Part 1 : Bani Israel di Yerusalem

 “... Dan Kami turunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri” (Q.S An Nahl, 16:89)

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu.
Mari kita mulai dari zaman Nabi Ibrahim as yang pernah menghancurkan berhala di kuil milik kaum Ur (sekarang Irak). Bangsa Ur kemudian murka dan membakar Nabi Ibrahim as, tetapi Allah SWT membuat api itu menjadi dingin. Setelah itu Allah SWT mengirim Ibrahim as dan Lut as ke sebuah negeri yang diberkahi untuk sekalian manusia. Negeri itu adalah Tanah Suci (Baitul Maqdis). Di negeri itu, Allah SWT menjadikan Nabi Ibrahim as sebagai imam bagi seluruh manusia, dan nabi Ibrahim as pun juga meminta agar keturunannya dijadikan imam pula.

“Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Lut ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam.” (Q.S Al Anbiyaa, 21:71)


“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai imam seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim” Q.S Al Baqarah, 2:124)

500 tahun kemudian, negeri (Tanah Suci) tersebut dikuasai oleh suatu kaum, Nabi Musa as memerintahkan Bani Israel merebut negeri itu. Namun Bani Israel takut berperang dan beralasan kalau di dalam negeri itu ada kaum yang sangat kuat. Beberapa lama setelah wafatnya Musa as dan saudaranya Harun as, Bani Israel berhasil memasuki Tanah Suci. Namun, kaum yang ganas menyerang mereka dan mereka terpaksa melarikan diri, padahal jumlah mereka sangat banyak. Kemudian mereka meminta kepada Allah SWT agar dipilihkan seorang pemimpin yang akan memimpin mereka merebut Tanah Suci itu kembali.
Beberapa tahun berlalu setelah wafatnya Musa as. Kemudian diutuslah Nabi Daud as untuk memimpin mereka menaklukkan negeri itu. Setelah itu Nabi Daud as menjadi pemimpinnya, kemudian wafat dan menyerahkan tahtanya kepada Nabi Sulaiman as. Dan di bawah kepemimpinan Nabi Sulaiman as, Bani Israel mengalami masa kejayaan (keemasan). Tak ada negara manapun yang mampu menentang negara Nabi Sulaiman as. Tidak hanya itu, Negara Israel Sulaiman as menjadi Negara Penguasa di dunia, tetapi juga menjadi Negara paling hebat (Superpower), tak ada yang bisa menandingi kehebatan negara atau kerajaannya.

“Dia (Sulaiman) berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi” (Q.S Saad, 38:35)

Setelah Nabi Sulaiman as wafat, pada tahun 587 SM, pasukan Babilonia yang dipimpin Nebukadnezar mengepung Yerusalem, kemudian membakar kota itu, membunuh penduduknya, menghancurkan Masjid yang dibangun Sulaiman as, dan membawa orang-orang terbaik dari umat Yahudi untuk dijadikan budak di Babilonia. Nabi Yeremia as telah memperingatkan mereka bahwa hal itu akan terjadi (Yeremia, [Jeremiah] 32:36), tepat seperti yang Allah SWT nyatakan dalam al-Qur’an bahwa Dia tidak akan membinasakan suatu kaum sebelum memberi peringatan kepadanya (Q.S, Al Israa’, 17:15).
Salah satu sebab mereka dihukum seperti itu adalah karena mereka mengubah Taurat untuk menjadikan halal yang telah diharamkan Allah SWT. Mereka menulis ulang Taurat sehingga menghalalkan tindakan mereka memberikan pinjaman uang dengan bunga kepada orang-orang non-Yahudi sementara tetap melarang hal tersebut kepada sesama umat Yahudi:
“Janganlah engkau meminjamkan dengan bunga kepada saudaramu (sesama Yahudi), baik uang maupun bahan makanan atau apa pun yang dapat dibungakan. Dari orang asing (bukan Yahudi) boleh engkau memungut bunga, tetapi dari saudaramu janganlah engkau memungut bunga ….” (Ulangan [Deuteronomy], 23:19-20)
Pada peristiwa kedua, mereka lagi-lagi diusir dari Tanah Suci karena mereka membunuh para Nabi Allah (sebagai contoh, lihat al-Qur’an, al-Baqarah, 2:61). Mereka membunuh Zakariah as di Masjid, dan anaknya, Yahya (John) as, dibunuh dengan tipu daya. Nabi Isa (Jesus) as menyebutkan pembunuhan para Nabi dan mengutuk kejahatan yang bengis ini:
“Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka Nabi-nabi dan Rasul-rasul dan sebagian dari antara Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua Nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habil sampai kepada darah Zakariah yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.” (Lukas [Luke], 11:49-51)
Kemudian Bani Israel meratapi kesedihan di sungai di Babilonia, bahwa zaman keemasan mereka telah hancur lebur, dan mereka diperbudak oleh Babilonia. Kemudian Nabi-nabi Allah SWT (diantaranya Nabi Daniel) telah memberi kabar kepada Bani Israel kalau Allah SWT berjanji untuk mengutus seseorang yang akan menjadi Nabi mereka, yang dikenal sebagai ‘Al Masih’, dan akan memerintah dunia dari tahta kerajaan Nabi Daud as dan Sulaiman as di Yerusalem. Pada intinya, hal ini sama dengan nubuat kembalinya Masa Kejayaan Sulaiman as.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.” (Yesaya [Isaiah], 9:5-6)
Bani Israel merasa gembira mendengar berita tersebut. Nabi yang dijanjikan tersebut adalah Nabi Isa as atau Al Masih putra Maryam. Saat Nabi Isa as diutus dan mengaku sebagai Nabi, Bani Israel menolaknya (ada sebagian yang menerimanya), sebab mereka berpikiran bahwa -Naudzubillah min Dzalik- tidak mungkin Al Masih yang dijanjikan dilahirkan dari seorang wanita –maaf- pezina, dan mereka menganggap dia (Isa as) adalah anak di luar nikah, Naudzubillah min Dzalik.
Mereka hingga detik ini masih beranggapan kalau Al Masih belum diutus, dan mereka dengan sombongnya berkata ‘kami telah membunuh Isa Putra Maryam, Rasul Allah ...”

“dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa Putra Maryam, Rasul Allah, ...” (Q.S An Nisaa’, 4:157)

Saat mereka melihat dia ‘mati’ di tiang salib di depan mata mereka, mereka kemudian menyimpulkan bahwa dia adalah al-Masih palsu. Mereka yakin kalau dia tidak mungkin al-Masih asli sebab Taurat menyatakan siapapun yang mati disalib berarti orang yang ‘dikutuk’ oleh Allah SWT. Padahal mereka sama sekali tidak membunuh (menyalib) Nabi Isa as, melainkan mereka telah ditipu oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, sampai saat ini mereka masih menunggu kedatangan al-Masih.
Setelah itu, Allah SWT kembali menghukum mereka untuk kedua kalinya. Kaisar Romawi Hadrian kemudian membangun kembali sebuah kota di dekat reruntuhan Yerusalem pada tahun 70 M, dan diberi nama Aelia Capitolina. Hadrian kemudian menempatkan patung-patung dewa dan kuil Romawi di Yerusalem, tapi bangsa Yahudi yang masih tersisa menentangnya, peristiwa ini disebut pemberontakan Bar Kokhba. Hadrian kemudian murka dan membasmi Yudaisme di Yerusalem, Romawi kembali mengusir kaum Yahudi. Selama ribuan tahun mereka berdiaspora ke seluruh dunia tanpa ada negeri yang mereka kuasai, dengan kata lain mereka hanya ‘menumpang’ di negeri orang. Ketika Nabi terakhir diutus yaitu Nabi Muhammad saw, Bani Israel tidak mampu mengenalinya sebab umat Yahudi dengan sombongnya beranggapan bahwa tidak mungkin Nabi dilahirkan dari keturunan selain Bani Israel, sementara dia (Nabi Muhammad saw) keturunan dari bangsa Arab.
Setelah beberapa bulan berlalu sejak kedatangan Nabi Muhammad saw di Madinah, umat Yahudi tidak hanya menolak kenabiannya dan menolak al-Qur’an sebagai Firman Allah, tapi juga berkonspirasi menghancurkan Islam. Pada saat itulah Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad saw merubah kiblat ke Mekkah (Ka’bah), yang sebelumnya menghadap ke Yerusalem. Perubahan kiblat ini mendapat kecaman dari umat Yahudi, ini penghinaan bagi mereka yang menolak Islam, sebab mereka menganggap Yerusalem sebagai pusat dunia. Bagaimanapun, yang berhak menentukan arah kiblat bukanlah mereka, melainkan Allah SWT.


“Orang-orang yang kurang akal diantara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Muhammad), “Milik Allahlah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus” (Q.S Al Baqarah, 2:142)

Sumber: Buku, Sheikh Imran N. Hosein – Yerusalem dalam Al-Qur’an



AL MASIH AD DAJJAL

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.