LANGKAH ORTHODOX MENDEKATI HAGIA SOPHIA LEWAT JALUR AKKUYU DAN TURKSTREAM
Konflik Suriah memanas dgn konfrontasi antara Russia dan Turkey, Turkey akan garangkah terhadap kremlin..??? Sepertinya tidak akan pernah, ada langkah GeoEconomy Orthoox di Konstantinoel..apakah itu..??
Itu semua adalah Mega Proyek antara Rusky dan Konstantin, dan tentu memiliki nilai "profit oriented" yang tidaklah sedikit, belum lagi pembelian S-400 Istanbul pada Rusia,yg membuat Turki didepak dari proyek F-35 oleh Samiri Nato.
Disini kecerdasan Orthodox masuk konstantin,lewat Boshporus yang menggiurkan itu, yang membuat Samiri Nato mendirikan pangkalan Militernya di Turki.
1. Akkuyu Nuklir Projek
Proyek bersama antara Rusia dan Turki untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yg dimulai Pengerjaan konstruksi skala penuh PLTN Akkuyu di Provinsi Mersin, Turki, dijalankan melalui seremoni peletakan beton pertama pada 3 April 2018.
Pembangunan PLTN yang dibangun oleh Rosatom, BUMN Nuklir asal Rusia, itu menandai semakin eratnya kerjasama kedua negara dalam mengembangkan energi masa depan untuk masyarakat. Pengerjaan beton pertama itu disaksikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Erdogan melalui konferensi video.
Putin mengatakan, PLTN Akkuyu ditargetkan beroperasi pada 2023. “Berkat proyek Akkuyu ini, pekerjaan baru, modern, dan berpenghasilan tinggi akan muncul di Rusia dan Turki, seiring dengan perkembangan produksi dan teknologi,” ucapnya melalui siaran resmi diterima hari ini (05/04).
Objek, kata Putin, akan menggunakan solusi teknik canggih dan teknologi yang hemat biaya serta andal. ”Standar keamanan tertinggi dan peraturan lingkungan paling ketat juga akan diterapkan. Saya yakin bahwa pada tahun 2023, seluruh Turki akan merasakan energi yang dihasilkan dari fasilitas berteknologi tinggi ini,” yakinnya.
Hal senada diungkapkan Erdogan. Menurutnya, peluncuran PLTN di tahun 2023 merupakan momen yang sangat penting bagi Turki karena tahun itu, Turki akan merayakan 100 tahun kelahiran Republik Turki.
”Dengan berdirinya pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu pada tahun 2023, Turki akan bergabung dalam kelompok negara-negara pengguna tenaga nuklir. Akkuyu akan memenuhi 10 persen dari semua kebutuhan listrik kami,” ungkapnya.
Setelah pidato pembukaan tersebut, para pemimpin kedua negara menandatangani kontrak kerja pembangunan dan tombol simbolis ditekan untuk menandai peletakan “beton pertama” ke dasar reaktor unit 1 dari pembangkit listrik nuklir pertama di Turki.
Lebih dari 500 orang menghadiri upacara tersebut, termasuk penduduk setempat, pekerja, anak-anak sekolah, perwakilan badan pemerintah lokal, kepala kementerian dan departemen yang berpartisipasi, jurnalis, mitra bisnis, dan perwakilan Rosatom.
Direktur Utama Rosatom Alexey Likhachev, menjelaskan Rosatom membangun PLTN di Turki setelah sebelumnya mencoba dan menguji teknologi Generasi III+ yang menampilkan empat unit daya berdasarkan rancangan VVER-1200 Rusia. Teknologi itu disebut memenuhi standar keamanan tertinggi di dunia.
”Model yang kami bangun di Akkuyu ini sudah dibangun dalam satu seri. Unit 6 dari PLTN Novovoronezh dan unit 1 dari PLTN-2 Leningrad dibuat berdasarkan desain yang sama, dan saat ini telah berdiri dan berjalan,” terangnya.
PLTN Novovoronezh dibuat dalam operasi komersial, sementara PLTN-2 Leningrad baru saja diluncurkan pada bulan Februari 2018. ”Operasi yang aman dan efisien dari unit-unit ini menggarisbawahi keandalan teknologi kami,” Likhachev menambahkan.
