PENGERTIAN ISTILAH NASAB DARI RASULILLAH SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM
(Dikutip dari Thesis S2 beliau di Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, dengan judul Kafa’ah Syarifah dalam Perspektif Empat Madzhab, dengan Dosen Penguji: Prof.Dr.Hj.Huzaemah T.Yanggo,MA; Dr.KH.Ahsin Sakho Muhammad.MA)
1. Ahlulbait أهل البيت adalah Keluarga Nubuwwah Rasulullah (ahlun Nubuwwah Rasulullah) atau disebut pula Ahlul Kisa’ [Yang mendapat selimut kenabian), yang terdiri dari 5 manusia utama yaitu: Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, Sayyidatina Fathimah Az-Zahra’ RA, Sayyidina Al-Hasan RA, dan Sayyidina Al-Husain RA. Kalangan Ahlussunnah menambahkan istri-istri Nabi SAW dan Sayyidina Abbas ibn Abdul Muthallib RA sebagai ahlul bait.
2. Aal bait آل البيت adalah Keluarga besar Rasulullah, mencakup isteri-isteri Rasulullah, anak-anak Rasulullah, cucu Rasulullah, menantu Rasulullah, mertua Rasulullah, keturunan Rasulullah, anak angkat Rasulullah. Istilah ini biasa dipakai dalam sholawat di dalam sholat (sewaktu Tahiyat)
3. Usratun Nabi أسرة النبي adalah Keluarga rumah tangga Nabi yaitu Isteri-isteri Nabi dan anak-anaknya.
4. Dzurriyyah Nabi ذرية النبي adalah Semua Keturunan Nabi Muhammad. baik dari cucu laki-laki maupun cucu perempuan. Cucu laki-laki Nabi Muhammad adalah: Hasan dan Husain; Cucu Perempuan Nabi Muhammad adalah Zainab binti Ali, dan Ummi Kultsum binti Ali. Dan semua keturunan mereka. Dzurriyyah berkaitan dalam ilmu Waris atau Ilmu Faraidh. Ilmu tentang Dzurriyyah disebut Genealogi atau Ancestry.
5. ‘Itratun Nabi عترة النبي adalah Keturunan Nabi Muhammad yang ada kaitannya dengan pencatatan Nasab, dari jalur laki-laki. Atau disebut juga dengan TRAH. Harus melalui jalur laki-laki. Karena berkaitan dengan Perwalian dalam Pernikahan. Ilmu tentang Itrah disebut Ilmu Nasab atau Ilmu Trah.
6. Maula Nabi مولى النبي adalah orang-orang yang menjadi anak angkat Rasulullah, atau budak yang telah dimerdekakan oleh Rasulullah.
7. Shahabat Nabi صحابة النبي adalah Semua sahabat yang mendampingi dakwah Rasulullah Saw
8. Mushaharatun Nabi مصاهرة النبي adalah para shahabat yang terkait dengan nabi dalam pernikahan, baik sebagai menantu maupun mertuanya.
9. Ummatun Nabi أمة النبي adalah Umat Islam yang setia mengikuti Nabi Muhammad.
PERBEDAAN ILMU NASAB DENGAN GENEALOGI/ANCESTRY: Ilmu Nasab adalah ilmu untuk mempelajari nasab seseorang dari dia ke ayahnya, ke ayah dari ayahnya, ke ayah dari kakeknya dan seterusnya. Ilmu Nasab sangat berhubungan dengan ilmu Perwalian Nikah. Makanya dari jalur laki-laki.
Ilmu Genealogi/ Ancestry adalah Ilmu untuk mencatat silsilah keluarga atau silsilah keturunan baik dari dia ke ayahnya, maupun dari dia ke ibunya. Ilmu genealogi terkait dengan ilmu Waris.
PENGGUNAAN GELAR:
1. Al-Habib adalah Gelar atau panggilan umum bagi Itrah Nabi Muhammad yang laki-laki baik Al-Hasani maupun Al-Husaini.
2. As-Sayyid atau Asy-Syarif adalah Gelar atau panggilan khusus bagi Itrah Nabi Muhammad yang telah menjadi Tuan (pemimpin atau ulama’). As-Sayyid biasanya dipakai untuk Itrah Nabi dari jalur Imam Husain (Al-Husaini). Asy-Syarif biasanya dipakai untuk Itrah nabi dari Jalur Imam Hasan (Al-Hasani).
