PARA NABI BERSAMA IMAM MAHDI DI AKHIR ZAMAN
Nabi Khidir Dan Nabi Ilyas Hidup Sampai Hari Kiamat
A’uudzu billaahi minasy syaythaanir rajiim
Bismillahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillahi robbil ‘alaamin
Allaahumma shalli wa sallim wa barik ‘alaa Sayidina Muhammadin wa ‘alaa aali Sayidina Muhammadin wa ashaabihi wa azwajihi wa dzuriyyatihi wa ahli baitihi ajma'in.
Yaa Mawlana Yaa Sayyidi Madad al-Haqq.
Nabi Khidir Dan Nabi Ilyas Hidup Sampai Hari Kiamat
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
amma ba'du,
Di
dalam kitab “Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah” karya
Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki halaman 5 diterangkan yang artinya sebagai
berikut: Telah berkata guru dari guru-guru kami, Sayyid Mushtofa
Al-Bakri: Telah berkata Al-’Ala’i di dalam kitab tafsirnya bahwa
sesungguhnya Nabi Khidir as dan Nabi Ilyas as hidup kekal sampai hari kiamat.
Nabi
Khidir as berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada
orang-orang yang tersesat di lautan. Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling
di sekitar gunung-gunung sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang
tersesat di gunung-gunung. Inilah kebiasaan mereka di waktu siang hari.
Sedangkan di waktu malam hari mereka berkumpul di bukit Ya’juj wa Ma’luj (يأجوج و مأجوج)
sambil mereka menjaganya. Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa
Nabi Khidir dan Nabi Ilyas berjumpa pada tiap-tiap tahun di Mina (Saudi
Arabia). Mereka saling mencukur rambutnya secara bergantian. Kemudian
mereka berpisah dengan mengucapkan kalimat:
بسم
الله ما شاء الله لا يسوق الخير الا الله بسم الله ما شاء الله لا يصرف
السو ء الا الله بسم الله ما شاء الله ما كان من نعمة فمن الله بسم الله ما
شاء الله لا حول و لا قوة الا بالله
Maka
barangsiapa mengucapkan kalimat-kalimat ini pada waktu pagi dan sore
hari, maka ia akan aman dari tenggelam, kebakaran, pencurian, syaitan,
sultan, ular, dan kalajengking.
Dan
telah dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asakir bahwa sesungguhnya Nabi Khidir dan
Nabi Ilyas itu berpuasa Ramadhan di Baitul Maqdis (Palestina) dan mereka
melakukan ibadah haji pada tiap-tiap tahun. Mereka minum air zamzam
dengan sekali tegukan, yang mencukupkan mereka seperti minuman dari
Kabil.
Sebagian
ulama menceritakan bahwa sesungguhnya Nabi Khidir itu putera Nabi Adam
as yang diciptakan dari tulang iganya. Menurut segelintir kecil ulama
lagi beliau putera Halqiya. Ada yang mengatakan putera Kabil bin Adam.
Adapula yang mengatakan beliau itu cucunya Nabi Harun as, yaitu putera
bibinya Iskandar Dzul Qarnain. Dan Perdana Menterinya benar-benar aneh
mengatakan bahwa Nabi Khidir itu dari golongan malaikat. Sedangkan,
menurut pendapat ulama yang paling shohih adalah bahwa Khidir itu adalah
seorang Nabi. Menurut ulama jumhur beliau itu masih hidup dan beliau
tidak akan pernah meninggal terkecuali pada hari kiamat apabila
Al-Qur’an telah diangkat dan Dajjal telah membunuhnya. Kemudian, Allah
menghidupkannya kembali. Sesungguhnya, beliau itu masa hidupnya panjang
sekali. Karena, beliau meminum air kehidupan. Al-Qirani”.
Nggak ada siapa yang bisa mengenali siapakah itu Nabi Khidir AS, melaenkan kepada mereka yg Allah Azzawajalla izinkan. Nabi Musa AS yang berdarjat seorang Nabi lagi Rasul, lagi bergelar Kalamullah ada kitab Taurat, lagi ada Mukjizat Tongkat Sakti pembelah lautan, itu pun nggak kenal siapa itu Nabi Khidir AS. Nabi Musa AS nggak bisa sabar berguru menuruti perjalanan Nabi Khidir AS yg penuh hikmah lagi banyak mencarik adat itu. Nabi Musa AS koq banyak bertanya menggunakan akal syariatnya sebab itu terputus pengenalannya dan perguruannya dgn itu Nabi Khidir AS sebelum cukup edahnya.
Kata Sang Raja Wali pula : Begitu juga kisahnya seorang yg mengaku Nasab Ahlul Bait, pada sangkaannya dia sudah cukup syarat2nya sebagai Imam Mahdi, maka dia mengakui dirinya itulah Imam Mahdi Al-Muntazar. Lalu beliau diuji oleh Nabi Khidir AS, namun Imam Mahdi Al-Muntazar itu pun nggak kenal siapa itu Nabi Khidir AS. Wallahu’alam….
Maka keberadaannya itu Nabi Khidir AS ada kalanya pada Hadrat2 tertentu ianya bersifat Kedirian (Subjektif), gambarannya seperti kisahnya dgn Nabi Musa AS itu. Begitu juga mereka yg mengalami pelbagai2 wajah pengalaman peribadi secara berguru dgn itu Nabi Khidir AS dalam menyelami Alam Keruhanian lagi penuh mistik itu. Kerana ada kalanya ianya dikatakan ada dimana2 tempat dlm satu masa. Untuk mentafsirkan siapakah itu Nabi Khidir AS tersangat rumit. Agaknya seperti itu Ruh yg nggak tertakluk pada masa tempat dan ruang, koq…??? Wallahu’alam…
Ada kalanya juga keberadaannya itu Nabi Khidir AS pada sesuatu Hadrat ianya bersifat Khusus dalam Kesemestaan. Seperti Alam Kewalian sebagai Wali Wakil Allah mentadbir Alam Semesta Raya ini. Maka kehadiran dan wataknya bersesuaian dgn tugas2 Semesta Imam Mahdi Sejati yg paling berat sebagai Wali Qutubul Alam di Akhir Zaman ini. Dimana beban2 dunia semesta sejak dari zaman silam hingga keAkhir Zaman ini tertanggung diatas bahunya. Kata Sang Raja Wali lagi : Ada pun makna Mahdi itu yg diberi petunjuk, dibimbing dan sentiasa terpelihara. Maka Imam Mahdi “Is The Guided Man”. Maka pada Hadrat2 tertentu itu “Imam Mahdi Is Guided By Khidir….”
Persoalannya : Apakah Nabi Khidir AS itu maseh hidup ato telah wafat? Jawapannya terpulanglah pada keimanan, kefahaman dan aliran masing2. Kalo dihamparan lautan BahrulWujud itu Nabi Musa As mencari itu “Hamba Allah Yg Beriman” itu dipertemuan dua lautan. Maka diAlam Kedirian bagi kita pula dimana pula, ya…??? Koq dibuat cobaan manalah tahu koq2 bisa ketemu itu Khidir dipertemuan “Kiri” dan “Kanan”…
Nabi
Khidir a.s. adalah nabi yang amat misterius. Pelajarannya pun sangat
misterius. Demikian pula cara berdakwahnya yang berbeda dengan cara
berdakwah nabi-nabi yang lain. Hal-hal misterius juga terjadi pada
orang-orang yang berupaya bertemu dengannya. Oleh karena itu, tidak aneh
bila orang yang menerima pelajarannya pun terkadang menjadi bingung.
Pelajaran
Nabi Khidir a.s. berupa ilmu hakikat. Bentuk pelajarannya adalah ijmak
dan kias. Makna pelajarannya sangat dalam. Hal yang menjadikan
pelajarannya misterius adalah cara penyampaiannya yang terkesan aneh dan
seakan-akan tidak pada tempatnya. Oleh sebab itulah, terkadang
pelajarannya justru tidak disadari oleh orang yang belajar kepadanya.
Memang pelajaran Nabi Khidir a.s. ditujukan bagi khaas dan khawas.
