SEPUCUK SURAT CINTA BAGIMU YAA RASULULLAH SHOLLAHU ALAIHI WASALLAM

Bismillahirrahmannirahim..
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..Yaa Rasulullah..
diri teringat akan ucapmu.."jika kau cinta padaku maka ikutlah segala sunnahku"..itu pesanmu pada setiap diri..
diri terlelap dikala malam..sementara kau bangun sujud bermihrab kaki membengkak..
diri kenyang diwaktu siang, sementara kau ganjal batu diperut dalam siang shaum shaummu..
diri berpulang pergi berhaji, sementara bagimu fakir dan miskin adalah teman sejati..
diri mendayu lelap dalam buai tilam nan empuk ..sementara pelepah kurma adalah alas tidurmu..
adab diri jauh dari prilakumu..kami malu ya habibullah.., ya rasulullah salamun alaik...kami ingin berdiri dibawah panjimu, meneguk telaga al-kautsarmu, dalam segala rengkuh syafa'atmu, dikala semua nabi dan rasul berlepas dari semua diri....
diri berjanji lebih berbakti pada ilahi rabbi dalam segala penghambaan diri..yaa rasulullah salamun alaik...ya uswatun khasanah....lautan tinta jutaan pena tidakan mampu melukis segala indah adabmu...izinkan diri tuk selalu memuji dan bersholawat padamu sebagai bukti cinta kami padamu ya habibullah..
allahumma sholli ala sayyidina wamaulan muhammad wa ala alihi washohbihi wasallim..


1. Apa kiranya perasaan Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq saat Nabi bersabda :
“Andai kuambil kekasih di antara insan, pasti kujadikan Abu Bakar sebagai Khalilku.”
2. Apa kiranya perasaan Sayyidina ‘Umar, saat dia berpamit ‘umrah & Nabi bersabda padanya :
“Jangan lupakan kami dalam do’amu duhai saudara tersayang.”
3. Apa kiranya perasaan Sayyidina ‘Utsman saat membekali pasukan Tabuk & Nabi bersabda :
“Tiada yg membahayakan ‘Utsman apapun setelah ia lakukan ini.”
4. Apa kiranya perasaan Sayyidina ‘Ali kala Nabi bersabda :
“Bahwasanya kedudukanmu di sisiku laksana Harun di sisi Musa, tapi tiada Nabi sesudahku.”
5. Apa kiranya perasaan Sayyidina Thalhah saat Nabi bersabda :
“Siapa yang ingin melihat syahid yang masih berjalan di atas bumi, lihatlah Thalhah.”
6. Apa kiranya perasaan Sayyidina Az-Zubair saat RasuluLlah bersabda :
“Setiap Nabi memiliki Hawari, dan Hawariku adalah Zubair ibn Al ‘Awwam.”
7. Apa kiranya perasaan Sayyidina Abu ‘Ubaidah saat Nabi bersabda :
“Setiap ummat memiliki Amin, dan orang kepercayaan ummat ini adalah Abu ‘Ubaidah.”
8. Apa kiranya perasaan Sayyidina ‘Abdurrahman ibn ‘Auf saat dirinyalah dimaksud oleh sabda Nabi kepada Sayyidina Khalid ibn Al Walid :
“Jangan cela sahabatku. Demi ALLAH andai kalian berinfak emas seberat gunung Uhud, hal itu takkan menyamai shadaqah segenggam atau setengah genggam tepungnya.”
9. Apa kiranya perasaan Sayyidina Mu’adz ibn Jabal, di saat RasuluLlah bersabda padanya :
“Wahai Mu’adz, demi ALLAH, aku benar-benar mencintaimu.”
10. Apa kiranya perasaan Sayyidina Ibn ‘Abbas, saat Nabi merengkuh & mencium kepalanya lalu berdo’a :
“Ya ALLAH faqihkan dia & ajarkan tafsir padanya.”