3. Syarifah adalah Gelar untuk Itrah Nabi Muhammad yang perempuan.
PERHATIAN: Dalam Ilmu Fiqih 5 Madzhab dikatakan bahwa Nasab akan terputus jika ia telah keluar dari Islam (Murtad). Keluar sebagai Itrah dan keluar dari Dzurriyyah. Karena itu landasan Agama Islam harus dipertahankan selamanya untuk menjaga Itrah dan Dzurriyyah
Wallahu a’lam bish-shawwab
Referensi:
1. Ahlulbait أهل البيت adalah Keluarga Nubuwwah Rasulullah (ahlun Nubuwwah Rasulullah) atau disebut pula Ahlul Kisa’ [Yang mendapat selimut kenabian), yang terdiri dari 5 manusia utama yaitu: Nabi Muhammad SAW, Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, Sayyidatina Fathimah Az-Zahra’ RA, Sayyidina Al-Hasan RA, dan Sayyidina Al-Husain RA. Kalangan Ahlussunnah menambahkan istri-istri Nabi SAW dan Sayyidina Abbas ibn Abdul Muthallib RA sebagai ahlul bait.
2. Aal bait آل البيت adalah Keluarga besar Rasulullah, mencakup isteri-isteri Rasulullah, anak-anak Rasulullah, cucu Rasulullah, menantu Rasulullah, mertua Rasulullah, keturunan Rasulullah, anak angkat Rasulullah. Istilah ini biasa dipakai dalam sholawat di dalam sholat (sewaktu Tahiyat)
3. Usratun Nabi أسرة النبي adalah Keluarga rumah tangga Nabi yaitu Isteri-isteri Nabi dan anak-anaknya.
4. Dzurriyyah Nabi ذرية النبي adalah Semua Keturunan Nabi Muhammad. baik dari cucu laki-laki maupun cucu perempuan. Cucu laki-laki Nabi Muhammad adalah: Hasan dan Husain; Cucu Perempuan Nabi Muhammad adalah Zainab binti Ali, dan Ummi Kultsum binti Ali. Dan semua keturunan mereka. Dzurriyyah berkaitan dalam ilmu Waris atau Ilmu Faraidh. Ilmu tentang Dzurriyyah disebut Genealogi atau Ancestry.
5. ‘Itratun Nabi عترة النبي adalah Keturunan Nabi Muhammad yang ada kaitannya dengan pencatatan Nasab, dari jalur laki-laki. Atau disebut juga dengan TRAH. Harus melalui jalur laki-laki. Karena berkaitan dengan Perwalian dalam Pernikahan. Ilmu tentang Itrah disebut Ilmu Nasab atau Ilmu Trah.
6. Maula Nabi مولى النبي adalah orang-orang yang menjadi anak angkat Rasulullah, atau budak yang telah dimerdekakan oleh Rasulullah.
7. Shahabat Nabi صحابة النبي adalah Semua sahabat yang mendampingi dakwah Rasulullah Saw
8. Mushaharatun Nabi مصاهرة النبي adalah para shahabat yang terkait dengan nabi dalam pernikahan, baik sebagai menantu maupun mertuanya.
9. Ummatun Nabi أمة النبي adalah Umat Islam yang setia mengikuti Nabi Muhammad.
PERBEDAAN ILMU NASAB DENGAN GENEALOGI/ANCESTRY: Ilmu Nasab adalah ilmu untuk mempelajari nasab seseorang dari dia ke ayahnya, ke ayah dari ayahnya, ke ayah dari kakeknya dan seterusnya. Ilmu Nasab sangat berhubungan dengan ilmu Perwalian Nikah. Makanya dari jalur laki-laki.
Ilmu Genealogi/ Ancestry adalah Ilmu untuk mencatat silsilah keluarga atau silsilah keturunan baik dari dia ke ayahnya, maupun dari dia ke ibunya. Ilmu genealogi terkait dengan ilmu Waris.
