Musab Tamimi Remaja Pertama yang Tewas di Tangan Tentara Israel 2018
OLEH : IBU DINA SULAEMAN
Musab Tamimi
(Remaja Pertama yang Tewas di Tangan Tentara Israel 2018)
Masih ingat dengan nama Ahad Tamimi? Kemarin, sepupunya, Musab Firas Tamimi, berusia 17 tahun, tewas ditembak tentara Israel, tepat di leher.
Saya ulangi kisahnya ya. Keluarga besar Tamimi adalah penghuni desa Nabi Saleh, Tepi Barat. Israel membangun permukiman illegal Halamish di atas tanah mereka, lalu mendatangkan para imigran Yahudi yang dari berbagai negara untuk menjadi penghuninya.
Awalnya, keluarga Tamimi diam saja. Namun, setelah para pemukim Yahudi merampas mata air dan melarang keluarga Tamimi untuk mengakses air, mereka pun bangkit melawan, dengan melakukan aksi demo, tanpa senjata.
Sudah 10 tahun terakhir keluarga ini gigih berdemonstrasi setiap hari Jumat. Seperti dituturkan Lisa Goldman, seorang jurnalis Israel yang meliput langsung ke Nabi Saleh, setiap Jumat pula tentara Israel menanti di tepi jalan menuju mata air itu, dengan pakaian tempur dan senjata lengkap. Saat demonstran datang, mereka akan segera menembak, atau menanti sampai ada anak muda yang melempar dengan batu, lalu membalas dengan tembakan, Perlakuan brutal itu membuat Lisa shock dan akhirnya memutuskan 'melepaskan Zionisme'. [1]
Tapi yang dilakukan tentara tidak hanya itu. Selama beberapa bulan terakhir, tentara hampir setiap hari menyerbu langsung ke desa, memprovokasi warga, melemparkan bom, dan menangkapi anggota keluarga Tamimi secara acak.
Pada tanggal 19 Desember lalu, tentara Israel menyerbu rumah Tamimi, menembak salah satu anak Tamimi tepat di wajah. Sepupunya, Ahad Tamimi, yang berusia 16 tahun, dengan gagah berani melabrak tentara Israel di bagian belakang halaman rumah mereka. Ahad bahkan menamparnya.
Video kejadian ini menjadi viral. Sehari kemudian, di malam hari, sekitar 30 tentara bersenjata lengkap menyerbu rumah keluarga Tamimi, dan membawa Ahad pergi. Esoknya, ibunya, menyusul ke kantor polisi untuk menjenguk Ahad, tapi malah dipenjarakan. Seorang gadis sepupu Ahad akhirnya juga ikut dipenjara karena memrotes pemenjaraan ini.
Musab adalah remaja pertama yang tewas di tangan tentara Israel pada tahun 2018 ini. Sementara nasib Ahad, ibunya, dan sepupunya di penjara, masih belum jelas.
Tentu saja, pembelaan diri dari pihak militer Israel adalah “Musab ‘terlihat’ membawa senjata.”
Sungguh omong kosong. Seandainya saja selama ini keluarga Tamimi mampu dan bisa membeli senjata, tentu mereka tak perlu berdemo sampai sepuluh tahun demi akses air yang sebenarnya milik mereka.
Kenyataannya, warga Tepi Barat dimiskinkan, diembargo senjata, diisolasi, dikurung di balik Tembok Zionis. Sebaliknya, Israel dibebaskan untuk memiliki dan memproduksi senjata-senjata tercanggih di dunia, satu-satunya yang punya bom nuklir di Timteng, bahkan diberi dana hibah militer setiap tahun oleh AS. Terakhir, Obama sebelum lengser menandatangani hibah 38 milyar dollar untuk Israel, terbesar dalam sejarah AS.
Bila AS boleh membantu Israel seperti itu, Suriah dan Iran yang membantu pejuang Palestina di Gaza (ini wilayah berbeda dari Tepi Barat ya, lokasinya terpisah jauh), malah disebut “membantu teroris”. Suriah diobok-obok oleh proxy AS dan Israel. Iran juga diganggu terus, termasuk dalam kerusuhan akhir-akhir ini.
Tentu akan ada yang membantah pernyataan terakhir saya. Biasa. Besok saya akan posting terjemahan sebagian isi biografi Hillary Clinton, yang memperlihatkan bahwa memang kebijakan luar negeri AS adalah melindungi “keselamatan Israel” dan menggulingkan “rezim” di Iran adalah salah satu target penting AS demi Israel.
#FreeAhadTamimi
Foto: keluarga Tamimi menangis meratapi kematian Musab.
