KHTIBAR BAGAIMANA DAHSYATNYA NUBUWAH PADA PERANG JAMAL...
IKHTIBAR BAGAIMANA DAHSYATNYA NUBUWAH PADA PERANG JAMAL...
Perkataan Rasulullah sholallahu alaihi wasallam..bgt luar biasa, sabda berdasarkan ilmu langsung dari Allah Rabbul Jalali Wal Ikram..dari mulai hal kecil hingga hal besar menyangkut ummat, namun banyak diri belum terhenyak seakan berkata 'ah..itu nanti..belum pasti kapannya..tenang saja"....berbagai berita nubuwah tentang akhir zaman beserta segala fitnahnya yg sudah terjadi ataupun belum terjadi sudah sangatlah nampak di hadapan kita...
Perkataan Rasulullah sholallahu alaihi wasallam..bgt luar biasa, sabda berdasarkan ilmu langsung dari Allah Rabbul Jalali Wal Ikram..dari mulai hal kecil hingga hal besar menyangkut ummat, namun banyak diri belum terhenyak seakan berkata 'ah..itu nanti..belum pasti kapannya..tenang saja"....berbagai berita nubuwah tentang akhir zaman beserta segala fitnahnya yg sudah terjadi ataupun belum terjadi sudah sangatlah nampak di hadapan kita...
Sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam telah mengkhabarkan
‘Ali bahwasannya antara dia dan ‘Aisyah akan timbul permasalahan. Dalam
sebuah hadits dari Abu Raafi’ bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam pernah berkata kepada ‘Ali bin Abi Thalib :
حدثنا : حسين بن محمد قال : ، حدثنا : الفضيل يعني إبن سليمان قال : ، حدثنا : محمد بن أبي يحيى ، عن أبي أسماء مولى بني جعفر ، عن أبي رافع أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لعلي بن أبي طالب إنه سيكون بينك وبين عائشة أمر قال : أنا يا رسول الله ، قال : نعم ، قال : إنا قال : نعم ، قال : فأنا أشقاهم يا رسول الله ، قال : لا ، ولكن إذا كان ذلك فأرددها إلى مأمنها.( مسند أحمد بن حنبل - من مسند القبائل - حديث أبي رافع - رقم الحديث : ( 25943
“Bahwasannya antara kamu dan Aisyah nanti akan ada satu permasalahan”. ’Ali bertanya : ”Saya kah wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : ”Ya”. Ali kembali bertanya : ”Apakah saya orang yang celaka (dalam permasalahan itu) ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab : ”Tidak, namun jika hal itu nanti terjadi, maka kembalikanlah ia (’Aisyah) ke tempatnya yang aman”.[ Musnad Al-Imam Ahmad 2-393. dan Hamisy (Matan) Muntakhab Kanzil-’Ummaal.] Hadits ini adalah hasan. Lihat Fathul-Bari 13-55. Dan Al-Haitsami berkata : ”Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bazzar, dan Ath-Thabarani. Para perawinya adalah terpercaya” [Majma’uz-Zawaaid 7-234].
allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala alihi washohbihi wasallim ajmain..
tidak hanya pada beliau sayyidina Ali Karamallahu Wajhah..kabar diberitakan namun terhadap ummul mukminin siti Aisyah..dikabarkan pula..Rasulullah Menghabarkan kepada Sayyidah Aisyah
إن النبي صلى الله عليه وسلم قال لنا ذات يوم : كيف بإحداكن تنبح عليها كلاب الحوأب . وأخرج هذا أحمد وأبو يعلى والبزار وصححه ابن حبان والحاكم وسنده على شرط الصحيح . وعند أحمد : فقال لها الزبير تقدمين فذكره . ومن طريق عصام بن قدامة عن عكرمة عن ابن عباس : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لنسائه : أيتكن صاحبة الجمل الأدبب - بهمزة مفتوحة ودال ساكنة ثم موحدتين الأولى مفتوحة - تخرج حتى تنبحها كلاب الحوأب يقتل عن يمينها وعن شمالها قتلى كثيرة وتنجو من بعد ما كادت . وهذا رواه البزار ورجاله ثقات
”Siapakah di antara kalian yang mempunyai onta adbab? [Menurut Ibn Atsir “Al-Adbab” artinya yang banyak bulunya di bagian muka. Lihat : An-Nihayah kitab Ibnul-Atsir 2-96.], lantas ia keluar (dengan mengendarainya) sehingga anjing-anjing Hauab menggonggong kepadanya. Banyak orang yang terbunuh di samping kanan dan kirinya, dan dia sendiri selamat setelah sebelumnya hampir terbunuh”. [Fathul-Bari 13-55]. Ibnu Hajar berkata : “Para perawinya terpercaya”.
Perang Jamal adalah peperangan yang di kenal sebagai toggak perselisihan antara dua belah pihak, yaitu antara Ummul Mu’minin sayyidah Aisyah RA dengan sayyidina Ali karromallahu wajhah, hal ini dicatat oleh para sejarawan dengan bungkus dan arah berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan tujuan politik mereka. Sungguh warna dan ragam seperti itu menunjukkan bahwa mereka tidak amanah, yang dengan teori semacam itu adalah penghianatan terhadap sejarah. Kita harus amanah dalam menyampaikan sejarah, dan tidok boleh sepotong-potong dalam meng-kaji permasalahan yang hanya akan melahirkan sebuah kesimpulan dan kecondongan kepada salah satu pihak.
Mengenai perisriwa perang jamal, melalui jalur Ibnu Abi Laila peristiwa itu terjadi pada bulan Rabi’ul Akhir. Adalah sebuah fenomena yang mena’jubkan. Karena hal ini bukan tiada sekenario, semua sudah tertata rapi. Bila kita hanya mengandalkan logika semata tentu kita akan kebingungan dan terprosok pada perbatasan yang telah Rasulullah gariskan. Hal ini menjadi fakta bahwa akal manusia tidaklah sempurna dan tidak mampu menerima rahasia-rahasia dari Robb-nya. Karena dalam kejadian perang jamal Rasulullah sudah memberi kabar kepada masing-masing pihak. Berkobarnya peristiwa bermula pada saat wafatnya sayyidina Utsman. Masalah ini bukan karana tanpa kendali, tetapi memang pernah beliau terima kabar itu dari Rasulullah SAW seperti ini :
Rasulullah SAW Menghabarkan kepada Sayyid Utsman
24566 - حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو المغيرة قال ثنا الوليد بن سليمان قال حدثني ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن عامر عن النعمان بن بشير عن عائشة قالت : أرسل رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى عثمان بن عفان .... وقال يا عثمان أن الله عز وجل عسى أن يلبسك قميصا فإن أرادك المنافقون على خلعه فلا تخلعه حتى تلقاني
“...diriwayatkan oleh Aisyah bahwa nabi pernah bersabda,”Wahai Utsman! Sesungguhnya Allah SWT. Akan memakaikan kamu bahu (maksudnya kekuasaan tertinggi) maka jika ada orang-orang munafikin yang ingin kamu menanggalkannya, jangan tanggalkan, (pada riwayat lain di ucapkan) hingga kamu temui aku” [HR. Ahmad, Musnad Ahmad, 41: 113; diriwayatkan juga oleh Tirmidzi, dan Al Hakim, semuanya shohih].[1]
KRONOLOGIS SINGKAT PERANG JAMAL..
فأتى المصريون عليّاً وهو في عسكر عند أحجار الزّيت؛ عليه حلّة أفواف معتمّ بشقيقة حمراء يمانية، متقلّد السيف... فسلم عليه المصريون وعرّضوا له؛ فصاح بهم واطّردهم، وقال: لقد علم الصالحون أن جيش ذي المروة وذي خشب ملعونون على لسان محمد صلى الله عليه وسلّم، فارجعوا لا صحبكم الله! قالوا: نعم، فانصرفوا من عنده على ذلك...