PENGGUNAAN GELAR:
1. Al-Habib adalah Gelar atau panggilan umum bagi Itrah Nabi Muhammad yang laki-laki baik Al-Hasani maupun Al-Husaini.
2. As-Sayyid atau Asy-Syarif adalah Gelar atau panggilan khusus bagi Itrah Nabi Muhammad yang telah menjadi Tuan (pemimpin atau ulama’). As-Sayyid biasanya dipakai untuk Itrah Nabi dari jalur Imam Husain (Al-Husaini). Asy-Syarif biasanya dipakai untuk Itrah nabi dari Jalur Imam Hasan (Al-Hasani).
3. Syarifah adalah Gelar untuk Itrah Nabi Muhammad yang perempuan.
PERHATIAN: Dalam Ilmu Fiqih 5 Madzhab dikatakan bahwa Nasab akan terputus jika ia telah keluar dari Islam (Murtad). Keluar sebagai Itrah dan keluar dari Dzurriyyah. Karena itu landasan Agama Islam harus dipertahankan selamanya untuk menjaga Itrah dan Dzurriyyah
Wallahu a’lam bish-shawwab
Referensi:
- • Abdullah bin Alwi al-Attas, Sabilul Muhtadin Fi Dzikri Ad’iyati Ashab al-Yamin.tt.
- • Abdullah bin Alwi al-Haddad, Risalah al-Muawanah, tt.
- • Abdullah bin Nuh, Keutamaan Keluarga Rasulullah saw, Toha Putera, Semarang, 1987.
- • ——————- & Muh. Dhiya’ Shahab, Al-Islam fi Indonesia, Dar al-Su’udiyah, Jeddah, 1977.
- • Abdurahman bin Muhammad al-Masyhur, Syamsudz-Dzahirah, Alam Ma’rifah, Jeddah, 1986.
- • ——————–, Bughya al-Mustarsyidin, Dar al-Fikr,tt.
- • Abi Umar bin Abdilbar, Al-Anbah ‘Ala Qabail al-Ruwah, Dar al-Syi’ib, tt.
- • Ahmad bin Abdullah al-Saqqaf, Chidmah al-Asyirah, Rabithah al-Alawiyah, Jakarta.
- • Ahmad bin Ali al-Hasani, Umdah al-Thalib Fi Ansabi Aal Abi Thalib, Dar al-Syi’ib.tt.
- • Al-Hamid al-Husaini, Mengenal Ahli al-Bait Rasulullah saw, Pustaka Nasional, Singapura, 1998.
- • ——————–, Al-Imam Habib Abdullah al-Haddad, Pustaka Hidayah, Bandung, 1999.
- • Ahmad bin Zein al-Habsyi, Syarh al-Ainiyah, Pustaka Nasional, Singapura, 1987.
- • Ali bin Ahmad al-Saqqaf, Lintasan Awal Sejarah Islam di Indonesia, Jamiat Kheir, Jakarta.
- • Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm Al-Andalusi, Jamharoh Ansabi al-Arab, Dar al-Kutub al-alamiyah, Beirut-Libanon, 1983.
- • Ali bin Husin bin Sadqim al-Husaini, Nukhbat al-Zahroh al-Tsamaniyah Fi Nasab Asyrof al-Madinah, Dar al-Syi’ib, tt.
- • Alwi bin Muhammad Balfaqih, Min A’qab al-Budh’ah al-Muhammadiyah, Dar al-Muhajir, Madinah al-Munawwarah. 1994.
- • Alwi bin Thohir al-Haddad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh, Lentera, Jakarta, 1995.
- • Husin bin Muhammad al-Rivai, Nur al-Anwar Fi Fadhail wa Tarajim wa Tawarikh wa Manaqib wa Muzarot Aal al-Baiti al-Athhar, 1356 H.
- • Idrus bin Umar al-Habsyi, Iqdul Yawaqiet al-Jauhariyah, Dar al-Saqqaf.
- • Jalaluddin As-Sayuti, Ihya al-Mait Fi Fadhoil Ahlil Bait, Dar al-Jil. 1987.
- • Muhammad al-Baqir, Pengantar tentang Kaum Alawiyin (dlm buku Thariqah kebahagiaan karangan Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad),Mizan, Bandung, 1986.
- • Muhammad Amin al-Baghdadi al-Suwaydi, Sabaik al-Dzahab Fi Ma’rifah al-Arab, Dar al-Qolam, Beirut, tt.