Hanya kepada orang-orang yang mampu menerimanya Nabi Khidir a.s.
memberikan pelajarannya. Seandainya kita dapat mengikuti pelajarannya,
kita hanya dapat mengikuti sebagian kecil saja diantaranya. Itu pun
setelah kita mulai mempelajarinya dengan kepasrahan total.
Nabi
Khidir a.s. menyampaikan pelajarannya melalui perbuatan isyarat dan
kias. Dalam mempelajarinya diperlukan pemikiran yang lebih dalam dan
penelaahan yang serius melalui pencermatan dan perenungan terhadap
pelajaran itu. Orang-orang yang belum mencapai kelas Nabi Khidir a.s.
pasti menolak pelajaran yang diberikan olehnya. Dan itulah yang sempat
dilakukan oleh Nabi Musa a.s. Beliau menolak pelajaran Nabi Khidir
beberapa kali karena bertentangan dengan isi hati nuraninya.
Saking tidak enaknya Nabi Musa karena terus-menerus kecele dan salah tafsir, akhirnya ia berkata “Jika
aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka
janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah
cukup memberikan uzur padaku.” {QS. 18:76}. Namun rupanya lagi-lagi Nabi Musa melakukan kesalahan serupa, sehingga Nabi Khidir pun berkata: “Inilah
perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu
tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” {QS. 18:78}. Maka diberitahulah Nabi Musa oleh Nabi Khidir mengapa tadi sampai ia berbuat demikian {QS. 18:79-82}.
Ketika
hendak berpisah, Nabi Musa a.s. meminta agar Nabi Khidir a.s.
memberikannya wasiat. Nabi Khidir memenuhi permintaan Nabi Musa ini
[Permintaan wasiat ini beberapa diantaranya dikisahkan dalam kitab Al-Bidayah Wan Nihayah juz 1 (hlm. 329) dan Ihya’ Ulumuddin juz IV (hlm. 56)].
Berikut beberapa isi wasiatnya:
1. Jadikanlah pakaianmu itu bersumber dari zikir yang berbuah fakir. Perbanyaklah amal kebajikan. Terimalah ilmu yang tidak disampaikan dengan pembicaraan. Suatu hari nanti kamu tidak bisa mengelak dari kesalahan karena akalmu melanggar larangan-Nya. Oleh karena itu, pintalah ridha Allah swt.2. Janganlah selalu menyalahkan orang lain, jangan suka berdebat tentang hal-hal yang tidak perlu, sampaikan ilmumu kepada orang lain yang berhak menerima dengan ikhlas, dan pelajari ilmu-ilmu yang belum kamu pahami.3. Kurangilah usaha duniawi. Terbukalah kepada siapa saja secara lahir dan batin. Bersikaplah arif kepada semua makhluk terutama manusia, karena sifat arif menjadi rahmat bagi alam semesta. Apabila datang orang bodoh mencacimu, hadapilah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hati.4. Tahanlah hawa nafsumu dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Bersikaplah sabar dalam menerima semua ketentuan dari-Nya. Berantaslah kejahilan serta perbanyaklah bersyukur kepada Allah swt.5. Hiasi wajahmu dengan keceriaan, hiasi kalbumu dengan keikhlasan, dan hiasi jiwamu dengan ketabahan serta kepasrahan.
Berikut Kisahnya
Pada
zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada
dirinya dengan menjadi seorang raja. Dialah Raja Iskandar Zulkarnaen,
yang namanya telah tersebut dalam Al Qur'an.
Pada tahun 322 SM, Raja Iskandar Zulkarnaen berniat mengadakan perjalanan untuk mengelilingi bumi dan Allah SWT mewakilkan salah satu malaikatnya yang bernama Rofa'il untuk menyertainya dalam perjalanan panjang itu.
Dialog Malaikat dan Raja Iskandar Zulkarnaen.
Karena ditemani oleh seorang malaikat, Raja Zulkarnaen banyak mengajukan pertanyaan seputar dunia dan akhirat serta isinya. Salah satu pertanyaan yang paling terkenal adalah tentang ibadah para malaikat di langit.
"Wahai Malaikat Rofa'il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadahnya para malaikat yang ada di langit," tanya Raja Zulkarnaen.
"Para malaikat yang ada di langit ibadahnya ada yang berdiri tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada juga yang bersujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya," jawab Malaikat Rofa'il.
"Duh, alangkah senangnya hati ini seandainya aku bisa hidup bertahun-tahun lamanya untuk beribadah kepada Allah SWT," kata Raja Zulkarnaen.
"Wahai raja, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sumber air di bumi. Namanya Ainul Hayat, artinya sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminum airnya seteguk, maka ia tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon kepada Allah SWT untuk dimatikan," kata Malaikat Rofa'il.
"Apakah engkau tahu tempat Ainul Hayat itu wahai Malaikat Rofa'il?" tanya raja.
"Sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di bumi yang gelap," jawab Malaikat Rofail.
Setelah Raja Zulkarnaen mendengar penuturan malaikat Rofa'il tentang Ainul Hayat itu, maka raja segera mengumpulkan para alim ulama pada saat itu. Sebelumnya, raja bertanya kepada mereka tentang letak Ainul Hayat, tapi mereka semua menjawab tidak tahu.
"Wahai para alim ulama, tahukah kalian dimanakah letak Ainul Hayat itu?" tanya raja.
"Kami tidak mengetahuinya wahai baginda, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui," jawab salah seorang ulama.
Di luar dugaan, dari pertanyaan Raja Zulkarnaen tersebut, ada salah seorang ulama yang mampu menjawab meski tidak sedetail letaknya.
"Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam as bahwa beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah SWT meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap," kata ulama itu.
"Dimanakah bumi yang gelap itu?" tanya raja.
"Yaitu di tempat terbitnya matahari," jawab orang alim ulama itu.
Kemudian Raja Zulkarnaen menyuruh para pengawalnya untuk menyiapkan segala keperluan untuk mencari dan mendatangi tempat Ainul Hayat itu.
"Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?" tanya raja.
"Kuda betina yang masih perawan," jawab para sahabatnya.
Akhirnya raja mengumpulkan seribu kuda betina yang masih perawan dan ia memilih diantara 6 ribu tentaranya yang pandai serta ahli dalam mencambuk. Di antara para tentara itu, ada yang bernama Nabi Khidir as, bahkan beliau menjabat sebagai perdana menteri kala itu.
Perjalanan Mencari Ainul Hayat.
Setelah dirasa semua cukup dan siap, maka berangkatlah Raja Zulkarnaen dan Nabi Khidir as yang ebrjalan di depan pasukan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka mengetahui tempat terbitnya matahari.
Mereka pun menuju arah terbitnya matahari tersebut.
Perjalanan ke temnpat tujuan tersebut memakan waktu 12 tahun lamanya untuk sampai di bumi yang gelap itu. Gelapnya bukanlah seperti di waktu malam hari, melainkan gelap karena ada pancaran seperti asap.
Raja Zulkarnaen sudah tak sabar lagi hendak masuk ke tempat gelap itu, namun salah seorang cendikiawan mencegahnya. Para tentara berkata kepada raja,
"Wahai Baginda, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini, karena tempat yang gelap ini berbahaya."
"Wahai prajurit, kita harus memasukinya, tidak boleh tidak," sanggah sang raja.
Karena raja bersikeras hendak masuk, maka tak ada seorang pun yang berani melarangnya.
"Diamlah dan tunggulah kalian di sini selama 12 tahun. Jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa itu, maka kedatanganku terhadap kalian termasuk baik. Dan jika aku tidak datang dalam 12 tahun, maka pulanglah kalian kemabli ke negeri kalian," ujar sang raja.
Setelah itu raja mendekat dan bertanya kepada malaikat Rofa'il,
"Apabila kita melewati tempat gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita?"
"Tidak bisa kelihatan<" jawab Malaikat Rofa'il.
"Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara. Jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara itu dapat emnjerit dengan suara yang keras, dengan demikian kawan-kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian," jelas Malaikat Rofa'il lebih lanjut.
Masuk ke Ainul Hayat.
Demikianlah, akhirnya Raja Iskandar Zulkarnaen masuk ke tempat yang gelap itu. Selama 18 hari lamanya tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam maupun siang. Tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi Nabi Khidir as.
Pada saat mereka berjalan, maka ALlah SWT memberi wahyu kepada Nabi Khidir as.
"Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu."
Setelah Nabi Khidir as menerima wahyu itu, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya,
"Berhentilah kalian di tempat masing-masing dan jangan kalian emninggalkan tempat kalian sebelum aku datang kepada kalian."
Kemudian Nabi Khidir as menuju kanan jurang hingga beliau menemukan Ainul Hayat itu. Beliau turun dari kudanya, melepaskan pakaiannya dan turun ke Ainul Ahaya tersebut. Beliau mandi dan minum air sumber hidup tersebut dan beliau merasakan bahwa airnya lebih manis daripafda madu.
Sesudah mandi dan minum air tersebut, beliau keluar dari tempat itu kemudian menemui Raja Iskandar Zulkarnaen. Raja tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas diri Nabi Khidir as.
Wallahu A'lam
Pada tahun 322 SM, Raja Iskandar Zulkarnaen berniat mengadakan perjalanan untuk mengelilingi bumi dan Allah SWT mewakilkan salah satu malaikatnya yang bernama Rofa'il untuk menyertainya dalam perjalanan panjang itu.
Dialog Malaikat dan Raja Iskandar Zulkarnaen.
Karena ditemani oleh seorang malaikat, Raja Zulkarnaen banyak mengajukan pertanyaan seputar dunia dan akhirat serta isinya. Salah satu pertanyaan yang paling terkenal adalah tentang ibadah para malaikat di langit.
"Wahai Malaikat Rofa'il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadahnya para malaikat yang ada di langit," tanya Raja Zulkarnaen.
"Para malaikat yang ada di langit ibadahnya ada yang berdiri tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada juga yang bersujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya," jawab Malaikat Rofa'il.
"Duh, alangkah senangnya hati ini seandainya aku bisa hidup bertahun-tahun lamanya untuk beribadah kepada Allah SWT," kata Raja Zulkarnaen.
"Wahai raja, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sumber air di bumi. Namanya Ainul Hayat, artinya sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminum airnya seteguk, maka ia tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon kepada Allah SWT untuk dimatikan," kata Malaikat Rofa'il.
"Apakah engkau tahu tempat Ainul Hayat itu wahai Malaikat Rofa'il?" tanya raja.
"Sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di bumi yang gelap," jawab Malaikat Rofail.
Setelah Raja Zulkarnaen mendengar penuturan malaikat Rofa'il tentang Ainul Hayat itu, maka raja segera mengumpulkan para alim ulama pada saat itu. Sebelumnya, raja bertanya kepada mereka tentang letak Ainul Hayat, tapi mereka semua menjawab tidak tahu.
"Wahai para alim ulama, tahukah kalian dimanakah letak Ainul Hayat itu?" tanya raja.
"Kami tidak mengetahuinya wahai baginda, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui," jawab salah seorang ulama.
Di luar dugaan, dari pertanyaan Raja Zulkarnaen tersebut, ada salah seorang ulama yang mampu menjawab meski tidak sedetail letaknya.
"Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam as bahwa beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah SWT meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap," kata ulama itu.
"Dimanakah bumi yang gelap itu?" tanya raja.
"Yaitu di tempat terbitnya matahari," jawab orang alim ulama itu.
Kemudian Raja Zulkarnaen menyuruh para pengawalnya untuk menyiapkan segala keperluan untuk mencari dan mendatangi tempat Ainul Hayat itu.
"Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?" tanya raja.
"Kuda betina yang masih perawan," jawab para sahabatnya.
Akhirnya raja mengumpulkan seribu kuda betina yang masih perawan dan ia memilih diantara 6 ribu tentaranya yang pandai serta ahli dalam mencambuk. Di antara para tentara itu, ada yang bernama Nabi Khidir as, bahkan beliau menjabat sebagai perdana menteri kala itu.
Perjalanan Mencari Ainul Hayat.
Setelah dirasa semua cukup dan siap, maka berangkatlah Raja Zulkarnaen dan Nabi Khidir as yang ebrjalan di depan pasukan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka mengetahui tempat terbitnya matahari.
Mereka pun menuju arah terbitnya matahari tersebut.
Perjalanan ke temnpat tujuan tersebut memakan waktu 12 tahun lamanya untuk sampai di bumi yang gelap itu. Gelapnya bukanlah seperti di waktu malam hari, melainkan gelap karena ada pancaran seperti asap.
Raja Zulkarnaen sudah tak sabar lagi hendak masuk ke tempat gelap itu, namun salah seorang cendikiawan mencegahnya. Para tentara berkata kepada raja,
"Wahai Baginda, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini, karena tempat yang gelap ini berbahaya."
"Wahai prajurit, kita harus memasukinya, tidak boleh tidak," sanggah sang raja.
Karena raja bersikeras hendak masuk, maka tak ada seorang pun yang berani melarangnya.
"Diamlah dan tunggulah kalian di sini selama 12 tahun. Jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa itu, maka kedatanganku terhadap kalian termasuk baik. Dan jika aku tidak datang dalam 12 tahun, maka pulanglah kalian kemabli ke negeri kalian," ujar sang raja.
Setelah itu raja mendekat dan bertanya kepada malaikat Rofa'il,
"Apabila kita melewati tempat gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita?"
"Tidak bisa kelihatan<" jawab Malaikat Rofa'il.
"Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara. Jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara itu dapat emnjerit dengan suara yang keras, dengan demikian kawan-kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian," jelas Malaikat Rofa'il lebih lanjut.
Masuk ke Ainul Hayat.
Demikianlah, akhirnya Raja Iskandar Zulkarnaen masuk ke tempat yang gelap itu. Selama 18 hari lamanya tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam maupun siang. Tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi Nabi Khidir as.
Pada saat mereka berjalan, maka ALlah SWT memberi wahyu kepada Nabi Khidir as.
"Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu."
Setelah Nabi Khidir as menerima wahyu itu, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya,
"Berhentilah kalian di tempat masing-masing dan jangan kalian emninggalkan tempat kalian sebelum aku datang kepada kalian."
Kemudian Nabi Khidir as menuju kanan jurang hingga beliau menemukan Ainul Hayat itu. Beliau turun dari kudanya, melepaskan pakaiannya dan turun ke Ainul Ahaya tersebut. Beliau mandi dan minum air sumber hidup tersebut dan beliau merasakan bahwa airnya lebih manis daripafda madu.
Sesudah mandi dan minum air tersebut, beliau keluar dari tempat itu kemudian menemui Raja Iskandar Zulkarnaen. Raja tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas diri Nabi Khidir as.
Wallahu A'lam
4 Nabi yang masih hidup dan tetap diberi rizqi dari khazanah Allah swt.
Mereka
adalah golongan yang dikhususkan oleh Allah swt. 2 Nabi Ada dibumi
yaitu Nabi Khidir A.s. & Nabi Ilyas A.s. Ditempatkan di bagian bumi
yang khusus yang Allah Yang Maha Tahu yang mengetahui tempat itu 2 Nabi
ada di langit yaitu Nabi Isa A.s. & nabi Idris A.s. Ditempatkan di
bagian langit yang khusus yang Allah Yang Maha Tahu yang mengetahui
tempat itu. Untuk menjelaskan hal ini, kami jelaskan 5 peringkat hayah
(kehidupan) Satu pandangan Bediuzzaman Said Nursi di dalam Maktubat, Al-
Maktub Al-Awwal, dari koleksi Rasail Al-Nur. Nursi menjawab satu
soalan… Apakah Sayyidina Khidir masih hidup..? Nursi menjawab ya…karena
'Hayah' itu 5 peringkat. Nabi Khidir A.s di peringkat kedua.
Lima Peringkat itu ialah:
1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.
2.
Kehidupan Sayyidina Khidir A.s & Sayyidina Ilyas A.s. Mereka
mempunyai sedikit kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka boleh
berada di banyak tempat dalam satu masa. boleh makan dan minum bila
mereka mau. Para Aulia' dan ahli Kasyaf telah meriwayatkan secara
Mutawatir akan wujudnya 'Hayah' di peringkat ini. Sehingga di dalam
maqam 'Walayah' ada dinamakan maqam Khidir.
3.
Peringkat ketiga ini seperti kehidupan Nabi Idris A.s & Nabi Isa
A.s . Nursi kata, peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah
malaikat.