“kelompok Mesir datang kepada ‘Ali yang waktu itu sedang berada di tengah sebuah pasukan di Ahjar az-Zait, dia mengenakan pakaian berwarna putih terbuat dari bahan katun dan memakai serban merah dari Yaman sambil membawa pedang... orang-orang Mesir itu mengucapkan salam kepada beliau, Ali berteriak dan mengusir mereka, seraya berkata: orang-orang sholeh telah mengetahui bahwa pasukan Dzu Marwa dan Dzu Khusyub telah terlaknat melalui lisan Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, kembalilah ! , semoga Allah tidak menyertai kalian. Mereka menjawab: Ya. Kemudian mereka pergi meninggalkan ‘Ali.” [ath-Thabari,Tarikh ar-Rusul, 2:474 – 475].[4]-[5]
Namun kemudian, kelompok tersebut kembali setelah beberapa hari berpisah menuju tempatnya masing-masing dan segera mengepung Madinah. Sebagian besar dari mereka mengepung rumah Kholifah Utsman bin Affan, kemudian memerintahkan penduduk Madinah agar tidak melawan. Para penentang itu menyodor-kan dua pilihan, yaitu mereka meminta agar Utsman menyerahkan Marwan kepada mereka atau Utsman turun dari jabatannya, namun dengan tegas Utsman menolak kedua kemauan mereka. Pengepungan ini berakhir hingga berakhir dengan terbunuhnya Utsman bin Affan R.A. Dalam masalah ini telah banyak surat yang beredar meng-obok-obok ketenangan kaum muslimin yang mengatas-namakan Kholifah. Di antara isi surat itu seperti ini :
وكتب عثمان إلى أهل الأمصار يستمدّهم: بسم الله الرحمن الرحيم؛ أمّا بعد؛ فإنّ الله عز وجل بعث محمدًا بالحق بشيرًا ونذيرًا، فبلّغ عن الله ما أمره به، ثم مضى وقد قضى الذي عليه؛ وخلَّف فينا كتابه، فيه حلاله وحرامه، وبيان الأمور التي قدّر، فأمضاها على ما أحبّ العباد وكرهوا، فكان الخليفة أبو بكر رضي الله عنه وعمر رضي الله عنه، مثم أدخلت في الشورى عن غير علم ولا مسألة عن ملإ من الأمة، ثم أجمع أهل الشورى عن ملإ منهم ومن الناس علي، على غير طلب مني ولا محبة؛ فعملت فيهم ما يعرفون ولا ينكرون، تابعًا غير مستتبع، متّبعًا غير مبتدع، مقتديًا غير متكلف
Peristiwa ini menimbulkan berbagai pertanyaan : Benarkah surat itu atas petunjuk Utsman? Benarkah cap legalisir dalam surat tersebut adalah milik negara? Mengapa Utsman menolak kedua kemauan mereka?. Pertanyaan di atas : Ali bin Abi Thalib meragukan surat itu dibuat dan dikirim oleh pihak Kholifah Utsman, bahkan Ali menduga dengan dugaan yang kuat bahwa hal ini telah direncanakan sendiri dengan rapi oleh kelompok-kelompok tersebut ketika mereka ke Madinah, jadi kepulangan mereka ke tempat asal hanyalah bentuk kepura-puraan saja. Bukti mengenai pernyataan ini seperti yang diungkap dalam kitab Tarikh ar-Rusul [lihat juga kitab tartib wa tahdzib kitab al-Bidayah wa an-Nihayah], Imam at-Thabari mengungkapkan :
وفيهم عليّ، فقال: ما مردّكم بعد ذهابكم ورجوعكم عن رأيكم؟ قالوا: أخذنا مع بريد كتاباً بقتلنا؛ وأتاهم طلحة فقال البصريون مثل ذلك، وأتاهم الزبير فقال الكوفيون مثل ذلك، وقال الكوفيون والبصريون: فنحن ننصر إخواننا ونمنعهم جميعاً؛...قال لهم عليّ: كيف علمتم يا مأهل الكوفة ويا أهل البصرة بما ملقي أهل مصر؛ وقد سرتم مراحل؛ ثم طويتم نحونا؟ هذا والله أمر أبرم بالمدينة! نقالوا: فضعوه على ما شئتم، لا حاجة لنا في هذا الرّجل، ليعتزلنا
Ali bertanya kepada penduduk Mesir yang kembali datang : Apa yang menyebabkan kalian kembali dan berbalik dari pendapat kalian yang lalu ?; Mereka menjawab: kami mendapatkan seseorang yang membawa surat perintah untuk membunuh kami; Thalhah datang kepada penduduk Bashrah dan berkata demikian kemudian Zubair juga menanyakan yang sama kepada penduduk Kufah; Berkata penduduk Kufah dan Bashrah : kami mau menolong saudara-saudara kami dari Mesir dan mempertahankan mereka; Kemudian ‘Ali bertanya lagi : Bagaimana kalian mengetahui wahai orang Kufah dan wahai orang Bashrah apa yang telah ditemui oleh orang Mesir, padahal kalian sudah berjalan pulang dan berpisah sangat jauh, kemudian tiba-tiba secara serentak kalian kembali ke sini? Ini demi Allah ! merupakan perkara yang sudah di rancang di Madinah sendiri; kemudian mereka menjawab: letakkan saja orang itu (Utsman) dimana kamu suka, kami tidak memerlukannya lagi, yang penting dia pergi. ”[ath-Thabari, Tarikh ar-Rusul, 2: 475].[5]
Pembunuhan terhadap Utsman semakin menambah genting suasana. Para penentang tidak juga kembali ke daerahnya masing-masing. Mereka merajalela di Madinah. Ketua dari mesir, al Ghafiqi bertindak sebagai imam sholat di masjid nabi. Ketua yang lain seperti Malik bin Al Harith, Al Asytar Al Nakhayi dan Hukaim bin Jabalah menempatkan diri menjadi pendukung Ali hingga terkesan Ali melindungi mereka dan Ali terlibat dalam pembunuhan Utsman. Dari sinilah terjadi tragedi perang Jamal antara kelompok Ali dan kelompok yang dipimpin oleh ‘Aisyah, Thalhah dan Zubair. Perang ini terjadi tanpa keinginan kedua belah pihak. Di dalamnya timbul banyak masalah kabur dan tidak jelas.
Sikap Ummul Mu’minin Aisyah Terhadap Masalah Ini
Terjadi penafsiran yang berbeda-beda antara keluarnya ’Aisyah, Thalhah, dan Az-Zubair . Bahwa mereka keluar di anggap untuk memerangi Ali karromallahu wajhah. Pada dasarnya tidak demikian. Dan hal yang menunjukkan bahwasannya ’Aisyah, Thalhah, dan Az-Zubair keluar bukan untuk mengadakan peperangan (terhadap ’Ali), melainkan mereka hanya bertujuan untuk memerangi pemberontak dan meluruskan (perselisihan) di antara kaum muslimin, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari jalan Qois bin Abi Hazim, ia berkata :
لما بلغت عائشة رضي الله عنها بعض ديار بني عامر، نبحت عليها الكلاب. فقالت : أي ماء هذا ؟. قالوا : الحوأب. قالت : ما أظنني إلا راجعة. فقال لها الزبير : لا بعد، تقدمي فيراك الناس فيصلح الله ذات بينهم. فقالت : ما أظنني إلا راجعة، سمعت رسول ٰلله صلى الله عليه وسلم يقول : كيف بإحداكن إذا نبحتها كلاب الحوأب
”Ketika ’Aisyah radliyallaahu ’anhaa sampai di sebagian perkampungan Bani ’Amir, tiba-tiba anjing-anjing (di tempat tersebut) menggonggong. Berkata ’Aisyah : ”Perairan apakah ini ?”. Mereka pun menjawab : ”Al-Hau’ab” (Al-Hau’ab adalah sebuah tempat yang terletak dekat Bashrah). Ia merupakan salah satu mata air bagi bangsa Arab di jaman Jahimiyyah. Tempat ini berada di jalan yang dilalui orang-orang yang datang dari Makkah ke Bashrah. Tempat ini disebut Hau’ab sebagai penisbatan kepada Abu Bakr bin Kilaab Al-Hau’ab. Atau dinisbatkan kepada Al-Hau’ab binti Kalb bin Wabroh Al-Qadlo’iyyah. Lihat : [ Mu’jamul-Buldaan 2-314. dan “catatan kaki” Muhibbuddin Al-Khaathib atas kitab [Al-’Awashim minal-Qowashim hal. 148].
