Misteri Samiri


Misteri Samiri di Zaman Musa

Salah satu kisah nabi Musa dan bani Israel yang terkenal disebutkan di dalam Al-Qur'an, selain kisah Fir'aun dan Haman (silakan klik dan baca :  "Fir'aun dan Pengakuan Sebagai Tuhan" dan "Haman dan Menara yang Mencapai Langit"), adalah kisah penyembahan bangsa Israel kepada patung anak lembu buatan Samiri sepeninggal Musa. Kisah ini dijabarkan di dalam surah Thaahaa ayat 85-99. Kisah ini menjadi salah satu perdebatan di antara kalangan ahli kitab, karena pengisahan yang berbeda dengan apa yang disampaikan Alkitab Perjanjian Lama atau Tanakh. Di dalam Alkitab tidak disebutkan adanya sosok Samiri sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pembuatan patung anak lembu yang kemudian di sembah oleh bangsa Israel. Sebaliknya di dalam kitab Keluaran pasal 32 disebutkan bahwa yang membuat patung anak lembu untuk disembah oleh bangsa Israel adalah Harun, saudara Musa.

Di dalam Alkitab sendiri, Samiri muncul di dalam kitab II Raja-raja pasal 17 ayat 29 yang mengacu kepada bangsa Samaria yang menyembah berhala. Bangsa dan kota Samaria sendiri, menurut Alkitab, baru ada beberapa ratus tahun setelah Musa dan ketika Musa hidup, belum ada bangsa dan orang Samaria.
[II Raja-Raja 17:29] Tetapi setiap bangsa itu telah membuat allahnya sendiri dan menempatkannya di kuil di atas bukit-bukit pengorbanan, yang dibuat oleh orang-orang Samaria; setiap bangsa bertindak demikian di kota-kota yang mereka diami
Dengan argumen ini, beberapa golongan ahli kitab mengklaim bahwa kisah Samiri di dalam Al-Qur'an adalah tidak akurat karena menyebutkan keterlibatan orang Samaria di zaman Musa padahal belum ada orang Samaria di masa tersebut.

Sebelum membahas lebih jauh, berikut adalah apa yang di ceritakan oleh Al-Qur'an mengenai Samiri dan bangsa Israel di dalam Al-Qur'an surah Thaahaa ayat 85-99 :

[Q.S 20:85] Allah berfirman: "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri (al-samiri).
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?"
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri (al-samiri) melemparkannya",
kemudian dia (samiri) mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa".
Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
 
Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan (patung anak lembu) itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku".
Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami"
Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, sehingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?"
Dia (Harun) berkata: "Hai putra ibuku janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israel dan kamu tidak memelihara amanatku".
 
Dia (Musa) berkata: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?"
Dia (samiri) menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak "utusan" lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku".
Dia (Musa) berkata: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)". Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu".
 
Demikianlah Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan
Berdasarkan kisah yang di paparkan Al-Qur'an dalam surah Thaahaa ayat 85-99 di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai sosok "Samiri" :
  1. Samiri bukanlah suatu nama perorangan, akan tetapi merupakan nama julukan atau bahkan nama suatu kaum. Di dalam ayat-ayat tersebut, penyebutan samiri menggunakan kata "al-" menjadi "al-samiri". Penggunaan "al-" biasanya mengacu kepada suatu gelar atau julukan, bukan nama perorangan.
  2. Al-samiri disini adalah orang yang dipercaya oleh bangsa Israel, bahkan kemungkinan adalah bagian dari bangsa Israel itu sendiri. Bangsa Israel yang baru saja diselamatkan dan dikeluarkan dari Mesir, tidak akan percaya kepada orang asing yang membawa wujud "tuhan" kepada mereka.
  3. Lebih lanjut,  al-samiri si pembuat patung anak lembu ini adalah salah satu pembesar kaum "samiri", karena di ayat 88, menggunakan kata ganti orang ketiga tunggal (akhraja -- mengeluarkan -- bentuk orang ketiga tunggal) yang mengacu kepada al-samiri (individu), yang kemudian diikuti dengan kata ganti orang ketiga jamak (qaaluu -- mereka berkata -- bentuk orang ketiga jamak) yang juga mengacu kepada al-samiri (kelompok)
Pertanyaan selanjutnya, siapakah "Samiri" yang dikisahkan di dalam Al-Qur'an tersebut. Dalam ini ada dua pendapat untuk dipertimbangkan :
  1. Samiri adalah sebutan bagi orang Samaria sebagaimana yang disebutkan dalam Alkitab kitab II Raja-Raja pasal 17 ayat 29. Namun bangsa Samaria dan penamaan bagi orang Samaria ini baru terbentuk beberapa abad setelah Musa.
  2. Samiri adalah suatu kaum pemeluk agama Ibrahim yang menyatakan diri sebagai keturunan langsung dari nabi Yusuf melalui anak-anaknya yaitu Ephraim dan Mannaseh. Mereka dinamakan kaum Samaritan dan di masa sekarang menetap di dua tempat yaitu di Kiryat Luza di gunung Gerizim dekat kota Nablus, West Bank, dan di Kota Holon, Israel. Pendapat yang lain namun lemah menyatakan kaum Samaritan ini adalah keturunan dari Issachar melalui anaknya yaitu Shimron.
Melihat dari ketiga kemungkinan tersebut, yang paling memungkinkan adalah "al-samiri" adalah bentuk arab dari "samaritan". Tapi mari kita lihat kemungkinan pertama, dengan mengacu kepada Alkitab, naskah ibrani dari kitab II raja-raja pasal 17 ayat 29 menyebutkan :

Yang digaris bawahi adalah "shomronim" yang berarti "orang (penghuni) samaria".  Encyclopaedia Judaica ketika menjelaskan mengenai "samaritan" menyebutkan :

Little guidance is obtained from the name of the Samaritans. The Bible uses the name Shomronim once, in II Kings 17:29, but this probably means Samarians rather than Samaritans. The Samaritans themselves do not use the name at all; they have long called themselves Shamerin; i.e., "keepers" or "observers" of the truth, both the short and long forms being in constant use in their chronicles. They take the name Shomronim to mean inhabitants of the town of Samaria built by Omri (cf. I Kings 16:24), where the probable origin of the word Shomronim is to be found) 

Disini terlihat bahwa kaum Samaritan sebagaimana yang disebutkan di poin kedua tidak menyebut diri mereka dengan shomronim , akan tetapi menyebut diri mereka shamerinyang berarti "penjaga" atau "pengawas", karena mereka mengaku sebagai keturunan langsung dari nabi Yusuf dan merupakan bangsa penjaga ajaran Israel, termasuk taurat yang kemudian diturunkan kepada nabi Musa. Masih menurut Encyclopedia Judaica, lebih lanjut dikatakan :

According to the former, the Samaritans are the direct descendants of the Joseph tribes, Ephraim and Manasseh, and until the 17th century C.E. they possessed a high priesthood descending directly from Aaron through Eleazar and Phinehas. They claim to have continuously occupied their ancient territory in central Palestine and to have been at peace with other Israelite tribes until the time when Eli disrupted the Northern cult by moving from Shechem to Shiloh and attracting some northern Israelites to his new cult there. For the Samaritans, this was the 'schism' par excellence.

Dari sumber yang lain, The New Bible Dictionary, ketika membahas mengenai "Samaritans" mengatakan:
    ... Samaritans are mentioned only in 2 Ki. 17:29, a passage which describes the syncretistic religion of those peoples whom the king of Assyria transported to the N kingdom of Israel to replace the exiled native population after the fall of Samaria (722/721 BC).