- • Muhammad bin Abu Bakar al-Syili Ba’alawi, Al-Masra’ al-Rawi Fi Manaqib al-Saadah al-Kiram al-Abi Alawi, 1982.
- • Muhammad bin Abdullah bin Husin, Rihlah al-syarif Yusuf bin Abid, tt.
- • Muhammad bin Ahmad al-Syatri, al-Mu’jam al-Latief, Alam Ma’rifah, Jeddah, 1989.
- • ——————–, Sirah al-Salaf Min Bani Alawi al-Husainiyin (terjemah : Sekilas Sejarah Tentang salaf al-Alawiyin), Al-Zahir, Pekalongan, 1986.
- • ——————–, Adwar al-Tarikh al-Hadrami, Dar al-Muhajir, Madinah al-Munawwarah.
- • Muhammad bin Ali bin Alwi al-Khirrid, Al-Ghuror, Modern Egyptian Press, 1985.
- • Muhammad bin Ahmad bin Ali al-Husaini al-Najafi, Bahru al-Ansab (Al-Musajjar al-Kasyaf Li Ushul al-Saadah al-Asyrof), tt.
- • Muhammad bin Aqil bin Abdullah bin Yahya, Al-Nashoih al-Kafiyah Liman Yatawalla Muawiyah, Muzhoffar, tt.
- • Muhammad Hasan al-Aydrus, Penyebaran Islam di Asia Tenggara, Lentera, Jkt, 1996.
- • Muhammad Syamsu As, Ulama pembawa Islam di Indonesia dan sekitarnya, Lentera, Jakarta, 1999.
- • Muhammad bin Yazid al-Mabrudi, Nasab Adnan wa Qohthon, Dar al-Syi’ib. tt.
- • Mu’min bin Hasan Mu’min al-Syablanji, Nur al-Abshor Fi Manaqib Aal al-Nabi al-Mukhtar, Dar al-Fikr, tt.
- • Van Den Berg, LWC, Hadramaut & Koloni Arab di Nusantara, INIS, Jakarta, 1989.
- • Yusuf bin Abdullah Jamalullail, Syajarah al-Zakiyah, Dar al-Harithi, Taif.
- • Yusuf bin Ismail al-Nabhani, Al-Syaraf al-Mua’abad Li Aal Muhammad, Perc. Musthafa Halaby, tt.
Ahli
sejarah terdahulu seperti al-Kalabi dan yang datang kemudian banyak
menulis karangan-karangan yang terkenal mengenai keturunan Rasulullah
saw. Kemudian yang datang belakangan memperbaiki dan menyempurnakan
kembali seperti syarif Abinizam Muayiddin Ubaidillah al-Asytari
al-Huseini yang menduduki jabatan Naqib di negeri Wasit, di dalam
kitabnya yang berjudul al-Thobat al-Musan, Syarif Muhammad bin Ahmad al-Amidi di dalam kitabnya al-Musajjar al-Kasyaf Li Ushul al-Saadah al-Asyraf,
sayid Amiduddin bin Ali al-Huseini, syarif Abu al-Harits Muhammad bin
Muhammad al-Wasiti al-Huseini, sayid Ja’far bin Muhammad dengan kitabnya
al-Sirath al-Ablaj, begitu pula dengan kitab al-Anwar al-Mudhi’ah Wa Nafhah al-Anbariah Fi Ansab Khair al-Barriyah dan Bahr al-Ansab karangan sayid Hasun al-Buraqi al-Najafi, kitab Durar al-Ma’ali Fi Dzurriyah Abi al-Ma’ali dan kitab al-Gusun Fi Musajjarah al-Yasin karangan Husein bin Ahmad, kitab Sabaik al-Zhahab Fi Syabki al-Nasab karangan Tajuddin Ibnu Majjah, dan kitab Umdah al-Thalib al-Sughra karangan sayid Ahmad bin Anbah al-Huseini, kitab Tuhfah al-Tholib, al-Mujdi, dan Tuhfah al-Azhar Fi Ansab Aali Nabiy al-Mukhtar karangan sayid Dhamin bin Sadqam. Begitu juga dengan kitab Umdah al-Thalib al-Kubra karangan sayid Ahmad bin Anbah al-Huseini telah dicetak. Kitab Raudah al-Albab Fi Ma’rifah al-Ansab
karangan syarif Abi Alamah al-Muayyad al-Yamani merupakan kitab yang
sangat penting berisi uraian tentang asal usul keturunan sayid dan
bangsa Arab di Yaman dan Hadramaut.
