KESALAH FAHAMAN PANDANGAN SUNNI PADA SYIAH PADA UMUMNYA
Oleh: Dr. Shahid Athar, MD (Amerika Serikat)
Selama berabad-abad, perbedaan antara Syiah dan suni merupakan hambatan dalam persatuan Islam. Perbedaan ini selalu diperbesar dan disenangi oleh musuh-musuh Islam demi keuntungan mereka sendiri. Sayangnya, beberapa orang yang disebut sebagai ulama Islam juga menjadi pemain kunci untuk menjaga perbedaan ini tetap hidup.
Meskipun dilahirkan dalam sebuah keluarga sayid suni, semasa kecil saya kurang mengetahui banyak perbedaan. Keluarga kami selalu menghormati Imam Husain (alaihisalam) dan orang tuanya dan bahkan kami ikut serta dalam peringatan kesyahidannya (10 Muharram yang disebut Asyura) dengan membaca bagian pertama Alquran (Alfatihah) dan beberapa bagian ayat Quran serta berpuasa pada hari kesembilan dan sepuluh pada bulan itu.
Sekarang, ketika saya memberikan ceramah kepada non-muslim, satu soal yang mereka selalu tanyakan kepada saya adalah apakah saya seorang Syiah atau suni. Saya tanya kepada mereka tentang perbedaannya. Mereka tidak tahu selain dari apa yang media berikan. Sehingga mereka berkata bahwa orang Syiah adalah orang jahat, versi militannya Islam, dan penyebab segala masalah di Timur Tengah.
Non-muslim Amerika ini terkejut ketika tahu bahwa tiran seperti Saddam Hussain dan pembuat masalah seperti PLO dan Hamas semua adalah suni, mereka juga terkejut ketika tahu bahwa Tariq Aziz (Mantan Perdana Menteri Irak) adalah seorang Kristiani dan bukan muslim.
Ini yang aku katakan kepada mereka tentang Syiah: “Jika Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi Muhammad) adalah seorang Syiah, maka saya adalah Syiah. Jika dia adalah seorang suni, maka saya adalah suni (yakni pengikut Nabi Muhammad).” Syiah berawal sebagai gerakan politik (syî’ah berarti “pengikut” atau “pendukung”) yang mendukung Ali menjadi pelanjut Muhammad saw.
Di Islam terdapat lima pemikiran hukum fikih yang dikenal:
1.Hanafi;
2.Syafii;
3.Maliki;
4.Hambali, dan;
5.Jafari.
Empat yang pertama disebut suni dan yang kelima, yang mengikuti ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad saw, juga mengikuti Ali dan menganggapnya sebagai pelanjut sah nabi, disebut Syiah. Empat yang pertama memiliki banyak perbedaan teologi di antara mereka sendiri dan menurut pemikiran teman saya yang Kristen, “Suni menjadi bersatu ketika mereka memerangi Syiah.”
Di antara setiap figur penting, terdapat “penggemar” yang memiliki keinginan masa depan tentang kebangkitan pemimpin mereka. Di Indiana, kami memiliki “Friends of Lugar Club”, yang berharap bahwa suatu saat Senator Richard Lugar akan menjadi Presiden Amerika. Secara nasional, kami memiliki “Hillary Rodham Clinton Fan Club” dengan 4,000 anggota! Kemudian, terdapat Followers of Ali Club yang nantinya menjadi gerakan politik. Di masa perang dengan kaum musyrik, Ali, the Sword of Islam, berada di barisan terdepan; mengalahkan dan membunuh banyak pemimpin (kaum musyrik) yang memiliki anak dan cucu. Meskipun mereka menjadi muslim, mereka selalu ingat dan dendam terhadap pembunuh ayah mereka.
Ali dirawat oleh Nabi Muhammad sejak kecil sehingga ia mengenal Islam dengan baik. Ketika ia menjadi hakim, ia mengadili berdasarkan prinsip Islam yang ketat; membuat kecewa orang-orang yang berharap Ali menjadi lunak kepada harta dan kekuasaan. Ali sangat dihormati dan dipercaya oleh kedua khalifah, Abu Bakar dan Umar, yang dalam kondisi sulit keduanya meminta pendapat Ali.