11. Apa kiranya perasaan Sayyidina Ubay ibn Ka’b, saat Nabi berkata padanya :
“ALLAH memerintahkanku tuk membacakan Surat Al-Bayyinah ini kepadamu.”
Hingga dengan wajah berseri-seri dia bertanya :
“Ya Rasulallah, benarkah ALLAH menyebut namaku kepadamu?”
Dan Nabi menjawab :
“Benar.”
12. Apa kiranya perasaan Sayyidina Abu Musa Al Asy’ari, di saat Nabi bersabda :
“Esok datanglah menjumpaiku, aku ingin mendengarkan bacaan Qur’an-mu.”
13. Apa kiranya perasaan Sayyidatuna ‘Aisyah, saat Nabi menyebut namanya tanpa ragu di urutan pertama, kala ditanya Sayyidina ‘Amr :
“Siapakan yang paling engkau cintai Ya Rasulallah?”
14. Apa kiranya perasaan Sayyidina Ibn Mas’ud, kala betis kecilnya ditertawakan.
Maka Nabi bersabda :
“Betis itu di sisi ALLAH lebih berat dari Uhud.”
15. Apa kiranya perasaan Sayyidina ‘Ukasyah, saat disebut 70.000 orang masuk ke surga tanpa hisab & Nabi berkata :
“Engkau termasuk di antara mereka.”
16. Apa kiranya perasaan Sayyidina Bilal ibn Rabah, saat Nabi bersabda :
“Ceritakan padaku hai Bilal, amal apakah yang paling kau jaga dalam Islam, sebab sungguh aku mendengar bunyi terompahmu di surga?”
Lalu dia menjawab dengan tersipu :
“Menjaga wudhu’ & dua raka’at syukur atas wudhu.”
17. Apa kiranya perasaan orang-orang Anshar, di kala Nabi bersabda :
“Jika manusia memilih jalan melalui sebuah lembah, sedang kaum Anshar mengambil suatu celah, niscaya aku turut serta di celah yang dilalui para Anshar.
Ya ALLAH rahmatilah Anshar & anak-cucu kaum Anshar.”
Apa kiranya perasaan para sahabat, yang mereka berjumpa Nabi pada petang & pagi, berjalan mengiringi beliau, memperoleh senyum & do’anya?
Apa kiranya perasaan kita saat kelak bertemu Nabi & para sahabatnya?
“Aku rindu… Aku rindu….”
Kata Rasulullah ketika sedang duduk bersama para sahabat.
Dan sahabatpun bertanya :
“Kepada siapa engkau rindu Ya Rasulallah?”
“Aku rindu kepada saudara-saudaraku.”
“Bukankah kami ini saudara-saudaramu, Ya Rasulallah?”
“Kalian sahabat-sahabatku dan aku mencintai kalian, namun aku rindu kepada saudara-saudaraku.”
“Siapa mereka Ya Rasulallah, yang engkau panggil mereka dengan sebutan saudaramu dan engkau rindukan itu?”
Rasulallah menjawab :
“Mereka adalah ummatku kelak, yang belum pernah melihat wajahku, belum pernah bertemu denganku, belum pernah berbincang-bincang denganku, tapi mereka merindukanku, mereka melanjutkan perjuanganku, dan tak jarang mereka meneteskan air mata karena menahan rindu padaku.
Aku rindu pada mereka dan aku ingin bertemu dengan mereka.”
Adakah Nabi kan bersabda, “Kaliankah orangnya, yang telah membuatku menangis karena rindu, yang telah membuat para sahabatku cemburu?”
“Kaliankah orangnya, yang beriman kepada apa yang kubawa meski kita tak berjumpa, yang mengucap shalawat atas namaku meski tak bertemu?”
Ya Sayyidi Ya Rasulallah…
Inilah kami…
Yang KATANYA rindu padahal hanya SEDIKIT membaca shalawat dengan lidah kelu..
Yang KATANYA rindu tapi perut kami senantiasa kenyang, bahkan dari yg harom..
