FITNAH AKHIR ZAMAN : DAJJAL

DAJJAL
AL QURAN
DAN AWAL ZAMAN

Imran Nazar Hosein
Untuk putra tercintaku
Mujahid
Seiring harapan dan doa bahwasanya dia akan terinspirasi
untuk meraih bintang-bintang —dan kemudian melakukan perjalanan— 
karena di luar bintang-bintang ada lebih banyak dunia

فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ
[QS QAF, 50:45]

Peringatkanlah dengan Al Qur’an ini
Orang yang takut dengan ancaman-KU
[ Ini adalah penjelasan, bukan terjemahan dari Al Qur’an. Karena Al Qur’an
berbahasa arab, tidak bisa diterjemahkan kedalam lain bahasa ]

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
[QS Al-Furqan, 25:52]

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir,
dan berjihadlah terhadap mereka menggunakan Al Quran
dengan jihad yang hebat.

بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ
[QS Yunus, 10:39]

Mereka menolak sebuah kitab suci yang didalamnya ada pengetahuan
yang belum mereka pahami, dan dengan ayat-ayat yang mana
Ta’wīl atau interpretasinya belum datang kepada mereka.
 Ada orang lain sebelum mereka yang juga menanggapi
dengan cara yang sama. Jadi mereka harus mengingat
nasib yang menimpa orang-orang seperti itu.


Dan akan ada tanda-tanda pada matahari
pada bulan serta pada bintang-bintang 
 dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung
 menghadapi deru dan gelora laut
[Injil, Lukas 21:25]
Dan Aku akan memperlihatkan mukjizat-mukjizat di atas di langit
dan tanda-tanda di bawah di bumi  
darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap
[Injil, Kisah Para Rasul 2:19]
Kamu akan mendengar  peperangan atau kabar-kabar
 tentang peperangan. Siagalah jangan kamu gelisah
 sebab semuanya itu harus terjadi
 tetapi itu belum akhir dari segalanya.
[Injil, Matius 24:6]



DAFTAR ISI
Kata Pengantar                                                                                         
Kenangan Ansari                   
                                                       
BAB
Pendahuluan oleh Dr. Burhan Ahmad Faruqi -- Seorang filsuf sejarah
           Pengetahuan Islam dan Eskatologi                  
                     Garis Besar Buku                                                               
                     Teks Arab dari Al-Qur'an                                                
                     Untuk Pembaca Kristen dan Yahudi 
                           
Pendahuluan Dajjal. Sang Jasad [Tubuh Manusia tanpa Jiwa]                       
     Sebuah Peringatan Lembut                                            
                    Deskripsi Dasar                                                                  
                    Kompleksitas Subjek – Dajjal Bermata Satu              
                    Al-Qur'an dan Penglihatan Internal                             
                    Menggabungkan Profil Lebih Lanjut dari Dajjāl       
                    Profil Dua Nabi-Raja Besar                                             
                    Seorang Penipu di Tahta Sulaiman                                          
                    Dā'bbatul Ard (Binatang atau Makhluk bumi)          
                    Daud dan Sulaiman—Profil menakjubkan         
        
       Metodologi Menghubungkan Awal Sejarah dengan Akhir Sejarah 
                    Dimulai dan Berakhir dengan Allah Yang Maha Tinggi                      
                    Awal, Akhir, dan Dajjal                                                    
                    Yesus, Yahudi dan Manusia Pilihan                              
Epistemologi dan Metodologi
                                       
1.     Ruh Manusia, Ruh Illahi, Ruhul Qudus
Dan Al Masih yang merupakan Ruh itu Sendiri                                   
     Relevansi Subyek ini                                                         
     Pengertian Ruh                                                                  
     Bagaimana Bisa Ruh Illahi Dianugerahkan
Kepada Semua Mahluk Jika kita adalah
Mahluk Pilihan Tuhan Maha Agung?                          
Ruhul Qudus                                                                       
Al Masih yang merupakan Ruh itu Sendiri
                 
2.     Malaikat Sujud di Hadapan Adam
Di Awal Zaman                                                                                    
     Mengapa Bersujud                                                                       
     Apakah Bersujud di hadapan manusia
merupakan sebuah bentuk penyembahan?    
         
3.     Arogansi di Awal Zaman                                                                  
Khalifah di Bumi                                                                
Respon Malaikat atas Negara Khalifah di Bumi        
Amānah atau Kepercayaan adalah sebuah
misi untuk memerintah secara adil
[ Selaras dengan Kebenaran Allah ]                             
Arogansi di Awal Sejarah dan Klaim Palsu
Atas Superioritas Sejak Lahir                                         
Persamaan antara Akhir dan Awal Sejarah               
Peristiwa Lain di Awal Zaman                                        
Apa Itu Pohon Terlarang ?                                             
          
          Kesimpulan                                                                                                
Lampiran
1.     Al Qur’an Surah Al Maidah 5:51
Ditafsirkan oleh Hasbullah Syafi'iy terhadap
Interpretasi Maulana Imran N. Hosein
tentang ayat ini  
                                                                                
2.     Ringkasan pandangan tentang Jasad berdasarkan
Penafsiran Klasik Al Qur’an oleh Hasbullah Syafi'iy   

3.     Pidato Rabbi Rabinovich tanggal 12 Januari 1952                  

Daftar Isi                                                                  



Kata Pengantar
Saya terus menanti selama sepuluh tahun, sebelum akhirnya saya dapat menulis sebuah buku pelopor tentang Dajjal, Al Masih palsu atau Anti-Kristus. Tapi penantian saya yang panjang rupanya telah menjadi berkah yang tersembunyi, karena pengetahuan saya tentang subyek ini - terutama sekali  pemahaman saya tentang metodologi untuk mempelajari subyek ini - menjadi matang secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu, saya menyarankan kepada mereka yang sedang berusaha dalam menulis mengenai permasalahan ini, untuk memperkenankan sungai pemikiran dan pemahaman mengalir dengan ritmenya sendiri.

Terima kasih saya ucapkan kepada seorang Ikhwan yang bermukim di Selandia Baru, karena telah menjadi orang pertama yang membantu mensponsori penulisan buku baru ini. Dan kepada Ikhwan lainnya dari Pakistan yang telah berbaik hati menjadi sponsor sehingga memungkinkan saya untuk menulis bagian penting dari buku ini. Setelah itu para sponsor dari Inggris-lah yang mengambil alih pendanaan buku ini. Alhamdulillah, buku pertama tentang Dajjal selesai. Saya juga berterima kasih kepada mereka yang telah bermurah hati membantu dalam membiayai  pencetakan buku ini. Semoga ALLAH yang Maha Tinggi, memberkati mereka semua, untuk kebaikannya dalam membantu merealisasikan buku ini, Amin !.

