UPAYA UPAYA PERSATUAN UMMAT DENGAN MENGHIDUPKAN SEMANGAT RISALAH AMMAN

UPAYA UPAYA PERSATUAN UMMAT DENGAN MENGHIDUPKAN SEMANGAT RISALAH AMMAN, SERTA MELAWAN RADIKALISME.
Penyelengaraan Risalah Amman dengan hasil butir pasal pasalnya akan "persatuan Islam" selalu berupaya dihidupkan oleh para ulama dunia, walau kegiatan tersebut banyak luput dari sorotan media, media tertentu. ( YANG MEMANG DALAM TANDA KUTIP ALERGI PADA PERSATUAN ISLAM)
Diantaranya adalah " ISLAM AND MODERN CHALLENGES IN THE SHADOWS OF THE AMMAN MESSAGE " ( yang pada pertemuan pertamanya di selenggarakan di Jakarta pada 2013, yang diikuti 35 deledasi dari 30 negaraan, bahkan pada 28–29 April 2017 dilanjutkan di YORDANIA, AMMAN.."kota tempat lahirnya Risalah Amman tsb.
Dubes RI untuk Yordania, "ANDY RACHMIANTO" turut mendampingi Delegasi Indonesia pada konperensi Islam Internasional tersebut. Menurut Dubes Andy, pentingnya kerja sama dan koordinasi yang erat antar negara berpenduduk Muslim di dunia dalam menghadapi krisis radikalisme dan ektremisme. "Diharapkan melalui konperensi ini bisa menciptakan Islam yang moderat, Islam yang Rahmatan lil Alamin. Sehingga tantangan global yang dihadapi umat Islam di dunia dapat dihasilkan melalui konperensi ini," tutup Dubes yang pernah menjabat sebagai Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kemenlu RI ini.

 Kutipan berita diantaranya;

http://internasional.metrotvnews.com/dunia/JKRy47Qk-koordinasi-antar-negara-berpenduduk-muslim-mampu-hadapi-radikalisme
https://www.muslim.ru/en/articles/138/18316/
Amman: Tantangan bagi dunia Islam saat ini makin luas. Ulama serta cendikiawan Indonesia dan Yordania bersatu merumuskan apa yang bisa dilakukan menghadapi tantangan ini.
Mewakili Raja Abdullah II, Ketua Mahkamah Islam Kerajaan Yordania, Abdul Karim Khasawneh membuka konferensi "International Conference on Islam and Its Contemporary Challenges" yang berlangsung di Amman-Yordania, 28–29 April 2017.
Konperensi yang diinisiasi oleh kalangan ulama dan cendikiawan Yordania dan Indonesia ini merupakan pertemuan lanjutan dari konperensi yang pernah diadakan di Jakarta, pada tanggal 23-24 April 2013, yang mengangkat tema "Islam is culture and peace in the shadows of the Amman Message”. Dalam sambutannya, Khasawneh menekankan bahwa banyak tantangan yang dihadapi negara-negara Islam dan menyerukan perlunya kerja sama untuk mengatasinya.
Ketua Komite Persiapan Konferensi, Abdulsalam Al Abbadi dalam sambutannya mengatakan bahwa konferensi ini membahas 35 makalah penelitian tentang bagaimana memerangi tantangan yang dihadapi umat Islam dari berbagai negara, yang menyoroti bahwa ketidaktahuan akan Islam adalah tantangan yang paling menonjol.
Abbadi juga mengatakan bahwa enam sesi konferensi membahas tantangan terorisme dan cara untuk menghadapinya, isu-isu Muslim kontemporer, sektarian, globalisasi dan Islamofobia, isu wanita Muslim, di samping masalah kemiskinan dan pengangguran dan pencapaian pembangunan, integrasi dan solidaritas Islam.
Konferensi Islam di Amman ini dihadiri sekitar 400 cendikiawan Muslim dari 15 negara diwilayah Timur Tengah dan Afrika. Untuk Asia hanya diwakili oleh Indonesia yang dipimpin langsung oleh Dirjen Pendidikan Islam, Prof. Dr. Kamaruddin Amin, MA yang didampingi oleh 12 rektor dan pimpinan berbagai perguruan tinggi nasional, yang semuanya juga tampil sebagai pemakalah pada pertemuan tersebut.
"Pentingnya umat Islam dalam memanfaatkan globalisasi dan kemajuan teknologi informasi untuk memberi perspektif positif tentang isu isu seperti hak asasi manusia, demokrasi, kesetaraan gender, ekstrimisme dan radikalisme. Khususnya melalui pengarusutamaan atas pemahaman keagamaan yang moderat untuk merawat dan memperkokoh persatuan umat Islam," ujar Prof. Dr. Kamaruddin Amin, MA, dalam keterangan tertulis KBRI Amman, yang diterima Metrotvnews.com, Sabtu 29 April 2017.
"Islam sebagai agama universal dan sumber otoritas Islam (Quran dan sunnah) tetap sama dimanapun. Namun artikulasi dan manifestasinya bisa berbeda beda karena Islam harus merespons dan berdialog dengan kebutuhan zaman dan tempat di mana Islam akan dimplementasikan," imbuhnya.
Pandangan ini sejalan dengan semangat "Amman Message" dalam menemukan signifikansi dan relevansi untuk menginspirasi keberagamaan yang sesuai dengan modernitas, demokrasi dan menghargai perbedaan dan kemajukan.
Amman Message atau Risalah Amman adalah sebuah deklarasi yang diterbitkan pada 9 November 2004 oleh Raja Yordania, Abdullah II yang menyerukan sikap toleransi dan persatuan di dunia Islam. Risalah Amman tersebut ditandatangani oleh sekitar 500 ulama dan cendikiawan Muslim dari 84 negara di dunia.


 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.