Dalam riwayat lain :
مسند أحمد - باقي مسند الأنصار - حديث السيدة عائشة رضي الله عنها 23733 - حدثنا : يحيى ، عن إسماعيل ، حدثنا : قيس قال : لما أقبلت عائشة بلغت مياه بني عامر ليلاًً نبحت الكلاب قالت : أي ماء هذا قالوا : ماء الحوأب قالت : ما أظنني إلا أني راجعة فقال بعض من كان معها : بل تقدمين فيراك المسلمون فيصلح الله عز وجل ذات بينهم ، قالت : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لنا ذات يوم كيف بإحداكن تنبح عليها كلاب الحوأب. مسند أحمد - باقي مسند الأنصار - حديث السيدة عائشة رضي الله عنها
’Aisyah berkata : ”Aku kira aku harus kembali pulang”. Lalu Az-Zubair berkata kepadanya : ”Tidak, bahkan engkau harus maju hingga manusia melihatmu dan (dengan itu) Allah akan mendamaikan (perselisihan) di antara mereka”. ’Aisyah berkata : ”Namun aku kira aku harus kembali, karena aku mendengar Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Bagaimana keadaan salah seorang di antara kalian apabila anjing-anjing menggonggong kepadanya ?”. [Mustadrak Al-Hakim 3-120]. Ibnu Hajar berkata : “Sanadnya sesuai syarat As-Shahih”. Lihat : [Fathul-Bari 13-55]. Al-Haitsami berkata : ”Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya’la, dan Al-Bazzar ; rijal-nya Ahmad adalah rijal Ash-Shohih” [Majma’uz-Zawaaid 7-234].Hadits tersebut tercantum dalam [Musnad Al-Imam Ahmad 6-52] dengan [Hamisy (Matan)-nya Mutakhab Kanzil-’Ummaal]. [3]
Hal ini terbukti bahwa kembalinya sayyidah Aisyah justru mendapat fasilitas dari pihak sayyidina Ali ketika hendak kembali, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan segala keperluan perjalanan sayyidah Aisyah menuju Madinah. Ia mengutus saudara Aisyah, Muhammad, dan beberapa orang wanita bersenjata dan bersorban untuk mengawal perjalanannya sampai tiba di Madinah dengan selamat. Hal ini juga menjadi bukti bahwa sayyidina Ali KW masih memegang amanat Rasulullah : “Namun jika hal itu nanti terjadi, maka kembalikanlah ia (’Aisyah) ke tempatnya yang aman”.[ Musnad Al-Imam Ahmad 2-393].
Di kuatkan lagi oleh pernyataan dari dua belah pihak, sayyidah Aisyah sendiri saat perang berakhir membuktikan tidak ada dendam lama atau baru dalam perang jamal, sebagaimana yang terungkap dalam kitab Imam ath-Thabari :
قالت: يا بنيّ، ... إنه والله ما كان بيني وبين عليّ في القديم إلاّ ما يكون بين المرأة وأحمائها؛ وإنه عندي على معتبّي من الأخيار. وقال عليّ: يا أيها الناس، صدقت والله وبرّت، ما كان بيني وبينها إلاّ ذلك، وإنها لزوجة نبيّكم صلى الله عليه وسلم في الدنيا والآخرة
“Aisyah berkata : wahai sekalian manusia.. demi Allah, tidak terdapat apapun diantara aku dan ‘Ali, dari sejak dulu, melainkan perkara biasa antara seorang perempuan dengan ahli keluarganya saja. Dan sesungguhnya ‘Ali disisiku merupakan orang yang terpilih. Kemudian ‘Ali menjawab: wahai sekalian manusia, Demi Allah benar dan tepatlah perkataannya. Tidak terdapat apa-apa antara aku dan dia, Cuma itu saja. Sesungguhnya dia adalah isteri Nabi shalallahu ‘alaihi wasallah kamu di dunia dan akhirat. ” [Ath-Tabari, Tarikh al-Rusul, 3: 66].[4]-[5]
Hendaknya kita lebih memegang apa yang di sampaikan Rasulullah. Tiada kapasitas bagi kita untuk mencari celah pada kepribadian Ahlul-Bait Nabi, Mereka semua telah di dijmin suga oleh Allah SWT, hal itu telah di tunjukkan sendiri kepada Rasulullah SAW. Apabila anda bertanya-tanya dalam hati anda “Lalu siapa yang bersalah dalam peristiwa itu?”. Jawabnya : yang bersalah adalah yang menyusup kedalam dua belah pihak, merekalah yang mengadu-adu antara keluarga Nabi SAW satu dengan yang lain. Padahal Ahlul-Bait telah disucikan oleh Allah dari apa yang mereka fikirkan! lebih baik kita ingat lagi wasiat baginda Nabi Muhammad SAW kepada seluruh Ummat manusia :
Kabar Jaminan Sahabat dari Rasulullah SAW
حدثنا قتيبة حدثنا عبد العزيز بن محمد عن عبد الرحمن بن حميد عن أبيه عن عبد الرحمن بن عوف قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان في الجنة وعلي في الجنة وطلحة في الجنة والزبير في الجنة وعبد الرحمن بن عوف في الجنة وسعد في الجنة وسعيد في الجنة وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Muhammad, dari ‘Abdurrahmaan bin Humaid, dari ayahnya, dari ‘Abdurrahmaan bin ‘Auf, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Abu Bakr berada dalam surga, ‘Umar berada dalam surga, ‘Utsmaan berada dalam surga, ‘Aliy berada dalam surga, Thalhah berada dalam surga, Az-Zubair berada dalam surga, ‘Abdurrahmaan in ‘Auf berada dalam surga, Sa’d berada dalam surga, Sa’iid berada dalam surga, dan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarraah berada dalam surga” [HR At-Tirmidziy no. 3747. HR Ahmad 1-193. dan dalam Al-Fadlaail no. 278. HR An-Nasaa’iy dalam Fadloilush-Shohabah no. 91. HR Abu Ya’laa no. 835. HR Ibnu Hibbaan no. 7002. dan masih banyak yang lainnya. Semuanya shohih].
حدثنا : حسين بن محمد قال : ، حدثنا : الفضيل يعني إبن سليمان قال : ، حدثنا : محمد بن أبي يحيى ، عن أبي أسماء مولى بني جعفر ، عن أبي رافع أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لعلي بن أبي طالب إنه سيكون بينك وبين عائشة أمر قال : أنا يا رسول الله ، قال : نعم ، قال : إنا قال : نعم ، قال : فأنا أشقاهم يا رسول الله ، قال : لا ، ولكن إذا كان ذلك فأرددها إلى مأمنها.( مسند أحمد بن حنبل - من مسند القبائل - حديث أبي رافع - رقم الحديث : ( 25943
“Bahwasannya antara kamu dan Aisyah nanti akan ada satu permasalahan”. ’Ali bertanya : ”Saya kah wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : ”Ya”. Ali kembali bertanya : ”Apakah saya orang yang celaka (dalam permasalahan itu) ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab : ”Tidak, namun jika hal itu nanti terjadi, maka kembalikanlah ia (’Aisyah) ke tempatnya yang aman”.[ Musnad Al-Imam Ahmad 2-393. dan Hamisy (Matan) Muntakhab Kanzil-’Ummaal.] Hadits ini adalah hasan. Lihat Fathul-Bari 13-55. Dan Al-Haitsami berkata : ”Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bazzar, dan Ath-Thabarani. Para perawinya adalah terpercaya” [Majma’uz-Zawaaid 7-234].
allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala alihi washohbihi wasallim ajmain..
tidak hanya pada beliau sayyidina Ali Karamallahu Wajhah..kabar diberitakan namun terhadap ummul mukminin siti Aisyah..dikabarkan pula..Rasulullah Menghabarkan kepada Sayyidah Aisyah
إن النبي صلى الله عليه وسلم قال لنا ذات يوم : كيف بإحداكن تنبح عليها كلاب الحوأب . وأخرج هذا أحمد وأبو يعلى والبزار وصححه ابن حبان والحاكم وسنده على شرط الصحيح . وعند أحمد : فقال لها الزبير تقدمين فذكره . ومن طريق عصام بن قدامة عن عكرمة عن ابن عباس : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لنسائه : أيتكن صاحبة الجمل الأدبب - بهمزة مفتوحة ودال ساكنة ثم موحدتين الأولى مفتوحة - تخرج حتى تنبحها كلاب الحوأب يقتل عن يمينها وعن شمالها قتلى كثيرة وتنجو من بعد ما كادت . وهذا رواه البزار ورجاله ثقات
”Siapakah di antara kalian yang mempunyai onta adbab? [Menurut Ibn Atsir “Al-Adbab” artinya yang banyak bulunya di bagian muka. Lihat : An-Nihayah kitab Ibnul-Atsir 2-96.], lantas ia keluar (dengan mengendarainya) sehingga anjing-anjing Hauab menggonggong kepadanya. Banyak orang yang terbunuh di samping kanan dan kirinya, dan dia sendiri selamat setelah sebelumnya hampir terbunuh”. [Fathul-Bari 13-55]. Ibnu Hajar berkata : “Para perawinya terpercaya”.