    Several reasons argue strongly against the identification, favoured by Josephus and many others since, of this group with the Samaritans as they are more widely known from the NT..., some of whose descendents survive to the present day in two small communities at Nablus and Holon: (i) the word used (haššōmrōnîm) seems merely to mean 'inhabitants of (the city or province of) Samaria (šōmrôn)', and this fits the context of 2 Ki. 17 best; (ii)
there is no evidence that the later Samaritans inhabited Samaria. The earliest certain references to them, by contrast, all points clearly to their residence at Shechem..., whilst one of the Josephus' sources refers to them as 'Shechemites'...; (iii) nothing whatever that is known of later Samaritan religion and practice suggests the pagan influence of 2 Ki. 17 or Ezr. 4
Jadi jelaslah bahwa orang-orang samaria yang di sebutkan di dalam Alkitab kitab II Raja-Raja pasal 17 ayat 29 adalah berbeda dengan "al-samiri" yang disebutkan di dalam Al-Qur'an yang se-zaman dengan nabi Musa.  Karena orang-orang samaria yang ada di dalam Alkitab adalah "shomronim" sedangkan kaum Samaritan sendiri menyebut diri mereka "shamerin" yang dibahasa arabkan menjadi "al-samiri". Dari sudut pandang genetika, melalui penelitian yang dilakukan terhadap orang-orang Samaritan yang masih ada sampai sekarang, terbukti bahwa kaum Samaritan memiliki kedekatan genetika dengan orang-orang Yahudi, sebagaimana diutarakan di dalam artikel riset  HUMAN MUTATION 24:248-260 (2004) (sumber : http://evolutsioon.ut.ee/publications/Shen2004.pdf). Di dalam artikel tersebut dikatakan :

The data in Tables 3 and 4 indicate that the Samaritan and Jewish Y-chromosomes have a much greater affinity than do those of the Samaritans and their longtime geographical neighbors, the Palestinians. However, this is not the case for the mtDNA haplotypes. In fact, Table 4 shows that distances of Samaritans to Jews and Palestinians for mtDNA are about the same. Further, the low mitochondrial haplotype diversity suggests that the rate of maternal gene flow into the Samaritan community has not been very high despite their tradition to regard children of male Samaritans born to females from outside as Samaritan... Based on the close relationship of the Samaritan haplogroup J six-microsatellite haplotypes with the Cohen modal haplotype, we speculate that the Samaritan M304 Y-chromosome lineages present a subgroup of the original Jewish Cohanim priesthood that did not go into exile when the Assyrians conquered the northern kingdom of Israel in 721 BC, but married Assyrian and female exiles relocated from other conquered lands, which was a typical Assyrian policy to obliterate national identities. This is in line with biblical texts that emphasize a common heritage of Jews and Samaritans, but also record the negative attitude of Jews towards the Samaritans because of their association with people that were not Jewish. Such a scenario could explain why Samaritan Y-chromosome lineages cluster tightly with Jewish Y-lineages..., while their mitochondrial lineages are closest to Iraqi Jewish and Palestinian mtDNA sequences... Finally, the high degree of homogeneity in each of the four male Samaritan lineages, which holds with two exceptions even over 13 microsatellite loci..., underscores the strong male-based endogamy of the Samaritan culture that has effectively limited any male-driven gene flow between the four families
Berarti jelaslah bahwa Samiri disini adalah suatu kaum keturunan Israel yang dijuluki sebagai "shamerin" atau "al-samiri" yang dalam bahasa Ibrani berarti "penjaga" atau "pengawas". Hal ini sesuai dengan apa yang di sampaikan Al-Qur'an dimana kaum al-samiri ini keluar bersama-sama bangsa Israel karena mereka memang termasuk dari 12 suku Israel, mengingat nabi Yusuf adalah keturunan Israel (nabi Yakub, karena nabi Yakub dijuluki juga sebagai Israel) sebagaimana halnya Yehuda. Lebih lanjut lagi, nabi Yusuf lah yang membawa bangsa Israel, Yakub dan anak keturunannya, ke Mesir dan ketika itu nabi Yusuf bertindak sebagai "pengawas" Mesir bagi Fir'aun. Hal itu pula yang membuat bangsa Israel percaya kepada al-samiri ketika dia membuatkan patung anak lembu yang dapat bersuara bagi bangsa Israel, karena kaum al-samiri tersebut adalah termasuk bangsa Israel juga, yang ikut keluar bersama-sama dengan bangsa Israel lainnya.

Terdapat pendapat lain, namun tidak kuat, yang menyebutkan kaum Samaritan yang ada sekarang adalah keturunan dari Isaccar melalui anaknya, Shimron. Dari nama Shimron inilah istilah Samaritan berasal. Hal ini di dituliskan oleh Rabbi Dr. H. Freedman (Translation) dalam bukunya Midrash Rabbah: Genesis II, 1939, Soncino Press: London, XCIV.7, pp. 873-874, yang menyebutkan :
Rabbi Meir met a Samaritan and asked him: 'Whence are you descended?' 'From Joseph,' he replied. 'That is not so,' he said. 'Then from whom?' 'From Issachar,' he told him. 'How do you know this?' he countered. - Because it is written, AND THE SONS OF ISSACHAR: TOLA, AND PUVAH, AND IOB, AND SHIMRON - the last name referring to the Samaritans
Namun, pendapat yang terakhir ini pun tetap menunjukkan asal-usul Samaritan atau al-samiri yang dirunut sampai kepada Israel atau nabi Yakub, karena Issachar adalah anak kesembilan nabi Yakub, walaupun pendapat yang lebih kuat adalah apa yang diyakini oleh kaum Samaritan yang ada sampai saat ini.

Dengan demikian, dalam hal ini informasi tentang Samiri di dalam Al-Qur'an tidak salah dan bertentangan, bahkan memberikan informasi bahwa penjulukan al-samiri sebagai keturunan nabi Yusuf telah ada pada zaman nabi Musa, dan kisah ini juga membersihkan serta menghindarkan  nama nabi Harun selaku utusan yang memperoleh amanah Allah, dari tindakan tercela yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang rasul, yaitu menyembah atau bahkan membuat sesembahan selain Allah.

 
Wallahu a'lam

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Sumber : http://www.islamic-awareness.org/Quran/Contrad/External/samaritan.html dan sumber-sumber lainnya
Narrated Abu Huraira:
I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet .
(Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/
panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp
Arabic-English Lane's Lexicon : http://www.tyndalearchive.com/tabs/lane/



 Segala puji bagi Allah, pemilik alam semesta, yang tiada berawal dan tiada berakhir, Salam shalawat serta sejahtera kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya dan tempatkanlah mereka di tempat yang terbaik di sisi-Mu.

Samiri, sebuah nama yang sudah tidak asing lagi bagi umat islam. Sosok Samiri terkenal dengan kisah patung sapi atau lembu emasnya, dan terkenal juga sebagai sosok yang melanggar amanah Nabi Musa as serta Harun as. Selama ini umat islam menyangka bahwa sosok Samiri adalah sebuah nama individu, bahkan ada yang berkata berasal dari bangsa samaria. Hal ini tidak sesuai dengan fakta sejarah yang ada, yakni bahwa Nabi Musa as dan Harun as di utus semata-mata khusus untuk membimbing dan memimpin Bani Israil saja. Terlebih lagi, ada pula yang menafsirkan Samiri berasal dari salah satu suku bani israil yaitu suku as-samariyah.