Yang KATANYA rindu padahal selalu mengumbar syahwat, suka melihat yg harom..
Yang KATANYA rindu tapi suka su’dzon..
Yang KATANYA rindu padahal gemar ghibah..
Yang KATANYA rindu tetapi kikir untuk sedekah..
Yang KATANYA rindu padahal tak bertanggung jawab mendidik keluarga..
Yang KATANYA rindu tetapi suka berkata kotor..
Yang KATANYA rindu padahal hati kami selalu lalai.
Yang KATANYA rindu tapi durhaka kepada kedua orang kami..
Kadang kami merasa lelah merawat kedua orang tua kami, padahal itu baru secuil bakti kami, itupun kami sudah merasa puas melayani mereka..
Adakah kami layak jadi ummat dari Nabi seagung engkau dan beroleh syafaa’atmu?
Ya ALLAH..
Ya Rob..
Ya Karim..
Ya Arhamarrohimiin.. limpahkan shalawat kepada Sayyidina wa Habibina wa Syafi’ina wa Qurratu A’yunina wa Maulana Muhammad.. Sampaikan salam kami padanya dan atas semua sahabat dan keluarganya..
Jadikan kami bersama-sama dengan mereka.
Aamiin..Ya Robbal ‘Alamin


Setelah nyata kepada kita kewajipan menyintai dan mengasihi Nabi Muhammad SAW berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqli yang jelas, marilah pula kita cuba membincangkan tanda dan bukti kasih dan kecintaan seseorang terhadap baginda . Deklarasi cinta yang tidak disusuli dengan pembuktian amali tentu sahaja masih belum mencukupi untuk membentuk cinta sejati.Bukti yang paling mudah dilihat, seseorang yang benar-benar mengasihi kekasihnya, akan mengutamakan insan yang dikasihinya daripada dirinya sendiri dan kehendak peribadinya. Jika tidak mencapai tahap ini hubungan tersebut belum layak dinamakan kasih sejati yang ikhlas-murni, tetapi baru sekadar dakwaan semata-mata.
Keutamaan mentaati dan mengutamakan orang yang dikasihi ini jelas dapat dilihat dalam ungkapan seorang pencinta Allah SWT dan NabiNya SAW yang tidak asing lagi, Rabi’ah al Adawiyyah dalam syairnya: “Sesungguhnya seorang kekasih itu akan taat-patuh kepada yang dikasihinya.”
Selain memiliki semangat di atas, orang-orang yang benar-benar mengasihi Nabi SAW harus terdapat pada dirinya bukti dan tanda berikut:
1. Menjunjung agama Nabinya, mengamalkan Sunnahnya, menurut perkataan dan perbuatannya dalam setiap keadaan, melaksanakan suruhannya dan menjauhi larangannya. Dia juga mengamalkan adab-adab kehidupan Rasulullah SAW dalam segala keadaan, sama ada ketika susah atau pun senang, ketika gembira atau pun sedih. Ikatan antara ‘kasih’ dan ‘taat’ ini terlihat jelas dalam firman Allah SWT: “Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah akan mengasihi kamu.” (ali ‘Imran: 31)
Namun semangat semata-mata tidak memadai jika tidak berpaksikan di atas ilmu yang kukuh. Lebih-lebih lagi pada zaman fitnah ini, kegagalan seseorang itu mengenal mana satu Sunnah dan bidaah akan memungkinkan terjebak ke dalam lubuk bidaah yang dianggap sebagai Sunnah. Akhirnya Sunnah dipinggirkan dan bidaah ditegakkan.
Orang yang tersemat di dalam hatinya kasih yang sejati terhadap Rasulullah SAW juga, tidak akan mempedulikan kemarahan manusia lain dalam usahanya mentaati Allah SWT dan Rasul SAW.
2. Sudah menjadi adat dan lumrah berkasih, seorang kekasih akan sering menyebut dan mengingati kekasihnya. Justeru, apabila hati seseorang itu telah mengisytiharkan kecintaan terhadap Rasulullah SAW, maka lidahnya akan sering menyebut nama Kekasihnya SAW dan kotak fikirannya akan sentiasa mengingati Baginda SAW.