Kemudian saya  akan melanjutkan penulisan buku kedua saya tentang Dajjal yang berjudul “ Dari Yesus Al Masih Sejati ke Dajjal Al Masih Palsu, Sebuah perjalanan dalam Eskatologi Islam “. Saya bermaksud untuk menulis tiga buah buku tambahan tentang Dajjal, dengan topik “ Dajjal dan Uang “,“ Dajjal dan Revolusi Feminis Modern “, serta “ Dajjal Al Qur’an dan Akhir Zaman atau Akhir Sejarah “. Semoga ALLAH yang Maha Pemurah memungkinkan saya untuk menyelesaikan tugas ini, Insha' ALLAH.

Saya juga menyadari bahwasanya kelima buku ini tidak akan bisa secara tuntas membahas permasalahan mengenai Dajjal, tapi saya berharap dan berdoa semoga kelima buku ini mampu merangsang penulis lainnya - Insha ALLAH - untuk menerima tantangan menulis mengenai permasalahan-permasalahan yang belum sempat dijelaskan. Saya berterima kasih kepada mereka yang telah membaca naskah buku dan memberi masukan dengan memberikan komentar yang berharga serta koreksi pada saat cetakan percobaan. Dan kepada Asisten saya, Hasbullah, yang selalu hadir untuk membantu saya dalam mencari teks-teks dari banyak Hadīts, serta referensi dalam Sīrah, yaitu sejarah kehidupan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.

Saya telah mendedikasikan buku ini bagi putra saya, Mujahid Fazlur Rahman, yang dinamai sesuai nama kakeknya, Maulana Dr. Muhammad Fazlur Rahman Ansari (rahimahullah). Mujahid adalah juga buyut dari Maulana Muhammad Abdul Aleem Siddique (rahimahullah). Saya berharap dan berdoa semoga dedikasi saya ini mungkin bisa mengilhami dia untuk mengikuti jejak mulia mereka dalam melayani misi islam. Amin!
Imran N. Hosein
Safar 1439 / November 2017
San Fernando di Trinidad, Kepulauan Karibia.



Seri Kenangan Ansari
Seri Buku kenangan Ansari diterbitkan dengan tujuan untuk mengenang  Maulana Dr. Muhammad Fazlur Rahman Ansari (1914–1974), yang merupakan seorang Syeikh Sufi dari Aliran Sufi Qadariyah, seorang filsuf, seorang sarjana Islam yang luar biasa dari zaman modern, seorang misionaris Islam yang mengembara, dan guru serta mentor spiritual dari perjalanan hidup saya yang penuh berkah. Saya sangat menyayangi dan mengagumi beliau, baik terhadap Pengetahuan Islam maupun pemikiran filosofis beliau, yang terus meningkat dari hari ke hari bahkan setelah lebih dari 40 tahun kematiannya. Begitu luar biasanya sehingga saya menghargai setiap debu yang telah dia lewati.

Saya mulai menulis buku-buku Seri Peringatan Ansari pada tahun 1994 saat saya masih tinggal di New York, dan bertugas sebagai Direktur Studi Islam untuk Organisasi Komite Bersama Muslim wilayah New York Raya. Tujuan Saya memulai Seri buku-buku Peringatan Ansari adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap Maulana Dr. Muhammad Fazlur Rahman Ansari, sekaligus ingin memberikan hadiah kepada guru saya dalam rangka memperingati 25 tahun kematiannya. Enam buku pertama dari Seri Kenangan Ansari ini diterbitkan di Mesjid Pusat Muslim New York yang berlokasi di Flushing Meadows, Queens, New York, pada tahun 1997. Kemudian di tahun-tahun berikutnya banyak lagi buku ditambahkan ke Seri Kenangan Ansari. Daftar lengkap dari buku Seri Kenangan Ansari ini dapat anda temukan di bagian akhir buku ini.

Buku berikutnya dalam Seri ini, berjudul “ Dari Yesus, Al Masih Sejati  ke Dajjal, Al Masih  Palsu - Sebuah Perjalanan dalam Eskatologi Islam “ saya yakin akan menjadi yang paling sulit dan menantang dari semua buku. Topik itu sulit dan menantang karena - antara lain - dibutuhkan seorang Cendikiawan sebagai narasumber langsung dari dalam “Sarang lebah” Zionis, dan sebagai konsekuensinya hanya ada sedikit Cendekiawan yang siap mengambil risiko menulis atau berbicara tentang topik ini. Namun mari kita ingat bahwa yang mulia Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Salam bersabda :

فقَيِه وَاحِدٌ أَشَدُّ علَىَ الشَّيطَْانِ مِنْ أَلفِْ عاَبدٍِ
“Seseorang yang terpelajar (cendekiawan) lebih keras
pada Setan daripada seribu jamaah ”. [Sunan Ibnu Majah]

Oleh karena itu buku-buku dan ceramah ilmiah tentang Dajjal, yang Fitnahnya (kejahatannya) digambarkan oleh Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam lebih besar dari Fitnah Setan, dipastikan akan menjadi sarana, dimana melaluinya para pembaca kami akan mampu untuk mengidentifikasi Ulama Islam Sejati.  Saya berdoa semoga buku pelopor tentang “ Dajjal, Al Qur’an, dan Awal Zaman atau Awal Sejarah ” persembahan sederhana dari saya ini, bisa diakui oleh para Cendekiawan Islam. Dan jika memang demikian, Insha ALLAH, semoga menjadi pendorong bagi para Cendekiawan Islam terpelajar di jaman modern supaya mereka juga membahas subjek penting ini.

Saya menganggap subyek tentang Dajjal sebagai Ujian Puncak bagi para cendekiawan islam, hal itu juga menandakan bahwasanya ini sekaligus sebagai ujian puncak bagi metodologi dalam mempelajari Al Qur’an dan penafsiran Hadits. Saya yakin hanya Ulama Sufi Asli yang mampu menulis secara kredibel dalam subyek Dajjal, karena hanya dia yang memiliki metodologi yang tepat untuk mempelajari Al-Qur'an dan menafsirkan Hadits. Epistemologi Sufi dalam penglihatan secara spiritual yang dapat digunakan untuk menafsirkan simbolisme agama, dan juga getaran ikatan spiritual yang nyata dengan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, dimana semuanya itu sangat diperlukan untuk menembus subyek,  dan inilah mengapa saya harus mencurahkan seluruh perhatian pada pemikiran religius Maulana Ansari, Seorang Seikh Sufi Asli.   Saya tidak akan pernah bisa menulis buku saya tentang Dajjal tanpa manfaat dari pemikiran religiusnya. Metodologi dari para ulama " Modernisme Islam", seperti  Salafi, Syiah, Deobandi, Brelvi atau Jamaah Tablīgh, misalnya, tidak akan membebaskan ulama yang identifikasi utamanya adalah dengan aliran-aliran itu, untuk bisa menembus subjek Dajjal. Saya mengundang mereka, secara sopan, untuk membuktikan bahwasanya saya salah.