Sedangkan dalam kenyataannya tidak ada nama suku tersebut dari 12 nama suku bani israil yang namanya diambil dari 12 orang nama putra-putra Nabi Yaqub as. Adapun  nama ke 12 putra Nabi Yaqub as antara lain sebagai berikut ini :

    Ruben
    Simeon/Syam’un
    Lewi/Lawi/Levi
    Yehuda
    Isakhar
    Zebulon
    Yusuf/Yoseph
    Benyamin/Bunyamin
    Dan
    Naftali
    Gad
    Asyer

Samiri sebenarnya berasal dari bahasa arab, dari kata as-samar yang berarti samar-samar atau berbicara samar-samar atau dengan bahasa mudahnya adalah berbicara dengan berbisik. Logisnya, seseorang yang sedang berbicara baik secara tersembunyi atau terang-terangan, maka harus ada lawan bicaranya, tidak mungkin seseorang  berbicara tanpa ada lawan bicaranya kecuali bagi yang terganggu kejiwaannya.

Hal ini membuktikan bahwa Samiri yang tercantum dalam Al-Quran bukanlah nama dari satu individu atau satu orang saja, melainkan nama dari suatu kelompok yang terdiri atas beberapa individu yang memeliki kepentingan tertentu.

Di  kisahkan dalam Al-Quran bahwa sebelum Nabi Musa as menghadap Allah Swt di gunung Sinai, Nabi Musa as mengangkat Nabi Harun as sebagai penggantinya dan sebagai Imam bangsa israil di hadapan seluruh bani israil, Nabi Harun as menjabat sebagai Imam setelah sebelumnya menjabat sebagai Nabi. Lalu Nabi Musa as pun pergi menghadap Allah Swt untuk menerima segala perintah-Nya yang terkumpul dalam loh-loh yang kini kita kenal sebagai Torah atau Taurat.

Allah Swt berfirman dalam Al-Quran :

…………..Dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun : “Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan orang yang membuat kerusakan.” (Al-Ara’af 142)

Berkata Musa : “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, yaitu Harun saudaraku, teguhkanlah dia dengan kekuatan, dan jadikanlah dia sekutu dalama urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui keadaan kami.” Allah berfirman : “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.” (Thohaa 25-36)

Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan perkataanku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakan.” (Qoshosh 34-35)

Allah berfirman : “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kamu berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; berangkatlah kamu berdua dengan membawa mu’zizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang”

Dalam Alkitab Perjanjian Lama menerangkan sebagai berikut ini :

Kau kenakanlah pakaian yang kudus kepada Harun, kau urapi dan kau kuduskanlah dia supaya ia memegang jabatan imam bagi-Ku. Maka semuanya itu haruslah kau kenakan kepada abangmu Harun bersama-sama dengan anak-anaknya, kemudian engkau harus mengurapi, mentahbiskan dan menguduskan mereka, se­hingga mereka dapat memegang jabatan imam bagi-Ku. (Keluaran 28:41)

Suruhlah suku Lewi mendekat dan menghadap imam Harun, supaya mereka melayani dia. (Bilangan 3:6)

Katakanlah kepada orang Israel dan suruhlah mereka mem­be­rikan kepadamu satu tongkat untuk setiap suku. Semua pemimpin mereka harus memberikannya, suku demi suku, seluruhnya dua belas tongkat. Lalu tuliskanlah nama setiap pemimpin pada tongkatnya. (Bilangan 17:2)

Setelah Musa berbicara kepada orang Israel, maka semua pe­mimpin mereka memberikan kepadanya satu tongkat dari setiap pemimpin, menurut suku-suku mereka, dua belas tongkat, dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu. (Bilangan 17:6)

Entah kebetulan atau tidak, atau hal ini memang salah satu persamaan aspek kenabian Nabi Musa as dengan Nabi Muhammad Saw yang telah dinubuatkan dalam Alkitab, bahwa Nabi Muhammad Saw pun mengangkat saudaranya yakni ‘Ali bin Abu Tholib as sebagai pengganti  pada peristiwa Ghadir Khum yaitu pada saat haji wada.

Apa yang diumumkan Nabi Muhammad Saw di hadapan seluruh umatnya pada hari itu kini terkenal dengan nama hadits Tsaqalain, derajat hadits ini mencapai tingkatan mutawatir karena diriwayatkan oleh lebih dari 120 sahabat. Berikut kisahnya :

Pada saat Nabi Muhammad Saw berada di Ghadir Khum, maka turunlah Surat Al-Maidah 67

“Wahai Rasul, sampaikan  apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika kamu tidak menyampaikannya, maka berarti kamu tidak menyampaikan risalah-risalah-Nya“. (Al-Maidah 67)

Setelah mendapatkan wahyu tersebut, Nabi Muhammad Saw kemudian bersabda :

“Sesungguhnya telah aku tinggalkan dua pusaka berharga untuk kalian; Kitab Allah dan Itrah; Ahlul Baitku. Selama berpegang pada keduanya, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dan keduanya tidak akan terpisah hingga menjumpaiku di telaga (kelak pada Hari Kiamat).”

“Siapa yang menganggap aku sebagai maula (pemimpin) nya, maka inilah Ali maula-nya”.

Referensi Ahlulsunnah : Suyuthi, dalam tafsir “Durr Al-Mantsur”. Ar-Razi, dalam “Tafsir Ar-Razi”. Sanad : Zaid bin Arqam, Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah, dll. Ibn Abdul Birr, dalam “Al-Isti’ab”, jilid 3, hal. 203. Musnad Ahmad, jilid 4, hal. 281. Syaikh Manshur, dalam “At-Taj”, jilid 3, hal. 296. Ibn Katsir, dalam “Al-Bidayah Wan Nihayah”, juz 5, hal. 184-188. Sunan Tirmidzi, hadits no. 3713. Muttaqi Al-Hindi, dalam “Kanzul Ummal”, jilid 13, hadits no. 36340



Dalam Alkitab dan Al-Quran terkenal dengan peristiwa Sapi Emas atau Lembu Emas. Dalam Alkitab tidak dijelaskan siapa individu-individu yang bertanggung jawab dalam hal tersebut dan hanya menyebutkan sebagia umat Nabi Musa As, namun dalam Al-Quran dinyatakan bahwa yang bertanggung jawab adalah kelompok Samiri (lihat artikel sebelumnya bahwa samiri adalah nama suatu kelompok).
 

PATUNG SAPI EMAS

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa samiri adalah nama dari suatu kelompok yang bekonspirasi mengkudeta Nabi Harun as ketika Nabi Musa as sedang menghadap Tuhan di gunung sinai.
Alkitab menerangkan sebagai berikut :

Keluaran 32:1-5

32:1. Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: “Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir–kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.”

32:2 Lalu berkatalah Harun kepada mereka: “Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku.”

32:3 Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun.

32:4 Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!”

32:5 Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: “Besok hari raya bagi TUHAN!”

Dalam ayat 2-5,  terkesan seolah-olah bahwa sesungguhnya Nabi Harun as yang menjadi biang keladi dalam peristiwa patung lembu atau sapi emas itu. Tidaklah mungkin bagi Harun as melakukan hal demikian sementara di bagian lain Alkitab ia (Harun As) dipuji habis-habisan, di sucikan dan diangkat sebagai Imam serta pengganti Nabi Musa as, begitu pula juga dengan ke 12 anggota keluarganya. Jadi kisah ini sangatlah tidak logis jika dikatakan Nabi Harun as sebagai biang keladinya. Dikisahkan pula bahwa Nabi Musa as pun kembali bersama hamba sahayanya Yosua bin Nun as menemui umatnya yang telah menyimpang dari amanatnya.

32:19 Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.

32:20 Sesudah itu diambilnyalah anak lembu yang dibuat mereka itu, dibakarnya dengan api dan digilingnya sampai halus, kemudian ditaburkannya ke atas air dan disuruhnya diminum oleh orang Israel.

32:21. Lalu berkatalah Musa kepada Harun: “Apakah yang dilakukan bangsa ini kepadamu, sehingga engkau mendatangkan dosa yang sebesar itu kepada mereka?”

