KUNJUNGAN TALIBAN KE INDONESIA

Dulu masa "Perang Dingin", mereka Taliban ini dielu elukan oleh Amerika NATO dan sekutunya ketika melawan Uni Soviet, mereka disebut Mujahid, lalu setelah perang Dingin status itupun berubah mereka berubah menjadi Teroris.

Setiap konflik itu, selalu ada sesuatu dibelakangnya, seperti pepatah bilang "Jika terjadi ketidak stabilan Politik, ikuti kemana arah uang mengalir." Nah di Afghanistan perlua anda ketahui ada dua income penting bagia Amerika dan sekutunya yaitu :

1. Bisinis Opium
2. Kandungan Sumber Bumi : Emas, bijih besi dan lain lain, ada sebuah narasi pengamat mengatakan "Jika saja Kabul bisa kelola SDA nya itu maka Afghanistan akan berubah dari negara miskin ke Negara kaya raya."

Vladimir Putin pernah menyindir "Mengapa itu amerika bisa ngedon di Afghanistan hingga 17 tahun, ngapaiin saja, bukankah mereka NATO memiliki senjata canggih, tentu hal mudah bagi mereka untuk melawan Taliban, gak perlu hingga 17 tahun." kata Putin.

Sebelum berkunjung ke Indonesia delegasi Taliban ini, pada bulan may 2019 lalu, mereka mengunjungi juga Russia, berbagai negosiasi dilakukan, yang pada intinya adalah "Ingin Afghanistan damai'", lucunya mereka mengunjungi Rusia yang notabene adalah lawan mereka waktu masa Soviet dahulu. hehe

Tak pelak kunjungan itu menuai omongan dari Samiri Serikat NATO cs, dengan tuduhan bahwa Rusia membiayai Taliban, mempersenjatai Taliban.

Imran khan President Pakistan, menolak mentah tawaran Pompeo untuk masuk kembali ke Afghanistan, yang tak urung Samiri pun akhirnya memutus dana bantuan militernya pada Khan, namun khan cuek, malaha menjawab, kami membunuh dibunuh dengan dana dari Samiri..

Delegasi Taliban berangkat ke Jakarta untuk mengikuti pertemuan ulama internasional. Taliban juga akan membahas perdamaian dengan Afghanistan.

Delegasi yang beranggotakan 8 orang itu dipimpin wakil komandan Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar. Mereka terbang dari Qatar pada Jumat (26/7).

“Selama perjalanan ini, pembicaraan akan berkisar pada hubungan politik yang baik antara kedua negara, perdamaian dan pentingnya kerja sama masa depan dengan Afghanistan,” kata juru bicara Taliban Zabihulllah Mujahed seperti dilansir Anadolu Agency, Minggu (28/7/2019).

Jakarta direncanakan menjadi tuan rumah konferensi Ulama dan para cendekiawan Muslim dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia. Dirjen Kementerian Luar Negeri RI untuk untuk Asia, Pasifik, dan Afrika, Desra Percaya, telah mengunjungi Kabul, Afghanistan pada awal Juli 2019.
Dewan Keamanan Nasional Afghanistan mengatakan kedatangan Desra saat itu membahas kemitraan Indonesia dalam proses perdamaian. Menlu RI Retno Marsudi juga bertemu dengan Baradar di Doha, Qatar pada Mei lalu.

Di tengah upaya untuk mempercepat proses perdamaian yang baru lahir, perang yang berkecamuk terus merenggut nyawa lebih banyak di negara yang dilanda perang dengan pihak-pihak yang bertikai tampaknya berusaha untuk menang.

Sebelumnya Delegasi Taliban dan Afganistan telah menyetujui “komitmen untuk mengurangi kekerasan”. Konsultasi damai Afganistan-Kabul di ibu kota Qatar itu diprakarsai oleh Jerman sebagai pihak penengah.

Pihak Taliban setuju untuk menghentikan serangan terhadap pusat keagamaan, sekolah, rumah sakit, pusat pendidikan, pasar, bendungan air dan tempat kerja. Konsultasi di Doha berakhir dengan seruan dan janji bersama untuk mengurangi kekerasan di Afganistan.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.