JSC Akkuyu Nuclear sebagai operator proyek itu telah memeroleh lisensi untuk pembangunan PLTN dari Badan Energi Atom Turki. Pada akhir Maret 2018, perusahaan ini juga menerima izin untuk membangun reaktor unit tenaga pertama dari pabrik Akkuyu dari pemerintah Distrik Gulnar.
Penuangan beton pertama adalah tahap penting dalam proses implementasi, menandai transisi ke konstruksi skala penuh PLTN Akkuyu. Termasuk juga pembangunan gedung dan fasilitas yang membentuk area nuklir.
Sebelumnya, Rusia dan Turki menandatangani perjanjian kerjasama antar pemerintah tentang pembangunan dan pengoperasian PLTN pertama Turki – Akkuyu – pada Mei 2010.
Pada Desember 2010, perusahaan JSC Akkuyu Nuclear didirikan di Ankara, bertanggungjawab untuk desain, konstruksi, pemeliharaan, operasi, serta penonaktifan PLTN.
Proyek PLTN itu sepenuhnya didanai oleh pihak Rusia. Menurut perjanjian tersebut, setidaknya 51 persen saham dalam proyek yang telah jadi harus menjadi milik perusahaan Rusia. Sedangkan 49 persen sisa saham dapat tersedia untuk dibeli oleh investor luar.
2. TURKSTREAM
Pipa gas TurkStream merupakan rute pipa gas yang berjalan dari pantai Rusia, menyeberangi Laut Hitam menuju barat laut Turki, Kiyikoy dan melewati Luleburgaz dan berakhir ke Ipsala--sebuah kota dekat perbatasan Yunani. TurkStream ini diharapkan menjadi titik pengiriman gas masa depan untuk Eropa.
Analis geopolitik dari Energy Aspects, Richard Mallinson menyebut proyek TurkStream merupakan rencana Rusia untuk meningkatkan pangsa pasar gasnya di Eropa. “Untuk Rusia itu bukan hanya tentang pengiriman gas ke Turki, mereka bisa melakukan melalui pipa Blue Stream dan selama ini sudah menyediakan 60% gas ke Turki. Rusia melihat TurkStream sebagai rute untuk menguasai pangsa pasar Eropa
Adapun pembangunan TurkStream sendiri mulai dilakukan pada Desember 2014, dimana saat itu Putin melakukan kunjungan kenegaraan ke Ankara.
TurkStream sendiri akan bergantung kepada infrastruktur yang sudah dibangun untuk pipa South Stream yang sudah ditinggalkan, yaitu bekas proyek Rusia dengan Bulgaria demi masuk ke Eropa. Namun dibatalkan karena melanggar peraturan kompetisi Uni Eropa.
“Rusia sudah menghabiskan banyak uang terhadap proyek South Stream, sekarang mereka mencari alternatif,” tambah Mallinson.
Melansir The Moscow Times, Proyek TurkStream sendiri ditargetkan selesai pada 2019, dengan konstruksi yang akan dipimpin oleh perusahaan gas Rusia, Gazprom dan Turki Botas Petroleum Pipeline Corporation. Proyek ini menelan dana sekitar USD20 miliar atau sekitar Rp262 triliun.
Dan kehadiran TurkStream membuat Yunani tertarik mendapat sumber baru pasokan energi, dengan biaya yang lebih hemat. Hanya saja ekspansi pipa gas Rusia ke Eropa ini mendapat tantangan dari Uni Eropa.
“Jadi dari perspektif politik dan ekonomi ini kesempatan Moskow mewujudkan TurkStream. Dan pemulihan hubungan dengan Ankara dan Erdogan adalah langkah positif namun tidak berarti menyelesaikan semua tantangan,” terang Mallison.
3.PEMBELIAN S400 OLEH TURKI
Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak
Pemerintah Turki merespons kritikan AS terkait kabar uji coba sistem rudal S-400 yang dibeli dari Rusia. Sebuah video memperlihatkan bagaimana Ankara mencoba radar sistem pertahanan dengan kode NATO SA-21 Growler itu. Uji coba S-400 yang terekam video itu menuai respons dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, di mana dia mengaku khawatir.
