ISIS BUATAN ISRAEL DAN AMERIKA



Dari mulai penyaan Hillary Clinton yang viral videonya, hingga Obama yang mengakui mereka menciptakan ISIS DAESH sudah menjadi bukti kuat akan segala fitnah akhir zaman itu sekarang mari kita uas sedikit kembali akan hal tersebut

Sepekan ini pemerintahan Barat menyerukan agar kelompok White Helmets di Suriah dievakuasi seiring militer Suriah yang terus meraih kemenangan melawan pemberontak di wilayah selatan dekat perbatasan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Pemerintah rezim Basyar al-Assad selama ini menuding White Helmets adalah bagian dari kelompok teroris pemberontak berkedok tim kemanusiaan yang didukung dan didanai negara Barat.


Israel akhirnya mengevakuasi kelompok WH dari selatan Suriah menuju Yordania. Sebanyak 422 anggota WH dan keluarganya diangkut dengan bus untuk ditempatkan di penampungan sementara di Amman dan rencananya mereka akan dipindahkan ke negara Inggris, Jerman, dan Kanada.
Dikutip dari laman Mint Press News, Senin (23/7), sejumlah sumber di dalam oposisi Suriah mengungkapkan WH bukan satu-satunya alasan Israel melakukan evakuasi. Empat komandan pemberontak Suriah juga termasuk yang dievakuasi oleh militer Negeri Bintang Daud.

Al Masdar News melaporkan, empat orang yang dievakuasi militer Israel itu adalah Muaz Nassar dan Abu Ratib berjuluk Ksatria Golan yang menjadi pemimpin kelompok bernama Brigade Golan, lalu Ahmad Nahs (dari kelompok Pedang Syam) dan Ala al-Halaki. Sumber Al Masdar menyebut keempat orang itu sebelumnya direkrut intelijen Israel di awal konflik Suriah untuk menjalin hubungan dengan Mossad (Badan Intelijen Israel).


Klaim Al Masdar itu boleh jadi cukup mengejutkan bagi sebagian kalangan namun ada sejumlah bukti yang menjelaskan mengapa Israel mau bersusah payah melindungi empat pentolan pemberontak itu.

The Wall Street Journal tahun lalu menulis pemerintah Israel mendanai kelompok pemberontak Brigade Golan itu sebanyak USD 5.000 per bulan dan sebuah tim khusus di militer Israel dibentuk untuk mendukung Brigade Golan tersebut dan kelompok pemberontak lainnya. Sokongan ISrael untuk mereka sebegitu besarnya sampai-sampai juru bicara Muatasim al Golani mengatakan kepada the Wall Street Journal, "Kami tidak mungkin bertahan tanpa bantuan Israel."
Dukungan Israel kepada kelompok pemberontak Suriah diyakini terjadi sejak 2013 di bawah arahan mantan Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya'alon yang ingin memanfaatkan keberadaan para pemberontak Wahhabi di sepanjang perbtasan antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Dengan biaya USD 60 ribu per tahun untuk mendukung kelompok pemberontak itu bisa dipahami jika Israel tidak hanya ingin mengembangkan dan menjaga hubungan dengan para pentolan pemberontak itu tapi juga menyelamatkan mereka ketika pasukan Suriah terus mendesak ke selatan. Jika tidak, seandainya para komandan pemberontak itu dibekuk oleh militer Suriah maka jaringan hubungan Israel dengan mereka dan pemberontak lain akan terbongkar, begitu pula hubungan pemerintah Barat dengan para pemberontak itu, seperti Amerika Serikat.

Negeri Paman Sam, sekutu terbesar Israel, juga mendukung Brigade Golan dan Pedang Syam. Kedua kelompok pemberontak itu pernah mendapat pelatihan dan dipersenjatai oleh CIA pada 2013. Kelompok Pedang Syam misalnya, mendapat rudal anti tank dari AS. Meski didukung CIA, kelompok itu juga bergabung dengan koalisi Jaish al Haramon pada 2015, kelompok pemberontak di selatan Suriah dan dipimpin Barisan al Nusra, cabang Al Qaidah di Suriah.

Informasi dari Al Masdar tentang para komandan pemberontak Suriah yang menjalin hubungan dengan Mossad kian menegaskan peran Israel dalam konflik Suriah dan di Timur Tengah. Misalnya saja, Mossad mendukung kelompok teror Jundallah yang beroperasi di Iran dan Pakistan. Seperti pernah dilaporkan Mint Press News, bahkan sejumlah komandan ISIS juga kemudian terungkap adalah agen Mossad ketika tertangkap.

 ISIS MENGGUNAKAN SENJATA BUATAN ISRAEL AN AMERIKA

Pasukan Suriah menemukan berbagai macam senjatan buatan Israel di dalam sebuah gudang senjata miliki kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di kota Aqrab, bagian selatan Provinsi Hama, dua hari lalu. 

Diantara senjata yang ditemukan adalah pistol, bahan peledak, senapan sniper, peluru mortir, dan lainnya. Pasukan Suriah menemukan senjata-senjata itu pada saat melakukan sebuah operasi militer untuk membersihkan ranjau, jebakan, dan bom yang ditinggalkan ISIS di kota Aqrab.

Beberapa hari yang lalu pasukan pemerintah Suriah juga menemukan senjata buatan Barat di kota Daraa, sebuah kota yang pernah dikuasai oleh pra gerilyawan. 

Atas berbagai macam temuan itu, pemerintah Suriah menaruh curiga bahwa selama ini Israel membantu kelompok ISIS dalam pemberontakan di Suriah. Hal ini dikuatkan dengan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun lalu, dimana Israel memang memberikan bantuan kepada para kelompok oposisi penentang pemerintah Suriah. Demikian dilansir Middle East Monitor.

Tidak hanya itu, seorang intelijen Irak tahun lalu juga merilis data yang menyebutkan bahwa ada dugaan Israel bersekutu dengan kelompok ISIS untuk mengalahkan Iran. Bahkan, ada dugaan kalau Israel tidak hanya menyuplai senjata kepada kelompok ISIS, tapi juga minyak. 

ISIS mulai mendeklarasikan 'kekhalifahan' nya pada 2014 silam. Namun, tiga tahun berselang 'Kekhalifahan' ISIS dinyatakan hancur bersamaan dengan jatuhnya kota Mosul dan Raqqa ke tangan pemerintah Irak dan Suriah. Sejak saat itu, pimpinan tertinggi ISIS Abu Bakar al-Baghdadi tidak diketahui keberadaannya secara publik.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.