DETIK DETIK FREEPORT MENGALAH
Dalam aksi akuisisi memang orang harus menguasai secara detail segala pintu untuk masuk. Kalau hanya tahu satu pintu masuk maka
dia cenderung jadi pecundang. Tidak ada financial resource akan
mendukung cara akuisisi dengan cara konvensional, dengan single gateway.
Demikian saya katakan ke teman ketika team akuisisi dari pemerintah
bergerak melambung untuk mendapatkan mitra penyandang dana utama
Freeport McMoran di Pt. Freeport Indonesia, Rio Tinto. Mengapa sampai
Rio Tinto begitu saja nyeberang ke Indonesia dalam opsi akuisisi lewat
participating interest (PI) dan langsung di manfaatkan Indonesia ? tanya
teman saya. Dengan tersenyum saya katakan bahwa sejak tahun 2013 ,
Freeport McMoran sedang di rudung masalah likuiditas akibat salah masuk
dalam bisnis yang bukan core mereka.
Di era Jokowi , kelemahan Freeport ini di baca dengan baik oleh Pemerintah. Caranya, dengan buying time terhadap status Freeport. Sehingga reputasi Freeport di pasar uang semakin jatuh dan memaksa lembaga keuangan wait and see. Bagi dunia business, bila lembaga keuangan sampai wait and see, itu sudah lonceng kematian. Harus bergerak cepat untuk menyelesaikan masalah atau kematian akan mengakiri. Mungkin saja Freeport masih yakin bisa bertahan dengan janji dari elite Politik Indonesia yang bisa mengubah kebijakan Jokowi dalam hal divestasi yang sudah disepakati. Tapi dari hari kehari pihak Rio Tinto menyadari bahwa dia tidak bisa terus bersama Freeport dalam peperangan yang tak mungkin menang. Jokowi terlalu keras dilawan.
Makanya masuk akal bila Rio Tinto mendekati indonesia untuk melepas hak PI. Tapi jangan dipikir bahwa pengambil alihan ini akan sama dengan mekanisme pembelian saham. Mengapa ? Seperti diketahui, Rio Tinto merupakan pemegang participating interest di proyek Freeport Indonesia sebesar 40 persen. Rio Tinto memiliki perjanjian dengan Freeport Indonesia pada tahun 1990-an mengenai pendanaan. Sehingga, dalam operasional tambang Grassberg, Tembagapura terbagi dalam dua pemegang kendali 40 persen milik Rio Tinto dan 60 persen milik Freeport McMoRan. Artinya Rio Tinto mendapatkan 40% dari seluruh produksi Freeport hingga 2022. Namun, 40% itu bukan berbentuk saham.
Bila PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) berhasil mendapakan hak PI dari Rio Tinto maka itu akan di koversi jadi saham. Freeport tidak punya pilihan. Karena mana ada orang berani melawan investor.? Maklum Rio Tinto penyandang utama Freeport. Dengan demikian PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebagai Holding company akan bicara keras kepada Freeport Mc Moran, “ Ikuti program divestasi Pemerintah Indonesia dengan melepas 51% saham ke Indonesia dengan skema replacement cost , bukan menurut mau anda sesuai harga pasar. Atau bayar hutang? engga mau, kami akan pailitkan anda.”. Teman saya mengangguk.
Itu artinya Indonesia jadi predator? Kata teman saya. Saya hanya tersenyum berkata kepada teman, menghadapi hidup yang tidak ramah ini, hanya dua pilhan, mau jadi predator atau jadi mangsa. Bersyukurlah punya presiden yang menjadi petarung smart menghadapi kau predator asing, dan tampil sebagai pemenang. Tapi bagaimana dengan harga hak PI ? kembali dengan tersenyum saya katakan bahwa Rio Tinto itu investor , dia udah pelajari bahwa dia tidak punya pilihan untuk menyelamatkan uangnya di Freeport kecuali cut loss dengan melepas hak PI, Itu. Jadi paham kan harga cut loss ? Kata saya. Teman saya dengan bengong berkata, itu harga miring. Lebih murah dari beli langsung saham dari Freeport.