Sanksi dari AS Bisa Tak Terhindarkan Pejabat anonim AS berpandangan, mereka masih bisa menerima Turki jika S-400 itu dihancurkan, atau mengembalikan kepada Rusia. "Kami tak membeli produk ini (S-400) hanya sekadar disimpan dalam kotak," ujar Menlu Mevlut Cavusoglu dilansir AFP Rabu (27/11/2019).
Keputusan Turki membeli sistem rudal buatan Rusia itu direspons khawatir oleh NATO, dengan Washington mengancam menjatuhkan sanksi. AS sempat menyebut bahwa sanksi tersebut tidak perlu diberlakukan, dengan catatan Ankara tak mengaktifkannya. Pompeo menyatakan, mereka ingin melihat pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak mengoperasikan S-400.
Negeri "Uncle Sam" menyatakan, S-400 bisa dimanfaatkan Rusia sebagai wadah intelijen untuk mengamati persenjataan NATO. Apalagi, saat ini NATO tengah mengembangkan jet tempur generasi kelima F-35, di mana Turki juga berperan dalam proses produksi. Tak hanya terlibat dalam proses produksi, Ankara juga memesan 100 unit jet tempur yang diklaim program senjata termahal AS itu. Dalam konferensi pers, Cavusoglu mengatakan bahwa Turki masih tetaplah mitra dalam program F-35 sebelum ditendang buntut pembelian S-400. "Jika skenario terburuk terjadi, misalnya kami tidak jadi membeli jet tempur F-35, maka kami akan mencari alternatif lain," ancamnya.
Itu semua adalah Mega Proyek antara Rusky dan Konstantin, dan tentu memiliki nilai "profit oriented" yang tidaklah sedikit, belum lagi pembelian S-400 Istanbul pada Rusia,yg membuat Turki didepak dari proyek F-35 oleh Samiri Nato.
Disini kecerdasan Orthodox masuk konstantin,lewat Boshporus yang menggiurkan itu, yang membuat Samiri Nato mendirikan pangkalan Militernya di Turki.
1. Akkuyu Nuklir Projek
Proyek bersama antara Rusia dan Turki untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yg dimulai Pengerjaan konstruksi skala penuh PLTN Akkuyu di Provinsi Mersin, Turki, dijalankan melalui seremoni peletakan beton pertama pada 3 April 2018.
Pembangunan PLTN yang dibangun oleh Rosatom, BUMN Nuklir asal Rusia, itu menandai semakin eratnya kerjasama kedua negara dalam mengembangkan energi masa depan untuk masyarakat. Pengerjaan beton pertama itu disaksikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Erdogan melalui konferensi video.
Putin mengatakan, PLTN Akkuyu ditargetkan beroperasi pada 2023. “Berkat proyek Akkuyu ini, pekerjaan baru, modern, dan berpenghasilan tinggi akan muncul di Rusia dan Turki, seiring dengan perkembangan produksi dan teknologi,” ucapnya melalui siaran resmi diterima hari ini (05/04).
Objek, kata Putin, akan menggunakan solusi teknik canggih dan teknologi yang hemat biaya serta andal. ”Standar keamanan tertinggi dan peraturan lingkungan paling ketat juga akan diterapkan. Saya yakin bahwa pada tahun 2023, seluruh Turki akan merasakan energi yang dihasilkan dari fasilitas berteknologi tinggi ini,” yakinnya.
Hal senada diungkapkan Erdogan. Menurutnya, peluncuran PLTN di tahun 2023 merupakan momen yang sangat penting bagi Turki karena tahun itu, Turki akan merayakan 100 tahun kelahiran Republik Turki.
”Dengan berdirinya pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu pada tahun 2023, Turki akan bergabung dalam kelompok negara-negara pengguna tenaga nuklir. Akkuyu akan memenuhi 10 persen dari semua kebutuhan listrik kami,” ungkapnya.