4.
Peringkat ini pula…ialah kehidupan para Syuhada'. Mereka tidak mati,
tetapi mereka hidup seperti disebut dalam Al- Qur'an. Ustadz Nursi
sendiri pernah Musyahadah peringkat kehidupan ini.
5.
Dan yang tingkat Hayah ini atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur
yang meninggal Wallahhua'lam. Subhanaka La 'Ilma Lana Innaka Antal
'Alimul Hakim.
Berikut ini kami nukilkan kisahnya :
1. Nabi KHIDIR A.s.
Bukhari,
Ibn Al-Mandah, Abu Bakar Al-Arabi, Abu Ya'la, Ibn Al- Farra', Ibrahim
Al-Harbi dan lain- lain berpendapat, Nabi Khidir A.s. tidak lagi hidup
dengan jasadnya, ia telah wafat. Yang masih tetap hidup adalah ruhnya
saja, sebagaimana firman Allah SWT: ﻭَﻣَﺎ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻟِﺒَﺸَﺮٍ ﻣِّﻦ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﺍﻟْﺨُﻠْﺪَ ﺃَﻓَﺈِﻥ ﻣِّﺖَّ ﻓَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺨَﺎﻟِﺪُﻭﻥَ "Kami
tidak menjadikan seorang pun sebelum engkau (hai Nabi), hidup kekal
abadi." (Q.S Al- Anbiya': 34) Hadist Marfu' dari Ibn Umar dan Jabir
(R.a.) menyatakan: "Setelah lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang
sekarang masih hidup di muka bumi." Ibn Al-Salah, Al-Tsa'labi, Imam Al-
Nawawi, Al-Hafiz Ibn Hajar Al- Asqalani dan kaum Sufi pada umumnya;
demikian juga Jumhurul-'Ulama' dan Ahl Al- Salah (orang-orang shaleh),
semua berpendapat, bahwa Nabi Khidir A.s. masih hidup dengan jasadnya,
ia akan meninggal dunia sebagai manusia pada akhir zaman. Ibnu Hajar Al-
Asqalani di dalam Fath Al-Bari menyanggah pendapat orang- orang yang
menganggap Nabi Khidir A.s. telah wafat, dan mengungkapkan makna hadist
yang tersebut di atas, yaitu uraian yang menekankan, bahwa Nabi Khidir
A.s. masih hidup sebagai manusia. Ia manusia Makhsus (dikhususkan
Allah), tidak termasuk dalam pengertian hadist di atas.
Mengenai itu kami berpendapat:
a)
Kekal berarti tidak terkena kematian. Kalau Nabi Khidir A.s. dinyatakan
masih hidup, pada suatu saat ia pasti akan wafat. Dalam hal itu, ia
tidak termasuk dalam pengertian ayat Al-Qur'an yang tersebut di atas
selagi ia akan wafat pada suatu saat.
b)
Kalimat di muka bumi yang terdapat dalam hadist tersebut, bermaksud
adalah menurut ukuran yang dikenal orang Arab pada masa itu (dahulu
kala) mengenai hidupnya seorang manusia di dunia. Dengan demikian maka
Nabi Khidir A.s. dan bumi tempat hidupnya tidak termasuk bumi yang
disebut dalam hadist di atas, karena bumi tempat hidupnya tidak dikenal
orang-orang Arab.
c)
Yang dimaksud dalam hal itu ialah generasi Rasulullah s.a.w. terpisah
sangat jauh dari masa hidupnya Nabi Khidir A.s. Demikian menurut
pendapat Ibnu Umar, yaitu tidak akan ada seorang pun yang mendengar
bahwa Nabi Khidir A.s. wafat setelah usianya lewat seratus tahun. Hal
itu terbukti dari wafatnya seorang bernama Abu al-Thifl Amir,
satu-satunya orang yang masih hidup setelah seratus tahun sejak adanya
kisah tentang Nabi Khidir A.s.
d)
Apa yang dimaksud 'yang masih hidup' dalam hadist tersebut ialah: tidak
ada seorang pun dari kalian yang pernah melihatnya atau mengenalnya.
Itu memang benar juga.
e)
Ada pula yang mengatakan, bahwa yang dimaksud kalimat tersebut (yang
masih hidup) ialah menurut keumuman (Ghalib) yang berlaku sebagai
kebiasaaan. Menurut kebiasaan amat sedikit jumlah orang yang masih hidup
mencapai usia seratus tahun. Jika ada, jumlah mereka sangat sedikit dan
menyimpang dari kaidah kebiasaaan; seperti yang ada di kalangan
orang-orang Kurdistan, orang-orang Afghanistan, orang- orang India dan
orang-orang dari penduduk Eropa Timur. Nabi Khidir A.s. masih hidup
dengan jasadnya atau dengan jasad yang baru. Dari semua pendapat
tersebut, dapat disimpulkan: Nabi Khidir A.s. masih hidup dengan jasad
dan ruhnya, itu tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya.
Tegasnya,
Nabi Khidir A.s masih hidup; atau, ia masih hidup hanya dengan ruhnya,
mengingat kekhususan sifatnya. Ruhnya lepas meninggalkan Alam Barzakh
berkeliling di alam dunia dengan jasadnya yang baru (Mutajassidah). Itu
pun tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Dengan demikian maka
pendapat yang menganggap Nabi Khidir A.s. masih hidup atau telah wafat,
berkesimpulan sama; yaitu: Nabi Khidir A.s. masih hidup dengan jasadnya
sebagai manusia, atau, hidup dengan jasad ruhi (ruhani).
Jadi,
soal kemungkinan bertemu dengan Nabi Khidir A.s. atau melihatnya adalah
benar sebenar-benarnya. Semua riwayat mengenai Nabi Khidir A.s. yang
menjadi pembicaraan Ahlullah (orang-orang bertaqwa dan dekat dengan
Allah S.W.T.) adalah kenyataan yang benar terjadi. Banyak sekali
riwayat-riwayat tentang nabi khidir A.s dalam kitab-kitab yang Mu'tabar.
Ada riwayat yang mengatakan bahwa Nabi khidir A.s masih hidup dan mati
ditangan Dajjal. Dajjal akan menangkap seorang pemuda beriman. Kemudian
dajjal menyuruhnya untuk menyembahnya, tapi pemuda itu pun menolak dan
tetap beriman pada Allah SWT. Lalu Dajjal membunuhnya dan membelah nya
menjadi dua. satu bagian dilempar sejauh mata memandang dan satu bagian
dilempar sejauh mata memandang kesebelah lainnya. Kemudian Dajjal
menghidupkan kembali pemuda itu. Dajjal menyuruhnya agar beriman
kepadanya karena ia telah mematikannya lalu menghidupkannya. Maka pemuda
itu tidak mau dan tetap beriman kepada Allah SWT. Pemuda itu bahkan
mengatakan "Kamu benar-benar Dajjal!!". Lalu Dajjal mewafatkannya lagi.
Ada riwayat yang mengatakan pemuda beriman ini adalah Nabi Khidir A.s.
(wallahua'lam).
2. Nabi ILYAS A.s.
Ketika sedang beristirahat datanglah malaikat kepada Nabi Ilyas A.s. Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar
berita itu, Ilyas A.s menjadi sedih dan menangis. "Mengapa engkau
bersedih..?" tanya malaikat maut. "Tidak tahulah." Jawab Ilyas A.s.
"Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut
menghadapi maut?" tanya malaikat. "Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali
kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berdzikir kepada Allah,
sementara yang masih hidup boleh terus berdzikir memuji Allah," jawab
Ilyas A.s. Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada malaikat
agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi
Ilyas A.s berdzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas A.s
ingin terus hidup semata-mata karena ingin berdzikir kepada Allah SWT.
Maka berdzikirlah Nabi Ilyas A.s sepanjang hidupnya. "Biarlah dia hidup
di taman untuk berbisik dan mengadu serta berdzikir kepada-Ku sampai
akhir nanti." Kata Allah SWT.
3. Nabi IDRIS A.s.
Diriwayatkan
Nabi Idris A.s. telah naik ke langit pada hari senin. Peristiwa naiknya
Nabi Idris A.s. ke langit ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam
Al-Quran. Firman Allah SWT bermaksud: "Dan ceritakanlah (hai Muhammad
kepada mereka) kisah, Idris yang tersebut di dalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi.
Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (Q.S Maryam:
56-57) Nama Nabi Idris A.s. yang sebenarnya adalah 'Akhnukh'.
Sebab beliau dinamakan Idris, karena beliau banyak membaca, mempelajari
(tadarrus) kitab Allah SWT. Setiap hari Nabi Idris A.s menjahit Qamis
(baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit
pakaiannya, beliau mengucapkan kalimat Tasbih. Jika pekerjaannya sudah
selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang memesannya
tanpa meminta upah. Walau demikian, Nabi Idris A.s masih sanggup
beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat
Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau. Kemudian Malaikat Maut memohon
kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris A.s.
Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk. Nabi Idris A.s. mempunyai
kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Ketika waktu berbuka puasa telah
tiba, maka datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris
A.s, dan beliau menikmati makanan tersebut. Kemudian baginda beribadah
sepanjang malam.
Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya, sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi
Idris A.s menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris A.s berkata kepada
Malaikat Maut: "Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini
bersama-sama." Tetapi Malaikat itu menolaknya. Nabi Idris A.s terus
melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu
sampai terbit matahari. Nabi Idris A.s merasa heran melihat sikap
Malaikat itu. Kemudian beliau berkata: "Wahai tuan, maukah tuan
berjalan-jalan bersama saya untuk melihat keindahan alam sekitar..?”
Malaikat Maut menjawab: “Baiklah Wahai Nabi Allah Idris A.s." Maka
berjalanlah keduanya melihat alam sekitar dengan berbagai jenis tumbuh-
tumbuhan hidup di situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun,
maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris A.s.: "Wahai Idris a.s,
adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan..?” Nabi
Idris A.s pun menjawab: “Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mau
memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang tuan mau memakan yang
haram..?" Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris A.s meneruskan perjalanan mereka.
Tidak
terasa oleh mereka bahwa mereka telah berjalan-jalan selama empat hari.
Selama mereka bersahabat, Nabi Idris A.s menemui beberapa keanehan pada
diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeda dengan sifat-sifat
manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris A.s tidak dapat menahan hasrat rasa
ingin tahunya itu. Dan kemudian beliau bertanya: "Wahai tuan, bolehkah
saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya...?” Saya adalah Malaikat
Maut." Jawab malaikat maut "Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa
makhluk...?" tanya Nabi Idris A.s "Benar ya Idris A.s." Jawab malaikat
maut "Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga
telah mencabut nyawa- nyawa makhluk...?" tanya Nabi Idris A.s "Wahai
Idris A.s, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya
cabut. Roh makhluk-makhluk itu bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil
mereka bagaikan seseorang sedang menyuap- nyuap makanan." Jawab
malaikat maut "Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk
ziarah atau untuk mencabut nyawaku...?" tanya Nabi Idris A.s "Saya
datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu."
Jawab malaikat maut "Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku
kepadamu, yaitu agar tuan mencabut nyawaku, kemudian tuan mohonkan
kepada Allah SWT agar Allah SWT menghidupkan saya kembali, supaya aku
dapat menyembah Allah SWT setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul
maut itu." Malaikat Maut pun menjawab: "Sesungguhnya saya tidaklah
mencabut nyawa seseorang pun, melainkan hanya dengan izin dari Allah
SWT." Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut
nyawa Idris A.s. Maka dicabutnya nyawa Idris A.s saat itu juga. Dan Nabi
Idris A.s pun merasakan kematian saat itu. Ketika Malaikat Maut melihat
kematian Nabi Idris A.s itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan iba
dan sedih ia memohon kepada Allah SWT supaya Allah SWT menghidupkan
kembali sahabatnya itu. Allah SWT mengabulkan permohonannya, dan Nabi
Idris A.s pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali. Kemudian Malaikat Maut
memeluk Nabi Idris A.s, dan ia bertanya: "Wahai saudaraku, bagaimanakah
tuan merasakan kesakitan maut itu...? " "Bila seekor binatang dilepas
kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih
sakit daripadanya. "Padahal kelembutan yang saya lakukan ketika
mencabut nyawa terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum
pernah saya lakukan terhadap siapa pun sebelum tuan." Jawab malaikat
maut "Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan,
yaitu saya sungguh-sungguh berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat
beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya menyaksikan
dahsyatnya api neraka itu." "Wahai Idris A.s. saya tidak dapat pergi ke
Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT." Jawab malaikat maut Akhirnya
Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris A.s
ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu,
Nabi Idris A.s. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk
menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang
berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang
penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain. Setelah merasa
puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi
Idris A.s. berkata kepada Malaikat Maut: "Wahai Malaikat Maut, saya
mempunyai hajat yang lain, yaitu agar tuan dapat menolong saya membawa
masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah
disediakan oleh Allah SWT bagi kekasih- kekasih-Nya. Setelah itu saya
pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya
tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari
Allah SWT." Jawab Malaikat Maut. Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada
Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris A.s masuk ke dalam Syurga.
Kemudian pergilah mereka berdua hingga mereka sampai di pintu Syurga dan
mereka berhenti di pintu tersebut. Dari situ Nabi Idris
A.s dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris A.s dapat
melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk
para wali- wali-Nya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan
sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain. Kemudian Nabi Idris A.s
berkata: "Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya
maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka maukah tuan
memohonkan kepada Allah SWT untukku, agar Allah SWT mengizinkan aku
memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan
kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka...?" Maka Malaikat Maut pun
memohon kepada Allah SWT. Dan kemudian Allah SWT memberikan izin
kepadanya untuk memasuki Syurga tapi kemudian harus keluar lagi. Nabi
Idris A.s pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah
salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah
beliau berada di luar, Nabi Idris A.s berkata kepada Malaikat Maut:
"Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.”
Malaikat Maut pun berkata: “Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut
tuan." Maka masuklah Nabi Idris A.s, namun beliau tidak keluar lagi,
sehingga Malaikat Maut memanggilnya: "Ya Idris A.s, keluarlah..!”.
“Tidak, wahai Malaikat Maut, karena Allah SWT telah berfirman: "Setiap
yang berjiwa akan merasakan mati." (Q.S Ali- Imran: 185) Sedangkan saya
telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud: "Dan tidak
ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu." (Q.S
Maryam: 71) Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah
lagi yang bermaksud: "… Dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan
daripadanya (Syurga)." (Q.S Al-Hijr: 4) Maka Allah menurunkan wahyu
kepada Malaikat Maut itu: "Biarkanlah dia, karena Aku telah
menetapkannya di Azali, bahwa ia akan bertempat tinggal di Syurga."
Allah
menceritakan tentang kisah Nabi Idris A.s ini kepada Rasulullah SAW
dengan firman- Nya: "Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka,
kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah
seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah
mengangkatnya ke martabat yang tinggi." (Q.S Maryam: 56-57)
4. Nabi ISA A.s.
Seorang
lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam Al- Qur'an ialah
Isa A.s. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang
diturunkan sebelum Al-Qur'an. Di dalam Al-Qur'an, Nabi Isa A.s disebut
dengan empat panggilan yaitu Isa, Isa putera Maryam, putera Maryam, dan
Al-Masih. Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di
atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika
malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan
membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua
alam'" (3:42). Maryam, ibu Nabi Isa A.s, telah menempuh satu ujian yang
amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi
dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang
perempuan yang suci. Kelahiran Nabi Isa A.s merupakan suatu mukjizat
kerana dilahirkan tanpa bapak.
Kisahnya
diceritakan di dalam Al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari
kunjungan malaikat kepada Maryam atas perintah Allah. Ketika itu,
malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat
membuat Maryam menjadi takut lalu berkata, “Aku berlindung pada Yang
Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)..!” Dia
(malaikat) berkata, “Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada
Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci."