Lebih
dari seratus ahli sejarah, ahli fiqih dan ulama di Yaman Hadramaut yang
telah menulis keturunan ahli bait, khususnya keturunan Ahmad bin Isa
al-Muhajir. Diantaranya Imam Abu Hafs bin Sumrah al-Yamani dengan
kitanya yang berjudul Tabaqat Fuqaha al-Yaman, Imam Husein bin Abdurrahman al-Ahdal dengan kitabnya Tuhfah al-Zaman Fi Tarikh al-Yaman, Abbas bin Ali al-Rasuli dengan kitabnya al-Athaya al-Saniyah, syekh Abdurrahman bin Muhammad al-Chatib al-Anshari dengan kitabnya al-Jauhar al-Syaffaf.
Di kalangan Alawiyin terdapat kitab al-Jawahir al-Saniyyah Fi Nasab al-Ithrah al-Huseiniyyah
karangan sayid Ali bin Abubakar al-Seqqaf, sayid Ahmad bin Husein bin
Abdurrahman al-Alawi, sayid Abdullah bin Syech bin Abdullah Alaydrus,
kitab-kitab karangan mereka disempurnakan lagi melalui kitab yang
dikarang oleh sayid Abdullah bin Ahmad bin Husein Alaydrus, sayid
Abdurrahman bin Muhammad Alaydrus, sayid Abdullah bin al-Faqih
Abdurrahman bin Abdullah al-Habsyi, sayid Abdullah bin Ahmad al-Faqih,
sayid Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih dalam kitabnya al-Ithaf Bi Nasab al-Sadah al-Asyraf,
sayid Ali bin Syech bin Syahabuddin, sayid Abdullah bin Husein Bin
Thahir, sayid Ali bin Abdullah bin Husein Bin Syahab, sayid Umar bin
Abdurrahman bin Syahab dan yang paling akhir adalah kitab Syamsu al-Zhahirah
karangan sayid Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur yang terdiri dari
tujuh jilid. Kebanyakan dari kitab tersebut masih dalam bentuk tulisan
tangan dan hanya beberapa saja yang sudah dicetak seperti kitab Syamsu al-Zhahirah.
DALIL MENCINTAI KETURUNAN RASULILLAH SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM
Sering kita jumpai akhir-akhir ini kelompok Salafi yang kian gencar menghujat Habaib, keturunan Rasulullah Saw, khususnya Ustadz Yazid Jawaz (Salah satu bukunya yang berjudul “Mulia Dengan Manhaj Salaf” telah dibantah oleh Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Muhammad Shihab, Lc).
Sangat perlu bagi saya menyampaikan dalil-dalil masalah ini, sebab saya yang sangat bersyukur dengan langkah para Habaib yang membimbing umat, seperti Habib Taufiq Assegaf, Habib Mundzir al-Musawa, Habib Syech dan habib-habib lainnya, namun beliau-beliau difitnah, dituduh hal-hal yang tidak baik dan seterusnya.
Dalam hadis sahih Rasulullah berkhutbah yang isinya diantaranya berpesan untuk berpegang teguh terhadap keluarga Nabi Saw yang tidak lain adalah keturunan beliau:
« يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِى أَهْلَ بَيْتِى » (رواه الترمذى وحسنه)
“Wahai manusia, sungguh aku tinggalkan untuk kalian ‘sesuatu’ yang jika kalian berpegang kepadanya tidak akan tersesat, yaitu al-Quran dan keluargaku” (HR Turmudzi, ia menilainya hasan)
Bahkan ulama Wahabi menilainya sahih!