Saya bertemu Maulana Ansari untuk pertama kalinya pada tahun 1960 di kampung halaman saya - Trinidad di Kepulauan Karibia - ketika saya baru berusia 18 tahun. Saya telah melakukan beberapa penelitian dalam sains, dan saya cukup terkejut ketika mengetahui bahwa seorang Maulana (seorang sarjana agama Islam dari peringkat yang sangat tinggi) akan mengunjungi Trinidad dari Pakistan dan dia akan memberikan ceramah di Masjid yang berada di desa saya, desa Montrose dengan topik berjudul  “ Islam dan Sains “. (Masjid itu selanjutnya dinamakan dengan nama beliau sebagai Masjid al-Ansari.) Saya menanggapi berita itu dengan skeptis, Karena pada saat berusia muda saya memiliki pemahaman bahwa tidak mungkin ada hubungan antara Islam dan Sains.


Pada malam ceramah, beliau memukau saya dengan pengetahuan ilmiah yang dimilikinya, begitu juga dengan pengetahuan islamnya - yang mana sampai saat ini  sama sekali saya abaikan -. Saya terkejut ketika mengetahui bahwasanya Al Quran telah, berulang kali saya katakan, muncul sebagai “bentuk Observasi“ dan untuk      “Menalar secara Induksi“, Yang mana hal itu sekarang ini disebut dengan  “penelitian  Ilmiah “, sebagai sebuah metode yang harus digunakan oleh siapa pun yang berusaha untuk menembus dan memahami realitas materi alam semesta. Saya juga terkejut ketika mengetahui bahwasanya pengetahuan yang bermunculan ke dunia beberapa ratus tahun terakhir ini - sebagai hasil dari berbagai penemuan ilmu pengetahuan modern - seperti dalam embriologi, ternyata sudah tercantum di dalam Al-Qur'an.

Saya bahkan lebih terpukau ketika Maulana memberikan ceramah di Lapangan Woodford di ibu kota Port of Spain. Sebuah ceramah mengenai  “ Islam dan Peradaban Barat “ dihadapan penonton yang telah memenuhi sebuah lapangan yang memiliki kapasitas besar, serta dihadiri oleh  Dr. Eric E. Williams,  Perdana Menteri Trinidad dan Tobago lulusan Universitas Oxford, yang duduk di sebelahnya diatas panggung. Dr. Williams sendiri telah memberikan “pukulan berat“ terhadap Peradaban Barat melalui tesis PhD-nya di Universitas Oxford yang berjudul “Kapitalisme dan Perbudakan“.  Jelas sekali terlihat bahwasanya sang Perdana Menteri yang terpelajar tersebut, begitu kagum dengan keilmuan yang dimiliki Maulana, disaat beliau membedah  dasar-dasar kepercayaan pagan yang tidak bertuhan yang menjadi landasan "Peradaban biadab dan menindas" yang sangat arogan serta menipu diri sebagai peradaban terbaik yang pernah dimiliki dunia sepanjang sejarah Umat manusia.

Universitas Al Azhar Mesir
Pengetahuan Islam Maulana yang dinamis disertai dengan daya tarik magnetis kepribadian Sufi beliau,  mengubah hidup saya. Beliau menginspirasi saya sedemikian rupa, sehingga saya juga ingin menjadi seorang Cendekiawan Islam. Pada November 1963, disaat berusia dua puluh satu tahun, saya menjadi mahasiswa Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, yang merupakan Institusi Perguruan Tinggi Islam yang paling terkenal di dunia. Tapi di Al Azhar saya tidak bisa menemukan pengetahuan islam yang mempesona seperti yang saya lihat dipaparkan oleh Maulana Ansari tiga tahun sebelumnya. Para Ulama Al Azhar terlihat oleh saya seperti Terjebak dalam waktu dan tidak bisa dibandingkan dengan maulana  dalam pemahaman ilmiah mereka terhadap realitas zaman modern yang aneh dan menantang, juga  mereka tidak mampu untuk memberikan respon secara Islami misalnya untuk tantangan yang ditimbulkan oleh Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern, Revolusi Feminis, dan sebagainya.

Institut Aleemiyah, Karachi Pakistan
Saya kemudian meninggalkan Mesir dan pergi ke Pakistan pada bulan Agustus 1964 untuk menjadi murid Maulana di Institusi Studi Islam Aleemiyah di Karachi, Pakistan - dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya ambil sepanjang hidup - [Institusi ini masih ada hingga sekarang di Blok B Islamic Center yang berada  di pinggiran Karachi, Nazimabad utara]. Saya menetap untuk menjadi muridnya sampai saya lulus dari Institusi tersebut tujuh tahun kemudian pada tahun 1971 saat berusia dua puluh sembilan tahun dengan Gelar  “ Al-Ijāzah Al ’Aliyah, dan pulang ke Trinidad. Saya tidak pernah bertemu dengannya lagi dalam hidup, karena  beliau meninggal tiga tahun kemudian pada tahun 1974 di Pakistan dalam  usia 60 tahun.

Ada banyak hal tentang Maulana yang benar-benar ingin saya tulis dan catat untuk sejarah. Akan tetapi sejauh ini yang paling penting dari semua aspek kehidupannya yang kaya dan beraneka ragam, adalah cara berpikir religiusnya. Dan itulah yang saya lakukan, mencoba memberikan penjelasan singkat mengenai permasalahan ini melalui sebuah esai pendek. Sangat penting bagi saya untuk melakukannya, bukan hanya karena keilmuannya yang luar biasa sehingga mampu memberikan panduan bagi pengetahuan Islam modern untuk melepaskan diri dari penderitaan menyakitkan dan menyedihkan saat ini. (Anda tidak akan bisa menemukan seorang ulama Islam terkemuka saat ini yang berani terang-terangan menyatakan bahwasanya uang kertas dan sistem moneter  adalah sesuatu yang palsu, curang dan haram), tetapi juga dikarenakan pengetahuan beliau telah memainkan peran penting dalam membimbing dan membantu saya dalam penulisan bulu pelopor tentang "Dajjal, Al Masih Palsu"  yang merupakan buku terbaru dalam Seri Kenangan Ansari.

Esai pendek tersebut bisa anda temukan di lampiran buku saya yang berjudul "Metodologi untuk Studi Al-Qur'an".



Pendahuluan

Dr. Burhan Ahmad Faruqi - Seorang Filsuf Sejarah


Dr. Burhan Ahmad Faruqi [tengah]



Tidak ada seorangpun yang bisa menulis buku tentang Dajjal, Anti-Kristus, dan awal sejarah, tanpa memiliki pengetahuan tentang filsafat sejarah. Benih buku ini mungkin sudah  ditanam sejak tahun 1930-an, di Universitas Islam Aligarh  di India, ketika dua orang mahasiswa, yang merupakan teman dekat, Muhammad Fazlur Rahman Ansari dan Burhan Ahmad Faruqi, melanjutkan studi untuk meraih gelar  PhD dalam bidang Filsafat di bawah bimbingan Prof. Dr. Syed Zafar-ul-Hassan.