Perang Jamal adalah peperangan yang di kenal sebagai toggak perselisihan antara dua belah pihak, yaitu antara Ummul Mu’minin sayyidah Aisyah RA dengan sayyidina Ali karromallahu wajhah, hal ini dicatat oleh para sejarawan dengan bungkus dan arah berbeda-beda sesuai dengan kepentingan dan tujuan politik mereka. Sungguh warna dan ragam seperti itu menunjukkan bahwa mereka tidak amanah, yang dengan teori semacam itu adalah penghianatan terhadap sejarah. Kita harus amanah dalam menyampaikan sejarah, dan tidok boleh sepotong-potong dalam meng-kaji permasalahan yang hanya akan melahirkan sebuah kesimpulan dan kecondongan kepada salah satu pihak.
Mengenai perisriwa perang jamal, melalui jalur Ibnu Abi Laila peristiwa itu terjadi pada bulan Rabi’ul Akhir. Adalah sebuah fenomena yang mena’jubkan. Karena hal ini bukan tiada sekenario, semua sudah tertata rapi. Bila kita hanya mengandalkan logika semata tentu kita akan kebingungan dan terprosok pada perbatasan yang telah Rasulullah gariskan. Hal ini menjadi fakta bahwa akal manusia tidaklah sempurna dan tidak mampu menerima rahasia-rahasia dari Robb-nya. Karena dalam kejadian perang jamal Rasulullah sudah memberi kabar kepada masing-masing pihak. Berkobarnya peristiwa bermula pada saat wafatnya sayyidina Utsman. Masalah ini bukan karana tanpa kendali, tetapi memang pernah beliau terima kabar itu dari Rasulullah SAW seperti ini :
Rasulullah SAW Menghabarkan kepada Sayyid Utsman
24566 - حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أبو المغيرة قال ثنا الوليد بن سليمان قال حدثني ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن عامر عن النعمان بن بشير عن عائشة قالت : أرسل رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى عثمان بن عفان .... وقال يا عثمان أن الله عز وجل عسى أن يلبسك قميصا فإن أرادك المنافقون على خلعه فلا تخلعه حتى تلقاني
“...diriwayatkan oleh Aisyah bahwa nabi pernah bersabda,”Wahai Utsman! Sesungguhnya Allah SWT. Akan memakaikan kamu bahu (maksudnya kekuasaan tertinggi) maka jika ada orang-orang munafikin yang ingin kamu menanggalkannya, jangan tanggalkan, (pada riwayat lain di ucapkan) hingga kamu temui aku” [HR. Ahmad, Musnad Ahmad, 41: 113; diriwayatkan juga oleh Tirmidzi, dan Al Hakim, semuanya shohih].[1]
KRONOLOGIS SINGKAT PERANG JAMAL..
فأتى المصريون عليّاً وهو في عسكر عند أحجار الزّيت؛ عليه حلّة أفواف معتمّ بشقيقة حمراء يمانية، متقلّد السيف... فسلم عليه المصريون وعرّضوا له؛ فصاح بهم واطّردهم، وقال: لقد علم الصالحون أن جيش ذي المروة وذي خشب ملعونون على لسان محمد صلى الله عليه وسلّم، فارجعوا لا صحبكم الله! قالوا: نعم، فانصرفوا من عنده على ذلك...
“kelompok Mesir datang kepada ‘Ali yang waktu itu sedang berada di tengah sebuah pasukan di Ahjar az-Zait, dia mengenakan pakaian berwarna putih terbuat dari bahan katun dan memakai serban merah dari Yaman sambil membawa pedang... orang-orang Mesir itu mengucapkan salam kepada beliau, Ali berteriak dan mengusir mereka, seraya berkata: orang-orang sholeh telah mengetahui bahwa pasukan Dzu Marwa dan Dzu Khusyub telah terlaknat melalui lisan Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, kembalilah ! , semoga Allah tidak menyertai kalian. Mereka menjawab: Ya. Kemudian mereka pergi meninggalkan ‘Ali.” [ath-Thabari,Tarikh ar-Rusul, 2:474 – 475].[4]-[5]
Namun kemudian, kelompok tersebut kembali setelah beberapa hari berpisah menuju tempatnya masing-masing dan segera mengepung Madinah. Sebagian besar dari mereka mengepung rumah Kholifah Utsman bin Affan, kemudian memerintahkan penduduk Madinah agar tidak melawan. Para penentang itu menyodor-kan dua pilihan, yaitu mereka meminta agar Utsman menyerahkan Marwan kepada mereka atau Utsman turun dari jabatannya, namun dengan tegas Utsman menolak kedua kemauan mereka. Pengepungan ini berakhir hingga berakhir dengan terbunuhnya Utsman bin Affan R.A. Dalam masalah ini telah banyak surat yang beredar meng-obok-obok ketenangan kaum muslimin yang mengatas-namakan Kholifah. Di antara isi surat itu seperti ini :
وكتب عثمان إلى أهل الأمصار يستمدّهم: بسم الله الرحمن الرحيم؛ أمّا بعد؛ فإنّ الله عز وجل بعث محمدًا بالحق بشيرًا ونذيرًا، فبلّغ عن الله ما أمره به، ثم مضى وقد قضى الذي عليه؛ وخلَّف فينا كتابه، فيه حلاله وحرامه، وبيان الأمور التي قدّر، فأمضاها على ما أحبّ العباد وكرهوا، فكان الخليفة أبو بكر رضي الله عنه وعمر رضي الله عنه، مثم أدخلت في الشورى عن غير علم ولا مسألة عن ملإ من الأمة، ثم أجمع أهل الشورى عن ملإ منهم ومن الناس علي، على غير طلب مني ولا محبة؛ فعملت فيهم ما يعرفون ولا ينكرون، تابعًا غير مستتبع، متّبعًا غير مبتدع، مقتديًا غير متكلف
Peristiwa ini menimbulkan berbagai pertanyaan : Benarkah surat itu atas petunjuk Utsman? Benarkah cap legalisir dalam surat tersebut adalah milik negara? Mengapa Utsman menolak kedua kemauan mereka?. Pertanyaan di atas : Ali bin Abi Thalib meragukan surat itu dibuat dan dikirim oleh pihak Kholifah Utsman, bahkan Ali menduga dengan dugaan yang kuat bahwa hal ini telah direncanakan sendiri dengan rapi oleh kelompok-kelompok tersebut ketika mereka ke Madinah, jadi kepulangan mereka ke tempat asal hanyalah bentuk kepura-puraan saja. Bukti mengenai pernyataan ini seperti yang diungkap dalam kitab Tarikh ar-Rusul [lihat juga kitab tartib wa tahdzib kitab al-Bidayah wa an-Nihayah], Imam at-Thabari mengungkapkan :
وفيهم عليّ، فقال: ما مردّكم بعد ذهابكم ورجوعكم عن رأيكم؟ قالوا: أخذنا مع بريد كتاباً بقتلنا؛ وأتاهم طلحة فقال البصريون مثل ذلك، وأتاهم الزبير فقال الكوفيون مثل ذلك، وقال الكوفيون والبصريون: فنحن ننصر إخواننا ونمنعهم جميعاً؛...قال لهم عليّ: كيف علمتم يا مأهل الكوفة ويا أهل البصرة بما ملقي أهل مصر؛ وقد سرتم مراحل؛ ثم طويتم نحونا؟ هذا والله أمر أبرم بالمدينة! نقالوا: فضعوه على ما شئتم، لا حاجة لنا في هذا الرّجل، ليعتزلنا
