KISAH KISAH IBNU TAMIYYAH YANG IRASSIONIL

Kyai Ibnu Taimiyah dan Kisah Irrasionalnya. Sesuatu yang bersifat Irrasional, memang selalu tak masuk akal. Ya, namanya saja diluar koridor akal sehat. Terkait cerita Irrasional, ada sebagian kalangan yang menelannya bulat-bulat, jika itu berkaitan dengan tokoh idolanya. Tak jarang ada yang menolak mentah-mentah semua cerita Irrasional itu.

Kita akan membaca beberapa kisah yang sepertinya Irrasional. Cerita ini berkaitan dengan Ibnu Taimiyyah al-Harrani (w. 728 H). Baca juga: Ternyata Ibnu Taimiyah Suka Wiridan dan Hizib, Sedangkan Para Pengikutnya Membid’ahkan

Kenapa dipilih cerita Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) disini?. Biasanya jika sesuatu yang tak masuk akal itu terjadi kepada beliau, hampir-hampir tak ada yang membantah cerita tersebut. Bahkan oleh orang yang biasanya suka mengkhurafat-tahayulkan kelompok lain.

Lain halnya jika cerita tak masuk akal ini terjadi pada diri orang yang disebut “kyai”. Memang tak bisa dipungkiri, ada orang awam yang mengiyakan saja cerita-cerita Irrasional itu, bahkan menambah-nambahi cerita biar seru dan wah. Tapi disisi lain ada pula yang malah dengan mudah menuduh sang kyai bekerjasama dengan jin, sampai menuduh syirik.

Disitu kadang saya merasa sedih.

Memanggil Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) dengan sebutan Kyai Ibnu Taimiyyah tentu sah-sah saja. Karena memang kata kyai sebenarnya untuk makna “yang dituakan ataupun dihormati”.

Kita akan baca beberapa kejadian Irrasional yang pernah terjadi pada Ibnu Taimiyyah (w. 728 H). Kejadian-kejadian ini sangat bisa dipertanggungjawabkan validitas datanya. Karena datanya primer, langsung dari kitab karangan murid-murid Ibnu Taimiyyah (w. 728 H).
Kyai Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) Bisa Meramal Masa Depan

Pernah suatu ketika Mbah Mad Dalhar atau KH. Ahmad Abdul Haq (w. 2010 M); pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Magelang kedatangan tamu yang belum beliau kenal sebelumnya. Setelah bersalaman, serta merta Mbah Mad bilang ke tamu tersebut:

“Kamu ini kerjaannya menghalalkan sesuatu yang haram ya?”

Sontak saja tamu tersebut kaget sekaligus takut, kenapa Mbah Mad bilang seperti itu. Padahal sepertinya tak pernah si tamu menghalalkan sesuatu yang memang haram menurut agama.

Selang beberapa saat, Mbah Mad berkata sebelum tamu itu bertanya kenapa. “Pegawai KUA itu kan kerjanya menikahkan orang. Nah, laki-laki dan perempuan yang awalnya haram untuk berbuat sesuatu, gara-gara kamu nikahkan sekarang jadi halal”. Oh, begitu! Ternyata si tamu itu memang kerjanya jadi pegawai KUA.

Tentu bagi sebagian orang bertanya-tanya, darimana Mbah Kyai bisa tahu bahwa tamunya adalah pegawai KUA. Karena pada saat itu, si tamu juga tak lagi memakai seragam KUA. Si Tamu juga tak mengisi buku tamu dengan menuliskan pekerjaannya. Darimana kyai tahu perkata ghaib? Khurafatkah beliau? Atau mungkin bekerjasama dengan jin?

Tentu jika awalnya sudah tak suka kyia, akan bilang; “Iya, tuh! Kyai khurafat, tak masuk akal, itu doktrin keramat wali yang sesat, mengesampingkan akal sehat!”