Dr. Faruqi akhirnya menulis sebuah buku Mahakarya dalam Ilmu Kalam, atau Filosofi Islam yang berjudul “Konsepsi Tauhid Seorang Mujaddid" sedangkan Maulana Dr Ansari menulis sebuah buku Mahakarya dalam Ilmu Akhlak atau Filosofi Moral Islam  yang berjudul “Dasar dan Struktur Al Qur’an dalam Masyarakat Muslim“    ( Dalam 2 Jilid ).

Penulis buku ini telah diberkati, Tiga puluh tahun kemudian, pada tahun 1960-an, ketika kedua cendekiawan ini telah mencapai puncak kehidupan ilmiah mereka, keduanya menjadi guru penulis di Institusi Studi Islam Aleemiyah di Pakistan. Dr. Faruqi mengajarkannya ilmu filsafat sejarah sedangkan Dr. Ansari mengajarkannya Al-Qur'an dan, yang jauh lebih penting, metodologi untuk mempelajari Al-Qur'an. Metodologi tersebut dijelaskan Maulana Dr. Ansari dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Quran“, lalu kemudian disederhanakan serta dikembangkan dalam sebuah buku baru oleh penulis buku ini,  dalam sebuah buku yang berjudul "Metodologi untuk Studi Al-Qur'an".

Lebih dari lima puluh tahun telah berlalu sejak masa keilmuan yang penuh pesona di Institusi Studi Islam Aleemiyah Pakistan. Semenjak kedua cendikiawan islam - yang benar-benar berbakat ini - mengajari dan menginspirasi hanya segelintir siswa serta membangun dasar bagi penulis buku pelopor tentang Dajjal ini serta yang lainnya sekarang akan mulai mengikuti, Insha ALLAH - telah berpulang.

Bagaimana kita menjelaskan sebuah Institusi Studi Islam Aleemiyah di Pakistan dengan kurikulum studi dan metodologi untuk mempelajari Al-Qur'an yang berbeda secara signifikan dengan Darul ulum tradisional, atau Jami'ah, yaitu, Seminari atau Universitas Islam lainnya? Jawabannya terletak pada respon intelektual sebagian kalangan dari komunitas Muslim India terhadap tantangan peradaban barat modern. Sebagian kalangan dari komunitas Muslim India memandang bahwasanya pendidikan Islam tradisional yang diajarkan di Darul Ulum sangat menyedihkan, sudah tidak memadai untuk siswa,  bahkan untuk sekedar memahami bahwasanya dunia modern yang telah terbentuk saat ini merupakan konsekuensi dari kemunculan dramatis peradaban modern barat di panggung dunia. Dr. Muhammad Iqbal, misalnya, sangat sedih melihat kenyataan  bahwasanya menurut beliau “Selama lima ratus tahun terakhir pemikiran keagamaan dalam Islam secara praktis telah menjadi Statis” (Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, sebuah Esai berjudul “Pengetahuan dan Pengalaman Keagamaan” ). Iqbal merujuk, tentu saja, kepada para Cendekiawan keagamaan yang berasal dari Darul Ulum.



Kemudian sebagian kalangan dari komunitas Muslim India yang memandang bahwasanya kapabilitas pendidikan Darul Ulum sudah tidak memadai, melangkah dengan membangun sebuah Institusi Perguruan Tinggi Islam yang Independen secara Akademis, yang tidak hanya mengajarkan mengenai agama Islam, tetapi juga memperkenalkan murid kepada pengetahuan dunia modern yang muncul dari peradaban barat. Maka benih buku ini ditanam ketika Universitas Islam Aligarh didirikan di sebuah kota kota kecil bernama Aligarh di India. Sebuah Universitas yang menjadi sebuah Institusi akademis independen, karena bebas dari kontrol pemerintah.



Kami akan menunjukkan kepada anda Insya Allah, bahwasanya Dajjal lah sosok yang membuat Peradaban Modern Barat dapat terwujud,  dan Dajjal pulalah yang terus-menerus mengubahnya – secara otomatis, akhirnya mengubah seluruh dunia - untuk mewujudkan sebuah dunia baru yang asing. Karena Dajjāl adalah Ujian tertinggi Allah untuk umat manusia, melebihi segala ujian yang pernah ada sebelumnya. Dajjāl juga merupakan ujian tertinggi untuk Darul Ulum, Darul Ulum tidak hanya telah gagal secara terus menerus selama beberapa ratus tahun terakhir, namun buku tentang Dajjal ini akan secara meyakinkan memberikan gambaran bahwasanya Darul Ulum  terus gagal dalam ujian tersebut, bahkan sampai hari ini. Sungguh, sebuah buku  tentang Dajjal dan Uang barangkali akan memadai, Insha ALLAH, untuk menghilangkan keraguan yang tersisa tentang subjek itu.



Bukan hanya Darul Ulum yang  gagal dalam menjalani  ujian, bahkan para sarjana lulusan universitas barat dan lulusan Universitas Islam milik pemerintah, serta para Mufti yang digaji oleh pemerintah,  dan Cendekiawan Islam lainnya, juga telah gagal, kadangkala gagal secara menyedihkan dalam menanggapi secara memadai dan tepat berbagai tantangan intelektual yang dikemukakan oleh peradaban  modern barat.



Dr. Faruqi yang merupakan lulusan terbaik Universitas Aligarh adalah seorang pemberontak intelektual yang menentang pemikiran konvensional saat dia “ menghunus dan menusukan pedang Ilmiahnya“ dengan tidak memiliki rasa khawatir akan kepekaan konvensional di kalangan Ilmu Pengetahuan. Dia membangun fondasi filsafat sejarahnya berlandaskan “Kebenaran abadi“ dimana dengannya sejarah dimulai, dan selalu bersikeras bahwasanya sejarah itu harus berakhir dengan kemenangan “Kebenaran Abadi“. Akan Tetapi di antara awal sejarah yang dimulai dengan “Kebenaran Abadi“, dan akhir dari sejarah sebagai    “Realisasi kembalinya Kebenaran Abadi itu“, dia mengungkapkan bahwasanya proses sejarah akan naik turun dalam sebuah pola yang dia gambarkan sebagai “Pergerakan zig-zag sejarah“.


Kesimpulan yang muncul dari filosofi sejarah tersebut adalah bahwasanya Dunia Barat Zionis yang arogan, Negara Penipu Dajjal Israel dapat menenun Spektum penuh dominasi mereka atas dunia, menggunakan kain apa saja yang mereka pilih,  namun tidak akan membuat perbedaan mengenai hasil akhir sejarah. Kebenaran  akan selalu menang atas kepalsuan, kebohongan, ketidakadilan, penindasan dan aksi-aksi terorisme palsu, yang  mana orang Islam yang dituduh teroris selalu dibunuh, atau melakukan bunuh diri, sehingga mereka bisa dengan mudah meloloskan diri, berulang kali, dari kemungkinan menjalani persidangan.