Ali bertanya kepada penduduk Mesir yang kembali datang : Apa yang menyebabkan kalian kembali dan berbalik dari pendapat kalian yang lalu ?; Mereka menjawab: kami mendapatkan seseorang yang membawa surat perintah untuk membunuh kami; Thalhah datang kepada penduduk Bashrah dan berkata demikian kemudian Zubair juga menanyakan yang sama kepada penduduk Kufah; Berkata penduduk Kufah dan Bashrah : kami mau menolong saudara-saudara kami dari Mesir dan mempertahankan mereka; Kemudian ‘Ali bertanya lagi : Bagaimana kalian mengetahui wahai orang Kufah dan wahai orang Bashrah apa yang telah ditemui oleh orang Mesir, padahal kalian sudah berjalan pulang dan berpisah sangat jauh, kemudian tiba-tiba secara serentak kalian kembali ke sini? Ini demi Allah ! merupakan perkara yang sudah di rancang di Madinah sendiri; kemudian mereka menjawab: letakkan saja orang itu (Utsman) dimana kamu suka, kami tidak memerlukannya lagi, yang penting dia pergi. ”[ath-Thabari, Tarikh ar-Rusul, 2: 475].[5]
Pembunuhan terhadap Utsman semakin menambah genting suasana. Para penentang tidak juga kembali ke daerahnya masing-masing. Mereka merajalela di Madinah. Ketua dari mesir, al Ghafiqi bertindak sebagai imam sholat di masjid nabi. Ketua yang lain seperti Malik bin Al Harith, Al Asytar Al Nakhayi dan Hukaim bin Jabalah menempatkan diri menjadi pendukung Ali hingga terkesan Ali melindungi mereka dan Ali terlibat dalam pembunuhan Utsman. Dari sinilah terjadi tragedi perang Jamal antara kelompok Ali dan kelompok yang dipimpin oleh ‘Aisyah, Thalhah dan Zubair. Perang ini terjadi tanpa keinginan kedua belah pihak. Di dalamnya timbul banyak masalah kabur dan tidak jelas.
Sikap Ummul Mu’minin Aisyah Terhadap Masalah Ini
Terjadi penafsiran yang berbeda-beda antara keluarnya ’Aisyah, Thalhah, dan Az-Zubair . Bahwa mereka keluar di anggap untuk memerangi Ali karromallahu wajhah. Pada dasarnya tidak demikian. Dan hal yang menunjukkan bahwasannya ’Aisyah, Thalhah, dan Az-Zubair keluar bukan untuk mengadakan peperangan (terhadap ’Ali), melainkan mereka hanya bertujuan untuk memerangi pemberontak dan meluruskan (perselisihan) di antara kaum muslimin, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari jalan Qois bin Abi Hazim, ia berkata :
لما بلغت عائشة رضي الله عنها بعض ديار بني عامر، نبحت عليها الكلاب. فقالت : أي ماء هذا ؟. قالوا : الحوأب. قالت : ما أظنني إلا راجعة. فقال لها الزبير : لا بعد، تقدمي فيراك الناس فيصلح الله ذات بينهم. فقالت : ما أظنني إلا راجعة، سمعت رسول ٰلله صلى الله عليه وسلم يقول : كيف بإحداكن إذا نبحتها كلاب الحوأب
”Ketika ’Aisyah radliyallaahu ’anhaa sampai di sebagian perkampungan Bani ’Amir, tiba-tiba anjing-anjing (di tempat tersebut) menggonggong. Berkata ’Aisyah : ”Perairan apakah ini ?”. Mereka pun menjawab : ”Al-Hau’ab” (Al-Hau’ab adalah sebuah tempat yang terletak dekat Bashrah). Ia merupakan salah satu mata air bagi bangsa Arab di jaman Jahimiyyah. Tempat ini berada di jalan yang dilalui orang-orang yang datang dari Makkah ke Bashrah. Tempat ini disebut Hau’ab sebagai penisbatan kepada Abu Bakr bin Kilaab Al-Hau’ab. Atau dinisbatkan kepada Al-Hau’ab binti Kalb bin Wabroh Al-Qadlo’iyyah. Lihat : [ Mu’jamul-Buldaan 2-314. dan “catatan kaki” Muhibbuddin Al-Khaathib atas kitab [Al-’Awashim minal-Qowashim hal. 148].
Dalam riwayat lain :
مسند أحمد - باقي مسند الأنصار - حديث السيدة عائشة رضي الله عنها 23733 - حدثنا : يحيى ، عن إسماعيل ، حدثنا : قيس قال : لما أقبلت عائشة بلغت مياه بني عامر ليلاًً نبحت الكلاب قالت : أي ماء هذا قالوا : ماء الحوأب قالت : ما أظنني إلا أني راجعة فقال بعض من كان معها : بل تقدمين فيراك المسلمون فيصلح الله عز وجل ذات بينهم ، قالت : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لنا ذات يوم كيف بإحداكن تنبح عليها كلاب الحوأب. مسند أحمد - باقي مسند الأنصار - حديث السيدة عائشة رضي الله عنها
’Aisyah berkata : ”Aku kira aku harus kembali pulang”. Lalu Az-Zubair berkata kepadanya : ”Tidak, bahkan engkau harus maju hingga manusia melihatmu dan (dengan itu) Allah akan mendamaikan (perselisihan) di antara mereka”. ’Aisyah berkata : ”Namun aku kira aku harus kembali, karena aku mendengar Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda : ”Bagaimana keadaan salah seorang di antara kalian apabila anjing-anjing menggonggong kepadanya ?”. [Mustadrak Al-Hakim 3-120]. Ibnu Hajar berkata : “Sanadnya sesuai syarat As-Shahih”. Lihat : [Fathul-Bari 13-55]. Al-Haitsami berkata : ”Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Ya’la, dan Al-Bazzar ; rijal-nya Ahmad adalah rijal Ash-Shohih” [Majma’uz-Zawaaid 7-234].Hadits tersebut tercantum dalam [Musnad Al-Imam Ahmad 6-52] dengan [Hamisy (Matan)-nya Mutakhab Kanzil-’Ummaal]. [3]
Hal ini terbukti bahwa kembalinya sayyidah Aisyah justru mendapat fasilitas dari pihak sayyidina Ali ketika hendak kembali, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan segala keperluan perjalanan sayyidah Aisyah menuju Madinah. Ia mengutus saudara Aisyah, Muhammad, dan beberapa orang wanita bersenjata dan bersorban untuk mengawal perjalanannya sampai tiba di Madinah dengan selamat. Hal ini juga menjadi bukti bahwa sayyidina Ali KW masih memegang amanat Rasulullah : “Namun jika hal itu nanti terjadi, maka kembalikanlah ia (’Aisyah) ke tempatnya yang aman”.[ Musnad Al-Imam Ahmad 2-393].