32:22 Tetapi jawab Harun: “Janganlah bangkit amarah tuanku; engkau sendiri tahu, bahwa bangsa ini jahat semata-mata.

32:23 Mereka berkata kepadaku: Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir–kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia.

32:24 Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini.”

32:25 Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang–sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka—

Dalam ayat ke 22 di atas tampak bahwa Nabi Harun As mencoba menjelaskan perkara yang sebenarnya bahwa kemungkinan ia melakukan itu dalam rangka Taqiyah atau dalam rangka untuk menjaga ukhuwah agar bani israil tidak terpecah, atau mungkin pula ada ancaman-ancaman hendak membunuh beliau. Tentunya Nabi Harun as tidaklah takut mati, tapi yang beliau as khawatirkan jika umatnya saja mampu membunuh dirinya, sudah barang tentu mampu membunuh Nabi Musa as. Oleh karena itu beliau mengikuti saja keinginan mereka dengan berat hati dan rasa penuh kekhawatiran.

Al-Quran pun menyatakan hal yang sama terkait msalah diamnya Nabi Harun As.

Al-Baqarah 92

Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya, dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim.

Dari ayat diatas sudah dapat dipastikan bahwa kisah pengkhianatan amanah tersebut terjadi ketika Nabi Musa As sedang pergi sementara waktu ke gunung sinai untuk menghadap Tuhan dan menerima perintah-Nya.

Al-Ara’af 148

Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim.

Al-Ara’af 150

Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim”

Thahaa 85

Allah berfirman: “Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.

Thahaa 92-94

Berkata Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” Harun menjawab´ “Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu telah memecah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”.

Kini menjadi jelas bahwa setelah melihat perbandingan dari kedua kitab suci tersebut maka dapat di ambil beberapa poin penting, yakni :

Samiri terdiri atas beberapa orang atau sekelompok orang yang kemudian menghasut umat, hal ini duktikan dengan penggunaan kata “mereka”, “kaum”.

Adanya pembelaan diri dari Nabi Harun bahwa bani Israil memang sukar diatur dan jahat (keluaran 32:22), bahkan sampai hendak membunuh beliau (Al-Ara’af 150) sehingga beliau pura-pura dengan mengikuti atau mendiamkan mereka seperti yang tercantum dalam AlQuran. Dan diamnya beliau tiada lain untuk menjaga agar bani israil tidak berperang satu sama lain antara yang pro Harun as dengan yang kontra Harun as.

Jika dalam jaman Nabi Musa as kisah pengkhianatan terhadap Imamah Harun as disimbolkan dengan patung sapi emas, yang dijelaskan bahwa terbuat dari perhiasan-perhiasan serta mampu mengeluarkan suara. Maka pada jaman Nabi Muhammad Saw patung sapi emas itu berganti menjadi suatu bentuk pemerintahan.

Yang perlu kita tahu, bahwa sapi adalah sebagai lambang dari kemakmuran bagi mayoritas bangsa-bangsa. Bahkan mimpi Nabi Yusuf as mengenai 7 masa paceklik dan 7 masa makmur ditandai dengan sapi betina.

Sedangkan emas adalah logam mulia, tinggi nilainya dan merupakan lambang kekayaan. Analoginya adalah barang siapa yang memiliki kemakmuran dan kekayaan sudah pasti adalah orang yang memiliki kekuasaan. Sedangkan Patung disimbolkan sebagai bentuk dari pemerintahan itu, patung adalah benda yang mati, kaku, kosong tak bernyawa. Seindah-indahnya patung tak akan bisa menyamai benda aslinya.

Hal itu juga dapat di analogikan sebagai suatu bentuk pemerintahan yang kosong di dalam pada hakekatnya, namun terlihat megah dari luarnya. Sedangkan suara patung itu di analogikan sebagai titah atau perintah dari orang yang berkuasa a. Suara patung sapi emas itu pada jaman Nabi Musa di anggap sebagai kemukzizatannya, sehingga mereka terpukau padanya dan bentuk indah dari sapi emas itu dianggap sebagai sosok yang tiada bercela, meskipun dalam kenyataannya tidak membawa faedah bagi mereka.



Kini jelas sudah bahwa Samiri adalah suatu kelompok dari umat nabi Musa as sendiri, yaitu sebagian dari bani israil.




 Di dalam al-Quran surah Thaahaa ada menyatakan kisah Nabi Musa dan kaumnya yang disesatkan oleh seorang lelaki misteri bernama Samiri semasa Nabi Musa pergi bermunajat kepada Allah swt di Bukit Sinai. Samiri digambarkan dalam al-Quran sebagai lelaki yang bertanggung jawab mengukir patung sapi emas untuk menjadi bahan sembahan kaum Bani Israil.  Patung sapi betina yang diukir oleh Samiri memiliki ‘kuasa’ ajaib sehingga mampu mengeluarkan kata-kata dan suara. Akibat tertarik dengan patung tersebut, hampir seluruh kaum bani Israil lupa terhadap pesanan Nabi Musa untuk kekal menyembah Allah yang Esa.

Kesesatan kaum Bani Israil bagaimanapun tidak mampu ditangani oleh adik kandung Nabi Musa iaitu Nabi Harun. Diriwayatkan, sebelum Nabi Musa pergi ke Bukit Sinai untuk bermunajat kepada Allah swt, Nabi Harun telah diamanahkan oleh Nabi Musa untuk membimbing kaumnya. Namun kerasbatunya kaum yang paling banyak diceritakan dalam al-Quran ini tidak mampu dinasihati oleh Nabi Allah Harun. Bahkan, Harun as diherdik dan dicerca oleh kaumnya sendiri. Bergitulah hebatnya tipu helah Samiri yang mampu memorak-porandakan keimanan kaum Bani Israil. Maka, siapakah Samiri ini?

Ayat al-Quran yang menyatakan Samiri

Dalam surah Thaahaa, ada dialog dengan nada agak keras antara Nabi Musa a.s terhadap lelaki kufur bernama Samiri. Digambarkan, Samiri adalah lelaki yang cukup berani dan pandai berkata-kata sehingga dialog antara mereka berdua tidak menampakkan kekakuan Samiri. Samiri melontarkan kata-katanya dengan cukup yakin dan obsesi terhadap ilmu sihirnya.

95. Berkata Musa : “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?”

96. Samiri menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.”

97. Berkata Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: “Janganlah menyentuh (aku)”. Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). Surah Thaahaa ayat 95-97

Penjelasan Surah Thaahaa ayat 95-97

Ancaman Musa Kalimullah

Dalam ayat 95, Nabi Musa telah bertanya kepada Samiri dengan nada yang keras dan bersifat mengancam.

Kemudian, pada ayat 96, ahli tafsir muktabar seperti Ibnu Kathir(1301-1373) dan Ath-Tabari (838–923) berpendapat bahawa Samiri telah membuka rahasia ilmu sihirnya. Pada ayat ‘Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, Ibnu Kathir dalam tafsir ulungnya telah memberi penjelasan bahwa Samiri telah melihat malaikat jibril datang dengan kuda tunggangannya, Haizum untuk membinasakan Firaun sedangkan kaum Bani Israil tidak melihatnya.

Besar kemungkinan ia terjadi semasa Nabi Musa dan Bani Israil melarikan diri secara besar-besaran daripada bumi Mesir. Akibat kekalutan tersebut, kaum Bani Israil yang beribu-ribu orang tidak menyedari kehadiran Jibrail yang menyerupai manusia.

Terbentuknya Patung Sapi Betina Dari Jejak Kuda Malaikat Jibril

Pada ayat “aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya”, Ibnu Kathir memberi penjelasan yang antara lain menerangkan bahwa jejak rasul tersebut adalah jejak kuda tunggangan Malaikat Jibrail. Ia diterima secara umum oleh ahli-ahli tafsir lain selepas Ibnu Kathir.