Meskipun demikian, saya katakan kepada non-muslim tersebut bahwa keduanya, Syiah dan suni, memiliki banyak kesamaan hal. Keduanya percaya kepada satu Tuhan (Allah), mengikuti nabi yang sama, Muhammad saw., melakukan salat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, pergi ke Mekah untuk haji, membaca Quran yang sama, dan berzakat.
Tetapi, jawaban saya hanya memuaskan bagi non-muslim yang sedikit pemahaman. Bagi saudara-saudara suni, kesalahpahaman itu dikarenakan propaganda Barat. Mereka siap merangkul non-muslim (khususnya kulit putih) sebagai bagian dari dakwah Islam, tapi tidak mereka lakukan juga kepada Syiah. Mereka adalah suni yang kurang pemahaman. Tugas kita sebagai pendakwah adalah mengajak kedua kelompok kepada Islam yang sesungguhnya dan tidak memusuhinya. Ada gerakan di dunia suni untuk menamakan Syiah sebagai kelompok kafir. Saya telah mengatakan bahwa Syekh Bin Baz dari Arab Saudi telah mengeluarkan fatwa bahwa daging dari ahlulkitab (Yahudi dan Kristen) adalah halal bagi muslim suni untuk dimakan tapi tidak bagi daging sembelihan Syiah!
Ada beberapa ulama dari kedua kelompok, seperti Imam Khomeini dan Syekh Syaltut dari al-Azhar yang telah melakukan hal terbaik untuk meminimalisir perbedaan dan membawa persatuan, tapi hal ini tidak akan bekerja selama informasi yang salah tentang Syiah terjadi di kebanyakan kaum suni. Karena itu saya menyusun kesalahpahaman mereka mengenai keyakinan dan amalan Syiah. Untuk jawabannya, saya telah berkonsultasi dengan dua ulama Syiah di Amerika, Dr. A. S. Hashim dari Washington dan Imam Muhammad Ali Elahi dari Detroit.
Profesor Sayid Hossein Nasr menulis kepada saya, “Abaikan dan jangan buang-buang waktu dalam menanggapi pernyataan yang keliru.” Dia juga mengingatkan bahwa, “Sejumlah besar uang dan usaha telah dikeluarkan beberapa tahun terakhir ini untuk menghembuskan api kebencian antara Syiah dan suni di wilayah Teluk Persia melalui gerakan politik dan ekonomi yang sarat akan nuansa kekuasaan.” Bagaimana pun, demi persatuan Islam, saya harus siap dengan segala pertanyaan dari pada menjauhi mereka. Ingatlah bahwa Imam Jafar, pendiri madrasah fikih Syiah, merupakan guru dari Imam Abu Hanifah.
Kesalahpahaman #1:
Syiah memiliki Quran yang berbeda. Mereka menambah 10 bab ke dalam Quran yang asli.
Tanggapan: Tidak benar. Saya telah beberapa kali memeriksa setiap Quran yang ada di rumah dan masjid kaum Syiah. Saya masih tetap menemukan Quran yang sama. Beberapa kali, saya merawat pasien wanita Iran yang dirawat di sini. Saya melihat Quran di sisinya. Saya pinjam darinya dan memeriksa dari depan hingga belakang. Dalam bahasa Arab, sama seperti Quran kita. Tentu, karena saya tidak tahu bahasa Persia, saya tidak bisa mengatakan banyak tentang terjemahannya. Adalah dosa jika kita mengatakan bahwa Quran bisa diubah atau ditambahkan oleh Syiah padahal ia dijaga oleh Allah.
Kesalahpahaman #2:
Beberapa Syiah menganggap Ali sebagai Tuhan.
Tanggapan: Tidak benar. Hal ini tidak bisa dipercaya, bahkan untuk berpikir seperti itu. Pada masa pemerintahan Ali, beberapa kelompok penyembah berhala yang disebut “ghulat” mengakui Ali sebagai Tuhan. Ketika beliau menemukan mereka, mereka dibakar hingga mati. Kelompok Alawi di Suriah mungkin memiliki keyakinan yang serupa, tapi mereka non-muslim, bukan Syiah atau suni.
Kesalahpahaman #3:
Syiah memiliki perbedaan pernyataan iman dan mereka menambah-nambah azan.
Tanggapan: Pernyataan untuk menjadi muslim, sebagaimana pernyataan kepada non-muslim, merupakan hal yang sama. Sebagian Syiah menambahkan untuk diri mereka sendiri “‘Alî waliyullâh”atau “‘Alî hujjatullâh” tapi bukan sebagai bagian dari azan.