Selaku umat Muhammad SAW, kita amat bertuah kerana telah diajar berselawat ke atas kekasih kita Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu bentuk ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT. Maka kita beruntung kerana dapat beribadah dengan menyebut, memuji dan berselawat kepada insan yang paling kita cintai dengan membaca ayat-ayat al-Quran yang memuji Nabi SAW serta lafaz selawat yang diajar sendiri oleh Baginda SAW.
Kita juga dididik oleh Nabi SAW dan ulama pewaris Baginda SAW menghormati hari dan bulan kebesaran Islam seperti Maulid al-Rasul SAW dan Isra’ Mikraj dengan mengisinya dengan pelbagai amalan yang kesemuanya ada kaitan dengan Nabi SAW dalam kerangka ubudiah kepada Allah SWT. Walaupun ada segelintir di kalangan orang Islam sendiri mencurigai bacaan dan amalan-amalan ini.
Menghayati dan memperjuangkan agama seiring dengan berkasih-sayang dengan Nabi SAW dirasakan begitu indah dan menyegarkan. Sebaliknya tanpa dimensi ini, menghayati agama boleh terasa gersang dan membebankan serta cenderung membentuk jiwa keagamaan yang keras dan kasar.
3. Orang yang mengasihi Nabi SAW akan sentiasa berasa rindu untuk bertemu dengan Baginda SAW; untuk melihat zatnya di alam yang kekal abadi kelak, atau sekurang-kurangnya jika dapat menatap kelibat wajahnya yang mulia barang seketika dalam mimpi-mimpi mereka. Sudah pasti setiap kekasih sangat merindui untuk bersua dan menatap wajah kekasihnya.
Kerinduan sebeginilah yang dapat kita rasakan jika kita menyorot kehidupan generasi sahabat. Misalnya, kita dapat turut berkongsi keriangan dan kegembiraan Abu Musa al Asy’ari r.a dan rombongan kaumnya dari Yaman yang berkunjung ke Madinah.
Mereka mempercepatkan langkah dan begitu girang untuk menemui Rasulullah sambil mendendangkan syair kegembiraan: “Esok kita akan bertemu dengan para kekasih kita, Muhammad dan sahabat-sahabatnya!” Setibanya mereka di Madinah dan Masjid Nabi, mereka terus menghadap dan memuliakan Nabi SAW. (riwayat Al-Baihaqi)
4. Seseorang yang mengasihi Baginda SAW juga akan membesarkan diri dan suruhan Baginda termasuk memuliakannya ketika menyebut namanya. Malah ada yang sehingga menunjukkan rasa rendah dan hina diri ketika mendengar nama Baginda SAW disebut di hadapan mereka.
Berkata Ishaq al-Tujibi r.a, sahabat-sahabat Nabi SAW selepas kewafatan Baginda SAW tidak akan menyebut nama Baginda SAW melainkan mereka akan merendahkan diri dan menggigil serta menangis kerana diselubungi perasaan rindu yang dalam akibat berpisah dengannya.
Hal ini sangat berbeza dengan sesetengah mereka yang mengaku sebagai ahli agama pada zaman kita yang tidak mahu membesarkan dan menobatkan keistimewaan Nabi Muhammad SAW tetapi hanya menumpukan kepada risalahnya dan sunnah yang dibawa olehnya. Seolah-olah Nabi SAW hanyalah berperanan seumpama posmen penghantar surat atau orang suruhan bawahan!
Sedangkan apabila seseorang makhluk itu mempunyai sifat-sifat istimewa tersebut, maka sifat-sifat itu hanya sekadar yang bersesuaian dengan kemanusiaannya yang diciptakan terbatas dan diperolehi dengan izin, kurniaan dan kehendak-Nya.
