“Jangan Cuci Tangan”, Yenny Wahid Semprot PKS dan Demokrat Soal Isu SARA
Dalam acara tersebut Yenny geram dengan
partai politik yang memainkan isu SARA di ranah pesta demokrasi seperti
Pilpres maupun Pileg.
Salah satu partai yang kena ‘semprot’ putri Gus Dur ini adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Pada awalnya, Suhud Alynudin selaku
Direktur Pencapresan dari PKS mengatakan jika tantangan utama yang
sedang menjadi fokus pasangan capres dan cawapres dari Prabowo Subianto
dan Sandiaga Uno adalah soal ekonomi.
“Tantangan dari Prabowo dan Mas Sandi ini
merupakan kompromi maksimal dari partai-partai, karena kita melihat
persoalan yang dihadapi bangsa ini sangat berat, terutama ekonomi,
jawaban-jawaban itu ada di Prabowo dan Sandi,” ujar Suhud kembali
promosi soal capres-cawapres yang diusungnya.
Selain itu, Suhud menambahkan jika ia berharap ke depan tidak ada lagi debat yang menyinggung soal isu SARA.
“Kita berharap, debat itu tak lagi
soal-soal masalah SARA, tidak masalah intimidasi agama, tapi lebih
kepada ide gagasan dan juga menjawab persoalan-persoalan bangsa,” ujar
Suhud.
Ketika hendak melanjutkan perkataannya lagi, tiba-tiba Yenny Wahid yang juga menjadi bintang tamu memotong ucapan Suhud.
Yenny Wahid protes mengenai ucapan Suhud, pasalnya menurutnya justru PKS yang memulai isu SARA untuk menyerang lawan politik.
“Justru saya mau protes satu hal mas.
Karena yang memulai isu SARA salah satunya adalah PKS. Jadi PKS juga
harus bertanggung jawab soal itu,” ucapan Yenny Wahid yang tiba-tiba ini
pun mendapat gemuruh tepuk tangan penonton.
Tak hanya tepukan tangan, sorakan dari penonton pun semakin memeriahkan panggung Mata Najwa.
“Demokrat ikutan loh, Demokrat,” lanjut Yenny Wahid sambil tertawa.
Suhud Alynudin dan juga Ferdinand
Hutahaehan selaku Kadiv Humas dan Advokasi Hukum DPP Partai Demokrat
yang tersindir pun seketika diam, lalu ikutan tertawa.
Lebih lanjut, Yenny Wahid pun mengatakan hal yang lebih menohok lagi.
“Iya jadi jangan langsung cuci tangan aja. Partai-partai ini harus kita tuntut pertanggungjawabannya juga,” ujar Yenny
“Begitu ya Mas Ferdinand? Jadi jangan
bilang sekarang jangan politisasi agama, kalau dulu mainnya itu juga,”
sindir Najwa Shihab kepada Ferdinand Hutahaean.
“Yang pasti sekarang takdir sudah
berjalan ya, Demokrat sudah memutuskan mendukung Pak Prabowo dan
Sandiaga Uno. Ketua Umum dan Sekjend kami sudah membubuhkan tanda tangan
di sana,
Kami, Pak SBY, komitmen untuk menjaga
kebhinnekaan di sana, kami tidak akan mengizinkan satu langkah pun
narasi-narasi yang berkampanye yang menggunakan isu-isu SARA,” tegas
Ferdinand menjawab sindiran Yenny Wahid.
Ferdinand pun menegaskan lagi kata-kata bahwa Partai Demokrat akan tetap berkomitmen untuk jaga Kebhinnekaan.
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), M Rohmahurmuziy pun menyindir Sandiaga Uno yang disebut sebagai
Santri Post-Islamisme.
“Meski menurut ketua umum PKS ini, Sandi itu juga santri,” ujar Romy.
“Kan pesantren kilat,” lanjut Ferdinand kepada Romy.
Najwa Shihab pun bergurau untuk menengahi perdebatan yang saling menyindir satu sama lain.
“Pokoknya kalau zaman kampanye, politisi
bisa jadi apa saja. Bisa jadi kardus, bisa jadi santri, bisa jadi
millenial, apapun bisa diubah sesuai kepentingan,” gurau Najwa Shihab.
Keempat bintang tamu ini pun langsung tertawa mendengar pernyataan Najwa Shihab.
“Jadi kalau parpol seperti itu rakyat harus apa?” tanya Najwa Shihab kepada Yenny Wahid.
Yenny Wahid menjawab rakyat juga tak boleh diam saja.
Menurutnya, rakyat harus mengawal perilaku politik dengan menjunjung adab yang tinggi, bukan berperilaku tanpa adab.
“Rakyat tidak boleh diam saja. Kita harus
mengawal laku perilaku politik kita ini harus beradab, bukan tanpa adab
Mbak Nana. Itu peran kita semua, rakyat harus terus menutut agar partai
politik menyuarakannya,” ujar Yenny Wahid.
Setuju dengan pernyataan Yenny Wahid, Romy juga menegaskan bahwa Pilpres 2019 ini harus tetap mengutamakan persaudaraan.
Pasalnya, Pilpres 2019 ini hanya terjadi 5 tahun sekali.
“Menurut saya, bagaimana kita menyuguhkan
kontestasi yang bermartabat. Saling meninggikan, saling memuji, saling
menonjolkan keunggulan, bukan saling menjatuhkan atau mencaci, karena
persaudaraan kita ini seumur hidup, sementara kontestasi ini hanya 5
tahun sekali,” ujar Romy.
Untuk menutup acara ini, para bintang tamu saling memberikan kesimpulan.
“Saya kira ini sudah dimulai oleh Pak
Jokowi yang memilih ulama, dan penolakan Pak Prabowo memilih ulama
karena khawatir terjadi konflik sosial, saya kira itu pilihan bijak dari
elit politik kita,” tutur Suhud.
“Yang penting, kepentingan emak-emak kita perjuangkan,” tutur Ferdinand.
“Yang penting semuanya taubatan nasuha dari memainkan isu agama,” lanjut Yenny Wahid.
Post a Comment