Jauh tempat ini dari Jeruselem lebih kurang 45 km Kawasan berbukit yang subur di kota Lod, kota yang berumur 2000 tahun Lod (Bahasa Ibrani: לוֹד; Arab:ﺍَﻟْﻠُﺪّْ, al-Ludd; Greco-Latin Lydda), juga dieja dan disebut Ludd, ialah sebuah bandar diDaerah Tengah, Israel, sekitar 20 kilometer di tenggara Tel Aviv dan 3 kilometer utara Ramallah. Pada akhir tahun 2007, kota ini berpenduduk 67,000 orang, di mana 80% daripadanya adalah dari kaum Yahudi, manakala 20% lagi dari umat Arab Palestin berikutan projek perluasaan tapak penempatan haram Yahudi. Nama lama kota ini, selama ribuan tahun, ialah Lydda, Lydea dan Al-Lydd, dan kota ini juga terkenal dengan nama Diospolis. Dalam Injil 1 Tawarikh 8 disebutkan bahawa kota ini menjadi tempat tinggal bagi Suku Bunyamin (anak kepada Nabi Yaakub a.s. dan adik kepada Nabi Yusuf a.s.). Kononnya, di tempat inilah Santo Peter menyembuhkan seseorang yang mengalami penyakit lumpuh, seperti yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 9: 32-38. Di kota ini ada sebuah gereja yang dikenali sebagai: Gereja Santo Georgius dan sebuah Masjid yakni: Masjid El-Chodr. Bahagian tempat peribadatan itu membentuk kompleks bangunan, gereja dan masjid itu juga memiliki pintu masuk yang unik. Kota ini dikenali kerana mempunyai sistem Bandar Antarabangsa yang mempunyai banyak persamaan dengan Bandar Tel Aviv yakni Bandar Ben Gurion. Setakat ini telah adanya jalan raya dan jalur KA yang menghubungkan kota ini dengan Tel Aviv. Lapangan terbang utama Israel, Lapangan Terbang Antarabangsa Ben Gurion (dahulunya dikenali sebagai Lapangan Terbang Lydda, RAF Lydda, dan Lapangan Terbang Lod) terletak di bandar ini. Mengikut perspektif Islam pula, di pagar/tembok Kota Lod inilah akan terjadinya pembunuhan Dajal oleh Nabi Isa a.s.
Dalam hadits Nawwas bin Sam'an yang panjang yang membicarakan kemunculan Dajjal dan turunnya Isa alaihissalam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: "Ketika Allah telah mengutus al- Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyik dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan zafaran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara. Maka tidak ada orang kafir pun yang mencium nafasnya kecuali pasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lalu Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang darjat mereka di syurga." (Shahih Muslim, Kita Al- Fitan wa Asyrathis Sa'ah, Bab Dzikr Ad-Dajjal 18:67-68) Aus bin Aus Ats-Tsaqafi meriwatkan bahwa Rasulullah shalallhu 'alaihi wasallam bersabda, "'Isa bin Maryam akan turun di Menara Putih sebelah timur Kota Damsyik." (HR Thabrani) Menurut Ibnu Katsir Nabi Isa akan turun disisi menara sebelah timur Masjid Jamik Umawi iaitu di sebelah timur Damaskus/Damsyik. Menara tersebut telah diperbaiki pada zaman Ibnu Katsir iaitu pada tahun 741 Hijrah. Pembiayaanya diambil dari harta orang-orang Nasrani yang sebelumnye telah membakar menara tersebut.Hafiz Ibnu Katsir dalam an-Nihayah berkata, "Inilah pendapat yang lebih masyhur tentang tempat turunnya Isa, iaitu di menara putih di timur Damsyik. Dan saya telah melihat di sebagian buku bahwa Isa turun di menara putih sebelah timur Jami' Damsyik. Mungkin inilah yang lebih valid dan bunyi riwayatnya, 'Maka dia turun di atas menara putih yang ada di timur Damsyik'. Jadi rawi membuat redaksi sendiri sesuai dengan apa yang dia fahami. Dan di Damsyik tidak ada menara yang dikenali dengan menara timur kecuali menara yang berada di timur Jami' Umawi dan inilah yang lebih cocok dan lebih sesuai kerana Isa turun pada saat didirikannya shalat…" (An- Nihayah fi al-Fitan wa al- Malahim I/192).
Menurut Sami bin Abdullah Al- Maghluts pula dalam bukunya Athlas Tarikh al-Anbiya' wa ar- rosul (atlas sejarah nabi dan rosul) ada dua buah menara yang sangat mirip sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas. Kedua menara itu adalah menara Masjid al-Umawi (Umayyah) yang di bangun oleh al-Walid bin Abdul Malik (lihat atlas hadist karya Syauqi Abu Khalil) dan menara tembok damaskus. Kedua tempat tersebut memiliki kemiripan yang diduga disana lah Isa AS akan turun. Sifat Dan Rupa Nabi Isa Alaihissalam Adapun sifat-sifatnya maka Nabi kita saw telah menyatakan bahawa Isa adalah laki-laki berperawakan sedang tidak tinggi tidak pendek, berwajah bulat, berkulit kemerah- merahan, berdada lapang, orang yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Mas'ud ast-Tsaqafi.
Dari Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah saw bersabda, "Antara diriku dengan Isa tidak ada nabi, dan sesungguhnya dia pasti turun. Jika kalian melihatnya maka kenalilah dia. Sesungguhnya dia berperawakan sedang, putih kemerah-merahan, dia turun di antara dua potong baju berwarna kekuning-kuningan, kepalanya seolah-olah menetes walaupun tidak basah, dia memerangi manusia di atas Islam, lalu dia mematahkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah. Pada masanya Allah menghancurkan semua agama kecuali Islam, dia membunuh al-Masih ad-Dajjal kemudian tinggal di bumi selama 40 tahun kemudian wafat dan kaum muslimin menshalatkannya." (HR. Abu Dawud, al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah) Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda, "Pada malam Isra'…. Dan saya bertemu dengan Isa. Lalu Nabi saw menjelaskan ciri- cirinya, 'Orangnya sedang, kulitnya kemerah-merahan, seolah-olah dia habis mandi, saya melihatnya…'." (HR. al- Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi) Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah saw bersabda, "Saya bertemu dengan para nabi, ternyata Musa…. Saya melihat Isa bin Maryam, ternyata orang yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Mas'ud…." (HR. Muslim dan at- Tirmidzi) Dari Abdullah bin Abbas Rasulullah saw menceritakan malam Isra'nya, beliau bersabda, "Saya melihat Isa berperawakan sedang kemerah-merahan berambut lurus…." (HR. al-Bukhari dan Muslim) sumber
NABI KHIDIR. AS
Perihal Nabi Khidir a.s.