Bagaimana pun juga tanpa metodologi menakjubkan Maulana dr Ansari untuk mempelajari Al Qur’an,  tidak akan mungkin bagi Institusi Studi Islam Aleemiyah untuk bisa menawarkan pendidikan islam yang lebih tinggi  yang memungkinkan siswanya untuk mengintegrasikan semua pengetahuan menjadi sebuah "Keseluruhan yang Koheren" sambil  kritis menilai dengan menggunakan Al-Qur'an, semua pengetahuan yang datang dari barat. Tanpa upaya intelektual yang kritis pada integrasi pengetahuan, para siswa akan muncul dengan kepribadian ganda saat dia mengangkangi dunia intelektual ganda tanpa jembatan, yang mana dengan jembatan itu mereka bisa menyeberang di antara keduanya. Mereka akan mempelajari Islam dengan satu pikiran, dan mempelajari dunia modern dengan pikiran kedua, yang terputus dari pikiran yang pertama. Cendekiawan seperti itu akan merasa, terus merasa, canggung di kedua dunia tersebut.

Tidak mungkin bagi filosofi sejarah Dr. Faruqi untuk berpijak kepada  Al-Qur'an tanpa penerapan Metodologi Maulana Dr. Ansari untuk mempelajari Al-Qur'an. Dan begitulah, dengan adanya gabungan pemikiran dari dua Cendekiawan luar biasa ini, buku tentang “ Dajjal, Al-Qur'an dan Permulaan Sejarah “ dapat ditulis.

Buku serius yang ditulis saat ini — di saat sejarah memasuki masa senja — tentang masalah Dajjal, Al Masih palsu atau Anti-Kristus, dan dengan kuat berpijak kepada Al-Qur'an, pasti akan menarik perhatian banyak orang Kristen dan Yahudi, di samping itu, tentu saja, bagi para ulama Islam dan para kalangan terpelajar umat Islam. Buku awal mengenai  Dajjal ini bagaimanapun juga - serta buku - buku selanjutnya mengenai Dajjal yang akan segera menyusul - sangat layak diberikan penilaian sebagai sebuah upaya perintis untuk mempresentasikan sudut pandang ilmiah Islam tentang hal ini. Dengan demikian mungkin dapat menarik bahkan lebih banyak perhatian. Untuk alasan ini kami mengundang komentar serius, dan bahkan tanggapan kritis yang dapat dipublikasikan dalam edisi kedua, Insha ALLAH. Tanggapan dapat dikirim melalui email ke  inhosein@hotmail.com, atau ke situs web kami www.imranhosein.org tempat dimana di mana tulisan ini akan ditempatkan agar bisa diunduh gratis dan untuk komentar.



Pengetahuan Islam dan Eskatologi

Keulamaan Islam tidak boleh disalahkan karena telah mengabaikan Ilmu Eskatologi, sebaiknya, akan lebih tepat jika kita memahami bahwasanya,  Ilmu eskatologi Islam tidak bisa dikembangkan sebagaimana layaknya Ilmu cabang pengetahuan lainnya sampai peristiwa-peristiwa terjadi secara cukup dalam proses sejarah. Sehingga memungkinkan bagi  cendekiawan yang cerdas untuk menembus dan mengenali makna dan implikasi dari beberapa ayat-ayat Al-Qur'an serta beberapa Hadits Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam berkaitan dengan Akhirul Zaman atau Akhir Masa.



Al-Qur'an telah memberikan “Pengumuman” bahwa dunia belum mengetahui "Ta'wīl atau interpretasi “ dari beberapa ayatnya mungkin dikarenakan “Penafsiran“ hanya bisa dilakukan seiring berjalannya waktu dan dengan terjadinya peristiwa-peristiwa dalam sejarah.

..وَلمََّا يأَْتِهمِْ تأَْوِ يلهُ..

"Allah yang Maha Agung, mengungkapkan di atas bahwa ada ayat-ayat Al Qur’an yang penafsirannya belum datang kepada mereka. ." [ QS Yunus, 10:39 ]



Akan sangat membantu bagi pembaca yang budiman jika kita mau memberikan contoh peristiwa semacam itu yang harus terjadi dulu sebelumnya baru dapat ditafsirkan. Sebuah nubuatan penting yang terletak di dalam eskatologi Islam, yaitu, Nubuatan yang berkaitan dengan Akhir Zaman, yang dapat ditafsirkan dan dijelaskan.

Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bernubuat lebih dari 1400 tahun yang lalu, dalam sebuah Hadits yang tercatat dalam Sahih Bukhari bahwasanya “ Sungai Efrat akan menyingkap Gunung Emas dan orang-orang akan bertikai untuk emas tersebut, Dia menyatakan bahwa 99 dari setiap 100 yang bertikai untuk emas itu akan terbunuh, tetapi masing-masing mempercayai bahwasanya dialah yang akan menjadi orang yang bertahan hidup. Dia mengakhiri dengan memperingatkan orang-orang beriman supaya mereka tidak boleh menyentuh emas tersebut “.


Ini Haditsnya dalam bahasa Arab :
عنْ أَبيِ هرُيَْرةَ،َ أَنَّ رَسُولَ اللَهِّ صلى الله عليه وسلم قاَلَ ”لا تقَُوم السَّاعةَ حَتَىّ يَحسْرِ الفُْراَتُ عَنْ جَبلٍَ مِنْ ذَهبٍَ يقَْتتَلُِ النَاّسُ علَيَهِْ فيَقُْتلَُ مِنْ كلُِّ مِائةٍَ تسِْعةَ وَتسِْعوُنَ وَ يقَُولُ كُلُّ رَجلٍُ مِنْهمُْ لعَلَيِّ أَكُونُ أَناَ الَذِّي أَنْجوُ


Terdapat mereka yang – sebagai konsekuensi dari penggunaan metodologi studi yang cacat – sedang menunggu kemunculan gunung logam tersebut, menunggu gunung emas itu muncul suatu hari dari bawah sungai Efrat.  Mereka sudah menunggu dengan sia-sia untuk pemenuhan nubuatan ini selama lebih dari 1400 tahun, dan  pandangan kami adalah bahwasanya mereka masih akan menunggu sia-sia selama 1400 tahun lagi. Bagaimanapun juga, kami telah memahami hadits tersebut sebagai sebuah Hadits yang Mutashabihah, sebuah alegori, dan oleh karenanya Hadits ini harus ditafsirkan agar kita bisa menembus maknanya.

