BELAJAR ISLAM HARUS DARI ULAMA BUKAN LANGSUNG QURAN HADIST
Al Qur’an dan Hadits itu adalah bahan
mentah. Kita belajar Islam itu lewat Nabi dan Ulama Pewaris Nabi. Tidak
langsung ke Al Qur’an dan Hadits. Contoh SHOLAT. Di Al Qur’an cuma ada
perintah dirikan Sholat. Tapi tak dijelaskan harus takbir dulu, berapa
rokaat, dsb. Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, tidak ada saat itu.
Bahkan hingga zaman Imam Mazhab pun Imam Hadits tsb belum lahir begitu
pula kitab Haditsnya. Nah para sahabat itu belajar sholat bukan langsung
melihat Al Qur’an. Tapi diajarkan langsung dgn praktek oleh Nabi.
Begitu pula para Imam Mazhab itu belajar sholat bukan baca Al Qur’an
atau kitab hadits. Tapi langsung praktek dgn para ulama yg ilmunya
sampai ke Nabi.
Kita belajar sholat sejak umur 7 tahun.
Kalau anak kecil umur 7 tahun belajar sholat langsung dgn membaca Al
Qur’an dan Hadits, kira2 bisa tidak? Bisa2 anak2 Islam tidak ada yang
bisa sholat kalau harus belajar sholat langsung ke Al Qur’an dan Hadits.
Anak2 Muslim itu belajar sholat langsung lewat guru. Entah itu orang
tua yang memang alim, atau lewat para ulama yang ilmunya sampai ke Nabi.
Jadi belajar
agama itu lewat Ulama. Bukan langsung Al Qur’an dan Hadits. Ibarat orang
makan nasi goreng kambing, yang ngotot langsung ke Al Qur’an dan Hadits
tanpa lewat ulama, itu yang dia makan adalah beras dan kambing hidup.
Karena tidak lewat ulama.
Orang awam tak bisa menafsirkan Al Qur’an
dan Hadits dengan benar. Ilmu Nahwu saja belum tentu paham sehingga
tidak bisa membedakan kata Qodamu dgn Qodimu. Meski hurufnya sama yaitu
QDM, tapi karena beda baris, artinya juga beda.
Para ulama itu ibaratnya juru masak yang
meramu Ilmu Islam yang mereka dapat dari guru2 Islam yang sanadnya
bersambung ke Nabi. Orang awam belajar Islam harus lewat ulama. Ibarat
makan, makan nasi goreng yang sudah dimasak oleh koki. Kalau ngotot
langsung Al Qur’an dan Hadits, yang dia makan itu adalah beras dan
kambing hidup. Enak tidak?
Jadi kalau ada ulama yg bikin buku Sholat
Sifat Nabi di abad 20 ini dgn cara mencari2 di kitab hadits, itu zaman
dulu tidak ada yg begitu. Imam Bukhari dan Imam Muslim saja ngikut
mazhab Syafi’ie…
Baca Al Qur’an dan Hadits boleh. Tapi
hati2 dalam menafsirkannya. Jangan sampai tafsiran anda menyalahi
tafsiran Jumhur Ulama. Para Imam Mazhab yang ilmunya amat dalam saja
bisa beda penafsiran Al Qur’an dan Hadits, apalagi orang awam. Jika
orang awam ngotot menafsirkan Al Qur’an dan hadits sendiri tanpa guru,
bisa2 tersesat ke neraka.
Ini dalilnya kenapa kita dalam belajar
Islam harus lewat Ulama yang merupakan pewaris Nabi. Para sahabat pun
belajar Islam itu lewat Nabi. Bukan cuma lewat Al Qur’an saja.
Firman Allah:
“…Bertanyalah kepada Ahli Zikir (Ulama) jika kamu tidak mengetahui” [An Nahl 43]
Allah meninggikan ulama dibanding orang2
awam. Pemahaman Ulama terhadap Al Qur’an dan Hadits atau masalah, itu
lebih baik daripada pemahaman orang-orang awam:
” ….Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]: 9).