Saya tersenyum ditengah kebingungan teman saya. Dia pantas bingung walau dia juga pengusaha hebat. Apalagi pengamat kaum BOTOL, mana ngerti soal ginian. Kejauhanlah...Ini hanya dipahami oleh pemain uang dan tidak pernah jauh dari uang untuk bermain.
Di era Jokowi , kelemahan Freeport ini di baca dengan baik oleh Pemerintah. Caranya, dengan buying time terhadap status Freeport. Sehingga reputasi Freeport di pasar uang semakin jatuh dan memaksa lembaga keuangan wait and see. Bagi dunia business, bila lembaga keuangan sampai wait and see, itu sudah lonceng kematian. Harus bergerak cepat untuk menyelesaikan masalah atau kematian akan mengakiri. Mungkin saja Freeport masih yakin bisa bertahan dengan janji dari elite Politik Indonesia yang bisa mengubah kebijakan Jokowi dalam hal divestasi yang sudah disepakati. Tapi dari hari kehari pihak Rio Tinto menyadari bahwa dia tidak bisa terus bersama Freeport dalam peperangan yang tak mungkin menang. Jokowi terlalu keras dilawan.
Makanya masuk akal bila Rio Tinto mendekati indonesia untuk melepas hak PI. Tapi jangan dipikir bahwa pengambil alihan ini akan sama dengan mekanisme pembelian saham. Mengapa ? Seperti diketahui, Rio Tinto merupakan pemegang participating interest di proyek Freeport Indonesia sebesar 40 persen. Rio Tinto memiliki perjanjian dengan Freeport Indonesia pada tahun 1990-an mengenai pendanaan. Sehingga, dalam operasional tambang Grassberg, Tembagapura terbagi dalam dua pemegang kendali 40 persen milik Rio Tinto dan 60 persen milik Freeport McMoRan. Artinya Rio Tinto mendapatkan 40% dari seluruh produksi Freeport hingga 2022. Namun, 40% itu bukan berbentuk saham.
Bila PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) berhasil mendapakan hak PI dari Rio Tinto maka itu akan di koversi jadi saham. Freeport tidak punya pilihan. Karena mana ada orang berani melawan investor.? Maklum Rio Tinto penyandang utama Freeport. Dengan demikian PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebagai Holding company akan bicara keras kepada Freeport Mc Moran, “ Ikuti program divestasi Pemerintah Indonesia dengan melepas 51% saham ke Indonesia dengan skema replacement cost , bukan menurut mau anda sesuai harga pasar. Atau bayar hutang? engga mau, kami akan pailitkan anda.”. Teman saya mengangguk.
Itu artinya Indonesia jadi predator? Kata teman saya. Saya hanya tersenyum berkata kepada teman, menghadapi hidup yang tidak ramah ini, hanya dua pilhan, mau jadi predator atau jadi mangsa. Bersyukurlah punya presiden yang menjadi petarung smart menghadapi kau predator asing, dan tampil sebagai pemenang. Tapi bagaimana dengan harga hak PI ? kembali dengan tersenyum saya katakan bahwa Rio Tinto itu investor , dia udah pelajari bahwa dia tidak punya pilihan untuk menyelamatkan uangnya di Freeport kecuali cut loss dengan melepas hak PI, Itu. Jadi paham kan harga cut loss ? Kata saya. Teman saya dengan bengong berkata, itu harga miring. Lebih murah dari beli langsung saham dari Freeport.
Saya tersenyum ditengah kebingungan teman saya. Dia pantas bingung walau dia juga pengusaha hebat. Apalagi pengamat kaum BOTOL, mana ngerti soal ginian. Kejauhanlah...Ini hanya dipahami oleh pemain uang dan tidak pernah jauh dari uang untuk bermain.
Post a Comment