Penafsiran kami akan Hadits ini adalah dengan melihat sebuah peristiwa ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger berhasil membuat “Kesepakatan Setan” dengan Raja Arab Saudi, Raja Faisal pada tahun 1974. Sebuah kesepakatan dimana Arab Saudi hanya akan menerima pembayaran atas penjualan minyaknya dengan dollar Amerika. Dollar Amerika pun kemudian menjadi Petrodollar, sehingga lautan minyak di bawah "sungai" mulai berfungsi sebagai gunung emas yang  mendukung dolar Amerika. Peristiwa ini merupakan pemenuhan nubuatan Nabi Salallahu Alaihi Salam “yang tak menyenangkan”. Wallahu alam bishawab.

Jika penafsiran kami tentang hadis ini benar, maka sistem moneter saingannya yaitu BRICS, merupakan sebuah serangan terhadap sistem moneter gunung emas Petrodollar yang akan membawa dampak, mau tidak mau, terjadinya Perang Besar  yang mana 99% dari prajuritnya akan terbunuh. Hanya perang nuklir, atau perang di mana senjata pemusnah massal digunakanlah, yang dapat menghasilkan persentase korban jiwa secara luar biasa.

Mayoritas Hadits yang berkaitan dengan Dajjal mirip dengan Hadits di atas, oleh karenanya mereka harus ditafsirkan agar dapat dimengerti, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk menafsirkan hadis itu sampai peristiwa-peristiwa tertentu terungkap di dunia keuangan. Yang menjadi awal mulanya adalah, lahirnya Peradaban Modern Barat dengan mengusung sebuah agenda yang mengakibatkan Fasad secara universal di muka bumi (Fasad adalah sebuah bentuk pengrusakan yang membawa dampak pada kehancuran). Al Qur’an telah mengidentifikasi Ya’juz dan Ma’juz sebagai pelaku Fasad universal. Itu dilakukan dengan pertama kali dengan  mengidentifikasi  Ya’juz dan Ma’juz melakukan Fasad di muka bumi.


قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَ مَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا

" Setelah mereka memecahkan masalah bahasa dalam berkomunikasi, orang-orang itu memberi tahu Dhul-Qarnain bahwa Ya’juz dan Ma’juz telah menimbulkan Fasad - sebuah bentuk pengrusakan yang membawa dampak pada kehancuran – di wilayah mereka. Mereka lalu bertanya apakah mereka bisa membayarnya untuk membangun penghalang yang akan melindungi mereka dari Ya’juz dan Ma’juz ". 
[QS Al Kahfi, 18:94]


Al-Qur'an kemudian mengatakan bahwa Ya’juz dan Ma’juz suatu hari akan dilepaskan ke dunia, dan bahwa dunia kemudian akan menjadi korban dari perilaku Fasād mereka yang menjadi fenomena secara universal. 

وَحَرَامٌ علَىَ قرَ يْةٍَ أَهْلكَْناَهاَ أَنَّهمُْ لَا يرَْجِعوُن حَتَىّ إذَا فتُحَِتْ يأَْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهمُ مِّن كلُِّ حدََبٍ ينَسِلوُن

" ALLAH yang Maha Agung, mengungkapkan bahwasanya ada larangan Illahi yang dikenakan terhadap penduduk sebuah kota (yang kami identifikasi sebagai Yerusalem) yang telah dihancurkan, dan semenjak saat itu orang-orang yang telah diusir dengan ketetapan Illahi ini, mereka tidak akan bisa kembali untuk mengklaim kota tersebut sebagai milik mereka, sampai saat dimana Ya’juz dan Ma’juz dilepaskan. dan mereka kemudian menyebar keluar ke segala penjuru dan karenanya mengambil alih kendali dunia kedalam tatanan dunia Ya’juz dan Ma’juz ". [QS Al Anbiya, 21:95-96]


Semenjak pihak baratlah yang telah mewujudkan kembalinya orang-orang Yahudi ke Yerusalem untuk mengklaimnya kembali sebagai milik mereka, Sudah jelas dan terang benderang bahwasanya Ya’juz dan Ma’juz merupakan sebuah kelompok yang berada didalam Peradaban Modern Barat. Rusia, kebetulan, bukan merupakan bagian dari pihak Barat yang bejat. Seorang pria tidak dapat menikahi pria lain di Rusia, dan mendapatkan akta nikah. Sebaliknya, pihak Barat yang bejat sekarang bersiap untuk mengobarkan perang nuklir pada Kekristen Ortodoks Rusia yang mereka benci sejak hari kelahiran peradaban modern barat yang misterius.





Tidak ada yang bisa memahami nubuatan “Gunung Emas” sampai pihak Barat yang dekaden, telah merusak dunia keuangan dengan mencetak kertas dan menggunakannya sebagai uang. Mereka kemudian melancarkan perang dengan melakukan agresi secara terang-terangan untuk menjajah sisa dunia dan untuk memaksakan -  melalui Bretton Woods Accord, dan Dana Moneter Internasional (IMF) – sebuah sistem moneter dengan satu uang kertas - dollar Amerika -, menjadi uang yang berkuasa di dunia. Namun Prancis memiliki sosok pemimpin hebat dalam diri Jenderal Charles De Gaulle, dan dia bisa melihat adanya penipuan dan ketidakadilan dalam sistem moneter tersebut. Tantangan Prancis terhadap sistem moneter tersebut akhirnya memaksa AS untuk meninggalkannya pada tahun 1971, dan menggantikannya dengan "Sistem Moneter Petrodollar"  pada tahun 1974. Semuanya ini dimungkinkan dengan adanya “Gunung Emas”. Hadits tentang lautan minyak yang berlaku sebagai Gunung emas juga terhubung ke Dajjāl sejak buku ini berpendapat bahwa Dajjāl harus menunjukkan kapasitasnya untuk menggantikan Nabi-Raja David dan Solomon, alias Nabi Daud dan Nabi Sulaimān Alaihi Salam, untuk siapa Allah menyebabkan bumi mengeluarkan hartanya.
 . .وَأَسَلنْاَ لهَ عيَنَْ القْطِْر . . 
" Allah yang Maha Agung menyebabkan danau tembaga cair mengalir atas perintah Daud ". [QS Saba, 34:12]

Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bernubuat (hanya sosok seorang Nabi sejatilah yang dapat bernubuat) bahwa suatu hari bumi akan mengeluarkan hartanya untuk Dajjal :

Dia kemudian akan berjalan melewati tanah gersang dan berkata kepada tanah itu,” Bawalah harta Anda” dan harta akan keluar dan mengumpulkan (diri mereka sendiri) dihadapannya seperti segerombolan lebah. ( Sahih Muslim )

Oleh karena itu, terdapat hubungan langsung antara Dajjal dan sistem moneter Bretton Woods palsu yang pada akhirnya digantikan oleh Sistem Moneter Petrodollar di bumi yang membuat bumi mengeluarkan hartanya untuk membantu Dajjāl melanjutkan, dan bahkan memperluas, kendali atas dunia keuangan.