قَالَ الشَّيْخُ اْلأَلْبَانِي : صَحِيْحٌ (سنن الترمذي – ج 5 / ص 662)
“Syaikh Albani berkata: Sahih!” (Sunan at-Turmudzi 5/662)
Al-Mubarakfuri menjelaskan maksud hadis tersebut:
قَالَ الْقَارِي وَالْمُرَادُ بِالْأَخْذِ بِهِمْ التَّمَسُّكُ بِمَحَبَّتِهِمْ وَمُحَافَظَةُ حُرْمَتِهِمْ وَالْعَمَلُ بِرِوَايَتِهِمْ وَالِاعْتِمَادُ عَلَى مَقَالَتِهِمْ (تحفة الأحوذي – ج 9 / ص 203)
“al-Qari berkata: Yang dimaksud berpegang kepada mereka adalah mencintai mereka, menjaga kehormatannya, mengamalkan riwayatnya dan berpegang pada perkataannya” (Tuhfat al-Ahwadzi Syarah Sunan Turmudzi 9/203)
Tidak hanya berpegang terhadap para keturunan Rasulullah, namun juga perintah mencintai keluarga Nabi Saw:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ وَأَحِبُّونِى بِحُبِّ اللَّهِ وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِى لِحُبِّى ». (رواه الترمذى)
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda: Cintailah Allah karena Allah telah memberi nikmat kepada kalian. Cintailah Aku karena cinta kepada Allah dan Cintailah keluargaku karena cinta kepadaku”
Terkait derajat hadis ini, Syaikh al-Munawi berkata:
(رَوَاهُ التُّرْمُذِى) فِي الْمَنَاقِبِ (وَالْحَاكِمُ) فِي فَضَائِلِ أَهْلِ الْبَيْتِ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ) وَصَحَّحَاهُ وَأَقَرَّهُ الذَّهَبِي فِي التَّلْخِيْصِ وَقَوْلُ ابْنِ الْجَوْزِي هُوَ غَيْرُ صَحِيْحٍ وَهَمُوْهُ فِيْهِ نَعَمْ فِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّوْفَلِي قَالَ فِي الْمِيْزَانِ فِيْهِ جَهَالَةٌ مَّا ثُمَّ أَوْرَدَ لَهُ هَذَا الْحَدِيْثَ وَلَمْ يَرْمُزِ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ لَهُ بِشَئْ.ٍ (فيض القدير – ج 1 / ص 231)
“HR Turmudzi dalam Bab al-Manaqib dan al-Hakim dalam Bab Fadlail Ahli Bait dari Ibnu Abbas, keduanya menilai sahih dan disetujui oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis. Sedangkan perkataan Ibnu al-Jauzi ‘hadis ini tidak sahih’adalah sangkaan mereka saja dalam hadis ini. Namun di dalamnya terdapat perawi Abdullah bin Sulaiman an-Naufali, yang dikomentari oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Mizan al-I’tidal: ‘Ia majhul’, lalu Ibnu Hajar menampilkan hadis ini. Dan Mushannif (al-Hafidz as-Suyuthi) tidak mengisyaratkan sedikitpun terhadap hadis ini” (Faidl al-Qadir 1/231).
Ahlul Bait Mendapat Do’a Rasulullah SAW
قَالَتْ عَائِشَةُ خَرَجَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- غَدَاةً وَعَلَيْهِ مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ فَجَاءَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِىٍّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَدَخَلَ مَعَهُ ثُمَّ جَاءَتْ فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا ثُمَّ جَاءَ عَلِىٌّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ قَالَ (إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا) – (رواه مسلم)
“Aisyah berkata: Suatu pagi Rasulullah Saw keluar dengan membawa selimut yang berukir terbuat dari bulu hitam, lalu Hasan bin Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Husain bin Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Fatimah datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Rasulullah kemudian membaca ayat: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzab: 33)” (HR Muslim).
Dalam hadis sahih lain:
عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِى سَلَمَةَ رَبِيبِ النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ عَلَى النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- (إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا) فِى بَيْتِ أُمِّ سَلَمَةَ فَدَعَا فَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ وَعَلِىٌّ خَلْفَ ظَهْرِهِ فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ ثُمَّ قَالَ « اللَّهُمَّ هَؤُلاَءِ أَهْلُ بَيْتِى فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا » (رواه الترمذى)
“Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, anak istri Nabi Saw, ia berkata: Ketika ayat ini turun: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzab: 33)” di rumah Ummi Salamah, maka Rasulullah memanggil Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian menutupi mereka dengan selimut, Ali di belakangnya lalu ditutupi dengan selimut, Nabi berdoa: “Ya Allah, mereka inilah Ahli Bait-ku. Hilangkan dosa dari mereka, dan bersihkanlah mereka dengan sebersih-bersihnya” (HR at-Turmudzi).