Biarlah dia berkata seperti itu. Mari kita baca cerita dari Ibnu Qayyim al-Jauziyyah al-Hanbali (w. 751 H) tentang sang guru; Ibnu Taimiyyah al-Harrani (w. 728 H). Suatu ketika Ibnu Qayyim pernah bilang:

ولقد شاهدت من فراسة شيخ الإسلام ابن تيمية – رحمه الله – أمورا عجيبة. وما لم أشاهده منها أعظم وأعظم

Saya telah menyaksikan firasat Ibnu Taimiyyah pada banyak kejadian yang menghebohkan. Dan apa yang belum saya saksikan, lebih banyak dan lebih heboh lagi. (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah w. 751 H, Madarij as-Salikin, h. 2/ 459)

Ibnu Qayyim (w. 751 H) ini bisa dibilang murid terdekat Ibnu Taimiyyah (w. 728 H). Diantara kejadian aneh yang dialami oleh Ibnu Qayyim adalah Ibnu Taimiyyah bisa tahu sesuatu sebelum sesuatu itu terjadi.

وأخبرني غير مرة بأمور باطنة تختص بي مما عزمت عليه، ولم ينطق به لساني. وأخبرني ببعض حوادث كبار تجري في المستقبل. ولم يعين أوقاتها. وقد رأيت بعضها وأنا أنتظر بقيتها. وما شاهده كبار أصحابه من ذلك أضعاف أضعاف ما شاهدته. والله أعلم.

(Ibnu Taimiyyah) mengabarkan kepadaku hal yang sebenarnya masih dalam pikiran saya, dan saya belum mengucapkannya kepada beliau. Beliau Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) juga mengabarkan kepadaku kejadian-kajadian besar yang akan terjadi di masa yang akan datang. Hanya beliau tidak memberikan kepastian waktu akan terjadi hal tadi. Sebagian saya lihat dan saksikan sendiri, sebagiannya masih saya tunggu. Kejadian yang disaksikan oleh para murid beliau yang lain, malah lebih banyak lagi daripada yang saya lihat. (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah w. 751 H, Madarij as-Salikin, h. 2/ 459).

Nah, sepantasnya kita juga menanyakan hal sama; darimana Kyai Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) tahu perkata ghaib? Khurafatkah beliau? Atau mungkin bekerjasama dengan jin?

Ah, kalo itu terjadi pada Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) rasanya kok tak mungkin. Beliau kan ulama salaf?

Hal serupa pernah terjadi kepada murid beliau yang lain, yaitu Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali (w. 749 H). Beliau bahkan menuliskan biografi lengkap dengan karamah dan firasat-firasat Ibnu Taimiyyah (w. 728 H). Nama kitabnya adalah al-A’lam al-Aliyyah fi Manaqib Ibnu Taimiyyah.
Kyai Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) dan Kasyaf

Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali (w. 749 H) pernah bercerita:

وحدثني أيضا قال أخبرني الشيخ ابن عماد الدين المقرئ المطرز قال قدمت على الشيخ ومعي حينئذ نفقة فسلمت عليه فرد علي ورحب بي وأدناني ولم يسألني هل معك نفقة ام لا
فلما كان بعد أيام ونفدت نفقتي أردت أن اخرج من مجلسه بعد ان صليت مع الناس وراءه فمنعني وأجلسني دونهم فلما خلا المجلس دفع الي جملة دراهم وقال انت الآن بغير نفقة فارتفق بهذه فعجبت من ذلك

Telah menceritakan kepadaku Syeikh Ibnu Imadiddin al-Muqri’; beliau berkata: Suatu ketika saya datang kepada Syeikh Ibnu Taimiyyah. Saat itu saya membawa bekal nafkah. Saya menyalami beliau, hanya setelah itu beliau tak menanyakan kepadaku apakah saya punya bekal nafkah atau tidak.