Apa dimaksudkan dengan segengam dari jejak rasul  itu adalah Samiri telah mengambil segenggam tanah yang dipijak oleh kuda Maiaikat Jibrail. Menurut ulama tafsir terkemuka Mujahid, segenggam tanah berarti sepenuh telapak tangan. Samiri kemudian menggunakan ilmu sihirnya untuk membentuk sapi emas yang mampu mengeluarkan suara.

Samiri dilaknat oleh Allah swt

Dalam ayat 97, ada ayat yang berbunyi, “Janganlah menyentuh (aku)”. Menurut Ibnu Kathir, Samiri telah diusir dari khalayak ramai ditambah lagi, hukuman di akhirat pasti lebih dashyat dengan siksaan api neraka buat selama-lamanya.

Menurut Muhammad Ibnu Ishaq (704 M-767 M) penyusun kitab Sirat ar-Rasulullah, meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas, mengatakan bahwa, “ Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan dia berasal daripada kaum yang menyembah berhala. Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya adalah pengikut Musa di hadapan Bani Israil namun hatinya bergelojak dengan kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi seorang individu kufur bernama Musa bin Zhufar.”

Dari Qatadah ibnu al-Nu’man, salah seorang sahabat besar Rasulullah saw daripada golongan Ansar telah berkata, “Samiri berasal daripada negeri Samir (Sumaria)

Dalam kisah-kisah Islam, baik dari Al-Qur'an ataupun riwayat-riwayat, Samiri dikisahkan merupakan tokoh yang menyesatkan Bani Israel. Bani Israel diperintahkan oleh Samiri untuk membawa perhiasan emas milik orang-orang Mesir, lalu Samiri menganjurkan agar perhiasan itu dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakannya dalam suatu lubang untuk dijadikan patung berbentuk anak lembu. Kemudian mereka melemparkannya dan diikuti pula oleh Samiri. Akhirnya Samiri berhasil membuat berhala anak sapi betina terbuat dari emas.

Setelah berhala itu jadi, dikatakannya sebagai Tuhan Bani Israel dan Tuhan Musa. Kejadian tersebut sewaktu Musa menerima wahyu Taurat di bukit Sinai. Samiri meletakkan bekas jejak kuda malaikat Jibril yang memimpin Musa dan Bani Israel melewati Laut Merah, sehingga bisa mengeluarkan suara jika tertiup angin.




Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan).....(QS. Al-A’raaf: 148)

Ia memiliki ilmu sihir, sebuah ilmu yang ia dipelajari sewaktu berada di Mesir. Belum hilang pula kepercayaannya terhadap kekuatan dewa yang ia yakini, yaitu agama paganisme, Samiri harus mempercayai ke-Esaan Tuhan Musa. Sekte pagan yang memengaruhi Samiri adalah ajaran yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, yaitu Hathor dan Aphis.

Sebelum Musa pergi ke bukit Sinai, beliau berjanji kepada kaumnya tidak akan meninggalkan mereka lebih 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10 hari, karena terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel kecewa dengan kelewatan Musa kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa membuatkan mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka berfikir keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi. Dalam keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka bernama Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat anak sapi dari emas. Dia memasukkan segumpal tanah, bekas dilalui tapak kaki kuda Jibril ketika mengetuai Musa dan pengikutnya menyeberangi Laut Merah. Patung itu dijadikan Samiri bersuara.(Menurut cerita, ketika Musa dengan kudanya mau menyeberangi Laut Merah bersama kaumnya, Jibril ada di depan terlebih dulu dengan menaiki kuda betina, kemudian diikuti kuda jantan yang dinaiki Musa dan pengikutnya. Kemudian Samiri menyeru kepada orang ramai: “Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak ada lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang, mari kita sembah anak sapi yang diperbuatkan daripada emas ini. Ia dapat bersuara dan inilah tuhan kita yang patut disembah.”

Selepas itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak sapi. Ia marah dengan tindakan Samiri.

Firman Allah: “Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan kepada kamu suatu janji yang baik? Apakah sudah lama masa berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, kerana itu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku.”

Musa bertanya Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran : “Berkata Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri? Samiri menjawab: Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam tanah (bekas tapak Jibril) lalu aku masukkan dalam patung anak sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku.”

Musa berkata: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)"[941]. Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). (Surat Thaha 20:97)

Apakah Samiri itu Dajal?

Nabi bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada makhluk di muka bumi ini sejak Allah menciptakan Adam sampai hari kiamat yang fitnahnya lebih besar daripada Dajjal.” (HR. Muslim no. 2946).

Dan Selain ini rosulullab  juga mengingatkan para umatnya untuk berdoa kepada Allah untuk meminta perlindungan dari Dajal. Doanya berbunyi, “Ya, Allah aku berlindung kepadamu dari azab Jahannam, dan azab kubur, dari fitnah hidup dan setelah mati dan dari kejelekan fitnah Masih ad-Dajjal" (HR. Muslim, no.588).


Ada sebuah hadist yang berkaitan dengan dajjal ini, namun tak ada kata  Sa miridalam hadist tersebut.
Silahkan baca dibawah ini :

Kemunculannya Dajjal al-masihud

1. Al-Jasassah di Hadits Dajjal

Kami menaiki kapal ternyata kami bertepatan mendapati laut sedang bergelombang luar biasa, sehingga kami dipermainkan ombak selama satu bulan lamanya, sampai kami terdampar di pulaumu ini. Kami pun naik perahu kecil, lalu memasuki pulau ini dan bertemu dengan binatang yang sangat lebat dan kaku rambutnya. Tidak diketahui mana qubul-nya dan mana duburnya karena lebatnya rambut. Kamipun mengatakan: ‘Celaka kamu, apa kamu ini?’ Ia menjawab: ‘Aku adalah Al-Jassasah. ’ Kamipun bertanya lagi: ‘Apa Al-Jassasah itu?’ Ia malah menjawab, pergilah ke rumah ibadah itu sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian. Maka kami pun segera menujumu dan kami takut dari binatang itu. Kami tidak merasa aman kalau ternyata ia adalah setan.




Asy-Sya’bi rahimahullahu mengatakan kepada Fathimah bintu Qais radhiyallahu ‘anha: “Beri aku sebuah hadits yang kamu dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang tidak kamu sandarkan kepada seorang pun selain beliau. ” Fathimah mengatakan: “Jika engkau memang menghendakinya akan aku lakukan. ” “Ya, berikan aku hadits itu,” jawab Asy-Sya’bi.

Fathimah pun berkisah: “…Aku mendengar seruan orang yang berseru, penyeru Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, menyeru ‘Ash-shalatu Jami’ah’. Aku pun keluar menuju masjid lantas shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan aku berada pada shaf wanita yang langsung berada di belakang shaf laki-laki. Tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari shalatnya maka beliau duduk di mimbar dan tertawa seraya mengatakan: ‘Hendaknya setiap orang tetap di tempat shalatnya. ’ Kemudian kembali berkata: ‘Apakah kalian tahu mengapa aku kumpulkan kalian?’ Para sahabat menjawab: ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. ’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan: ‘Sesungguhnya –demi Allah-, aku tidak kumpulkan kalian untuk sesuatu yang menggembirakan atau menakutkan kalian. Namun aku kumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari. Dahulu ia seorang Nasrani lalu datang kemudian berbai’at dan masuk Islam serta mengabariku sebuah kisah, sesuai dengan apa yang aku ceritakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal.