Bukhari, Ibn al-Mandah, Abu Bakar al-Arabi, Abu Ya’la, Ibn al-Farra’, Ibrahim al-Harbi dan lain-lain berpendapat, Nabi Khidir a.s. tidak lagi hidup dengan jasadnya, ia telah wafat. Yang masih tetap hidup adalah ruhnya saja, iaitu sebagaimana firman Allah:

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
“Kami tidak menjadikan seorang pun sebelum engkau (hai Nabi), hidup kekal abadi.” (al-Anbiya’: 34)
Hadith marfu’ dari Ibn Umar dan Jabir (r.a.) menyatakan:
“Setelah lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang sekarang masih hidup di muka bumi.”
Ibn al-Šalah, al-Tsa’labi, Imam al-Nawawi, al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani dan kaum Sufi pada umumnya; demikian juga jumhurul-‘ulama’ dan ahl al-šalah (orang-orang saleh), semua berpendapat, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya, ia akan meninggal dunia sebagai manusia pada akhir zaman. Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Fath al-Bari menyanggah pendapat orang-orang yang menganggap Nabi Khidir a.s. telah wafat, dan mengungkapkan makna hadith yang tersebut di atas, iaitu huraian yang menekankan, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup sebagai manusia. Ia manusia makhsus (dikhususkan Allah), tidak termasuk dalam pengertian hadith di atas.


Mengenai itu Ulama berpendapat:

1. Kekal bererti tidak terkena kematian. Kalau Nabi Khidir a.s. dinyatakan masih hidup, pada suatu saat ia pasti akan wafat. Dalam hal itu, ia tidak termasuk dalam pengertian ayat al-Qur’an yang tersebut di atas selagi ia akan wafat pada suatu saat.

2. Kalimat ‘di muka bumi’ yang terdapat dalam hadith tersebut, bermaksud adalah menurut ukuran yang dikenal orang Arab pada masa itu (dahulu kala) mengenai hidupnya seorang manusia di dunia. Dengan demikian maka Nabi Khidir a.s. dan bumi tempat hidupnya tidak termasuk ‘bumi’ yang disebut dalam hadith di atas, kerana ‘bumi’ tempat hidupnya tidak dikenal orang-orang Arab.

