PBB: Terburuk Dalam Setengah Abad, Kondisi Di Yaman Mirip Kiamat
Wakil Sekjen PBB untuk koordinasi kemanusiaan dan bantuan daruruat
PBB, Mark Lowcok, menyatakan bahwa penduduk Yaman mengalami situasi
“mirip kiamat” dan berpotensi tertimpa bencana kemanusiaan terburuk
dalam setengah abad terakhir.
“Situasi di Yaman sekarang bagi penduduk negara ini terlihat seperti kiamat,” katanya, Jumat (5/1/2018).
Seperti diketahui, Yaman sudah hampir tiga tahun menjadi sasaran amuk serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dengan dalih membela Abd Rabbuh Mansour Hadi yang tersingkir dari jabatannya sebagai presiden Yaman oleh revolusi yang digerakkan oleh kelompok Ansarullah (Houthi).
Serangan ini menyebabkan menimbulkan banyak kehancuran, kelangkaan bahan pangan, merebaknya wabah kolera, dan membuat jutaan orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
“Wabah kolera mungkin adalah yang terburuk yang pernah dialami dunia dengan satu juta kasus yang dicurigai sampai akhir 2017,” ujar Lowcok.
Lowcock menjelaskan “epidemi baru yang mengerikan” difteri, penyakit bakteri yang seharusnya dicegah dengan imunisasi, telah “menyerang hingga 500 orang dengan puluhan dan puluhan kematian” dalam beberapa minggu terakhir.
“Itu akan menyebar seperti api… Jika situasinya tidak berubah, kita akan mengalami bencana kemanusiaan terburuk di dunia selama 50 tahun,” tambahnya.
Hal ini dia katakan manakala Dana Darurat PBB (CERF) mengalokasikan US$ 50 juta untuk mendukung usaha bantuan kemanusiaan di Yaman, di mana lebih dari delapan juta orang berada di ambang kelaparan.
Jumlah tersebut merupakan alokasi terbesar yang pernah dilakukan oleh CERF dan mencerminkan situasi mengerikan di Yaman, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia Arab sebelum dimulainya perang pada tahun 2015.
Lowcock mengatakan bahwa dana itu akan membantu mempersiapkan bantuan yang diperlukan untuk tahun depan.
“Fakta bahwa saya harus melakukan itu jelas bukan tindakan yang berhasil, itu adalah tanda betapa putus asa situasinya,” keluhnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat, PBB mengatakan bahwa dana itu akan “memungkinkan peningkatan bantuan mendesak untuk menyelamatkan jiwa” di Yaman dan akan diarahkan untuk mencegah bencana kelaparan, serta membantu warga sipil yang terkena dampak konflik.
Sebagian dana juga akan digunakan untuk mendukung layanan publik yang memburuk di negara ini. (mm/aljazeera)
“Situasi di Yaman sekarang bagi penduduk negara ini terlihat seperti kiamat,” katanya, Jumat (5/1/2018).
Seperti diketahui, Yaman sudah hampir tiga tahun menjadi sasaran amuk serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dengan dalih membela Abd Rabbuh Mansour Hadi yang tersingkir dari jabatannya sebagai presiden Yaman oleh revolusi yang digerakkan oleh kelompok Ansarullah (Houthi).
Serangan ini menyebabkan menimbulkan banyak kehancuran, kelangkaan bahan pangan, merebaknya wabah kolera, dan membuat jutaan orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
“Wabah kolera mungkin adalah yang terburuk yang pernah dialami dunia dengan satu juta kasus yang dicurigai sampai akhir 2017,” ujar Lowcok.
Lowcock menjelaskan “epidemi baru yang mengerikan” difteri, penyakit bakteri yang seharusnya dicegah dengan imunisasi, telah “menyerang hingga 500 orang dengan puluhan dan puluhan kematian” dalam beberapa minggu terakhir.
“Itu akan menyebar seperti api… Jika situasinya tidak berubah, kita akan mengalami bencana kemanusiaan terburuk di dunia selama 50 tahun,” tambahnya.
Hal ini dia katakan manakala Dana Darurat PBB (CERF) mengalokasikan US$ 50 juta untuk mendukung usaha bantuan kemanusiaan di Yaman, di mana lebih dari delapan juta orang berada di ambang kelaparan.
Jumlah tersebut merupakan alokasi terbesar yang pernah dilakukan oleh CERF dan mencerminkan situasi mengerikan di Yaman, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia Arab sebelum dimulainya perang pada tahun 2015.
Lowcock mengatakan bahwa dana itu akan membantu mempersiapkan bantuan yang diperlukan untuk tahun depan.
“Fakta bahwa saya harus melakukan itu jelas bukan tindakan yang berhasil, itu adalah tanda betapa putus asa situasinya,” keluhnya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat, PBB mengatakan bahwa dana itu akan “memungkinkan peningkatan bantuan mendesak untuk menyelamatkan jiwa” di Yaman dan akan diarahkan untuk mencegah bencana kelaparan, serta membantu warga sipil yang terkena dampak konflik.
Sebagian dana juga akan digunakan untuk mendukung layanan publik yang memburuk di negara ini. (mm/aljazeera)
Post a Comment