Kesalahpahaman #4:
Syiah tidak melaksanakan salat sunah. Salat sunah adalah salat tidak wajib yang dilakukan Nabi Muhammad saw.
Tanggapan: Syiah tentu melakukan salat sunah, jumlahnya 36 kali setiap hari, yang biasanya disebut nawafil (jamak dari nafilah).
Kesalahpahaman #5:
Sebagian Syiah percaya bahwa Malaikat Jibril melakukan kesalahan dan kenabian dimaksudkan untuk Ali dan bukan untuk Muhammad saw.
Tanggapan: Tidak benar. Tidak ada Syiah yang berpikir dengan klaim palsu seperti itu. “Hanya orang gila yang berpikir untuk pertanyaan seperti itu.”
Kesalahpahaman #6:
Syiah menghujat dan mencaci tiga khalifah yang pertama (Abu Bakar, Umar dan Utsman) serta istri Nabi Muhammad, Aisyah.
Tanggapan: Syiah mengakui tiga khalifah pertama sebagai sahabat besar dan pemimpin negara Islam yang baik, tapi bukan pemimpin keagamaan (imam). Imam Jafar al-Shadiq, merupakan keturunan Abu Bakar dari jalur ibunya, mengatakan tentang Abu Bakar, “Ia melahirkanku dua kali.” Aisyah dihormati oleh Syiah sebagai ummulmukminin (ibu bagi orang-orang beriman), sebagaimana Ali menghormatinya ketika ia mengirim Aisyah kembali dari Basrah ke Madinah setelah Perang Unta (Harb Al-Jamal). Jika sebagian Syiah melakukan hujatan kepada tiga khalifah dan Aisyah, mereka melakukan itu karena kebodohan dan harus meminta ampunan Allah.
Kesalahpahaman #7:
Syiah menggabungkan salat lima waktu menjadi satu di waktu malam.
Tanggapan: Tidak benar. Di masjid Syiah, baik di Iran maupun di Amerika Serikat, seluruh salat lima waktu dilakukan. Beberapa pekerja Syiah menggabungkan waktu Zuhur dengan Asar dan Magrib dengan Isya, tapi para ulama Syiah menganjurkan untuk dikerjakan secara terpisah. Menggabungkan (jama’) seperti itu mungkin kurang baik, tapi lebih baik dari pada tidak salat sama sekali. Bagaimana bisa seorang suni yang tidak pernah salat menjadi lebih baik dibandingkan dengan seorang Syiah yang menjamak salatnya?
Kesalahpahaman #8:
Syiah tidak menunaikan zakat.
Tanggapan: Tidak benar. Syiah tidak hanya membayar 2,5% sisa dari tabungan sebagai zakat, tapi juga tambahan 20% sebagai khumus. Bagaimana pun, mereka lebih memilih untuk membayarkannya langsung kepada yang membutuhkan dari pada melalui pemerintahan suni yang korupsi.
Kesalahpahaman #9:
Syiah melakukan nikah sementara (mutah).
Tanggapan: Mutah (nikah sementara) dibolehkan pada masa Nabi Muhammad saw. Ibnu Zubair dilahirkan dari pernikahan sementara. Kemudian Khalifah Umar melarangnya dengan alasan sosial sebagaimana pemerintahan Islam telah meluas. Syiah menganggap kecil (discourage) perihal mutah tapi tidak menganggapnya sebagai terlarang. Beberapa melakukan penyalahgunaan. Sebagai hak istimewa sementara saat perjalanan, itu lebih baik dari pada perzinahan.
Kesalahpahaman #10:
Syiah menganggap para imam suci dan di atas para nabi.
Tanggapan: Tidak benar. Seluruh nabi dilahirkan sebagai nabi, tapi sebagaimana disebut Alquran tentang Ibrahim yang setelah melewati beberapa ujian, ia menjadi pemimpin (imam). Imam adalah pembawa risalah Islam. Syiah meyakini Ali hanya sebagai imam, tapi Muhammad saw. adalah nabi, rasul dan imam.
Dengan sedikit ilmu yang saya miliki, saya telah mencoba sebaik mungkin sebagai suni dalam membela saudara Syiah dalam Islam dengan harapan dan doa kepada Allah Yang Maha Kuasa agar Dia “menanamkan cinta di hati orang-orang beriman” dan membawa kita lebih dekat satu sama lain, agar kita dapat bergabung melawan musuh bersama, setan dan pengikutnya.