3. Yang dimaksud dalam hal itu ialah generasi Rasulullah s.a.w. terpisah sangat jauh dari masa hidupnya Nabi Khidir a.s. Demikian menurut pendapat Ibn Umar, iaitu tidak akan ada seorang pun yang mendengar bahawa Nabi Khidir a.s. wafat setelah usianya lewat seratus tahun. Hal itu terbukti dari wafatnya seorang bernama Abu al-Thifl Amir, satu-satunya orang yang masih hidup setelah seratus tahun sejak adanya kisah tentang Nabi Khidir a.s.

4. Apa yang dimaksud ‘yang masih hidup’ dalam hadith tersebut ialah: tidak ada seorang pun dari kalian yang pernah melihatnya atau mengenalnya. Itu memang benar juga.

5. Ada pula yang mengatakan, bahawa yang dimaksud kalimat tersebut (yang masih hidup) ialah menurut keumuman (ghalib) yang berlaku sebagai kebiasaaan. Menurut kebiasaan amat sedikit jumlah orang yang masih hidup mencapai usia seratus tahun. Jika ada, jumlah mereka sangat sedikit dan menyimpang dari kaedah kebiasaaan; seperti yang ada di kalangan orang-orang Kurdistan, orang-orang Afghanistan, orang-orang India dan orang-orang dari penduduk Eropah Timur.

Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya atau dengan jasad yang baru.
Dari semua pendapat tersebut, dapat disimpulkan: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasad dan ruhnya, itu tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Tegasnya, Nabi Khidir a.s masih hidup; atau, ia masih hidup hanya dengan ruhnya, mengingat kekhususan sifatnya.
Ruhnya lepas meninggalkan Alam Barzakh berkeliling di alam dunia dengan jasadnya yang baru (mutajassidah). Itupun tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Dengan demikian maka pendapat yang menganggap Nabi Khidir a.s. masih hidup atau telah wafat, berkesimpulan sama; iaitu: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya sebagai manusia, atau, hidup dengan jasad ruhi (ruhani). Jadi, soal kemungkinan bertemu dengan Nabi Khidir a.s. atau melihatnya adalah benar sebenar-benarnya. Semua riwayat mengenai Nabi Khidir a.s. yang menjadi pembicaraan ahlullah (orang-orang bertaqwa dan dekat dengan Allah S.W.T.) adalah kenyataan yang benar terjadi.

Silakan lihat kitab Ušul al-Wušul karya Imam al-Ustaz Muhammad Zaki Ibrahim, Jilid I, Bab: Kisah Khidir Bainas-Šufiyah Wa al-‘Ulama’. Dipetik dengan sedikit perubahan dari al-Hamid al-Husaini, al-Bayan al-Syafi Fi Mafahimil Khilafiyah;


Bediuzzaman Said Nursi di dalam Maktubat, al-Maktub al-Awwal, dari koleksi Rasail al-Nur.
Nursi menjawab satu pertanyaan…adakah Sayyidina Khidr masih hidup?
Nursi menjawab ya…kerana ‘hayah’ itu 5 peringkat. Nabi Khidr di peringkat kedua.

5 Peringkat ‘hayah’ itu ialah:

1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.

2. Kehidupan Sayyidina Khidr dan Sayyidina Ilyas. Mereka mempunyai sedikit kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka boleh berada di byak tempat dalam satu masa. boleh makan dan minum bila mereka mahu. Para Awliya’dan ahli kasyaf telah meriwayatkan secara mutawatir akan wujudnya ‘hayah’ di peringkat ini. Sehingga di dalam maqam ‘walayah’ ada dinamakan maqam Khidr.
3.Peringkat ketiga ni seperti kehidupan Nabi Idris dan Nabi Isa. Nursi kata, peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah malaikat.

4.Peringkat ni pula…ialah kehidupan para syuhada’. Mereka tidak mati, tetapi mereka hidup seperti disebut dalam al-Qur’an. Ustaz Nursi sendiri pernah musyahadah peringkat kehidupan ini.

5.Dan yang ini Hayah atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur yang meninggal

Subhanaka la ‘ilma lana innaka antal ‘alimul hakim

 
Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,
Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.