Di kuatkan lagi oleh pernyataan dari dua belah pihak, sayyidah Aisyah sendiri saat perang berakhir membuktikan tidak ada dendam lama atau baru dalam perang jamal, sebagaimana yang terungkap dalam kitab Imam ath-Thabari :
قالت: يا بنيّ، ... إنه والله ما كان بيني وبين عليّ في القديم إلاّ ما يكون بين المرأة وأحمائها؛ وإنه عندي على معتبّي من الأخيار. وقال عليّ: يا أيها الناس، صدقت والله وبرّت، ما كان بيني وبينها إلاّ ذلك، وإنها لزوجة نبيّكم صلى الله عليه وسلم في الدنيا والآخرة
“Aisyah berkata : wahai sekalian manusia.. demi Allah, tidak terdapat apapun diantara aku dan ‘Ali, dari sejak dulu, melainkan perkara biasa antara seorang perempuan dengan ahli keluarganya saja. Dan sesungguhnya ‘Ali disisiku merupakan orang yang terpilih. Kemudian ‘Ali menjawab: wahai sekalian manusia, Demi Allah benar dan tepatlah perkataannya. Tidak terdapat apa-apa antara aku dan dia, Cuma itu saja. Sesungguhnya dia adalah isteri Nabi shalallahu ‘alaihi wasallah kamu di dunia dan akhirat. ” [Ath-Tabari, Tarikh al-Rusul, 3: 66].[4]-[5]
Hendaknya kita lebih memegang apa yang di sampaikan Rasulullah. Tiada kapasitas bagi kita untuk mencari celah pada kepribadian Ahlul-Bait Nabi, Mereka semua telah di dijmin suga oleh Allah SWT, hal itu telah di tunjukkan sendiri kepada Rasulullah SAW. Apabila anda bertanya-tanya dalam hati anda “Lalu siapa yang bersalah dalam peristiwa itu?”. Jawabnya : yang bersalah adalah yang menyusup kedalam dua belah pihak, merekalah yang mengadu-adu antara keluarga Nabi SAW satu dengan yang lain. Padahal Ahlul-Bait telah disucikan oleh Allah dari apa yang mereka fikirkan! lebih baik kita ingat lagi wasiat baginda Nabi Muhammad SAW kepada seluruh Ummat manusia :
Kabar Jaminan Sahabat dari Rasulullah SAW
حدثنا قتيبة حدثنا عبد العزيز بن محمد عن عبد الرحمن بن حميد عن أبيه عن عبد الرحمن بن عوف قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أبو بكر في الجنة وعمر في الجنة وعثمان في الجنة وعلي في الجنة وطلحة في الجنة والزبير في الجنة وعبد الرحمن بن عوف في الجنة وسعد في الجنة وسعيد في الجنة وأبو عبيدة بن الجراح في الجنة
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Muhammad, dari ‘Abdurrahmaan bin Humaid, dari ayahnya, dari ‘Abdurrahmaan bin ‘Auf, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Abu Bakr berada dalam surga, ‘Umar berada dalam surga, ‘Utsmaan berada dalam surga, ‘Aliy berada dalam surga, Thalhah berada dalam surga, Az-Zubair berada dalam surga, ‘Abdurrahmaan in ‘Auf berada dalam surga, Sa’d berada dalam surga, Sa’iid berada dalam surga, dan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarraah berada dalam surga” [HR At-Tirmidziy no. 3747. HR Ahmad 1-193. dan dalam Al-Fadlaail no. 278. HR An-Nasaa’iy dalam Fadloilush-Shohabah no. 91. HR Abu Ya’laa no. 835. HR Ibnu Hibbaan no. 7002. dan masih banyak yang lainnya. Semuanya shohih].
أخبرنا
إسماعيل بن علي ، وإبراهيم بن محمد ، وغيرهما ، بإسنادهم عن محمد بن عيسى ،
قال : حدثنا عبد بن حميد ، حدثنا عبد الرزاق ، عن عبد الله بن عمرو بن
علقمة الملكي ، عن ابن أبي حسين ، عن ابن أبي مليكة ، عن عائشة ، " أن
جبريل عليه السلام جاء بصورتها في خرقة حرير خضراء إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، فقال : هذه زوجتك في الدنيا والآخرة "
Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ali, dan Ibrahim bin Muhammad, dan yang lainnya dengan sanad seperti berikut. Dari Muhammad bin Isa berkata, telah menceritakan kepada kami Abid bin Hamid, telah menceritakan kepada kami Abid ar-Rozzaq dari Abdullah bin Umar bin Alqomah al-Mulki, dari Ibn Aby Husain, dari Ibn Aby Malikah dari ‘Aaisyah ia berkata : “Bahwasannya Jibriil AS datang kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersama gambar Aisyah dalam sehelay kain sutera hijau, lalu berkata : ‘Sesungguhnya ini adalah isterimu di dunia dan akhirat’” [HR At-Tirmidziy no. 3880. Ishaq bin Rahawaih no. 1237. A’lam an-Nubala no. 2314. dan masih banyak].
Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ali, dan Ibrahim bin Muhammad, dan yang lainnya dengan sanad seperti berikut. Dari Muhammad bin Isa berkata, telah menceritakan kepada kami Abid bin Hamid, telah menceritakan kepada kami Abid ar-Rozzaq dari Abdullah bin Umar bin Alqomah al-Mulki, dari Ibn Aby Husain, dari Ibn Aby Malikah dari ‘Aaisyah ia berkata : “Bahwasannya Jibriil AS datang kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersama gambar Aisyah dalam sehelay kain sutera hijau, lalu berkata : ‘Sesungguhnya ini adalah isterimu di dunia dan akhirat’” [HR At-Tirmidziy no. 3880. Ishaq bin Rahawaih no. 1237. A’lam an-Nubala no. 2314. dan masih banyak].
حَدَّثَنِي
إِسْحَاقُ بْنُ يَزِيدَ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ
قَالَ حَدَّثَنِي ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ أَنَّ
عُمَيْرَ بْنَ الْأَسْوَدِ الْعَنْسِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّهُ أَتَى عُبَادَةَ
بْنَ الصَّامِتِ وَهُوَ نَازِلٌ فِي
سَاحَةِ حِمْصَ وَهُوَ فِي بِنَاءٍ لَهُ وَمَعَهُ أُمُّ حَرَامٍ قَالَ
عُمَيْرٌ فَحَدَّثَتْنَا أُمُّ حَرَامٍ أَنَّهَا سَمِعَتْ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِي
يَغْزُونَ الْبَحْرَ قَدْ أَوْجَبُوا قَالَتْ أُمُّ حَرَامٍ قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَنَا فِيهِمْ قَالَ أَنْتِ فِيهِمْ ثُمَّ قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ
أُمَّتِي يَغْزُونَ مَدِينَةَ قَيْصَرَ مَغْفُورٌ لَهُمْ فَقُلْتُ أَنَا
فِيهِمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا
Telah menceritakan kepadaku Ishaaq bin Yaziid Ad-Dimasyqiy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Hamzah, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Tsaur bin Yaziid, dari Khaalid bin Ma’daan : Bahwasannya ‘Umair bin Al-Aswad Al-‘Ansiy telah menceritakan kepadanya : Bahwa dia pernah menemui 'Ubaadah bin Ash-Shaamit ketika dia sedang singgah dalam perjalanan menuju Himsh. Saat itu dia sedang berada di rumahnya, dan Ummu Haram ada bersamanya. 'Umair berkata : Maka Ummu Haram bercerita kepada kami bahwa dia pernah mendengar Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Pasukan dari umatku yang pertama kali berperang dengan mengarungi lautan, telah diwajibkan padanya (pahala surga)". Ummu Haram berkata : Aku katakan : "Wahai Rasulullah, apakah aku termasuk di antara mereka ?". Beliau bersabda : "Ya, kamu termasuk dari mereka". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali bersabda : "Pasukan dari umatku yang pertama kali akan memerangi kota Qaishar (Romawi) akan diberikan ampunan (dari dosa)". Aku katakan : "Apakah aku termasuk di antara mereka, wahai Rasulullah ?". Beliau menjawab : “Tidak" [HR Al-Bukhaariy no. 2924]
Telah menceritakan kepadaku Ishaaq bin Yaziid Ad-Dimasyqiy : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Hamzah, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Tsaur bin Yaziid, dari Khaalid bin Ma’daan : Bahwasannya ‘Umair bin Al-Aswad Al-‘Ansiy telah menceritakan kepadanya : Bahwa dia pernah menemui 'Ubaadah bin Ash-Shaamit ketika dia sedang singgah dalam perjalanan menuju Himsh. Saat itu dia sedang berada di rumahnya, dan Ummu Haram ada bersamanya. 'Umair berkata : Maka Ummu Haram bercerita kepada kami bahwa dia pernah mendengar Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Pasukan dari umatku yang pertama kali berperang dengan mengarungi lautan, telah diwajibkan padanya (pahala surga)". Ummu Haram berkata : Aku katakan : "Wahai Rasulullah, apakah aku termasuk di antara mereka ?". Beliau bersabda : "Ya, kamu termasuk dari mereka". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali bersabda : "Pasukan dari umatku yang pertama kali akan memerangi kota Qaishar (Romawi) akan diberikan ampunan (dari dosa)". Aku katakan : "Apakah aku termasuk di antara mereka, wahai Rasulullah ?". Beliau menjawab : “Tidak" [HR Al-Bukhaariy no. 2924]