(19:18-19) Pada ayat yang lain, diceritakan bahwa malaikat yang datang
itu telah memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu
diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan
akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi: "Wahai
Maryam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata
daripada-Nya, yang namanya Al- Masih, Isa putera Maryam, terhormat di
dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)
Kemudian Maryam bertanya, "Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki
sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku
seorang jalang...?" (19:20) Malaikat menjawab, "Dia (Allah) berkata,
'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan
supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu
pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'"
(19:21). Maka lahirlah Isa putera Maryam lebih enam ratus tahun sebelum
Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Allah SWT membuat Nabi Isa A.s dan ibunya
satu ayat (tanda) bagi manusia, yaitu tanda untuk menunjukkan
kebesaran-Nya ( 23:50).
Isa
A.s adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa
orang rasul telah dilebihkan Allah SWT daripada rasul-rasul lain. Ada
yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan derajad, dan
bagi Isa A.s, Dia memberi bukti- bukti yang jelas serta mengukuhkannya
dengan Roh Suci. Firman-Nya: "Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami
melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebagian ada yang kepadanya
Allah SWT berkata-kata, dan sebagian Dia menaikkan derajad. Dan Kami
memberikan Isa putera Maryam bukti-bukti yang jelas, dan Kami
mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253) Namun begitu, manusia
dilarang oleh Allah SWT untuk membeda- bedakan antara para rasul dan
Nabi. Larangan itu berbunyi, "Katakanlah, Kami percaya kepada Allah SWT,
dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang
diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi
daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun
antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136) Akibat
membeda-bedakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, yaitu Nabi
Isa A.s dipercayai oleh sebagian pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan,
dan Nabi Muhammad SAW, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum
agama.
Oleh
karena Isa A.s adalah seorang Nabi maka baginda diberi sebuah Kitab,
yaitu Injil, yang mengandung petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan
Bani Israil. Selain menyeru kepada Bani Israil untuk menyembah Allah SWT
dengan mentaati Injil, baginda juga mengesahkan kitab Taurat yang
diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah SWT menjelaskannya di sini,
berbunyi: "Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera
Maryam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya
Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan, "Aku (Isa) hanya
mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya:
'Sembahlah Allah SWT, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai
kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau Ummiy ( 7:157), dan janji
dikaruniakan Taman atau Syurga bagi orang- orang yang berperang di jalan
Allah ( 9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat
dan Al- Qur'an. Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam
hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelas apa yang
sedang diperselisihkan. Firman Allah SWT: "dia (Isa) berkata, Aku datang
kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada
kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu
takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63).
Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi: "Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum
aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang
selepas aku, namanya Ahmad (dipuji)." (61:6) Seperti Nabi atau Rasul
yang lain, baginda mempunyai pengikut- pengikut yang setia dan juga yang
tidak setia atau yang menentang. Pengikut- pengikutnya yang setia
percaya kepada Allah SWT dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman
Allah: "Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia,
Percayalah kepada-Ku, dan rasul- Ku; mereka berkata, Kami percaya, dan
saksilah Engkau akan kemusliman kami.'" (5:111) Pengikut-pengikut yang
setia pula menjadi penolong- penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah
SWT. Firman-Nya: "Berkatalah pengikut- pengikutnya yang setia, Kami akan
menjadi penolong- penolong Allah SWT; kami percaya kepada Allah SWT,
dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'" (3:52) Begitu juga bagi
pengikut- pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad SAW. Semuanya
menjadi penolong- penolong Allah SWT, untuk melaksanakan dan
menyampaikan pesan-Nya. Firman Allah SWT: "Wahai orang-orang yang
percaya, jadilah kamu penolong- penolong Allah, sebagaimana Isa putera
Maryam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolong aku bagi Allah SWT? Pengikut-pengikut yang
setia berkata, kami akan menjadi penolong-penolong Allah SWT." (61:14)
Walau bagaimana pun, pengikut- pengikut Nabi Isa A.s yang setia
memerlukan bukti selanjutnya untuk mengesahkan kebenarannya dan supaya
hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja
hidangan dari langit.
Kisahnya
berbunyi begini: "Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata,
'Wahai Isa putera Maryam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada
kami sebuah meja hidangan dari langit?' Dia (Isa) berkata, 'Kamu
takutilah Allah SWT, jika kamu orang-orang mukmin.' Mereka berkata,
'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi
tenteram, supaya kami mengetahui bahwa kamu berkata benar kepada kami,
dan supaya kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113) Justru itu,
baginda memohon kepada Allah SWT, "Ya Allah, Pemelihara kami,
turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan
menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami,
dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami;
Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki." (5:114) Allah SWT
mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu
lagi mukjizat bagi Nabi Isa A.s. Dan ia juga menjadi nama sebuah surat
di dalam Al-Qur'an, yaitu surat kelima, Al-Maidah.
Selain
daripada kelahiran yang sangat luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa
A.s telah dikaruniai dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut
menjelaskannya: "Ketika Allah SWT berkata, 'Wahai Isa putera Maryam,
ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku
mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada
manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ….. Dan apabila kamu mencipta
daripada tanah liat, dengan izin- Ku, yang seperti bentuk burung, dan
kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung , dengan
izin-Ku, Dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta ,
dengan izin-Ku, Dan kamu mengeluarkan orang yang mati , dengan izin-Ku'
….. lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah
ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110).
Walaupun
Nabi Muhammad SAW hanya diberi satu mukjizat, manusia dicegah dari
berkata bahwa Nabi Isa A.s adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad
SAW. Karena, seperti yang sudah diketahui bahwa amalan yang berupa
membeda-bedakan para Nabi dan Rasul adalah dilarang oleh Allah SWT.
"Ketika Allah SWT berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan
menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang
yang tidak percaya …..'" (3:55) "Dan aku (Isa) seorang saksi atas
mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan
aku, Engkau Sendiri adalah penjaga atas mereka; Engkau saksi atas segala
sesuatu." (5:117) Akan tetapi, sebagian dari kaum Bani Israil
mengatakan bahwa mereka telah membunuhnya dengan cara di salib. Namun
Allah SWT mengatakan yang sebaliknya. Dengan apa yang terjadi hanyalah
satu kesamaan saja. Firman-Nya: "ucapan mereka, 'Kami telah membunuh
Al-Masih, Isa putera Maryam, rasul Allah.' Tetapi mereka tidak
membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang
ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya
benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan
mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya,
yakinlah." (4:157) Di akhir zaman nabi Isa A.s akan turun kembali ke
bumi, bukan sebagai nabi tapi sebagai ummat nabi Muhammad SAW. (mengikut
syariat nabi Muhammad SAW). akan berdakwah mengajak ummat kristiani
untuk masuk islam, menghancurkan salib-salib, membunuh Dajjal.
Tempat di BunuhnyaDajjal
Dari
Abdullah Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda "Ketika saya sedang
tidur, saya bermimpi melakukan tawaf di Kaabah, lalu ada seorang
berambut lebat yang meneteskan air dari kepalanya, lalu aku tanyakan
siapakah ini, mereka menjawab, "Ibnu Maryam as", kemudian aku berpaling
dan melihat seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah, berambut
keriting, matanya buta sebelah, dan matanya itu seperti buah anggur yang
masak (tak bersinar). Mereka mengatakan, "Ini Dajjal". Dia adalah orang
yang paling mirip dengan Ibnu Qathn, seorang laki-laki dari Khuza'ah."
[HR al-Bukhari, dan Muslim]. Dari Anas, beliau berkata, Rasulullah saw
bersabda, Dajjal itu matanya terhapus (buta), tertulis di antara kedua
matanya kafir, kemudian beliau mengejanya, kafir yang boleh dibaca oleh
setiap orang muslim dan di antara kedua matanya terdapat tulisan "kafir"
(HR Muslim) Pada hadis pertama di atas menyebutkan beberapa ciri
fizikal dajjal, iaitu postur tubuhnya gemuk, kulitnya kemerah-merahan,
sebelah matanya buta, matanya seperti buah anggur yang masak.
