KONFLIK SURIAH DIPICU JUGA OLEH MUKHTAMAR JIHAD DI KAIRO JUNI 2013



 Salah satu muktamar akbar untuk mendukung segala bentuk jihad ke Suriah untuk menggulingkan pemerintahan Assad adalah muktamar jihad di Kairo pada Juni 2013 yang diisi oleh ulama-ulama kaliber internasional seperti syekh Yusuf al-Qardhawi

Syekh Ahmad Karimah dari al-Azhar .
 
Ulama Sunni di luar Suriah yang menolak segala bentuk intervensi terhadap permasalahan di Suriah terbilang sedikit. Jagad perkumpulan ulama internasional didominasi oleh pertemuan-pertemuan yang menginginkan pelengseran presiden Bashar al-Assad dan mendukung revolusi di Suriah.  


Salah satu muktamar akbar untuk mendukung segala bentuk jihad ke Suriah untuk menggulingkan pemerintahan Assad adalah muktamar jihad di Kairo pada Juni 2013 yang diisi oleh ulama-ulama kaliber internasional seperti syekh Yusuf al-Qardhawi, syekh Muhammad Hassan, syekh Muhammad al-Arifi, dan sebagainya. Bahkan dukungan juga datang dari presiden Mesir saat itu, Muhammad Mursi yang memerintahkan penutupan kedutaan Mesir di Damaskus. .
 
Salah satu ulama Mesir yang mengecam keras muktamar “gak jelas” itu ialah dosen perbandingan agama di universitas al-Azhar, yakni Syekh Ahmad Karimah. Dalam keterangannya pada acara Jumlah Mufidah kanal TV Mbc Mesir, Ahmad Karimah mengomentari seruan-seruan jihad yang diumumkan beberapa ulama dan agawaman Mesir di Stadiun Kairo pada perayaan Muktamar Kekuatan Islam untuk Mendukung Revolusi Suriah, yang juga dihadiri langsung oleh presiden Mesir waktu itu, Muhammad Mursi. 


Ahmad Karimah menyebut seruan-seruan tersebut berasal dari emosi dan perasaan, bukan berdasarkan syariat Islam. Ahmad Karimah mengutip hadis dari Nabi yang menyebutkan keutamaan orang yang memilih diam pada saat terjadi fitnah atau perselisihan internal dalam umat. Ahmad Karimah juga menyayangkan sikap mereka karena seruan tersebut memalingkan diri dari keadaan internal Mesir sendiri yang mengalami turbulensi dalam berbagai aspek, dimulai dari politik sampai ekonomi. Ahmad Karimah juga mengatakan, “Aku katakan kepada perkumpulan itu, kenapa muktamar ini, ketika perbatasaan antara Gaza dan Mesir terbuka, tidak menyerukan jihad untuk membebaskan Masjid al-Aqsa. Kenapa pemutusan hubungan diplomatik tidak dilakukan terhadap Israel? Justru malah memutus hubungan dengan salah satu negara Muslim. Kenapa tidak memutus hubungan dengan otoritas Myanmar yang di dalamnya umat Muslim menderita?”

 Ahmad Karimah melanjutkan, “Muktamar yang diadakan di Kairo tidak dihadiri oleh ulama sejati, hanya para khotib masjid atau pemberi nasihat yang tidak memiliki tingkat keilmuan yang dapat diperhitungkan. Menyebut mereka sebagai ulama sangat berbahaya sekali. Ulama mana yang menganggap bahwa konflik di Suriah bisa diobati dengan perang dan pertumpahan darah?Al-Quran telah menunjukkan kepada kita metode yang benar, “Maka damaikanlah di antara keduanya.” Perintah mendamaikan di sini bukan ditujukan kepada orang awam biasa, tetapi untuk pihak yang memiliki otoritas. Bukan hak kita untuk mengeluarkan fatwa untuk membunuh orang lain. Yang harus melawan pemberontakan dan pembangkangan adalah otoritas negara berdasarkan firman Allah, “Dan perangilah kelompok yang memberontak sampai ia kembali kepada perkara Allah.” Kesimpulannya, peran kita sekarang terkait Suriah adalah dengan menjadi pihak yang mendamaikan, atau mengasingkan diri dari urusan konflik dan menyerahkan solusi konflik yang tepat kepada rakyat Suriah sendiri.”
.


Gambar: Dr. Ahmad Karimah, sumber gambar:https://arabi21.com/story/943079

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.