Dari hadis ini dapat diketahui bahwa: (1) Ahlu Bait adalah keturunan Sayidah Fatimah, baik dari keturunan Sayidina Hasan maupun Sayidina Husain (ket. Kitab Bughyah). (2) Keturunan Rasulullah Saw memiliki keistimewaan yang telah didoakan oleh Nabi Muhammad Saw.
Sementara orang-orang yang anti Habaib, justru tidak jelas keturunannya, lalu mengapa mereka masih sering menghujat para dzurriyah Rasulullah Saw?
"BAGAIMANA MRK PERCAYA AKAN HARI AKHIR/DIMANA SALAH SATU CIRI AKHIR ZAMAN ADALAH "TURUNNYA AL-IMAM MAHDI AS, SEDANGKAN KETURUNAN BELIAU SAW..MEREKA "TOLAK/HINA DAN CACI MAKI" TERMASUK BELIAU SYEKH MALIKI YANG DIBILANG "THOGUTNYA MEKAH..ALLAHUMMA SHOLLI AALA SAYYIDINA MUHAMMADIN WA AALA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD
DALIL MENCINTAI KETURUNAN RASULILLAH SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM
Sering kita jumpai akhir-akhir ini kelompok Salafi yang kian gencar menghujat Habaib, keturunan Rasulullah Saw, khususnya Ustadz Yazid Jawaz (Salah satu bukunya yang berjudul “Mulia Dengan Manhaj Salaf” telah dibantah oleh Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Muhammad Shihab, Lc).
Sangat perlu bagi saya menyampaikan dalil-dalil masalah ini, sebab saya yang sangat bersyukur dengan langkah para Habaib yang membimbing umat, seperti Habib Taufiq Assegaf, Habib Mundzir al-Musawa, Habib Syech dan habib-habib lainnya, namun beliau-beliau difitnah, dituduh hal-hal yang tidak baik dan seterusnya.
Dalam hadis sahih Rasulullah berkhutbah yang isinya diantaranya berpesan untuk berpegang teguh terhadap keluarga Nabi Saw yang tidak lain adalah keturunan beliau:
« يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِى أَهْلَ بَيْتِى » (رواه الترمذى وحسنه)
“Wahai manusia, sungguh aku tinggalkan untuk kalian ‘sesuatu’ yang jika kalian berpegang kepadanya tidak akan tersesat, yaitu al-Quran dan keluargaku” (HR Turmudzi, ia menilainya hasan)
Bahkan ulama Wahabi menilainya sahih!
قَالَ الشَّيْخُ اْلأَلْبَانِي : صَحِيْحٌ (سنن الترمذي – ج 5 / ص 662)
“Syaikh Albani berkata: Sahih!” (Sunan at-Turmudzi 5/662)
Al-Mubarakfuri menjelaskan maksud hadis tersebut:
قَالَ الْقَارِي وَالْمُرَادُ بِالْأَخْذِ بِهِمْ التَّمَسُّكُ بِمَحَبَّتِهِمْ وَمُحَافَظَةُ حُرْمَتِهِمْ وَالْعَمَلُ بِرِوَايَتِهِمْ وَالِاعْتِمَادُ عَلَى مَقَالَتِهِمْ (تحفة الأحوذي – ج 9 / ص 203)
“al-Qari berkata: Yang dimaksud berpegang kepada mereka adalah mencintai mereka, menjaga kehormatannya, mengamalkan riwayatnya dan berpegang pada perkataannya” (Tuhfat al-Ahwadzi Syarah Sunan Turmudzi 9/203)
Tidak hanya berpegang terhadap para keturunan Rasulullah, namun juga perintah mencintai keluarga Nabi Saw:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ وَأَحِبُّونِى بِحُبِّ اللَّهِ وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِى لِحُبِّى ». (رواه الترمذى)
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda: Cintailah Allah karena Allah telah memberi nikmat kepada kalian. Cintailah Aku karena cinta kepada Allah dan Cintailah keluargaku karena cinta kepadaku”
Terkait derajat hadis ini, Syaikh al-Munawi berkata:
(رَوَاهُ التُّرْمُذِى) فِي الْمَنَاقِبِ (وَالْحَاكِمُ) فِي فَضَائِلِ أَهْلِ الْبَيْتِ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ) وَصَحَّحَاهُ وَأَقَرَّهُ الذَّهَبِي فِي التَّلْخِيْصِ وَقَوْلُ ابْنِ الْجَوْزِي هُوَ غَيْرُ صَحِيْحٍ وَهَمُوْهُ فِيْهِ نَعَمْ فِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّوْفَلِي قَالَ فِي الْمِيْزَانِ فِيْهِ جَهَالَةٌ مَّا ثُمَّ أَوْرَدَ لَهُ هَذَا الْحَدِيْثَ وَلَمْ يَرْمُزِ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ لَهُ بِشَئْ.ٍ (فيض القدير – ج 1 / ص 231)