Ia memberitakan bahwa ia naik kapal bersama 30 orang dari Kabilah Lakhm dan Judzam. Lalu mereka dipermainkan oleh ombak hingga berada di tengah lautan selama satu bulan. Sampai mereka terdampar di sebuah pulau di tengah lautan tersebut saat tenggelamnya matahari. Mereka pun duduk (menaiki) perahu-perahu kecil. Setelah itu mereka memasuki pulau tersebut hingga menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku. Mereka tidak tahu mana qubul dan mana dubur-nya, karena demikian lebat bulunya. Mereka pun berkata: ‘Apakah kamu ini?’ Ia (binatang yang bisa berbicara itu) menjawab: ‘Aku adalah Al-Jassasah. ’ Mereka mengatakan: ‘Apa Al-Jassasah itu?’ Ia (justru mengatakan) : ‘Wahai kaum, pergilah kalian kepada laki-laki yang ada rumah ibadah itu. Sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian. ’Tamim mengatakan : ‘Ketika dia menyebutkan untuk kami orang laki-laki, kami khawatir kalau binatang itu ternyata setan’ .

Tamim mengatakan: ‘Maka kami pun bergerak menuju kepadanya dengan cepat sehingga kami masuk ke tempat ibadah itu. Ternyata di dalamnya ada orang yang paling besar yang pernah kami lihat dan paling kuat ikatannya. Kedua tangannya terikat dengan lehernya, antara dua lututnya dan dua mata kakinya terikat dengan besi. Kami katakan: ‘Celaka kamu, apa kamu ini?’ Ia menjawab: ‘Kalian telah mampu mengetahui tentang aku. Maka beritakan kepadaku siapa kalian ini?’ Mereka menjawab: ‘Kami ini orang-orang dari Arab. Kami menaiki kapal ternyata kami bertepatan mendapati laut sedang bergelombang luar biasa, sehingga kami dipermainkan ombak selama satu bulan lamanya, sampai kami terdampar di pulaumu ini. Kami pun naik perahu kecil, lalu memasuki pulau ini dan bertemu dengan binatang yang sangat lebat dan kaku rambutnya. Tidak diketahui mana qubul-nya dan mana duburnya karena lebatnya rambut. Kamipun mengatakan: ‘Celaka kamu, apa kamu ini?’ Ia menjawab: ‘Aku adalah Al-Jassasah. ’ Kamipun bertanya lagi : ‘Apa Al-Jassasah itu?’ Ia malah menjawab, pergilah ke rumah ibadah itu sesungguhnya ia sangat merindukan berita kalian. Maka kami pun segera menujumu dan kami takut dari binatang itu. Kami tidak merasa aman kalau ternyata ia adalah setan'.

Lalu orang itu mengatakan: ‘Kabarkan kepadaku tentang pohon-pohon korma di Baisan’.

Kami mengatakan : ‘Tentang apanya engkau meminta beritanya?’

‘Aku bertanya kepada kalian tentang pohon kormanya, apakah masih berbuah?’ katanya.

Kami menjawab : ‘Ya.

Ia mengatakan: ‘Sesungguhnya hampir-hampir ia tidak akan mengeluarkan buahnya. Kabarkan kepadaku tentang danau Thabariyyah. ’

Kami jawab : ‘Tentang apa engkau meminta beritanya?’

‘Apakah masih ada airnya?’ jawabnya.

Mereka menjawab : ‘Danau itu banyak airnya. ’

Ia mengatakan : ‘Sesungguhnya hampir-hampir airnya akan hilang. Kabarkan kepadaku tentang mata air Zughar1. ’

Mereka mengatakan : ‘Tentang apanya kamu minta berita?’

‘Apakah di mata air itu masih ada airnya? Dan apakah penduduknya masih bertani dengan airnya?’ jawabnya.

Kami katakan : ‘Ya, mata air itu deras airnya dan penduduknya bertani dengannya. ’ Ia mengatakan: ‘Kabarkan kepadaku tentang Nabi Ummiyyin, apa yang dia lakukan?’

Mereka menjawab : ‘Ia telah muncul dari Makkah dan tinggal di Yatsrib (Madinah). ’

Ia mengatakan : ‘Apakah orang-orang Arab memeranginya?’

Kami menjawab : ‘Ya.

Ia mengatakan lagi: ‘Apa yang dia lakukan terhadap orang-orang Arab?’ Maka kami beritakan bahwa ia telah menang atas orang-orang Arab di sekitarnya dan mereka taat kepadanya.

Ia mengatakan : ‘Itu sudah terjadi?’

Kami katakan : ‘Ya.
Ia mengatakan : ‘Sesungguhnya baik bagi mereka untuk taat kepadanya. Dan aku akan beritakan kepada kalian tentang aku, sesungguhnya aku adalah Al-Masih. Dan hampir-hampir aku diberi ijin untuk keluar sehingga aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak ku tinggalkan satu negeri pun kecuali aku akan turun padanya dalam waktu 40 malam kecuali Makkah dan Thaibah, keduanya haram bagiku. Setiap kali aku akan masuk pada salah satunya, malaikat menghadangku dengan pedang terhunus di tangannya, menghalangiku darinya. Dan sesungguhnya pada setiap celahnya (dua kota itu) ada para malaikat yang menjaganya. ’

Fathimah mengatakan : ‘Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dengan menusukkan tongkatnya di mimbar sambil mengatakan: ‘Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah-Thaibah, yakni Al-Madinah. Apakah aku telah beritahukan kepada kalian tentang hal itu?’

Orang-orang menjawab : ‘Ya. ’

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sesungguhnya cerita Tamim menakjubkanku, di mana sesuai dengan apa yang kuceritakan kepada kalian tentangnya (Dajjal), serta tentang Makkah dan Madinah. Ketahuilah bahwa ia berada di lautan Syam atau lautan Yaman- tidak, bahkan dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur. Tidak, dia dari arah timur -dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke arah timur-. ’

Fathimah mengatakan : “Ini saya hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ” (HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa’ah, Bab Qishshatul Jassasah).

Kemudian para nabi sebelum Nabi Muhammad telah pula menjelaskan tentang Dajal kepada umatnya, hanya tidak sedetail penjelasan Muhammad, seperti Dajal adalah seorang yang pecak (buta) disalah satu matanya.

- Dalam Sahih Bukhori diriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW pernah memberikan khutbah di hadapan para sahabatnya, lalu beliau menyebutkan Dajjal. Beliau bersabda: “Aku benar-benar akan memperingatkan kalian tentang Dajjal. Tidak ada seorang nabi melainkan ia pernah memperingatkan kaumnya tentang masalah tersebut. Tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelumku. Dia itu (Dajjal) picak (bermata sebelah) sedangkan Allah tidaklah pecak” 


-  Tidaklah Allah mengutus seorang nabi melainkan telah memperingatkan umatnya tentang Dajjal, dan Nabi Nuh telah memperingatkan hal itu kepada umatnya, juga para nabi yang datang sesudahnya..." (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani berkata: isnad hadits ini shahih sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Syaikhani. Kisah Dajjal hal. 69 Pustaka Imam Syafi'i)

Dari hadits di atas jelaslah Dajjal telah ada sebelum Islam Lahir.

2. Dajjal tidak disebut dalam Al Quran, tetapi terdapat dalam hadits yang menguraikan sifat-sifat Dajal, tanda akan kedatangannya dan lain-lain. Kemudian ada pula hadits yang menjelaskan sebelum kedatangan Dajal asli, akan datang Dajal-Dajal kecil sejumlah tiga puluh orang, yang kesemuanya mengaku sebagai utusan Allah, memiliki "mukjizat", dan sebagainya.

- “Tidak akan tegak hari kiamat sampai keluar tiga puluh Dajal pendusta, semuanya berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari, no.7121, Abu Dawud, no.4334, dan Tirmidzi, no.2218).

