DOSA YANG MENGHALANGI SESEORANG UNTUK BERM'ARIFAT PADA ALLAH TA'ALA

Bismillahirrrahmannirahim..
Ibarat kita mau menghadap pada seorang pembesar sepertinya tak layak kalau kita berpakaian kotor, dekil dan bau, belum dicuci, tentunya kita akan berusaha untuk berdandan rapi, wangi, bahkan bila perlu kita ngutangpun untuk beli pakaian yang sekiranya layak akan kita lakukan..pun halnya menuju jalan Makrifatullah..dibutuhkan satu jalan yang suci atau "
pensucian diri sebagai kunci utama membuka segala tabir dan hijab Ilahi.."
Minyak dan air takan pernah menyatu, gelap dan terang itu terpisah..Suci dan Nista itu berbeda..
" TAUBAT " ITULAH KUNCI..tuk melangkah dalam segala titian Ilahi....tiada diri yang tak berwarna..namun tiada diri pula diri yang kan terputus dari segala hamparan Ridho dan Rahmat Ilahi Rabbi..
Allahumma sholli ala sayyidina wamaula Muhammad wa ala alihi washohbihi wasallam..
Tingkatan pertama dosa besar adalah dosa yang menghalangi seseorang untuk dapat mengenal (makrifat) Allah, yaitu kekufuran. Tidak ada dosa yang lebih besar dari kekufuran. Kemudian tingkat di bawahnya adalah kebodohan, dan kekufuran itu sendiri merupakan sebuah kebodohan. Kebodohan dalam arti kekufuran akan menghalangi seseorang untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat menunjukkan (kebesaran) Allah. Kemudian jenis kebodohan lainnya adalah rasa aman dari makar Allah Ta’ala dan putus asa terhadap rahmat Allah. Rasa aman dari makar Allah merupakan salah satu bentuk kebodohan terhadap Allah, dan putus asa dari rahmat-Nya juga bentuk kebodohan terhadap Allah. Kebodohan semacam ini sangat berbahaya bagi manusia. Barang siapa mengenal Allah, tidak dapat dibayangkan ia akan merasa aman dari makar-Nya dan berputus asa dari rahmat-Nya. Seseorang yang mengenal Allah pasti akan takut kepada-Nya. Dan tidak mungkin mengenal Allah seseorang yang berputus asa dari rahmat-Nya. Jika dia mengenal Allah tidak mungkin dia akan berputus asa dari rahmat-Nya.
Setelah kebodohan kekufuran, maka kebodohan yang menyebabkan seseorang merasa aman dari makar Allah dan berputus asa dari rahmat-Nya merupakan kebodohan yang sangat buruk. Karena itulah Sayidina Hudhaifah radhiyallahu anhu berkata, “Tidaklah seseorang merasa imannya aman-aman saja, kecuali imannya pasti akan tercabut.”
Kendati telah memperoleh jaminan khusus sebagai penghuni Surga  melalui  lisan Rasulullah saw, kita menyaksikan para sahabat senantiasa merasa takut kepada Allah. Kaum Muhajirin dan Anshar semuanya memperoleh jaminan masuk Surga, akan tetapi sepanjang hidupnya, rasa takut kepada Allah tidak pernah sirna dari diri mereka. Sedikit pun mereka tidak pernah merasa aman dari makar Allah, sebab, jika itu terjadi, maka mereka akan termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi, sedangkan mereka tidaklah demikian. Allah Ta’ala mewahyukan:

أفأمنوا مكر الله فلا يأمن مكر الله الا القوم الخسرون (99

“Maka apakah mereka merasa aman dari makar (azab) Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan makar (azab) Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (Al-A’raf, 7:99)
Demikianlah anak didik Nabi Muhammad saw. Beliau mendidik mereka dan memberikan kabar gembira kepada mereka. Tidak sedikit pun mereka ragu atas kabar gembira yang beliau sampaikan, akan tetapi sepanjang hidupnya, mereka tidak pernah meninggalkan tugas mereka untuk beribadah dan beradab kepada Tuhan mereka.
Dosa besar setelah kebodohan semacam ini adalah perbuatan bid’ah yang berkaitan dengan Dzat, sifat dan perbuatan Allah. Banyak orang yang menyalahi apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah saw, para sahabat dan kaum sholihin di setiap masa. Pengetahuan tentang Dzat, sifat dan perbuatan Allah sudah jelas dan tidak perlu diukirkan panjang lebar. Cukup kita mengatakan:

قل هو الله احد (1) الله الصمد (2) لم يلد ولم يولد (3) ولم يكن له كفوا أحد (4)

“Katakanlah: “Dia-Iah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada­Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlash, 112:1-4)

الله لا إله الا هو الحي القيوم لا تأخذه سنة ولا نوم له ما في السماوات وما في الأرض من ذا الذي يشفع عنده الا بإذنه يعلم ما بين ايديهم وما خلفهم ولا يحيطون بشيء من علمه الا بما شاء وسع كرسيه السماوات و الأرض ولا يئوده حفظهما وهو العلي العظيم (255)

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (Al-Baoarah, 2:255)

هو الله الذي لااله الا هو عالم الغيب والشهادة هو الله الرحمن الرحيم (22) هو الله الذي لااله الا هو الملك القدوس السلام المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبر سبحان الله عما يشركون (23) هو الله الخالك البارئ المصور اله الأسماء الحسنى يسبح له ما في السماوات والأرض وهو العزيز الحكيم (24)

Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia­lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (AI-Hasyr, 59:22-24)
Semua tauhid yang engkau butuhkan, yang dapat engkau nikmati, yang engkau gunakan untuk berhubungan dengan Allah, semuanya telah tercantum di dalam Al-Quran. Akan tetapi, merupakan sebuah bencana, ada sebagian orang-orang yang masih berbuat bid’ah dalam permasalahan tauhid ini. Mereka bersikap berani dan melawan Allah. Inilah bid’ah yang paling berat, yaitu kebodohan terhadap Allah Ta’ala, kebodohan akan sifat, nama, dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Bagaimana posisi tauhid di zaman Rasulullah saw dan di zaman para sahabat? Apakah beliau memiliki kekurangan di dalam penyampaian masalah tauhid ini? Apakah masih ada yang beliau sembunyikan? Beliau telah menjelaskan tauhid ini dengan lisan beliau dan meresap hingga ke lubuk hati para sahabat. Sayangnya, di masa ini ada orang-orang yang mengaku menegakkan tauhid dengan mencaci maki kaum sholihin, dengan menghancurkan peninggalan-peninggalan bersejarah Rasulullah saw dan kaum sholihin, dan mereka menyatakan perbuatan tersebut sebagai tauhid? benarkah demikian tauhid itu? Semoga Allah melindungi kita semua dari pemikiran semacam ini. Duhai Allah yang merubah-rubah keadaan, rubahlah keadaan kami dan seluruh umat Islam ke keadaan yang terbaik.


Sumber: Saduran Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz
Diberdayakan oleh Blogger.