“HR Turmudzi dalam Bab al-Manaqib dan al-Hakim dalam Bab Fadlail Ahli Bait dari Ibnu Abbas, keduanya menilai sahih dan disetujui oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis. Sedangkan perkataan Ibnu al-Jauzi ‘hadis ini tidak sahih’adalah sangkaan mereka saja dalam hadis ini. Namun di dalamnya terdapat perawi Abdullah bin Sulaiman an-Naufali, yang dikomentari oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Mizan al-I’tidal: ‘Ia majhul’, lalu Ibnu Hajar menampilkan hadis ini. Dan Mushannif (al-Hafidz as-Suyuthi) tidak mengisyaratkan sedikitpun terhadap hadis ini” (Faidl al-Qadir 1/231).
Ahlul Bait Mendapat Do’a Rasulullah SAW
قَالَتْ عَائِشَةُ خَرَجَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- غَدَاةً وَعَلَيْهِ مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ فَجَاءَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِىٍّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَدَخَلَ مَعَهُ ثُمَّ جَاءَتْ فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا ثُمَّ جَاءَ عَلِىٌّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ قَالَ (إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا) – (رواه مسلم)
“Aisyah berkata: Suatu pagi Rasulullah Saw keluar dengan membawa selimut yang berukir terbuat dari bulu hitam, lalu Hasan bin Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Husain bin Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Fatimah datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Rasulullah kemudian membaca ayat: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzab: 33)” (HR Muslim).
Dalam hadis sahih lain:
عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِى سَلَمَةَ رَبِيبِ النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ عَلَى النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- (إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا) فِى بَيْتِ أُمِّ سَلَمَةَ فَدَعَا فَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ وَعَلِىٌّ خَلْفَ ظَهْرِهِ فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ ثُمَّ قَالَ « اللَّهُمَّ هَؤُلاَءِ أَهْلُ بَيْتِى فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا » (رواه الترمذى)
“Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, anak istri Nabi Saw, ia berkata: Ketika ayat ini turun: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzab: 33)” di rumah Ummi Salamah, maka Rasulullah memanggil Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian menutupi mereka dengan selimut, Ali di belakangnya lalu ditutupi dengan selimut, Nabi berdoa: “Ya Allah, mereka inilah Ahli Bait-ku. Hilangkan dosa dari mereka, dan bersihkanlah mereka dengan sebersih-bersihnya” (HR at-Turmudzi).
Dari hadis ini dapat diketahui bahwa: (1) Ahlu Bait adalah keturunan Sayidah Fatimah, baik dari keturunan Sayidina Hasan maupun Sayidina Husain (ket. Kitab Bughyah). (2) Keturunan Rasulullah Saw memiliki keistimewaan yang telah didoakan oleh Nabi Muhammad Saw.
Sementara orang-orang yang anti Habaib, justru tidak jelas keturunannya, lalu mengapa mereka masih sering menghujat para dzurriyah Rasulullah Saw?
"BAGAIMANA MRK PERCAYA AKAN HARI AKHIR/DIMANA SALAH SATU CIRI AKHIR ZAMAN ADALAH "TURUNNYA AL-IMAM MAHDI AS, SEDANGKAN KETURUNAN BELIAU SAW..MEREKA "TOLAK/HINA DAN CACI MAKI" TERMASUK BELIAU SYEKH MALIKI YANG DIBILANG "THOGUTNYA MEKAH..ALLAHUMMA SHOLLI AALA SAYYIDINA MUHAMMADIN WA AALA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD
Post a Comment