Setelah pidato pembukaan tersebut, para pemimpin kedua negara menandatangani kontrak kerja pembangunan dan tombol simbolis ditekan untuk menandai peletakan “beton pertama” ke dasar reaktor unit 1 dari pembangkit listrik nuklir pertama di Turki.
Lebih dari 500 orang menghadiri upacara tersebut, termasuk penduduk setempat, pekerja, anak-anak sekolah, perwakilan badan pemerintah lokal, kepala kementerian dan departemen yang berpartisipasi, jurnalis, mitra bisnis, dan perwakilan Rosatom.
Direktur Utama Rosatom Alexey Likhachev, menjelaskan Rosatom membangun PLTN di Turki setelah sebelumnya mencoba dan menguji teknologi Generasi III+ yang menampilkan empat unit daya berdasarkan rancangan VVER-1200 Rusia. Teknologi itu disebut memenuhi standar keamanan tertinggi di dunia.
”Model yang kami bangun di Akkuyu ini sudah dibangun dalam satu seri. Unit 6 dari PLTN Novovoronezh dan unit 1 dari PLTN-2 Leningrad dibuat berdasarkan desain yang sama, dan saat ini telah berdiri dan berjalan,” terangnya.
PLTN Novovoronezh dibuat dalam operasi komersial, sementara PLTN-2 Leningrad baru saja diluncurkan pada bulan Februari 2018. ”Operasi yang aman dan efisien dari unit-unit ini menggarisbawahi keandalan teknologi kami,” Likhachev menambahkan.
JSC Akkuyu Nuclear sebagai operator proyek itu telah memeroleh lisensi untuk pembangunan PLTN dari Badan Energi Atom Turki. Pada akhir Maret 2018, perusahaan ini juga menerima izin untuk membangun reaktor unit tenaga pertama dari pabrik Akkuyu dari pemerintah Distrik Gulnar.
Penuangan beton pertama adalah tahap penting dalam proses implementasi, menandai transisi ke konstruksi skala penuh PLTN Akkuyu. Termasuk juga pembangunan gedung dan fasilitas yang membentuk area nuklir.
Sebelumnya, Rusia dan Turki menandatangani perjanjian kerjasama antar pemerintah tentang pembangunan dan pengoperasian PLTN pertama Turki – Akkuyu – pada Mei 2010.
Pada Desember 2010, perusahaan JSC Akkuyu Nuclear didirikan di Ankara, bertanggungjawab untuk desain, konstruksi, pemeliharaan, operasi, serta penonaktifan PLTN.
Proyek PLTN itu sepenuhnya didanai oleh pihak Rusia. Menurut perjanjian tersebut, setidaknya 51 persen saham dalam proyek yang telah jadi harus menjadi milik perusahaan Rusia. Sedangkan 49 persen sisa saham dapat tersedia untuk dibeli oleh investor luar.
2. TURKSTREAM
Pipa gas TurkStream merupakan rute pipa gas yang berjalan dari pantai Rusia, menyeberangi Laut Hitam menuju barat laut Turki, Kiyikoy dan melewati Luleburgaz dan berakhir ke Ipsala--sebuah kota dekat perbatasan Yunani. TurkStream ini diharapkan menjadi titik pengiriman gas masa depan untuk Eropa.
Analis geopolitik dari Energy Aspects, Richard Mallinson menyebut proyek TurkStream merupakan rencana Rusia untuk meningkatkan pangsa pasar gasnya di Eropa. “Untuk Rusia itu bukan hanya tentang pengiriman gas ke Turki, mereka bisa melakukan melalui pipa Blue Stream dan selama ini sudah menyediakan 60% gas ke Turki. Rusia melihat TurkStream sebagai rute untuk menguasai pangsa pasar Eropa
Adapun pembangunan TurkStream sendiri mulai dilakukan pada Desember 2014, dimana saat itu Putin melakukan kunjungan kenegaraan ke Ankara.
TurkStream sendiri akan bergantung kepada infrastruktur yang sudah dibangun untuk pipa South Stream yang sudah ditinggalkan, yaitu bekas proyek Rusia dengan Bulgaria demi masuk ke Eropa. Namun dibatalkan karena melanggar peraturan kompetisi Uni Eropa.