3. Keluarnya Dajal merupakan tanda kiamat besar akan segara tiba, yang dimulai pada saat kaum muslimin sedang memiliki kekuatan besar dan keluarnya dia adalah untuk mengalahkan kekuatan tersebut. Sebelum Dajal keluar, manusia diuji dahulu dengan kemarau dan kelaparan, serta tidak turunnya hujan dan musnahnya pepohonan selama tiga tahun berturut-turut, hewan ternak pun menjadi mati.

- “Sesungguhnya tiga tahun sebelum kemunculan Ad-Dajjal, di tahun pertama, langit menahan sepertiga air hujannya, bumi menahan sepertiga hasil tumbuhannya, dan di tahun kedua, langit menahan dua pertiga air hujannya, dan bumi juga menahan dua pertiga hasil tanamannya, dan di tahun ketiga langit menahan seluruh yang ada padanya dan begitu pula bumi, sehingga binasalah setiap yang memiliki gigi pemamah dan kuku.” (“Kisah Dajjal”, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani; Pustaka Imam Asy-Syafi’i; hlm. 92).

4. Menurut penjelasan hadits bahwa Dajal akan muncul dari arah timur dari negeri Persia, disebut Khurasan.(An Nihayah fil Fitan wal Malahim, 1: 128). Ibnu Katsir berkata bahwa munculnya Dajal adalah dari Ashbahan (Isfahan) dari daerah yang disebut Yahudiyah.

- Dalam hadits An Nawas bin Sam’an yang marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) disebutkan,



“Dajjal itu keluar di antara Syam dan Irak. Dia lantas merusak kanan dan kiri. Wahai para hamba Allah, tetap teguhlah.” (HR. Muslim no. 2937).

4. Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah, disebutkan juga bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah pasukan Khawarij.

“Akan muncul sekelompok pemuda yang (pandai) membaca Al-Qur`an tapi tidak melewati tenggorokan mereka. Setiap kali keluar sekelompok mereka, maka akan tertumpas sehingga muncul Dajjal di tengah-tengah mereka.” (HR. Ibnu Majah no. 174, lihat Ash-Shahihah no. 2455)

Kemampuan Dajjal al-masihud

Diantara kemampuan-kemampuan dajjal beberapa hadist menjelaskannya sebagai berikut :

1. Dajal diterangkan dalam hadits memiliki kelebihan-kelebihan seperti halnya mukjizat para nabi, kelebihan ini disebut dengan istidraj, yaitu sesuatu kemampuan atau kenikmatan yang diberikan oleh Allah tetapi digunakan untuk kemaksiatan. Dajal sanggup menghidupkan orang mati yang ia bunuh.

- Rasulullah Shallalla“Keluarlah pada hari itu seorang yang terbaik atau di antara orang terbaik. Dia berkata: ‘Aku bersaksi engkau adalah Dajjal yang telah disampaikan kepada kami oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’ Dajjal berkata (kepada pengikutnya): ‘Apa pendapat kalian jika aku bunuh dia dan aku hidupkan kembali apakah kalian masih ragu kepadaku?’ Mereka berkata: ‘Tidak.’ Maka Dajjal membunuhnya dan menghidupkannya kembali….” (HR. Muslim no. 2938).

- Menggergaji seseorang kemudian membangkitkannya kembali. (HR. Muslim, 2938/113).

2. Dapat menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra, dan akan menghidupkan orang mati, memunculkan kesuburan, membawa sungai, surga dan neraka, memerintahkan langit untuk hujan maka turunlah hujan. Memerintahkan bumi untuk menumbuhkan maka tumbuhlah tanaman-tanaman. Dia dapat melihat dan mendengar di banyak tempat pada waktu bersamaan dan dia mempunyai keahlian untuk menipu manusia.

- Dari An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
hu ‘alaihi wa sallam berkata:Dia datang kepada satu kaum mendakwahi mereka. Merekapun beriman kepadanya, menerima dakwahnya. Maka Dajjal memerintahkan langit untuk hujan dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka turunlah hujan dan tumbuhlah tanaman….” (HR. Muslim no. 2937).

3. Dajal bersama dengan para setan dari golongan jin kafir (Qarin) yang wajahnya sama persis dengan orang-orang yang telah lama meninggal seperti orang tua, saudara, atau kerabat, kemudian jin-jin itu akan menampakkan diri mereka kepada orang yang masih hidup. Kemudian para setan tersebut akan mengatakan bahwa Dajal adalah Tuhan.

- Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Di antara fitnah Dajjal adalah, ia akan berkata pada orang Arab, “Bagaimana menurutmu jika aku membangkitkan ayah dan ibumu, lalu engkau bersaksi bahwa aku adalah Rabbmu, apakah engkau mau?” “Iya, mau”, jawab orang Arab tersebut. Lalu dua setan menyerupai bentuk ayah dan ibunya lantas keduanya berkata, “Wahai anakku, ikutilah dia (yaitu Dajjal), karena dia adalah Rabbmu”. (HR. Ibnu Majah no. 4077. Hadits ini shahih kata Syaikh Al Albani sebagaimana dalam Shahih Al Jami’ no. 7875).

- "Bersama-sama Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang rupanya mirip dengan orang-orang yang telah meninggal, apakah itu ayah ataukah saudara" (Kanzul-'Ummal; jilid VII, halaman 2065).

-  "Setan-setan yang rupanya mirip dengan orang yang telah meninggal akan menyertai Dajjal, dan mereka akan berkata kepada orang yang masih hidup: Kenalkah engkau padaku? Aku adalah saudaramu; aku adalah ayahmu; atau aku adalah salah seorang kerabatmu" (idem, hal. 2078).

- "Bersama-sama Dajjal akan dibangkitkan setan-setan yang akan bercakap-cakap dengan manusia." (idem, halaman 2104).

4. Dengan kemampuan yang dimilikinya itu maka ia akan menyatakan dirinya adalah Tuhan dan akan menipu manusia dalam berpikir. Ia mengatakan bahwa ia telah bangun dari kematian. Salah satu orang penting akan ia bunuh dan kemudian ia akan menghidupkannya. Sesudah itu Allah akan menghidupkan apa yang ia bunuh tersebut, setelah itu ia tidak memiliki kekuatan ini lagi.
6. Ia datang membawa beberapa unsur alam seperti air dan api, (penjelasan lain ia membawa surga dan neraka) sungai, dan gunung roti. Kemudian ia sanggup mengeluarkan harta yang terpendam dari reruntuhan, sehingga harta tersebut mengikuti Dajal seperti sekelompok lebah.

- Dari ‘Uqbah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata tentang Dajjal:
“Sungguh Dajjal akan keluar dan bersamanya ada air dan api. Apa yang dilihat manusia air sebenarnya adalah api yang membakar. Apa yang dilihat manusia api sesungguhnya adalah air minum dingin yang segar. Barangsiapa di antara kalian yang mendapatinya hendaknya memilih yang dilihatnya api, karena itu adalah air segar yang baik.” (HR. Muslim no. 2935).

-  “Di antara fitnah-fitnah (Ad-Dajjal) adalah, bahwa bersamanya ada surga dan neraka. Padahal sesungguhnya nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka. Barangsiapa mendapatkan cobaan dengan nerakanya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dan hendaklah ia membaca ayat-ayat di awal surah Al Kahfi. (HR Ibnu Majah – Shahih).

- Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
…Sesungguhnya bersama dia ada surga dan nerakanya, sungai dan air, serta gunung roti. Sesungguhnya surganya Dajjal adalah neraka dan nerakanya Dajjal adalah surga.” (HR. Ahmad. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata: sanadnya shahih. Lihat Qishshatu Masihid Dajjal).