Selama berabad-abad, perbedaan antara Syiah dan suni merupakan hambatan dalam persatuan Islam. Perbedaan ini selalu diperbesar dan disenangi oleh musuh-musuh Islam demi keuntungan mereka sendiri. Sayangnya, beberapa orang yang disebut sebagai ulama Islam juga menjadi pemain kunci untuk menjaga perbedaan ini tetap hidup.
Meskipun dilahirkan dalam sebuah keluarga sayid suni, semasa kecil saya kurang mengetahui banyak perbedaan. Keluarga kami selalu menghormati Imam Husain (alaihisalam) dan orang tuanya dan bahkan kami ikut serta dalam peringatan kesyahidannya (10 Muharram yang disebut Asyura) dengan membaca bagian pertama Alquran (Alfatihah) dan beberapa bagian ayat Quran serta berpuasa pada hari kesembilan dan sepuluh pada bulan itu.
Sekarang, ketika saya memberikan ceramah kepada non-muslim, satu soal yang mereka selalu tanyakan kepada saya adalah apakah saya seorang Syiah atau suni. Saya tanya kepada mereka tentang perbedaannya. Mereka tidak tahu selain dari apa yang media berikan. Sehingga mereka berkata bahwa orang Syiah adalah orang jahat, versi militannya Islam, dan penyebab segala masalah di Timur Tengah.
Non-muslim Amerika ini terkejut ketika tahu bahwa tiran seperti Saddam Hussain dan pembuat masalah seperti PLO dan Hamas semua adalah suni, mereka juga terkejut ketika tahu bahwa Tariq Aziz (Mantan Perdana Menteri Irak) adalah seorang Kristiani dan bukan muslim.
Ini yang aku katakan kepada mereka tentang Syiah: “Jika Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi Muhammad) adalah seorang Syiah, maka saya adalah Syiah. Jika dia adalah seorang suni, maka saya adalah suni (yakni pengikut Nabi Muhammad).” Syiah berawal sebagai gerakan politik (syî’ah berarti “pengikut” atau “pendukung”) yang mendukung Ali menjadi pelanjut Muhammad saw.
Di Islam terdapat lima pemikiran hukum fikih yang dikenal:
1.Hanafi;
2.Syafii;
3.Maliki;
4.Hambali, dan;
5.Jafari.
Empat yang pertama disebut suni dan yang kelima, yang mengikuti ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad saw, juga mengikuti Ali dan menganggapnya sebagai pelanjut sah nabi, disebut Syiah. Empat yang pertama memiliki banyak perbedaan teologi di antara mereka sendiri dan menurut pemikiran teman saya yang Kristen, “Suni menjadi bersatu ketika mereka memerangi Syiah.”
Di antara setiap figur penting, terdapat “penggemar” yang memiliki keinginan masa depan tentang kebangkitan pemimpin mereka. Di Indiana, kami memiliki “Friends of Lugar Club”, yang berharap bahwa suatu saat Senator Richard Lugar akan menjadi Presiden Amerika. Secara nasional, kami memiliki “Hillary Rodham Clinton Fan Club” dengan 4,000 anggota! Kemudian, terdapat Followers of Ali Club yang nantinya menjadi gerakan politik. Di masa perang dengan kaum musyrik, Ali, the Sword of Islam, berada di barisan terdepan; mengalahkan dan membunuh banyak pemimpin (kaum musyrik) yang memiliki anak dan cucu. Meskipun mereka menjadi muslim, mereka selalu ingat dan dendam terhadap pembunuh ayah mereka.
Ali dirawat oleh Nabi Muhammad sejak kecil sehingga ia mengenal Islam dengan baik. Ketika ia menjadi hakim, ia mengadili berdasarkan prinsip Islam yang ketat; membuat kecewa orang-orang yang berharap Ali menjadi lunak kepada harta dan kekuasaan. Ali sangat dihormati dan dipercaya oleh kedua khalifah, Abu Bakar dan Umar, yang dalam kondisi sulit keduanya meminta pendapat Ali.
Meskipun demikian, saya katakan kepada non-muslim tersebut bahwa keduanya, Syiah dan suni, memiliki banyak kesamaan hal. Keduanya percaya kepada satu Tuhan (Allah), mengikuti nabi yang sama, Muhammad saw., melakukan salat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, pergi ke Mekah untuk haji, membaca Quran yang sama, dan berzakat.