“Rusia sudah menghabiskan banyak uang terhadap proyek South Stream, sekarang mereka mencari alternatif,” tambah Mallinson.
Melansir The Moscow Times, Proyek TurkStream sendiri ditargetkan selesai pada 2019, dengan konstruksi yang akan dipimpin oleh perusahaan gas Rusia, Gazprom dan Turki Botas Petroleum Pipeline Corporation. Proyek ini menelan dana sekitar USD20 miliar atau sekitar Rp262 triliun.
Dan kehadiran TurkStream membuat Yunani tertarik mendapat sumber baru pasokan energi, dengan biaya yang lebih hemat. Hanya saja ekspansi pipa gas Rusia ke Eropa ini mendapat tantangan dari Uni Eropa.
“Jadi dari perspektif politik dan ekonomi ini kesempatan Moskow mewujudkan TurkStream. Dan pemulihan hubungan dengan Ankara dan Erdogan adalah langkah positif namun tidak berarti menyelesaikan semua tantangan,” terang Mallison.
Presiden Turki Recep Tayyip ErdoÄŸan
dan Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri acara yang diadakan di
Istanbul untuk memperingati selesainya pembangunan pipas gas alam
TurkStream yang melalui Laut Hitam. Pembangunan Proyek TurkStream yang
akan menyalurkan gas alam dari Rusia ke Turki melalui Laut Hitam dan
akan disalurkan hingga ke Eropa telah sampai pada tahap penyelesaian
bagian laut.
Hal ini akan mendorong kemajuan dalam bidang ekonomi kedua
negara. Kerjasama kedua negara di bidang energi menjadi hal yang sangat
penting untuk diikuti. TurkStream merupakan proyek yang sangat penting
yang telah membawa perubahan dalam perdagangan energi regional, akibat
terjadinya konflik politik dan ekonomi antara Rusia dan Ukraina dan
setelah adanya keputusan pembatalan pembangunan Jalur Barat yang
membentang di seluruh Eropa dari Rusia ke Turki. Dengan kapasitas gas
alam tahunan sebesar 31,5 miliar meter kubik, proyek yang akan
mengangkut gas alam Rusia ke Turki, nampaknya menawarkan perspektif yang
berbeda dalam perdagangan energi regional.
Karena
Turki memiliki posisi yang strategis, keterlibatan Turki dalam dunia
pasokan dan permintaan energi dari hari ke hari semakin meningkat.
Beberapa negara perlu mengembangkan rute transfer energi alternatif
dalam menanggapi tuntutan energi yang terus meningkat. Dalam hal ini,
seberapa besar pentingnya keamanan pasokan energi mempengaruhi
pentingnya isu keamanan permintaan. Oleh karena itu, beberapa negara
juga mementingkan keselamatan rute untuk mencapai titik-titik permintaan
yang aman dalam transfer sumber daya alam.
Dalam
hal ini, setelah terjadinya krisis antara Rusia dan Ukraina pada tahun
2014, mulai direncakanakan transfer gas alam ke Eropa dengan menggunakan
rute Turki dan proyek TurkStream yang menyalurkan gas alam dari Rusia
ke Eropa melalui Turki, bukan dari Rusia ke Turki melalui Eropa dengan
Jalur Barat, mulai direncanakan. Dengan rute ini, rute Jalur Barat akan
diganti. Proyek tersebut merupakan indikasi bahwa Turki merupakan batas
kritis dalam keamanan pasokan energi di kawasan.
Hari
ini, pembangunan Pipa Gas Alam TurkStream telah sampai ke wilayah
Turki. Dengan terselesaikannya pembangunan pipa tersebut hingga ke
Kıyıköy, Kırkalareli, Turki, tranfer gas alam direncanakan akan
direalisasikan pada tahun 2019.
Pipa
gas alam TurkStream yang memiliki kapasitas 31,5 miliar meter kubik
memiliki peran penting dalam memenuhi permintaan gas alam di Turki dan
Eropa. Saat ini, proyek ini dibangun dengan dua jalur. Salah satunya
akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan Turki dan satunya lagi akan
disalurkan ke Eropa.