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْخُلُ عَلَى
أُمِّ حَرَامٍ بِنْتِ مِلْحَانَ فَتُطْعِمُهُ
وَكَانَتْ أُمُّ حَرَامٍ تَحْتَ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ فَدَخَلَ
عَلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا
فَأَطْعَمَتْهُ ثُمَّ جَلَسَتْ تَفْلِي رَأْسَهُ فَنَامَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ اسْتَيْقَظَ وَهُوَ يَضْحَكُ
قَالَتْ فَقُلْتُ مَا يُضْحِكُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ نَاسٌ مِنْ
أُمَّتِي عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَرْكَبُونَ ثَبَجَ
هَذَا الْبَحْرِ مُلُوكًا عَلَى الْأَسِرَّةِ أَوْ مِثْلَ الْمُلُوكِ
عَلَى الْأَسِرَّةِ يَشُكُّ أَيَّهُمَا قَالَ قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَدَعَا لَهَا ثُمَّ
وَضَعَ رَأْسَهُ فَنَامَ ثُمَّ اسْتَيْقَظَ وَهُوَ يَضْحَكُ قَالَتْ
فَقُلْتُ مَا يُضْحِكُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي
عُرِضُوا عَلَيَّ غُزَاةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَا قَالَ فِي الْأُولَى
قَالَتْ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي
مِنْهُمْ قَالَ أَنْتِ مِنْ الْأَوَّلِينَ فَرَكِبَتْ أُمُّ حَرَامٍ بِنْتُ
مِلْحَانَ الْبَحْرَ فِي زَمَنِ مُعَاوِيَةَ فَصُرِعَتْ عَنْ دَابَّتِهَا
حِينَ خَرَجَتْ مِنْ الْبَحْرِ فَهَلَكَتْ
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Yahyaa, ia berkata : Aku membacakan (hadits) di hadapan Maalik, dari Ishaaq bin ‘Abdillah bin Abi Thalhah, dari Anas bin Maalik : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui Ummu Haram binti Milhan - isteri ‘Ubaadah bin Ash-Shaamit – yang kemudian ia (Ummu Haram) menghidangkan makanan untuk beliau. Setelah itu Ummu Haram menyisir rambut beliau, hingga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tertidur. Tiba-tiba beliau terbangun sambil tertawa. Ummu Haram bertanya : "Apa yang menyebabkanmu tertawa wahai Rasulullah ?". Beliau bersabda : “Sekelompok umatku diperlihatkan Allah ta'ala kepadaku. Mereka berperang di jalan Allah mengarungi lautan dengan kapal, yaitu para raja di atas singgasana atau bagaikan para raja di atas singgasana" - perawi ragu antara keduanya - . Ummu Haram berkata : "Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku termasuk di antara mereka." Kemudian beliau mendoakannya. Setelah itu beliau meletakkan kepalanya hingga tertidur. Tiba-tiba beliau terbangun sambil tertawa. Ummu Haram berkata : Lalu aku kembali bertanya : "Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tertawa ?". Beliau menjawab : "Sekelompok umatku diperlihatkan Allah Ta'ala kepadaku, mereka berperang di jalan Allah…" - sebagaimana sabda beliau yang pertama - . Ummu Haram berkata : Lalu aku berkata : "Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku termasuk di antara mereka !". Beliau bersabda : "Kamu termasuk dari rombongan pertama". Pada masa (kepemimpinan) Mu'aawiyah, Ummu Haram turut dalam pasukan Islam berlayar ke lautan (untuk berperang di jalan Allah). Ketika mendarat, dia terjatuh dari kendaraannya hingga meninggal dunia [HR Muslim no. 1912]
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Yahyaa, ia berkata : Aku membacakan (hadits) di hadapan Maalik, dari Ishaaq bin ‘Abdillah bin Abi Thalhah, dari Anas bin Maalik : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui Ummu Haram binti Milhan - isteri ‘Ubaadah bin Ash-Shaamit – yang kemudian ia (Ummu Haram) menghidangkan makanan untuk beliau. Setelah itu Ummu Haram menyisir rambut beliau, hingga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tertidur. Tiba-tiba beliau terbangun sambil tertawa. Ummu Haram bertanya : "Apa yang menyebabkanmu tertawa wahai Rasulullah ?". Beliau bersabda : “Sekelompok umatku diperlihatkan Allah ta'ala kepadaku. Mereka berperang di jalan Allah mengarungi lautan dengan kapal, yaitu para raja di atas singgasana atau bagaikan para raja di atas singgasana" - perawi ragu antara keduanya - . Ummu Haram berkata : "Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku termasuk di antara mereka." Kemudian beliau mendoakannya. Setelah itu beliau meletakkan kepalanya hingga tertidur. Tiba-tiba beliau terbangun sambil tertawa. Ummu Haram berkata : Lalu aku kembali bertanya : "Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu tertawa ?". Beliau menjawab : "Sekelompok umatku diperlihatkan Allah Ta'ala kepadaku, mereka berperang di jalan Allah…" - sebagaimana sabda beliau yang pertama - . Ummu Haram berkata : Lalu aku berkata : "Wahai Rasulullah, doakanlah agar aku termasuk di antara mereka !". Beliau bersabda : "Kamu termasuk dari rombongan pertama". Pada masa (kepemimpinan) Mu'aawiyah, Ummu Haram turut dalam pasukan Islam berlayar ke lautan (untuk berperang di jalan Allah). Ketika mendarat, dia terjatuh dari kendaraannya hingga meninggal dunia [HR Muslim no. 1912]
Ibnu ‘Abdil-Barr menanggapi riwayat diatas berkata :
لم يختَلفْ أهلُ السِّـيَر فيما عَلمتُ أن غَزاةَ معاوية هذه المذكورةُ في حديثِ هذا الباب إذْ غَزَتْ معه أمُّ حَرَام كانت في خِلافة عُثمان
“Tidak ada perselisihan di kalangan ahli sejarah sepanjang yang aku ketahui bahwa peperangan Mu’aawiyyah (di lautan) pada hadits dalam bab ini, saat Ummu Haram ikut berperang bersamanya, terjadi pada masa kekhilafahan ‘Utsmaan” [At-Tamhiid, 1-242 – melalui perantaraan Min Fadlaili wa Akhbari Mu’awiyyah bin Abi Sufyaan]. penjelasan[6]
لم يختَلفْ أهلُ السِّـيَر فيما عَلمتُ أن غَزاةَ معاوية هذه المذكورةُ في حديثِ هذا الباب إذْ غَزَتْ معه أمُّ حَرَام كانت في خِلافة عُثمان
“Tidak ada perselisihan di kalangan ahli sejarah sepanjang yang aku ketahui bahwa peperangan Mu’aawiyyah (di lautan) pada hadits dalam bab ini, saat Ummu Haram ikut berperang bersamanya, terjadi pada masa kekhilafahan ‘Utsmaan” [At-Tamhiid, 1-242 – melalui perantaraan Min Fadlaili wa Akhbari Mu’awiyyah bin Abi Sufyaan]. penjelasan[6]
4] Tarikh al-Rusul :
وكتب عبيد الله بن رافع. وكان الرسول زفر بن قيس إلى الكوفة بالبشارة في جمادى الآخرة. أخذ عليّ البيعة على الناس وخبر زياد بن أبي سفيان وعبد الرحمن بن أبي بكرة وكان في البيعة: عليك عهد الله وميثاقه بالوفاء لتكوننّ لسلمنا سلما، ولحربنا حرباً، ولتكفّنّ عنّا لسانك ويدك. وكان زياد بن أبي سفيان من اعتزل ولم يشهد المعركة، قعد. وكان في بيت نافع بن الحارث، وجاء عبد الرحمن ابن أبي بكرة في المستأمنين مسلّماً بعد ما فرغ عليّ من البيعة، فقال له عليّ: وعمّك المتربصّ المقاعد بي! فقال: والله يا أمير المؤمنين، إنه لك لوادّ، وإنه على مسرّتك لحريص، ولكنه بلغني أنه يشتكي، فأعلم لك علمه ثم آتيك. وكتم عليّاً مكانه حتى استأمره، فأمره أن يعلمه فأعلمه، فقال عليّ: امش أمامي فاهدني إليه، ففعل؛ فلما دخل عليه قال: تقاعدت عنيّ، وتربّصت - ووضع يده على صدره، وقال: هذا وجع بيّن - فاعتذر إليه زياد، فقبل عذره واستشاره. وأراده عليّ على البصرة، فقال: رجل من أهل بيتك يسكن إليه الناس؛ فإنه أجدر أن يطمئنّوا أو ينقادوا، وسأكفيكه وأشير عليه. فافترقا على ابن عباس، ورجع عليّ إلى منزله.