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama”. (TQS.Fathir [35]: 28)
Cuma Ulama yang bisa memahami Al Qur’an:
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami
buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Yang ngotot ke Al Qur’an dan Hadits tapi meninggalkan Jumhur Ulama, itu adalah Khawarij. Sesat.
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum
yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya
perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada
kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana
anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Suatu kaum dari umatku akan keluar
membaca Al Qur’an, mereka mengira bacaan Al-Qur’an itu menolong dirinya
padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali
pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)
“Mereka baik dalam berkata tapi jelek
dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka
tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)
Berbagai ayat Al Qur’an dan Hadits mereka
pakai, namun kesimpulan lain yang mereka dapat dan amalkan. Berbagai
larangan Allah dalam Al Qur’an seperti Su’u Zhon (Buruk Sangka),
Mengolok-olok sesama, Mengkafirkan sesama Muslim, dan membunuh sesama
Muslim. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim seperti Ahlul Bid’ah,
Sesat, Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut mereka.
Kaum Khawarij ini merasa paling benar.
Bahkan Khawarij pertama merasa lebih benar dari Nabi sehingga menuduh
Nabi tidak adil. Khawarij masa kini menuduh Jumhur Ulama yang merupakan
Pewaris Nabi sebagai tidak adil. Contohnya ada Khawarij bilang sejumlah
ulama besar adalah sesat atau pembela aliran sesat:
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung, jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah, ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi. Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Loh kalau belajar Islam lewat Imam
Mazhab, berarti tidak mengikuti Al Qur’an dan Hadits dong! Ini
pernyataan yang keliru. Menuduh Imam Mazhab tidak memakai Al Qur’an dan
Hadits. Justru sebaliknya.
Imam Syafi’ie yang lahir tahun 150 H itu
hafal Al Qur’an sejak umur 7 tahun dan menguasai 1 juta hadits.
Sementara Imam Malik yang lahir tahun 93 H (cuma selang 82 tahun dari
wafatnya Nabi), selain Hafal Al Qur’an dan menguasai 1 juta hadits juga
praktek ibadah langsung seperti sholat dgn para ulama golongan Tabi’in
(generasi anak sahabat Nabi) dan Tabi’it Tabi’in (cucu sahabat Nabi).
Jadi justru cara sholat Imam Mazhab itu sesuai Islam. Masih murni.
Rasulullah SAW bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ
“Sebaik-baik manusia adalah pada
kurunku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang
sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in).”[HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no.
2533 ]
Siapakah pengikut ulama SALAF sebenarnya?
1) Imam Hanafi lahir:80 hijrah 2) Imam Maliki lahir: 93 hijrah 3) Imam
Syafie lahir:150 hijrah 4) Imam Hanbali lahir:164 hijrah
Imam Bukhari dan Muslim malah bermazhab
Syafi’ie. Karena hadits yang mereka kuasai jumlahnya tidak memadai untuk
menjadi Imam Mazhab. Imam Ahmad berkata untuk jadi mujtahid, selain
hafal Al Qur’an juga harus menguasai minimal 500.000 hadits. Nah hadits
Sahih yang dibukukan Imam Bukhari cuma 7000-an. Sementara Imam Muslim
cuma 9000-an. Tidak cukup.
Dari 600.000 yang didapat Imam Bukhari,
cuma 7000-an yang beliau tulis. Artinya 592 ribu hadits lebih lenyap
bersama wafatnya Imam Bukhari. Demikian pula Imam Muslim yang mendapat
300.000 hadits cuma menulis 9000-an hadits. 210 ribu hadits lebih hilang
bersama wafatnya beliau.
Jadi kalau ada manusia akhir zaman yang
cuma dapat sisa-sisa hadits yang jumlahnya kurang dari 100 ribu hadits
mengaku sholatnya lebih mirip Nabi ketimbang para Imam Mazhab, ini
bohong belaka. Kalau ada yang modal Al Qur’an terjemahan dan Juz Amma
saja tidak hafal tapi belagak jadi Mujtahid yang lebih hebat dari Imam
Mazhab, ini ibarat katak hendak jadi lembu.
Post a Comment