Mengasihi Nabi SAW
Ada juga sesetengah mereka yang menolak penggunaan gelaran Sayyidina bagi Nabi SAW sedangkan Nabi SAW lebih daripada layak mendapat gelaran tersebut tetapi dalam masa yang sama mereka bebas menggunakan pelbagai gelaran dalam kehidupan mereka.
5. Orang yang mengasihi Nabi SAW juga sepatutnya akan mengasihi orang yang dikasihi oleh Nabi SAW terutamanya nasab keturunannya dari kalangan ahli-ahli bait dan sahabat-sahabatnya yang terdiri daripada kaum Muhajirin dan Ansar.
Mereka juga akan memusuhi orang yang memusuhi mereka dan membenci orang yang membenci mereka dan keturunan mereka.
Hakikatnya, sesiapa yang mengasihi seseorang, dia akan mengasihi semua perkara yang disukai oleh orang yang dikasihinya.
Ini ialah sirah para Salaf al-Salih; mereka akan mengasihi segala yang dikasihi oleh Rasulullah SAW sehinggakan terhadap perkara-perkara yang sekadar diharuskan dan digemari oleh nafsu (yang tidak diharamkan oleh syarak).
Anas ibn Malik r.a misalnya, setelah melihat Rasulullah SAW mencari-cari labu di dalam dulang ketika sedang menikmati makanan, maka semenjak hari itu dia turut sentiasa suka kepada labu.
6. Orang yang mengasihi Nabi SAW akan membenci apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya, menjauhi orang yang menyalahi Sunnahnya, melakukan perkara bidaah dalam agamanya dan memandang berat setiap perkara yang bercanggah dengan syariatnya.
Allah SWT menjelaskan: Engkau tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, tergamak berkasih mesra dengan orang-orang yang menentang (perintah) Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang yang menentang itu ialah bapa-bapa mereka, atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka, ataupun keluarga mereka. (al-Mujadalah: 22)
“Mereka” yang dimaksudkan di dalam ayat di atas ialah para sahabat Baginda SAW yang telah membunuh orang yang mereka kasihi dan juga bapa-bapa mereka yang ingkar dan kafir semata-mata mengharapkan keredaan Allah. Ibnu Abbas RA menyatakan, di antara sahabat Baginda SAW yang dimaksudkan di dalam ayat itu ialah Abu Ubaidah al-Jarrah.
Beliau sanggup membunuh bapanya dalam peperangan Uhud manakala Saidina Abu Bakar r.a sanggup berlawan satu lawan satu dengan anaknya sebelum memulakan peperangan Badar, tetapi dihalang oleh Rasulullah SAW. Inilah antara bukti cinta yang tidak berbelah-bagi terhadap Baginda SAW.
7. Orang yang benar-benar mencintai Nabi SAW juga pasti akan kasih terhadap al-Quran yang diutuskan kepada Rasulullah SAW yang dengannya manusia mendapat petunjuk. Mereka akan mengikut jejak Baginda SAW yang menjiwai al-Quran dan berakhlak dengannya seperti yang ditegaskan oleh Ummul Mukminin, Aisyah r.ha dalam katanya, “Akhlak Baginda SAW adalah al- Quran itu sendiri”.
Mengasihi al-Quran bererti membacanya, beramal dengannya, memahaminya, menjunjung suruhan dan meninggalkan larangannya.
8. Tanda kasih terhadap Nabi SAW juga ialah berasa kasih dan belas terhadap umatnya dengan memberi nasihat kepada mereka, berusaha melakukan kebaikan dan menghapuskan kemudaratan daripada mereka.
Inilah sebahagian daripada bukti dan tanda yang harus ada pada para pencinta Nabi SAW. Oleh itu marilah kita bersama-sama memuhasabah diri, adakah kita ini pencinta sejati atau pendakwa semata-mata?
Tepuk dada, tanyalah iman. Semoga Allah SWT mengurniakan kita semua kesempurnaan kecintaan kepada Rasulullah SAW!



Diberdayakan oleh Blogger.