Proyek ini
memiliki posisi yang penting dalam memenuhi kapasitas permintaan gas
alam Turki. Sumber daya gas alam yang dibutuhkan oleh wilayah Marmara
untuk produksi industri yang volumenya tinggi akan dapat dipenuhi dengan
gas alam yang akan disalurkan melalui pipa ini.
Dalam
hal keamanan pasokan energi, baik negara-negara yang memasok dan
membutuhkan pasokan telah mengembangkan dan menerapkan strategi yang
berbeda. Namun bagaimanapun, hal ini menunjukkan adanya perkembangan
hubungan antara Rusia dan Turki, baik di bidang energi maupun di bidang
ekonomi.
Situasi ini jelas
terlihat dari pengembangan kerjasama baru dan peningkatan target volume
perdagangan. Pada periode mendatang, volume perdagangan Turki dengan
Rusia ditargetkan mencapai $ 100 miliar dan ini merupakan salah satu
harapan yang sangat penting. Selain itu, pembangunan berkelanjutan
pembangkit listrik tenaga nuklir Akkuyu dengan perusahaan Rusia juga
perlu menggarisbawahi.
Pendek
kata, pembangunan pipa gas alam TurkStream yang telah mencapai tahap
yang penting, akan membantu Turki mencapai target untuk menjadi pusat
perdagangan energi dan menjadi salah satu aktor penting dalam menjaga
keseimbangan energi regional.
3.PEMBELIAN S400 OLEH TURKI
Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak
Pemerintah Turki merespons kritikan AS terkait kabar uji coba sistem rudal S-400 yang dibeli dari Rusia. Sebuah video memperlihatkan bagaimana Ankara mencoba radar sistem pertahanan dengan kode NATO SA-21 Growler itu. Uji coba S-400 yang terekam video itu menuai respons dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, di mana dia mengaku khawatir.
Sanksi dari AS Bisa Tak Terhindarkan Pejabat anonim AS berpandangan, mereka masih bisa menerima Turki jika S-400 itu dihancurkan, atau mengembalikan kepada Rusia. "Kami tak membeli produk ini (S-400) hanya sekadar disimpan dalam kotak," ujar Menlu Mevlut Cavusoglu dilansir AFP Rabu (27/11/2019).
Keputusan Turki membeli sistem rudal buatan Rusia itu direspons khawatir oleh NATO, dengan Washington mengancam menjatuhkan sanksi. AS sempat menyebut bahwa sanksi tersebut tidak perlu diberlakukan, dengan catatan Ankara tak mengaktifkannya. Pompeo menyatakan, mereka ingin melihat pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak mengoperasikan S-400.
Negeri "Uncle Sam" menyatakan, S-400 bisa dimanfaatkan Rusia sebagai wadah intelijen untuk mengamati persenjataan NATO. Apalagi, saat ini NATO tengah mengembangkan jet tempur generasi kelima F-35, di mana Turki juga berperan dalam proses produksi. Tak hanya terlibat dalam proses produksi, Ankara juga memesan 100 unit jet tempur yang diklaim program senjata termahal AS itu. Dalam konferensi pers, Cavusoglu mengatakan bahwa Turki masih tetaplah mitra dalam program F-35 sebelum ditendang buntut pembelian S-400. "Jika skenario terburuk terjadi, misalnya kami tidak jadi membeli jet tempur F-35, maka kami akan mencari alternatif lain," ancamnya.
Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak", https://internasional.kompas.com/read/2019/11/27/18040431/turki-kami-tak-beli-sistem-rudal-s-400-untuk-disimpan-di-kotak.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak", https://internasional.kompas.com/read/2019/11/27/18040431/turki-kami-tak-beli-sistem-rudal-s-400-untuk-disimpan-di-kotak.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak", https://internasional.kompas.com/read/2019/11/27/18040431/turki-kami-tak-beli-sistem-rudal-s-400-untuk-disimpan-di-kotak.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Turki: Kami Tak Beli Sistem Rudal S-400 untuk Disimpan di Kotak", https://internasional.kompas.com/read/2019/11/27/18040431/turki-kami-tak-beli-sistem-rudal-s-400-untuk-disimpan-di-kotak.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo
Post a Comment