- Dalam hadits An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
…Dia mendatangi reruntuhan dan berkata: ‘Keluarkanlah perbendaharaanmu.’ Maka keluarlah perbendaharaannya mengikuti Dajjal seperti sekelompok lebah.” (HR. Muslim no. 2937).

7. Menurut hadits riwayat Imam Ahmad, ia dikatakan memiliki keledai yang bisa terbang, lebar kedua telinga keledai itu 40 hasta. Keledai putih itu memiliki kekuatan satu langkahnya sama dengan satu mil jaraknya. Keledai tersebut memakan api dan menghembus asap, dapat terbang di atas daratan dan menyeberangi lautan. Kecepatannya seperti awan ditiup oleh angin dan bumi berputar terasa lebih cepat ketika ia berada diangkasa.

- Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: walahu himar yarkabuhu ‘ardhu bayna udzunayhi arba’unadziroo”a. Ia memiliki keledai yang ditungganginya, lebar antara dua telinganya 40 hasta. (HR Ahmad dalam l Musnad, dan Hakim dalam al-Mustadrok).

-  "Bumi akan digulung untuknya; ia menggenggam awan di tangan kanannya, dan mendahului matahari di tempat terbenamnya; lautan hanya sedalam mata kakinya; di depannya adalah gunung yang penuh asap." (Kanzul-'Ummal, jilid VII, halaman 2998).

Dajjal telah menjadi kosa kata Arab yang lazim digunakan untuk istilah "nabi palsu". Namun istilah Ad-Dajjal, merujuk pada sosok "Penyamar" atau "Pembohong" yang muncul menjelang kiamat. Istilahnya adalah Al-Masih Ad-Dajjal (Bahasa Arab untuk "Al Masih Palsu") adalah terjemahan dari istilah Syria Meshiha Deghala yang telah menjadi kosa kata umum dari Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun sebelum Al-Quran diturunkan.

Dajal menurut keyakinan para para  pengkaji adalah seorang anak Adam, ia bukan dari golongan jin, dan bukan pula keturunan dari perpaduan manusia dan jin. Dua ulama kontemporer berkata bahwa Dajal adalah bani Adam, dia butuh makan, minum dan lainnya, oleh karena itu ia akan dan bisa dibunuh oleh Nabi Isa.


Keluarga Dajjal, ayah, ibu, kakek dan nenek moyangnya adalah penyembah berhala. Mereka keturunan Yahudza, yang telah menikah selama 30 tahun tetapi belum dikaruniai seorang anak. Dajal dikisahkan tidak memiliki keturunan atau mandul.

- Sifat Dajjal bahwa dia tidak memiliki keturunan, dijelaskan dalam hadits Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu tentang kisahnya bersama Ibnu Shayyad, dia berkata kepada Abu Sa’id, “Bukankah engkau pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya dia (Dajjal) tidak bisa memiliki keturunan?’ Dia (Abu Sa’id) berkata, ‘Benar,’ jawabku.” (Shahiih Muslim, kitab al-Fitan, bab Dzikri Ibni Shayyad (XVIII/50, Syarh an-Nawawi).

Ia dilahirkan di negeri Samirah, sebuah negeri kecil di Palestina, yang kemudian hari menjadi kota besar pada masa Nabi Daud dan setelahnya.

DAJJAL DARI TEOLOGI KRISTEN 


Dalam teologi Kristen, Antikristus adalah pemimpin yang dinubuatkan Alkitab yang akan menjadi musuh Kristus, yang akan menyesatkan banyak orang. Dalam eskatologi Islam, Antikristus adalah Dajjal, karena diramalkan oleh Muhammad bahwa Dajjal akan bertarung dengan Isa (Kristus),

Ketika Dajjal sedang berkuasa dengan perbuatan-perbuatannya yang merusak di bumi, Allah mengutus Isa bin Maryam kemuka bumi di menara putih sebelah timur Damaskus untuk membunuh Dajjal, dan tugasnya pun berhasil, Nabi Isa berhasil membunuh Dajjal di Bab Lûd (dekat Baitul Maqdis, di Palestina). (HR. Muslim 2937)

Dalam eskatologi kristen Dajjal dinubutkan oleh nabi Daniel

Wahyu 13 menyebutkan tentang dua binatang yang keluar dari laut dan bumi. Binatang I (ayat 1-10) menunjuk pada antikristus yang akan muncul sebagai pemimpin
dari gabungan bangsa-bangsa di akhir zaman untuk melawan Allah.

Sementara Binatang II (ayat 11-18) menunjuk pada "asisten" dari antikristus. Binatang kedua inilah yang akan mengadakan tanda-tanda mujizat untuk melancarkan penyembahan bagi binatang I (antikristus). Ia akan memberikan perintah membuat patung dari binatang I serta memberikan "hidup" bagi patung tersebut dan menuntut penyembahan dari semua penduduk dunia pada waktu itu.

Wahyu 13:18 menjelaskan identitas binatang buas itu, Barangsiapa yang bijaksana, baiklah ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan seorang manusia, dan bilangannya adalah ialah enam ratus enam puluh enam. Manusia yang bilangannya 666 ini akan menguasai 3 sistem dunia

- Pemerintahan dunia " … dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa" (Wahyu 13:7, Daniel 7:23)

- Ekonomi dunia " Dan ia menyebabkan sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau besar, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya (Wahyu 13:16-17).

- Agama dunia "… seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada binatang itu" (Wahyu 13:3-4,8).

Arti kiasan kemungkinan :

1. Bintang I  merujuk pada dajjal/anti-kris itu sendiri ===> perintah membuat patung dari binatang I adalah patung sapi emas

2. Bintang II merujuk pada Al-Jasassah karena membesarkan dajjal dan mengajari dajjal berbagai ilmu.

3. Menyembah Naga atau ular dalam kristen sering dikiaskan sebagai Iblis, Azazil atau syaitan sebagai sekutunya Anti-kris atau dajjal

- Ular atau naga dipakai sebagai lambang untuk Iblis (Wahy 12:3-17; 20:2-3)
- ular dipakai sebagai simbol kejahatan (Mzm. 58:4)

KESIMPULAN

Berdasarkan dari al-Quran  dan al-hadist, meskipun tidak tersurat bahwa dajjal adalah SAMIRI, namun karena kemampuan samiri dapat berbuat SIHIR karena belajar daripada penyihir-penyihir Firaun ditambah kemana Samiri diusir oleh Nabi Musa a.s tidak diceritakan apa dia mati atau bagaimana?

Dan di al-hadits Dajal sanggup menghidupkan orang mati yang ia bunuh, menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra, dan akan menghidupkan orang mati, memunculkan kesuburan, membawa sungai, surga dan neraka, memerintahkan langit untuk hujan maka turunlah hujan, memerintahkan bumi untuk menumbuhkan maka tumbuhlah tanaman-tanaman. Dia dapat melihat dan mendengar di banyak tempat pada waktu bersamaan dan dia mempunyai keahlian untuk menipu manusia.

Sudah barang tent Dajjal mempunyai kemampuan SIHIR dan rekayasa genetika yang bersekutu dengan Iblis dan diberikan kemampuan oleh Allah swt, seperti halnya Iblis, dajjal al masihud  ditangguhkan umurnya hingga Akhir zaman. Kita lihat Dajjal mempunyai kendaraan KELEDAIyang dapat terbang dan memiliki kekuatan satu langkahnya sama dengan satu mil jaraknya. Keledai tersebut memakan api dan menghembus asap, dapat terbang di atas daratan dan menyeberangi lautan. Kecepatannya seperti awan ditiup oleh angin dan bumi berputar terasa lebih cepat ketika ia berada diangkasa. Sudah barang tentu kendaraan ini mempunyai teknologi yang tinggi (dalam hal ini KELEDAI hanya makna kiasan saja).

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.