Tetapi, jawaban saya hanya memuaskan bagi non-muslim yang sedikit pemahaman. Bagi saudara-saudara suni, kesalahpahaman itu dikarenakan propaganda Barat. Mereka siap merangkul non-muslim (khususnya kulit putih) sebagai bagian dari dakwah Islam, tapi tidak mereka lakukan juga kepada Syiah. Mereka adalah suni yang kurang pemahaman. Tugas kita sebagai pendakwah adalah mengajak kedua kelompok kepada Islam yang sesungguhnya dan tidak memusuhinya. Ada gerakan di dunia suni untuk menamakan Syiah sebagai kelompok kafir. Saya telah mengatakan bahwa Syekh Bin Baz dari Arab Saudi telah mengeluarkan fatwa bahwa daging dari ahlulkitab (Yahudi dan Kristen) adalah halal bagi muslim suni untuk dimakan tapi tidak bagi daging sembelihan Syiah!
Ada beberapa ulama dari kedua kelompok, seperti Imam Khomeini dan Syekh Syaltut dari al-Azhar yang telah melakukan hal terbaik untuk meminimalisir perbedaan dan membawa persatuan, tapi hal ini tidak akan bekerja selama informasi yang salah tentang Syiah terjadi di kebanyakan kaum suni. Karena itu saya menyusun kesalahpahaman mereka mengenai keyakinan dan amalan Syiah. Untuk jawabannya, saya telah berkonsultasi dengan dua ulama Syiah di Amerika, Dr. A. S. Hashim dari Washington dan Imam Muhammad Ali Elahi dari Detroit.
Profesor Sayid Hossein Nasr menulis kepada saya, “Abaikan dan jangan buang-buang waktu dalam menanggapi pernyataan yang keliru.” Dia juga mengingatkan bahwa, “Sejumlah besar uang dan usaha telah dikeluarkan beberapa tahun terakhir ini untuk menghembuskan api kebencian antara Syiah dan suni di wilayah Teluk Persia melalui gerakan politik dan ekonomi yang sarat akan nuansa kekuasaan.” Bagaimana pun, demi persatuan Islam, saya harus siap dengan segala pertanyaan dari pada menjauhi mereka. Ingatlah bahwa Imam Jafar, pendiri madrasah fikih Syiah, merupakan guru dari Imam Abu Hanifah.
Kesalahpahaman #1:
Syiah memiliki Quran yang berbeda. Mereka menambah 10 bab ke dalam Quran yang asli.
Tanggapan: Tidak benar. Saya telah beberapa kali memeriksa setiap Quran yang ada di rumah dan masjid kaum Syiah. Saya masih tetap menemukan Quran yang sama. Beberapa kali, saya merawat pasien wanita Iran yang dirawat di sini. Saya melihat Quran di sisinya. Saya pinjam darinya dan memeriksa dari depan hingga belakang. Dalam bahasa Arab, sama seperti Quran kita. Tentu, karena saya tidak tahu bahasa Persia, saya tidak bisa mengatakan banyak tentang terjemahannya. Adalah dosa jika kita mengatakan bahwa Quran bisa diubah atau ditambahkan oleh Syiah padahal ia dijaga oleh Allah.
Kesalahpahaman #2:
Beberapa Syiah menganggap Ali sebagai Tuhan.
Tanggapan: Tidak benar. Hal ini tidak bisa dipercaya, bahkan untuk berpikir seperti itu. Pada masa pemerintahan Ali, beberapa kelompok penyembah berhala yang disebut “ghulat” mengakui Ali sebagai Tuhan. Ketika beliau menemukan mereka, mereka dibakar hingga mati. Kelompok Alawi di Suriah mungkin memiliki keyakinan yang serupa, tapi mereka non-muslim, bukan Syiah atau suni.
Kesalahpahaman #3:
Syiah memiliki perbedaan pernyataan iman dan mereka menambah-nambah azan.
Tanggapan: Pernyataan untuk menjadi muslim, sebagaimana pernyataan kepada non-muslim, merupakan hal yang sama. Sebagian Syiah menambahkan untuk diri mereka sendiri “‘Alî waliyullâh”atau “‘Alî hujjatullâh” tapi bukan sebagai bagian dari azan.
