FITNAH YANG BERLABEL ULAMA DAN MEDIA MEMPERBURUK KONDISI SURIAH
ULAMA DAN KRISIS SURIAH
. Syekh Ahmad Badruddin Hassun, Mufti Agung Suriah
.
Jika kegigihan membela tanah air dapat membuat syekh Ahmad Shadiq dihujani peluru, atau
membuat syekh Ramadhan al-Buthi dibunuh dengan bom bunuh diri, maka mufti agung Suriah, yakni syekh Badruddin Hassun harus rela kehilangan puteranya, Sariyah, yang tewas ditembak oleh sekelompok milisi dari pihak oposisi bersenjata. Sejak awal, syekh Badruddin Hassun memilih untuk bersikap kontra-revolusi. Sama seperti syekh Ramadhan al-Buhti, syekh Hassun menduga kuat ada rencana asing yang ingin mencabik-cabik Suriah dengan cara memantik kerusuhan dan kekacauan. Namun lagi-lagi, syekh Hassun juga menyayangkan “kepolosan” sebagian ulama Suriah sendiri yang memilih untuk membakar bara kekacauan dibandingkan memadamkannya. Hassun menyayangkan keberadaan para ulama, imam masjid, dan pendakwah, terutama dari Saudi, yang melakukan provokasi dengan khotbah dan pengajian yang mereka sampaikan.
Secara spesifik, Hassun menyebut stasiun kanal TV seperti Al-Jazeera dan Al-Arabiya, membantu para imam dan ulama propokatif tersebut dengan terus melayangkan klaim palsu bahwa agawaman, terutama Hassun peribadi, berada di pihak pro-Assad. Hassun juga meyakini bahwa keberadaan dua kota perbatasan, seperti Daraa dan Homs, rentan disusupi infiltrasi asing. Di Homs misalnya, yang dekat dengan perbatasan Lebanon, banyak anasir asing yang masuk ke Suriah seperti dari Irak, Afghanistan, Arab Saudi, dan Yaman yang membawa agenda-agenda radikal
.
Hassun ingin menegaskan bahwa bersamaan dengan keberadaan anasir asing di Suriah, serangan terhadap internal Suriah juga dilakukan oleh banyak media anti-Assad, sebagaimana yang juga disadari oleh Rusia sendiri. Ketua Organisasi Persahabatan Rusia-Suriah, Aleksander Dzasokhov, menegaskan bahwa Suriah menjadi sasaran perang media, ada lebih dari 60 kanal televisi Barat yang memalsukan dan memutarbalikkan fakta selama 24 jam sehari.
Sikap Hassun yang dianggap membela ‘kezaliman’ Assad nampaknya yang menyebabkan Sariyah, putera bungsu Hassun sekaligus mahasiswa Hubungan Internasional di universitas di Aleppo, dibunuh oleh sekelompok orang bersenjata pada tahun 2011. Saat prosesi takziyah Sariyah, syekh Hassun mengatakan, “Siapa saja yang mengetahui salah satu anaknya membawa senjata, maka katakanlah kepadanya untuk menyelamatkan tanah air. Siapa saja yang meletakkan senjatanya dan berhenti membunuh dan berperang, maka aku memintamu, wahai presiden, agar mengeluarkan amnesti (pengampunan) umum untuk mereka bahkan yang telah membunuh anakku. Demi Suriah, demi tanah air, demi negaraku, demi agamaku dan nilai-nilai moralku. Sementara kalian wahai oposisi, Suriah terbuka pintunya. Berhentilah kalian mengutuk Suriah dari luar sana. Datanglah ke Suriah dan katakan apa yang kalian inginkan. Jika ada satu orang yang menolak kalian, maka aku akan bersama membela oposisi.”
.
Gambar: Syekh Badruddin Hassun saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Tahun Dialog Antar Budaya dan Peradaban tahun 2008 di Strasbourg, Perancis. sumber: https://www.youtube.com/watch?v=_QqM4ychvA0
. Syekh Ahmad Badruddin Hassun, Mufti Agung Suriah
.