Dan
pada hadis kedua disebutkan ciri yang lain, iaitu tertulis huruf kafir
di antara kedua matanya. Tanda itu boleh difahami oleh setiap muslim
baik yang boleh membaca maupun yang buta huruf. Ummu Syuraik bertanya
kepada Rasulullah tentang hari dajjal : "Ya Rasulullah ke mana
orang-orang Arab ketika itu?". Rasulullah menjawab "Jumlah mereka pada
waktu itu terlalu sedikit. Mereka lari ke Baitulmaqdis menjumpai Imam
(Imam Mahdi) mereka. Ketika Imam mereka sudah berdiri di depan untuk
mengimamkan solat subuh, tiba-tiba datang Isa Bin Maryam. Imam itu mahu
mundur untuk memberi peluang kepada Isa, tetapi Isa sambil memegang bahu
Imam itu berkata : "Teruskanlah, sesungguhnya Iqamat dibacakan untuk
engkau". Maka sembahyanglah mereka semua dibelakang Imam tadi. Selesai
solat, Isa A.S. berkata kepada semua jemaah : "Bukakan pintu itu".
Mereka membuka pintu Masjid itu, tiba- tiba Dajjal sudah berdiri di situ
dan di belakangnya ada 70,000 orang Yahudi lengkap bersenjata. Melihat
Isa A.S. ada di dalam masjid itu, Dajjal tiba-tiba sahaja cair seperti
cairnya garam disirami air. Dajjal lari kerana ketakutan Isa terus
sahaja mengejarnya kemudian menjumpai di Babu Luddi dan di situlah Isa
A.S. membunuhnya. Orang-orang Yahudi cuba melarikan diri dan bersembunyi
tetapi semua benda tempat mereka bersembunyi akan berkata-kata dengan
izin Allah. Benda-benda dimaksudkan termasuklah dinding, batu, pokok,
kayu dan termasuk juga sepohon pokok berduri (disebut pokok Yahudi).
Pintu masuk ke kota Lod.
Tempat
Dajjal akan dibunuh. Jauh tempat ini dari Jeruselem lebih kurang 45 km
Kawasan berbukit yang subur di kota Lod, kota yang berumur 2000 tahun
Lod (Bahasa Ibrani: לוֹד; Arab:ﺍَﻟْﻠُﺪّْ,
al-Ludd; Greco-Latin Lydda), juga dieja dan disebut Ludd, ialah sebuah
bandar diDaerah Tengah, Israel, sekitar 20 kilometer di tenggara Tel
Aviv dan 3 kilometer utara Ramallah. Pada akhir tahun 2007, kota ini
berpenduduk 67,000 orang, di mana 80% daripadanya adalah dari kaum
Yahudi, manakala 20% lagi dari umat Arab Palestin berikutan projek
perluasaan tapak penempatan haram Yahudi. Nama lama kota ini, selama
ribuan tahun, ialah Lydda, Lydea dan Al-Lydd, dan kota ini juga terkenal
dengan nama Diospolis. Dalam Injil 1 Tawarikh 8 disebutkan bahawa kota
ini menjadi tempat tinggal bagi Suku Bunyamin (anak kepada Nabi Yaakub
a.s. dan adik kepada Nabi Yusuf a.s.). Kononnya, di tempat inilah Santo
Peter menyembuhkan seseorang yang mengalami penyakit lumpuh, seperti
yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 9: 32-38. Di kota ini ada sebuah
gereja yang dikenali sebagai: Gereja Santo Georgius dan sebuah Masjid
yakni: Masjid El-Chodr. Bahagian tempat peribadatan itu membentuk
kompleks bangunan, gereja dan masjid itu juga memiliki pintu masuk yang
unik. Kota ini dikenali kerana mempunyai sistem Bandar Antarabangsa yang
mempunyai banyak persamaan dengan Bandar Tel Aviv yakni Bandar Ben
Gurion. Setakat ini telah adanya jalan raya dan jalur KA yang
menghubungkan kota ini dengan Tel Aviv. Lapangan terbang utama Israel,
Lapangan Terbang Antarabangsa Ben Gurion (dahulunya dikenali sebagai
Lapangan Terbang Lydda, RAF Lydda, dan Lapangan Terbang Lod) terletak di
bandar ini. Mengikut perspektif Islam pula, di pagar/tembok Kota Lod
inilah akan terjadinya pembunuhan Dajal oleh Nabi Isa a.s.
Dalam
hadits Nawwas bin Sam'an yang panjang yang membicarakan kemunculan
Dajjal dan turunnya Isa alaihissalam, Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam bersabda: "Ketika Allah telah mengutus al- Masih Ibnu Maryam,
maka turunlah ia di menara putih di sebelah timur Damsyik dengan
mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan zafaran, dan
kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia
menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya
kelihatan landai seperti mutiara. Maka tidak ada orang kafir pun yang
mencium nafasnya kecuali pasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu
sejauh mata memandang. Lalu Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya di
pintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud,
lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang
telah dilindungi Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan
memberi tahu mereka tentang darjat mereka di syurga." (Shahih Muslim,
Kita Al- Fitan wa Asyrathis Sa'ah, Bab Dzikr Ad-Dajjal 18:67-68) Aus bin
Aus Ats-Tsaqafi meriwatkan bahwa Rasulullah shalallhu 'alaihi wasallam
bersabda, "'Isa bin Maryam akan turun di Menara Putih sebelah timur Kota
Damsyik." (HR Thabrani) Menurut Ibnu Katsir Nabi Isa akan turun disisi
menara sebelah timur Masjid Jamik Umawi iaitu di sebelah timur
Damaskus/Damsyik. Menara tersebut telah diperbaiki pada zaman Ibnu
Katsir iaitu pada tahun 741 Hijrah. Pembiayaanya diambil dari harta
orang-orang Nasrani yang sebelumnye telah membakar menara tersebut.Hafiz
Ibnu Katsir dalam an-Nihayah berkata, "Inilah pendapat yang lebih
masyhur tentang tempat turunnya Isa, iaitu di menara putih di timur
Damsyik. Dan saya telah melihat di sebagian buku bahwa Isa turun di
menara putih sebelah timur Jami' Damsyik. Mungkin inilah yang lebih
valid dan bunyi riwayatnya, 'Maka dia turun di atas menara putih yang
ada di timur Damsyik'. Jadi rawi membuat redaksi sendiri
sesuai dengan apa yang dia fahami. Dan di Damsyik tidak ada menara yang
dikenali dengan menara timur kecuali menara yang berada di timur Jami'
Umawi dan inilah yang lebih cocok dan lebih sesuai kerana Isa turun pada
saat didirikannya shalat…" (An- Nihayah fi al-Fitan wa al- Malahim
I/192).
Menurut
Sami bin Abdullah Al- Maghluts pula dalam bukunya Athlas Tarikh
al-Anbiya' wa ar- rosul (atlas sejarah nabi dan rosul) ada dua buah
menara yang sangat mirip sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas.
Kedua menara itu adalah menara Masjid al-Umawi (Umayyah) yang di bangun
oleh al-Walid bin Abdul Malik (lihat atlas hadist karya Syauqi Abu
Khalil) dan menara tembok damaskus. Kedua tempat tersebut
memiliki kemiripan yang diduga disana lah Isa AS akan turun. Sifat Dan
Rupa Nabi Isa Alaihissalam Adapun sifat-sifatnya maka Nabi kita saw
telah menyatakan bahawa Isa adalah laki-laki berperawakan sedang tidak
tinggi tidak pendek, berwajah bulat, berkulit kemerah- merahan, berdada
lapang, orang yang paling mirip dengannya adalah Urwah bin Mas'ud
ast-Tsaqafi.
Dari
Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah saw bersabda, "Antara diriku dengan
Isa tidak ada nabi, dan sesungguhnya dia pasti turun. Jika kalian
melihatnya maka kenalilah dia. Sesungguhnya dia berperawakan sedang,
putih kemerah-merahan, dia turun di antara dua potong baju berwarna
kekuning-kuningan, kepalanya seolah-olah menetes walaupun tidak basah,
dia memerangi manusia di atas Islam, lalu dia mematahkan salib, membunuh
babi dan menghapus jizyah. Pada masanya Allah menghancurkan semua agama
kecuali Islam, dia membunuh al-Masih ad-Dajjal kemudian tinggal di bumi
selama 40 tahun kemudian wafat dan kaum muslimin menshalatkannya." (HR.