تأمير ابن عبّاس على البصرة وتولية زياد الخراج وأمّر ابن عبّاس على البصرة، وولّى زياداً الخراج وبيت المال، وأمر ابن عباس أن يسمع منه، فكان ابن عباس يقول: استشرته عند هنة كانت من الناس، فقال: إن كنت تعلم أنك على الحقّ، وأنّ من خالفك على الباطل، أشرت عليك بما ينبغي، وإن كنت لا تدري، أشرت عليك بما ينبغي كذلك. فقلت: إنّي على الحقّ، وإنهم على الباطل، فقال: اضرب بمن أطاعك من عصاك ومن ترك أمرك، فإن كان أعزّ للإسلام وأصلح له أن يضرب عنقه فاضرب عنقه. فاستكتبته، فلما ولّى رأيت ما صنع، وعلمت أنه قد اجتهد لي رأيه، وأعجلت السّبئيّة عليّاً عن المقام، وارتحلوا بغير إذنه، فارتحل في آثارهم ليقطع عليهم أمراً إن كانوا أرادوه، وقد كان له فيها مقام
وكتب عبيد الله بن رافع. وكان الرسول زفر بن قيس إلى الكوفة بالبشارة في جمادى الآخرة. أخذ عليّ البيعة على الناس وخبر زياد بن أبي سفيان وعبد الرحمن بن أبي بكرة وكان في البيعة: عليك عهد الله وميثاقه بالوفاء لتكوننّ لسلمنا سلما، ولحربنا حرباً، ولتكفّنّ عنّا لسانك ويدك. وكان زياد بن أبي سفيان من اعتزل ولم يشهد المعركة، قعد. وكان في بيت نافع بن الحارث، وجاء عبد الرحمن ابن أبي بكرة في المستأمنين مسلّماً بعد ما فرغ عليّ من البيعة، فقال له عليّ: وعمّك المتربصّ المقاعد بي! فقال: والله يا أمير المؤمنين، إنه لك لوادّ، وإنه على مسرّتك لحريص، ولكنه بلغني أنه يشتكي، فأعلم لك علمه ثم آتيك. وكتم عليّاً مكانه حتى استأمره، فأمره أن يعلمه فأعلمه، فقال عليّ: امش أمامي فاهدني إليه، ففعل؛ فلما دخل عليه قال: تقاعدت عنيّ، وتربّصت - ووضع يده على صدره، وقال: هذا وجع بيّن - فاعتذر إليه زياد، فقبل عذره واستشاره. وأراده عليّ على البصرة، فقال: رجل من أهل بيتك يسكن إليه الناس؛ فإنه أجدر أن يطمئنّوا أو ينقادوا، وسأكفيكه وأشير عليه. فافترقا على ابن عباس، ورجع عليّ إلى منزله.
تأمير ابن عبّاس على البصرة وتولية زياد الخراج وأمّر ابن عبّاس على البصرة، وولّى زياداً الخراج وبيت المال، وأمر ابن عباس أن يسمع منه، فكان ابن عباس يقول: استشرته عند هنة كانت من الناس، فقال: إن كنت تعلم أنك على الحقّ، وأنّ من خالفك على الباطل، أشرت عليك بما ينبغي، وإن كنت لا تدري، أشرت عليك بما ينبغي كذلك. فقلت: إنّي على الحقّ، وإنهم على الباطل، فقال: اضرب بمن أطاعك من عصاك ومن ترك أمرك، فإن كان أعزّ للإسلام وأصلح له أن يضرب عنقه فاضرب عنقه. فاستكتبته، فلما ولّى رأيت ما صنع، وعلمت أنه قد اجتهد لي رأيه، وأعجلت السّبئيّة عليّاً عن المقام، وارتحلوا بغير إذنه، فارتحل في آثارهم ليقطع عليهم أمراً إن كانوا أرادوه، وقد كان له فيها مقام
كتب
إليّ السريّ، عن شعيب، عن سيف، عن محمد وطلحة، قالا: علم أهل المدينة بيوم
الجمل يوم الخميس قبل أن تغرب الشمس من نسر مرّ بما حول المدينة، معه شئ
متعلّقة، فتأمّله الناس فوقع، فإذا كفّ فيها خاتم، نقشه عبد الرحمن بن
عتّاب، وجفل من بين مكة والمدينة من أهل البصرة، من قرب من البصرة أو بعد، وقد علموا بالوقعة مما ينقل إليهم النّسور من الأيدي والأقدام.
تجهيز عليّ عليه السلام عائشة رضي الله عنها من البصرة كتب إليّ السريّ، عن شعيب، عن سيف، عن محمد وطلحة، قالا: وجهّز عليّ عائشة بكلّ شئ ينبغي لها من مركب أو زاد أو متاع، وأخرج معها كلّ من نجا ممّن خرج معها إلاّ من أحبّ المقام، واختار لها أربعين امرأة من نساء أهل البصرة المعروفات، وقال: تجهّز يا محمّد، فبلّغها، فلما كان اليوم الذي ترتحل فيه، جاءها حتى وقف لها، وحضر الناس، فخرجت على الناس وودّعوها وودّعتهم، وقالت: يا بنيّ، تعتّب بعضنا على بعض استبطاء واستزادة، فلا يعتدّنّ أحد منكم على أحد بشيء بلغه من ذلك؛ إنه والله ما كان بيني وبين عليّ في القديم إلاّ ما يكون بين المرأة وأحمائها؛ وإنه عندي على معتبّي من الأخيار. وقال عليّ: يا أيها الناس، صدقت والله وبرّت، ما كان بيني وبينها إلاّ ذلك، وإنها لزوجة نبيّكم صلى الله عليه وسلم في الدنيا والآخرة. تاريخ الرسل والملوك - الجزء الرابع ج3 ص
.تجهيز عليّ عليه السلام عائشة رضي الله عنها من البصرة كتب إليّ السريّ، عن شعيب، عن سيف، عن محمد وطلحة، قالا: وجهّز عليّ عائشة بكلّ شئ ينبغي لها من مركب أو زاد أو متاع، وأخرج معها كلّ من نجا ممّن خرج معها إلاّ من أحبّ المقام، واختار لها أربعين امرأة من نساء أهل البصرة المعروفات، وقال: تجهّز يا محمّد، فبلّغها، فلما كان اليوم الذي ترتحل فيه، جاءها حتى وقف لها، وحضر الناس، فخرجت على الناس وودّعوها وودّعتهم، وقالت: يا بنيّ، تعتّب بعضنا على بعض استبطاء واستزادة، فلا يعتدّنّ أحد منكم على أحد بشيء بلغه من ذلك؛ إنه والله ما كان بيني وبين عليّ في القديم إلاّ ما يكون بين المرأة وأحمائها؛ وإنه عندي على معتبّي من الأخيار. وقال عليّ: يا أيها الناس، صدقت والله وبرّت، ما كان بيني وبينها إلاّ ذلك، وإنها لزوجة نبيّكم صلى الله عليه وسلم في الدنيا والآخرة. تاريخ الرسل والملوك - الجزء الرابع ج3 ص
Post a Comment