Kesalahpahaman #4:
Syiah tidak melaksanakan salat sunah. Salat sunah adalah salat tidak wajib yang dilakukan Nabi Muhammad saw.
Tanggapan: Syiah tentu melakukan salat sunah, jumlahnya 36 kali setiap hari, yang biasanya disebut nawafil (jamak dari nafilah).
Kesalahpahaman #5:
Sebagian Syiah percaya bahwa Malaikat Jibril melakukan kesalahan dan kenabian dimaksudkan untuk Ali dan bukan untuk Muhammad saw.
Tanggapan: Tidak benar. Tidak ada Syiah yang berpikir dengan klaim palsu seperti itu. “Hanya orang gila yang berpikir untuk pertanyaan seperti itu.”
Kesalahpahaman #6:
Syiah menghujat dan mencaci tiga khalifah yang pertama (Abu Bakar, Umar dan Utsman) serta istri Nabi Muhammad, Aisyah.
Tanggapan: Syiah mengakui tiga khalifah pertama sebagai sahabat besar dan pemimpin negara Islam yang baik, tapi bukan pemimpin keagamaan (imam). Imam Jafar al-Shadiq, merupakan keturunan Abu Bakar dari jalur ibunya, mengatakan tentang Abu Bakar, “Ia melahirkanku dua kali.” Aisyah dihormati oleh Syiah sebagai ummulmukminin (ibu bagi orang-orang beriman), sebagaimana Ali menghormatinya ketika ia mengirim Aisyah kembali dari Basrah ke Madinah setelah Perang Unta (Harb Al-Jamal). Jika sebagian Syiah melakukan hujatan kepada tiga khalifah dan Aisyah, mereka melakukan itu karena kebodohan dan harus meminta ampunan Allah.
Kesalahpahaman #7:
Syiah menggabungkan salat lima waktu menjadi satu di waktu malam.
Tanggapan: Tidak benar. Di masjid Syiah, baik di Iran maupun di Amerika Serikat, seluruh salat lima waktu dilakukan. Beberapa pekerja Syiah menggabungkan waktu Zuhur dengan Asar dan Magrib dengan Isya, tapi para ulama Syiah menganjurkan untuk dikerjakan secara terpisah. Menggabungkan (jama’) seperti itu mungkin kurang baik, tapi lebih baik dari pada tidak salat sama sekali. Bagaimana bisa seorang suni yang tidak pernah salat menjadi lebih baik dibandingkan dengan seorang Syiah yang menjamak salatnya?
Kesalahpahaman #8:
Syiah tidak menunaikan zakat.
Tanggapan: Tidak benar. Syiah tidak hanya membayar 2,5% sisa dari tabungan sebagai zakat, tapi juga tambahan 20% sebagai khumus. Bagaimana pun, mereka lebih memilih untuk membayarkannya langsung kepada yang membutuhkan dari pada melalui pemerintahan suni yang korupsi.
Kesalahpahaman #9:
Syiah melakukan nikah sementara (mutah).
Tanggapan: Mutah (nikah sementara) dibolehkan pada masa Nabi Muhammad saw. Ibnu Zubair dilahirkan dari pernikahan sementara. Kemudian Khalifah Umar melarangnya dengan alasan sosial sebagaimana pemerintahan Islam telah meluas. Syiah menganggap kecil (discourage) perihal mutah tapi tidak menganggapnya sebagai terlarang. Beberapa melakukan penyalahgunaan. Sebagai hak istimewa sementara saat perjalanan, itu lebih baik dari pada perzinahan.
Kesalahpahaman #10:
Syiah menganggap para imam suci dan di atas para nabi.
Tanggapan: Tidak benar. Seluruh nabi dilahirkan sebagai nabi, tapi sebagaimana disebut Alquran tentang Ibrahim yang setelah melewati beberapa ujian, ia menjadi pemimpin (imam). Imam adalah pembawa risalah Islam. Syiah meyakini Ali hanya sebagai imam, tapi Muhammad saw. adalah nabi, rasul dan imam.
Dengan sedikit ilmu yang saya miliki, saya telah mencoba sebaik mungkin sebagai suni dalam membela saudara Syiah dalam Islam dengan harapan dan doa kepada Allah Yang Maha Kuasa agar Dia “menanamkan cinta di hati orang-orang beriman” dan membawa kita lebih dekat satu sama lain, agar kita dapat bergabung melawan musuh bersama, setan dan pengikutnya.
Post a Comment