Jika kegigihan membela tanah air dapat membuat syekh Ahmad Shadiq dihujani peluru, atau
membuat syekh Ramadhan al-Buthi dibunuh dengan bom bunuh diri, maka mufti agung Suriah, yakni syekh Badruddin Hassun harus rela kehilangan puteranya, Sariyah, yang tewas ditembak oleh sekelompok milisi dari pihak oposisi bersenjata. Sejak awal, syekh Badruddin Hassun memilih untuk bersikap kontra-revolusi. Sama seperti syekh Ramadhan al-Buhti, syekh Hassun menduga kuat ada rencana asing yang ingin mencabik-cabik Suriah dengan cara memantik kerusuhan dan kekacauan. Namun lagi-lagi, syekh Hassun juga menyayangkan “kepolosan” sebagian ulama Suriah sendiri yang memilih untuk membakar bara kekacauan dibandingkan memadamkannya. Hassun menyayangkan keberadaan para ulama, imam masjid, dan pendakwah, terutama dari Saudi, yang melakukan provokasi dengan khotbah dan pengajian yang mereka sampaikan.
Secara spesifik, Hassun menyebut stasiun kanal TV seperti Al-Jazeera dan Al-Arabiya, membantu para imam dan ulama propokatif tersebut dengan terus melayangkan klaim palsu bahwa agawaman, terutama Hassun peribadi, berada di pihak pro-Assad. Hassun juga meyakini bahwa keberadaan dua kota perbatasan, seperti Daraa dan Homs, rentan disusupi infiltrasi asing. Di Homs misalnya, yang dekat dengan perbatasan Lebanon, banyak anasir asing yang masuk ke Suriah seperti dari Irak, Afghanistan, Arab Saudi, dan Yaman yang membawa agenda-agenda radikal
.
Hassun ingin menegaskan bahwa bersamaan dengan keberadaan anasir asing di Suriah, serangan terhadap internal Suriah juga dilakukan oleh banyak media anti-Assad, sebagaimana yang juga disadari oleh Rusia sendiri. Ketua Organisasi Persahabatan Rusia-Suriah, Aleksander Dzasokhov, menegaskan bahwa Suriah menjadi sasaran perang media, ada lebih dari 60 kanal televisi Barat yang memalsukan dan memutarbalikkan fakta selama 24 jam sehari.
Sikap Hassun yang dianggap membela ‘kezaliman’ Assad nampaknya yang menyebabkan Sariyah, putera bungsu Hassun sekaligus mahasiswa Hubungan Internasional di universitas di Aleppo, dibunuh oleh sekelompok orang bersenjata pada tahun 2011. Saat prosesi takziyah Sariyah, syekh Hassun mengatakan, “Siapa saja yang mengetahui salah satu anaknya membawa senjata, maka katakanlah kepadanya untuk menyelamatkan tanah air. Siapa saja yang meletakkan senjatanya dan berhenti membunuh dan berperang, maka aku memintamu, wahai presiden, agar mengeluarkan amnesti (pengampunan) umum untuk mereka bahkan yang telah membunuh anakku. Demi Suriah, demi tanah air, demi negaraku, demi agamaku dan nilai-nilai moralku. Sementara kalian wahai oposisi, Suriah terbuka pintunya. Berhentilah kalian mengutuk Suriah dari luar sana. Datanglah ke Suriah dan katakan apa yang kalian inginkan. Jika ada satu orang yang menolak kalian, maka aku akan bersama membela oposisi.”
.
Gambar: Syekh Badruddin Hassun saat memberikan sambutan pada acara pembukaan Tahun Dialog Antar Budaya dan Peradaban tahun 2008 di Strasbourg, Perancis. sumber: https://www.youtube.com/watch?v=_QqM4ychvA0
Post a Comment