[1] baca tulisan saya di fanpage ini tentang Lisa, saya tak berhasil copas link di sini, langsung terblokir.
Musab Tamimi
(Remaja Pertama yang Tewas di Tangan Tentara Israel 2018)
Masih ingat dengan nama Ahad Tamimi? Kemarin, sepupunya, Musab Firas Tamimi, berusia 17 tahun, tewas ditembak tentara Israel, tepat di leher.
Saya ulangi kisahnya ya. Keluarga besar Tamimi adalah penghuni desa Nabi Saleh, Tepi Barat. Israel membangun permukiman illegal Halamish di atas tanah mereka, lalu mendatangkan para imigran Yahudi yang dari berbagai negara untuk menjadi penghuninya.
Awalnya, keluarga Tamimi diam saja. Namun, setelah para pemukim Yahudi merampas mata air dan melarang keluarga Tamimi untuk mengakses air, mereka pun bangkit melawan, dengan melakukan aksi demo, tanpa senjata.
Sudah 10 tahun terakhir keluarga ini gigih berdemonstrasi setiap hari Jumat. Seperti dituturkan Lisa Goldman, seorang jurnalis Israel yang meliput langsung ke Nabi Saleh, setiap Jumat pula tentara Israel menanti di tepi jalan menuju mata air itu, dengan pakaian tempur dan senjata lengkap. Saat demonstran datang, mereka akan segera menembak, atau menanti sampai ada anak muda yang melempar dengan batu, lalu membalas dengan tembakan, Perlakuan brutal itu membuat Lisa shock dan akhirnya memutuskan 'melepaskan Zionisme'. [1]
Tapi yang dilakukan tentara tidak hanya itu. Selama beberapa bulan terakhir, tentara hampir setiap hari menyerbu langsung ke desa, memprovokasi warga, melemparkan bom, dan menangkapi anggota keluarga Tamimi secara acak.
Pada tanggal 19 Desember lalu, tentara Israel menyerbu rumah Tamimi, menembak salah satu anak Tamimi tepat di wajah. Sepupunya, Ahad Tamimi, yang berusia 16 tahun, dengan gagah berani melabrak tentara Israel di bagian belakang halaman rumah mereka. Ahad bahkan menamparnya.
Video kejadian ini menjadi viral. Sehari kemudian, di malam hari, sekitar 30 tentara bersenjata lengkap menyerbu rumah keluarga Tamimi, dan membawa Ahad pergi. Esoknya, ibunya, menyusul ke kantor polisi untuk menjenguk Ahad, tapi malah dipenjarakan. Seorang gadis sepupu Ahad akhirnya juga ikut dipenjara karena memrotes pemenjaraan ini.
Musab adalah remaja pertama yang tewas di tangan tentara Israel pada tahun 2018 ini. Sementara nasib Ahad, ibunya, dan sepupunya di penjara, masih belum jelas.
Tentu saja, pembelaan diri dari pihak militer Israel adalah “Musab ‘terlihat’ membawa senjata.”
Sungguh omong kosong. Seandainya saja selama ini keluarga Tamimi mampu dan bisa membeli senjata, tentu mereka tak perlu berdemo sampai sepuluh tahun demi akses air yang sebenarnya milik mereka.
Kenyataannya, warga Tepi Barat dimiskinkan, diembargo senjata, diisolasi, dikurung di balik Tembok Zionis. Sebaliknya, Israel dibebaskan untuk memiliki dan memproduksi senjata-senjata tercanggih di dunia, satu-satunya yang punya bom nuklir di Timteng, bahkan diberi dana hibah militer setiap tahun oleh AS. Terakhir, Obama sebelum lengser menandatangani hibah 38 milyar dollar untuk Israel, terbesar dalam sejarah AS.
Bila AS boleh membantu Israel seperti itu, Suriah dan Iran yang membantu pejuang Palestina di Gaza (ini wilayah berbeda dari Tepi Barat ya, lokasinya terpisah jauh), malah disebut “membantu teroris”. Suriah diobok-obok oleh proxy AS dan Israel. Iran juga diganggu terus, termasuk dalam kerusuhan akhir-akhir ini.
Tentu akan ada yang membantah pernyataan terakhir saya. Biasa. Besok saya akan posting terjemahan sebagian isi biografi Hillary Clinton, yang memperlihatkan bahwa memang kebijakan luar negeri AS adalah melindungi “keselamatan Israel” dan menggulingkan “rezim” di Iran adalah salah satu target penting AS demi Israel.
#FreeAhadTamimi
Foto: keluarga Tamimi menangis meratapi kematian Musab.
[1] baca tulisan saya di fanpage ini tentang Lisa, saya tak berhasil copas link di sini, langsung terblokir.
Post a Comment