Abu Dawud, al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah) Dari Abu Hurairah, Nabi saw
bersabda, "Pada malam Isra'…. Dan saya bertemu dengan Isa. Lalu Nabi saw
menjelaskan ciri- cirinya, 'Orangnya sedang, kulitnya kemerah-merahan,
seolah-olah dia habis mandi, saya melihatnya…'." (HR. al- Bukhari,
Muslim dan at-Tirmidzi) Dari Jabir bin Abdullah bahawa Rasulullah saw
bersabda, "Saya bertemu dengan para nabi, ternyata Musa…. Saya melihat
Isa bin Maryam, ternyata orang yang paling mirip dengannya adalah Urwah
bin Mas'ud…." (HR. Muslim dan at- Tirmidzi) Dari Abdullah bin Abbas
Rasulullah saw menceritakan malam Isra'nya, beliau bersabda, "Saya
melihat Isa berperawakan sedang kemerah-merahan berambut lurus…." (HR.
al-Bukhari dan Muslim) sumber
NABI KHIDIR. AS
Perihal Nabi Khidir a.s.
Bukhari, Ibn al-Mandah, Abu Bakar al-Arabi, Abu Ya’la, Ibn al-Farra’, Ibrahim al-Harbi dan lain-lain berpendapat, Nabi Khidir a.s. tidak lagi hidup dengan jasadnya, ia telah wafat. Yang masih tetap hidup adalah ruhnya saja, iaitu sebagaimana firman Allah:
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
“Kami tidak menjadikan seorang pun sebelum engkau (hai Nabi), hidup kekal abadi.” (al-Anbiya’: 34)
Hadith marfu’ dari Ibn Umar dan Jabir (r.a.) menyatakan:
“Setelah lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang sekarang masih hidup di muka bumi.”
Ibn al-Šalah, al-Tsa’labi, Imam al-Nawawi, al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani dan kaum Sufi pada umumnya; demikian juga jumhurul-‘ulama’ dan ahl al-šalah (orang-orang saleh), semua berpendapat, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya, ia akan meninggal dunia sebagai manusia pada akhir zaman. Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Fath al-Bari menyanggah pendapat orang-orang yang menganggap Nabi Khidir a.s. telah wafat, dan mengungkapkan makna hadith yang tersebut di atas, iaitu huraian yang menekankan, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup sebagai manusia. Ia manusia makhsus (dikhususkan Allah), tidak termasuk dalam pengertian hadith di atas.
Mengenai itu Ulama berpendapat:
Hadith marfu’ dari Ibn Umar dan Jabir (r.a.) menyatakan:
“Setelah lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang sekarang masih hidup di muka bumi.”
Ibn al-Šalah, al-Tsa’labi, Imam al-Nawawi, al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani dan kaum Sufi pada umumnya; demikian juga jumhurul-‘ulama’ dan ahl al-šalah (orang-orang saleh), semua berpendapat, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya, ia akan meninggal dunia sebagai manusia pada akhir zaman. Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Fath al-Bari menyanggah pendapat orang-orang yang menganggap Nabi Khidir a.s. telah wafat, dan mengungkapkan makna hadith yang tersebut di atas, iaitu huraian yang menekankan, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup sebagai manusia. Ia manusia makhsus (dikhususkan Allah), tidak termasuk dalam pengertian hadith di atas.
Mengenai itu Ulama berpendapat:
1. Kekal bererti tidak terkena kematian. Kalau Nabi Khidir a.s. dinyatakan masih hidup, pada suatu saat ia pasti akan wafat. Dalam hal itu, ia tidak termasuk dalam pengertian ayat al-Qur’an yang tersebut di atas selagi ia akan wafat pada suatu saat.
2. Kalimat ‘di muka bumi’ yang terdapat dalam hadith tersebut, bermaksud adalah menurut ukuran yang dikenal orang Arab pada masa itu (dahulu kala) mengenai hidupnya seorang manusia di dunia. Dengan demikian maka Nabi Khidir a.s. dan bumi tempat hidupnya tidak termasuk ‘bumi’ yang disebut dalam hadith di atas, kerana ‘bumi’ tempat hidupnya tidak dikenal orang-orang Arab.
3. Yang dimaksud dalam hal itu ialah generasi Rasulullah s.a.w. terpisah sangat jauh dari masa hidupnya Nabi Khidir a.s. Demikian menurut pendapat Ibn Umar, iaitu tidak akan ada seorang pun yang mendengar bahawa Nabi Khidir a.s. wafat setelah usianya lewat seratus tahun. Hal itu terbukti dari wafatnya seorang bernama Abu al-Thifl Amir, satu-satunya orang yang masih hidup setelah seratus tahun sejak adanya kisah tentang Nabi Khidir a.s.
4. Apa yang dimaksud ‘yang masih hidup’ dalam hadith tersebut ialah: tidak ada seorang pun dari kalian yang pernah melihatnya atau mengenalnya. Itu memang benar juga.
5. Ada pula yang mengatakan, bahawa yang dimaksud kalimat tersebut (yang masih hidup) ialah menurut keumuman (ghalib) yang berlaku sebagai kebiasaaan. Menurut kebiasaan amat sedikit jumlah orang yang masih hidup mencapai usia seratus tahun. Jika ada, jumlah mereka sangat sedikit dan menyimpang dari kaedah kebiasaaan; seperti yang ada di kalangan orang-orang Kurdistan, orang-orang Afghanistan, orang-orang India dan orang-orang dari penduduk Eropah Timur.
Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya atau dengan jasad yang baru.
Dari semua pendapat tersebut, dapat disimpulkan: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasad dan ruhnya, itu tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Tegasnya, Nabi Khidir a.s masih hidup; atau, ia masih hidup hanya dengan ruhnya, mengingat kekhususan sifatnya.
Ruhnya lepas meninggalkan Alam Barzakh berkeliling di alam dunia dengan jasadnya yang baru (mutajassidah). Itupun tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Dengan demikian maka pendapat yang menganggap Nabi Khidir a.s. masih hidup atau telah wafat, berkesimpulan sama; iaitu: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya sebagai manusia, atau, hidup dengan jasad ruhi (ruhani). Jadi, soal kemungkinan bertemu dengan Nabi Khidir a.s. atau melihatnya adalah benar sebenar-benarnya. Semua riwayat mengenai Nabi Khidir a.s. yang menjadi pembicaraan ahlullah (orang-orang bertaqwa dan dekat dengan Allah S.W.T.) adalah kenyataan yang benar terjadi.
Silakan lihat kitab Ušul al-Wušul karya Imam al-Ustaz Muhammad Zaki Ibrahim, Jilid I, Bab: Kisah Khidir Bainas-Šufiyah Wa al-‘Ulama’. Dipetik dengan sedikit perubahan dari al-Hamid al-Husaini, al-Bayan al-Syafi Fi Mafahimil Khilafiyah;
Bediuzzaman Said Nursi di dalam Maktubat, al-Maktub al-Awwal, dari koleksi Rasail al-Nur.
Nursi menjawab satu pertanyaan…adakah Sayyidina Khidr masih hidup?
Nursi menjawab ya…kerana ‘hayah’ itu 5 peringkat. Nabi Khidr di peringkat kedua.
5 Peringkat ‘hayah’ itu ialah:
1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.2. Kehidupan Sayyidina Khidr dan Sayyidina Ilyas. Mereka mempunyai sedikit kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka boleh berada di byak tempat dalam satu masa. boleh makan dan minum bila mereka mahu. Para Awliya’dan ahli kasyaf telah meriwayatkan secara mutawatir akan wujudnya ‘hayah’ di peringkat ini. Sehingga di dalam maqam ‘walayah’ ada dinamakan maqam Khidr.3.Peringkat ketiga ni seperti kehidupan Nabi Idris dan Nabi Isa. Nursi kata, peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah malaikat.4.Peringkat ni pula…ialah kehidupan para syuhada’. Mereka tidak mati, tetapi mereka hidup seperti disebut dalam al-Qur’an. Ustaz Nursi sendiri pernah musyahadah peringkat kehidupan ini.5.Dan yang ini Hayah atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur yang meninggal
Subhanaka la ‘ilma lana innaka antal ‘alimul hakim
Wallahu ‘alam bish showab, wal ‘afu minkum,
Wassalamu a’laikum warrahmahtullahi wabarakatuh
Wa min Allah at taufiq hidayah wal inayah, wa bi hurmati Habib wa bi hurmati fatihah!!
Post a Comment