Untuk informasi dan analisis lebih lanjut mengenai subyek ini, Para pembaca mungkin berkenan untuk melihat beberapa video ceramah saya :


·        Pembahasan Lanjutan Islam dan Petrodollar
     https://www.youtube.com/watch?v=oTdYyt05qLU
·    Pembahasan Lanjutan Petrodollar — Respon Islami terhadap Sistem Moneter Palsu
     https://www.youtube.com/watch?v=Cgq6V4xWIIk
·       Islam, Petrodollar dan Pertemuan Russia dengan Takdir
     https://www.youtube.com/watch?v=2-ZGAaTXEj0;
·       Islam, Petrodollar dan Perang Besar
     https://www.youtube.com/watch?v=hzYe3BS71oY.

Garis Besar Buku


Kami memulai, di Bab Satu, penjelasan kami tentang subjek Dajjal, atau Anti-Kristus. Memulainya secara tepat, dengan memberikan gambaran mengenai Profilnya. Ini termasuk data tentang dia yang harus dipahami secara harfiah, serta data lainnya yang harus ditafsirkan. Dalam pengaplikasian yang terakhir itulah kami dituntun kepada sebuah penemuan mengejutkan dalam Al-Qur'an bahwasanya Dajjal adalah Jasad, yaitu, sebuah tubuh manusia tanpa jiwa/roh. Ini membawa kami pada kesimpulan penting yang akan membangkitkan minat pembaca begitu juga dengan kalangan Zionis Yahudi-Kristen.

Kemudian kami terus melanjutkan sampai kepada sebuah pemahaman – melalui proses deduksi yang logis – bahwasanya umat Yahudi sedang menunggu kedatangan Al Masih yang akan mampu menyamai Nabi-Raja David dan Solomon, yaitu,  Nabi Daud dan Nabi Sulaiman Alaihi Wassalam, dalam hal kekuasaan dan juga dalam hal Kapasitas Mukjizat yang dianugerahkan secara Illahi. Sulaiman dulu diberkati misalnya, dengan dianugerahi kemampuan kendali atas cuaca, dan Dajjal karenanya harus menunjukkan bahwa dia memiliki kapasitas yang sama. Bab Dua dikhususkan untuk menjelaskan metodologi kami dalam mempelajari subjek ini, di mana kami menunjukkan bahwa ada hubungan antara awal dan akhir sejarah.

Di Bab Tiga kami memulai pembahasan kami dengan mengangkat tanggapan para Rabbi di Yathrib terhadap pertanyaan kaum Quraish yang menanyakan bagaimana cara mereka menentukan benar atau tidaknya Muhammad [Salallahu Alaihi Wassalam], - seorang Arab dari Makkah - seorang Nabi utusan Tuhan Yang Maha Agung. Sebagai tanggapannya, para rabbi kemudian mengajukan tiga buah pertanyaan yang menurut mereka, hanya seorang Nabi yang bisa menjawabnya. Salah satu pertanyaannya adalah tentang Ruh atau Roh. Bab ini dikhususkan untuk membahas subjek mengenai Ruh dan dalam prosesnya, pembahasan itu membuktikan bahwasanya klaim umat Yahudi sebagai umat pilihan Tuhan yang Maha Agung, merupakan sebuah klaim yang salah.

Bab Empat dikhususkan untuk pembahasan  mengenai peristiwa yang paling penting yang terjadi di Awal Sejarah yaitu Perintah Illahi kepada Para Malaikat dan sosok Jin bernama Iblis, untuk bersujud penuh kepasrahan dihadapan Adam Alaihi Salam. Pembahasan akan peristiwa ini semakin menegaskan kesimpulan kami bahwasanya Klaim Yahudi sebagai umat pilihan Tuhan itu adalah salah.

Substansi buku ini terletak di Bab Lima, di bab inilah kami menggambarkan dan menganalisa peristiwa lain yang terjadi di awal sejarah yang memiliki hubungan langsung dengan misi Dajjal di akhir sejarah, yaitu berusaha untuk membangun replika Negara Suci Israelnya Nabi Sulaiman Alaihi Salam.

Para pembaca kami harus memperhatikan bahwasanya baik Al Qur’an maupun Al Hadits tak memberikan julukan Negara Suci kepada Negara yang didirikan David alias Nabi Daud Alaihi Salam, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Nabi Sulaiman Alaihi Salam. Ketika kami menggunakan kata Negara Suci Israel, yang kami maksud adalah, Sebuah Negara Suci yang mana Solomon alias Nabi Sulaiman memohon doa kepada ALLAH yang Maha Agung supaya “tidak dapat dimiliki siapa pun setelah dia". Oleh karena itu buku ini mengingatkan Dajjal dan para pengikut Zionisnya, bahwa Negara Suci Israel tidak dapat dipulihkan.




 Teks Arab dari Al-Qur'an

Buku mengenai Dajjal dan Awal dari Sejarah ini, didasarkan pada Al-Qur'an, dan karenanya substansi buku ini terletak dalam ayat-ayat Al-Qur'an yang telah kami kutip secara luas. Kami harus segera mengingatkan para pembaca bahwasanya Al-Qur'an tidak diturunkan dalam bahasa Inggris, Prancis atau Swahili. Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, dan kami telah sampai pada kesimpulan, setelah sepanjang hidup kami mempelajarinya, bahwa Al-Qur'an tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain. Tentu saja, yang paling dapat kita lakukan adalah mencoba untuk menjelaskan Al-Qur'an dengan catatan bahwasanya  penjelasan dari seseorang, tak akan ada yang bisa menguras maknanya. Pembaca juga harus diberikan pemahaman, bahwa setiap kali ada upaya dilakukan untuk menerjemahkan teks Arab kedalam bahasa lain, "Keilmuan serta Kapasitas" pemahaman sang penerjemah mengenai bahasa arab Arab, selalu mempengaruhi terjemahan.

Karena alasan itulah kami merasa perlu untuk mengutip teks bahasa Arab dari setiap ayat Al-Qur'an yang dikutip dalam buku ini. Teks yang telah dipelihara secara  Illahi sejak Al Qur’an diturunkan lebih dari 1400 tahun yang lalu, dan masih utuh sampai sekarang, di luar jangkauan mereka yang mungkin masih ingin terus berupaya secara sia-sia untuk menantang klaim akan Keabsahan Mutlak dan Integritas dari Al Qur’an.

Kapanpun sebuah ayat Al-Qur'an dikutip dalam buku ini, kita selalu berusaha untuk menjelaskan maknanya dalam bahasa Inggris. Semoga hal ini tidak mengejutkan pembaca, atau mereka yang akan menerjemahkan buku ini kedalam  bahasa lain, itulah penjelasan kadang-kadang menyampaikan makna dari sebuah ayat,  akan berbeda dengan menterjemahkan.