Selang beberapa hari, saat bekal nafkah saya habis, saya bertemu dengan beliau lagi. Selepas shalat bersama beliau dan saya akan pamit, beliau menahanku. Saya diminta duduk di belakangnya seraya beliau memberiku sejumlah dirham. Beliau berkata; “Kamu kan sekarang sudah tak ada bekal nafkah, ini buat kamu saja. Disitu saya takjub. (Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali w. 749 H, al-A’lam al-Aliyyah, h. 60)

Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) bisa tahu bahwa Ibnu Imadiddin al-Muqri’ tak punya bekal nafkah pada pertemuan kedua. Ibnu Imadiddin menyimpulkan:

وعلمت ان الله كشفه على حالي أولا لما كان معي نفقة وآخرا لما نفدت واحتجت الى نفقة

Saya yakin, Allah telah membukakan (kasyaf) keadaanku kepada Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) ketika bekal nafkah saya habis pada pertemuan kedua (Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali w. 749 H, al-A’lam al-Aliyyah, h. 60)

Ternyata Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) telah di-kasyaf-kan mata batinnya oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana penuturan murid beliau.
Kyai Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) Mendoakan Orang Sakit Langsung Sembuh

Kadang menjadi seorang kyai memang harus serba bisa. Jika ada masalah, datangnya ke kyai, mau nikah datangnya ke kyai, bahkan sakitpun datangnya ke kyai. Memangnya kyai multi talent? Padahal kadang hanya dido’akan saja.

Tapi ya begitulah, alhamdulillah datangnya masih ke kyai, bukan ke dukun. Asal tidak salah saja, datang ke dukun yang berpenampilan kyai, atau ke kyai yang memasang tarif per kunjungan.

Suatu ketika Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) pernah mendo’akan orang sakit. Setelah didoakan langsung segera sembuh.

وحدثني ايضا قال مرضت بدمشق اذ كنت فيها مرضة شديدة منعتني حتى من الجلوس فلم اشعر إلا والشيخ عند رأسي وأنا مثقل مشتد بالحمى والمرض فدعا لي وقال جاءت العافية. فما هو إلا أن فارقني وجاءت العافية وشفيت من وقتي

Suatu ketika saya sakit di Damaskus. Saat itu sakitnya cukup parah, sampai duduk saja susah. Tak terasa Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) sudah berada diatas saya. Beliau mendoakan saya, dan berkata; kesembuhan telah datang. Setelah beberapa saat beliau pergi, benar saja saya segera sembuh saat itu juga. (Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali w. 749 H, al-A’lam al-Aliyyah, h. 58). Hebat juga Ibnu Taimiyyah (w. 728 H).
Jika Merasa Takut dan Khawatir, Datang Saja ke Kyai Ibnu Taimiyyah (w. 728 H)

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H) menuturkan:

وكنا إذا اشتد بنا الخوف وساءت منا الظنون وضاقت بنا الأرض أتيناه، فما هو إلا أن نراه ونسمع كلامه فيذهب ذلك كله وينقلب انشراحاً وقوة ويقيناً وطمأنينة.

Jika kami merasa takut, sering berburuk sangka dan bumi terasa sempit, maka kami datang kepada Ibnu Taimiyyah. Ketika kami melihat beliau dan mendengarkan perkataan beliau, maka rasa takut tadi seketika hilang, berganti keyakinan dan ketenangan. (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah w. 751 H, al-Wabil as-Shayyib, h. 48)

Memang begitulah kyai, kadang masyarakat datang kepadanya hanya untuk menentramkan batin mereka.

Maka, jika setelah bertemu kyai atau ustadz, atau setelah mengikuti kajiannya, kok tak merasa tentram tapi malah bertambah panas, ada baiknya untuk muhasabah lagi. Barangkali ada sesuatu yang salah, entah apa itu.
Keramat Kyai Ibnu Taimiyyah: Menentang Beliau Akan Mendapatkan Bala’

Kadang murid-murid Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) juga agak berlebihan juga ketika menceritakan keramat beliau. Contohnya dibawah ini:

ومن اظهر كراماته أنه ما سمع بأحد عاداه او غض منه إلا وابتلي بعدة بلايا غالبها في دينه وهذا ظاهر مشهور لا يحتاج فيه الى شرح صفته

Keramat paling nampak dari beliau adalah jika ada yang menentang atau memusuhi beliau, biasanya akan mendapatkan bala’ atau cobaan, biasanya dalam keagamaannya. Ini adalah sesuatu yang masyhur dan tak perlu dijelaskan bagaimana sifatnya. (Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali w. 749 H, al-A’lam al-Aliyyah, h. 62)
Kyai Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) Memang Banyak Keramatnya

