HIKMAH PERANG KHANDAQ
Berbicara tentang sejarah perang khondaq yang terjadi pada tahun kelima
hijrah, dan keberhasilan umat Islam menerapkan taktik penggalian parit
dalam perang ini hingga membuat gagal totalnya rencana penyerbuan dari
pasukan tentara kafir Quraisy beserta sekutunya dari sebagian golongan
Yahudi, tidak bisa lepas dari nama Salman Al Farisi. Dialah tokoh yang
menyumbangkan ide dan usulan strategi menggalian parit tersebut.
Waktu itu kaum muslimin sedang dilanda kepanikan saat mendengar kabar mendadak bahwa pasukan tentara kafir Quraisy yang berkoalisi dengan beberapa kabilah Yahudi dan sejumlah suku lainnya yang kontra dengan perkembangan Islam di Madinah akan menyerang Madinah sebagai basis umat Islam tempo itu.
Menyikapi situasi genting demikian Rasulullah Saw segera mengumpulkan para sahabat untuk menentukan keputusan yang hendak diambil. Lalu, mengingat besarnya kuantitas jumlah musuh dan matangnya persiapan mereka, diputuskanlah untuk memilih strategi bertahan sebagai pilihan terbaik. Hanya saja, bagaimana operasional konkretnya cara bertahan tersebut belum ditemukan.
Hingga muncul ide dari Salman yang mengusulkan strategi yang sama sekali baru dan belum dikenal pada masa sebelumnya di kalangan bangsa Arab, yaitu taktik defensif menggali parit sebagai pelindung pada bagian-bagian daerah terbuka di sekeliling Madinah. Dan Rasulullah Saw menyetujui usul yang diajukan Salman ini.
Setelah beberapa kawasan terbuka di seputar Madinah selesai dibuatkan parit, akhirnya barisan pasukan Quraisy gagal menerobos masuk kota Madinah. Kurang lebih sebulan mereka mengerahkan segala upayanya untuk masuk Madinah tapi gagal. Pergerakan mereka hanya mentok bertahan di kemah-kemahnya, diperparah cuaca ekstrem di malam hari. Mereka pun putus asa dan memutuskan kembali ke Makkah dengan tangan hampa.
Efektivitas taktik penggalian parit pelindung yang ditemukan Sahabat Salman dalam perang Khandaq itu menurut beberapa penulis bukan semata ilham yang tiba tiba muncul di kepala Salman. Melainkan di negeri asalnya, Persi, Salman telah memiliki pengalaman luas tentang taktik dan sarana perang. Begitu pula sejak dari Persi ia telah menguasai berbagai siasat beserta liku-likunya.
Salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari perang Khandaq adalah tentang kesediaan Nabi Muhammad dan para Sahabatnya menerima usulan Salman dalam musyawarah mengantisipasi berita akan menyerangnya kafir Quraisy ke Madinah. Padahal Salman orang ajam (bukan Arab), begitu pula siasat penggalian parit adalah sebuah taktik tidak lazim di kalangan orang Arab, artinya itu siasat perang dari bangsa lain.
Fakta ini secara implisit mengajarkan suatu dorongan sikap agar orang Islam bersedia mengambil dan menerima hal hal dari budaya luar selagi itu positif dan bermanfaat. Dengan kata lain tidak antipati atau alergi dengan hal hal yang mengandung nilai manfaat dan kebaikan (dalam berbagai bidang) meskipun itu bersumber dari budaya lain, bukan budaya bangsa sendiri.
Strategi penggalian parit yang diusulkan Salman adalah siasat perang yang berkembang di Persia, bukan Arab. Meski demikian, karena mengandung sisi baik, Nabi Muhammad secara bijak mengadopsinya menjadi bagian dari perjuangan Islam. Wallahu a’lam.
Waktu itu kaum muslimin sedang dilanda kepanikan saat mendengar kabar mendadak bahwa pasukan tentara kafir Quraisy yang berkoalisi dengan beberapa kabilah Yahudi dan sejumlah suku lainnya yang kontra dengan perkembangan Islam di Madinah akan menyerang Madinah sebagai basis umat Islam tempo itu.
Menyikapi situasi genting demikian Rasulullah Saw segera mengumpulkan para sahabat untuk menentukan keputusan yang hendak diambil. Lalu, mengingat besarnya kuantitas jumlah musuh dan matangnya persiapan mereka, diputuskanlah untuk memilih strategi bertahan sebagai pilihan terbaik. Hanya saja, bagaimana operasional konkretnya cara bertahan tersebut belum ditemukan.
Hingga muncul ide dari Salman yang mengusulkan strategi yang sama sekali baru dan belum dikenal pada masa sebelumnya di kalangan bangsa Arab, yaitu taktik defensif menggali parit sebagai pelindung pada bagian-bagian daerah terbuka di sekeliling Madinah. Dan Rasulullah Saw menyetujui usul yang diajukan Salman ini.
Setelah beberapa kawasan terbuka di seputar Madinah selesai dibuatkan parit, akhirnya barisan pasukan Quraisy gagal menerobos masuk kota Madinah. Kurang lebih sebulan mereka mengerahkan segala upayanya untuk masuk Madinah tapi gagal. Pergerakan mereka hanya mentok bertahan di kemah-kemahnya, diperparah cuaca ekstrem di malam hari. Mereka pun putus asa dan memutuskan kembali ke Makkah dengan tangan hampa.
Efektivitas taktik penggalian parit pelindung yang ditemukan Sahabat Salman dalam perang Khandaq itu menurut beberapa penulis bukan semata ilham yang tiba tiba muncul di kepala Salman. Melainkan di negeri asalnya, Persi, Salman telah memiliki pengalaman luas tentang taktik dan sarana perang. Begitu pula sejak dari Persi ia telah menguasai berbagai siasat beserta liku-likunya.
Salah satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari perang Khandaq adalah tentang kesediaan Nabi Muhammad dan para Sahabatnya menerima usulan Salman dalam musyawarah mengantisipasi berita akan menyerangnya kafir Quraisy ke Madinah. Padahal Salman orang ajam (bukan Arab), begitu pula siasat penggalian parit adalah sebuah taktik tidak lazim di kalangan orang Arab, artinya itu siasat perang dari bangsa lain.
Fakta ini secara implisit mengajarkan suatu dorongan sikap agar orang Islam bersedia mengambil dan menerima hal hal dari budaya luar selagi itu positif dan bermanfaat. Dengan kata lain tidak antipati atau alergi dengan hal hal yang mengandung nilai manfaat dan kebaikan (dalam berbagai bidang) meskipun itu bersumber dari budaya lain, bukan budaya bangsa sendiri.
Strategi penggalian parit yang diusulkan Salman adalah siasat perang yang berkembang di Persia, bukan Arab. Meski demikian, karena mengandung sisi baik, Nabi Muhammad secara bijak mengadopsinya menjadi bagian dari perjuangan Islam. Wallahu a’lam.
Post a Comment