Maka Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali w. 749 H berkesimpulan:
قلت وكرامات الشيخ رضي الله عنه كثيرة جدا لا يليق بهذا المختصر اكثر من ذكر هذا القدر منها

Keramatnya Ibnu Taimiyyah itu sangat banyak (Sirajuddin Abu Hafsh Umar bin Ali w. 749 H, al-A’lam al-Aliyyah, h. 62)

Itulah beberapa contoh keramat dan cerita Irrasional dari Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) yang diceritakan langsung oleh beberapa murid beliau. Dan itu hanya sebagiannya saja. Jika mau lebih banyak, silahkan baca-baca lagi biografi beliau langsung di kitab-kitab murid beliau.
Kyai Ibnu Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) Bercerita Tentang Keramat: Ada Orang Bisa Berjalan Di atas Air Dengan Doa Tertentu

Jika tadi yang bercerita adalah murid Ibnu Taimiyyah tentang gurunya. Ibnu Taimiyyah sendiri mempunyai kitab yang berjudul al-Furqan Baina Auliya ar-Rahman wa Auliya as-Syeithan; Beda antara wali Allah dan wali Syeitan.

Suatu kesempatan Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) menuliskan:

والعلاء بن الحضرمي كان عامل رسول الله صلى الله عليه وسلم على البحرين وكان يقول في دعائه: يا عليم يا حليم يا علي يا عظيم، فيستجاب له، ودعا الله بأن يسقوا ويتوضؤوا، لما عدموا الماء، والإسقاء لما بعدهم، فأجيب.
ودعا الله لما اعترضهم البحر ولم يقدروا على المرور بخيولهم، فمروا كلهم على الماء ما ابتلت سروج خيولهم

Al-Ala’ bin al-Hadhromi termasuk salah satu pekerja Nabi Muhammad di Bahrain. Suatu ketika dia berdoa: ya Alim, ya Halim, ya Aliy, ya Adzim! Maka doanya terkabul. Beliau juga berdoa ketika sedang tidak ada air, agar bisa wudhu dan minum. Dan beliau dikabulkan doanya.

Beliau berdoa ketika mau melewati laut, agar bisa berjalan diatas air bersama dengan kudanya. Maka beliau bersama rombongannya bisa berjalan diatas air tanpa basah sedikitpun. (Ibnu Taimiyyah al-Harrani w. 728 H, al-Furqan Baina Auliya ar-Rahman wa Auliya as-Syeithan, h. 162).

Itulah salah satu keramat shahabat Nabi yang diceritakan oleh Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) dalam kitabnya. Hal yang menarik adalah shahabat Nabi al-Ala’ bin al-Hadhromiy dalam do’anya beliau mengucapkan: ya Alim, ya Halim, ya Aliy, ya Adzim!

Darimanakah doa itu didapatkan? Adakah haditsnya? Bukankah itu membuat-buat doa yang tak diajarkan oleh Nabi? Bid’ahkah?

Kadang ada orang yang nyinyir jika ada orang yang mengamalkan suatu kalimah thayyibah tertentu, misalnya: dengan membaca ya Hayyu ya Qayyum, insyaAllah bisa berjalan diatas air, dst. Dengan mengatakan, itu tak dalilnya.
Keramat Wali dan Sikap Kita

Tentu masih banyak lagi cerita tak masuk akal yang terjadi kepada para kekasih Allah. Tak sedikit memang yang hanya cerita fiktif belaka.

Agama Islam tak mengingkari adanya sesuatu yang Irrasional. Maka jika ada kejadian tak masuk akal terjadi pada diri seseorang, kita akan gali lebih dalam lagi terkait siapa orang itu. Apakah wali Allah atau wali Syeitan?

Kita akan membaca beberapa episode menarik dari hidupnya Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) pada kesempatan yang lain, insyaAllah. Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wa’fu anhu. Lahu al-Fatihah..

Source: Ust. Hanif Luthfi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.