Akan sangat berfaedah bagi para pembaca, jika kami sekarang memberikan contoh dari sebuah ayat yang diterjemahkan, di mana penjelasan kita berbeda secara makna dengan terjemahan dari ayat tersebut. Sungguh menyakitkan bagi kami, bahwasanya pemahaman yang salah tentang Al-Qur'an yang berasal dari beberapa terjemahan, telah menyebabkan, dan terus menyebabkan, kerusakan besar bagi mereka yang menjadi tersesat karenanya. Kami memberikan contoh sebuah ayat dalam Al Qur’an, yaitu ayat 51 dari Surah al-Māidah di mana Allah yang Maha Bijaksana telah memerintahkan (dalam bahasa Arab) sebagai berikut :
ياَ أَيُّهاَ الَذِّينَ آمَنوُا لا تتََّخذُِوا اليْهَوُدَ وَالنَصَّارَى أَوْليِاَء بعَْضهُمُْ أَوْليِاَء بعَْضٍ وَمَن يتَوَلََهّمُ مِّنك م فإَِنَهّ مِنْهمُْ إنَّ اللهّ لا يَهْدِي القَْوْمَ الظَّالمِِين
Hampir semua terjemahan dari ayat dalam bahasa Inggris dapat membawa pembaca Yahudi, Islam, dan Kristen pada pemahaman bahwasanya bahwa Al-Qur'an telah melarang persahabatan dan persekutuan Muslim dengan orang Kristen serta Yahudi. Tentu saja itu adalah sebuah pemahaman yang salah, dapat dipastikan Al Qur'an tidak melarang seorang Muslim untuk menjalin persahabatan dan persekutuan dengan semua umat Kristen atau semua umat Yahudi, tentu saja, Al Qur’an melarang menjalin persahabatan dan persekutuan dengan umat Kristen dan umat Yahudi tertentu.

Pembaca yang budiman mungkin ingin melakukan penilaian tersendiri terhadap berbagai kesimpulan berbeda yang dapat diperoleh setelah membaca lima belas terjemahan berbeda dari ayat 51 Surah al-Māidah di atas:

Muhammad Asad : Wahai kamu yang telah mencapai iman!, Jangan mengambil orang Yahudi dan Kristen menjadi sekutu kamu, mereka hanyalah menjadi sekutu satu sama lain, dan siapa pun dari kamu menyekutukan dirinya dengan mereka, menjadi, sesungguhnya, salah satu dari mereka. lihatlah, Tuhan tidak membimbing orang yang Dzhalim.

Sahīh Internasional : Wahai kamu yang sudah beriman, jangan mengambil orang Yahudi dan orang Kristen sebagai sekutu. Mereka [faktanya] adalah sekutu satu sama lain. Dan siapa pun yang menjadi sekutu mereka di antara kamu — maka sesungguhnya, dia adalah [satu] dari mereka. Sungguh, Allah tidak menuntun orang yang melakukan kesalahan.

Pickthall : Hai kamu yang beriman! Jangan mengambil orang Yahudi dan orang Kristen sebagai teman. Mereka adalah teman satu sama lain. Dia di antara kamu yang mengambilnya untuk teman adalah (satu) dari mereka. Awas! Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang berbuat salah.

Yusuf Ali : Hai orang-orang yang beriman! Janganlah orang Yahudi dan orang-orang Kristen menjadi teman-teman dan pelindungmu.  Mereka hanyalah teman dan pelindung satu sama lain. Dan dia di antara kamu yang beralih kepada mereka (untuk persahabatan) adalah salah satu dari mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang tidak adil.

Shakir : Hai kamu yang beriman! Jangan mengambil orang Yahudi dan orang Kristen menjadi teman. mereka adalah teman dari satu dengan yang lainnya. dan siapa pun di antara Anda yang membutuhkannya sebagai teman, maka pasti dia adalah salah satunya; Sesungguhnya Allah tidak membimbing orang-orang yang tidak adil.

Muhammad Sarwar : Orang-orang beriman, jangan mempertimbangkan orang Yahudi dan Kristen sebagai teman dekat kamu karena mereka hanya berteman dengan satu sama lain. Siapa pun yang melakukannya, akan dianggap sebagai salah satunya. Tuhan tidak membimbing orang-orang yang tidak adil.

Hilāli dan Muhsin Khan : Hai kamu yang beriman! Jangan mengambil orang Yahudi dan Kristen sebagai Auliya '(teman, pelindung, pembantu, dll.), mereka hanyalah Auliya 'untuk satu dengan lainnya. Dan jika ada di antara kamu menganggapnya sebagai Auliya ', maka pasti dia adalah salah satunya. Sesungguhnya Allah memandu bukan orang-orang yang merupakan Zālimūn (politeis dan pelaku kesalahan dan tidak adil).

Allama Nooruddin : Hai kamu yang Beriman! Jangan Ambil orang-orang Yahudi dan Kristen ini sebagai sekutu. Mereka adalah sekutu satu sama lainnya (saat melawanmu), dan barang siapa dari di antara kamu mengambil mereka sebagai sekutu, sungguh kamu salah satu dari mereka. Sesungguhnya, Allah tidak membimbing orang-orang yang tidak adil dalam mencapai tujuan mereka.

Arberry : Wahai orang beriman, jangan menganggap orang Yahudi dan Kristen sebagai teman-teman,  mereka adalah teman satu sama lain. Siapa pun dari kamu membuat mereka teman-temannya, kamu adalah salah satunya. Tuhan tidak menuntun orang-orang yang melakukan kejahatan.

Muhammad Ali : Hai kamu yang beriman, jangan ambil Yahudi dan Kristen sebagai teman-teman. Mereka adalah teman satu sama lain. Dan siapa pun di antara kamu yang mengambil mereka sebagai teman, dia sungguh salah satunya. Tentunya Allah tak menuntun orang-orang yang tidak adil.

Talāl Itāni: Hai kamu yang beriman! Jangan mengambil orang Yahudi dan orang-orang Kristen sebagai sekutu, beberapa dari mereka adalah sekutu satu sama lain. Siapa pun dari kalian yang bersekutu dengan mereka adalah salah satunya. Tuhan tidak menuntun orang-orang yang berbuat kesalahan.

Rashad Khalīfah : Hai kamu yang beriman, jangan ambil orang Yahudi dan Kristen tertentu sebagai sekutu, mereka adalah sekutu satu sama lain. Mereka di antara kalian yang bersekutu, karenanya adalah golongan mereka. Tuhan tidak membimbing para pelanggar.

Abdal Haq dan Aisha Bewley : Anda yang memiliki Iman! jangan menganggap orang Yahudi dan Kristen sebagai teman kamu, mereka adalah teman satu sama lain. Siapa pun dari kamu yang menganggap mereka sebagai teman, dia adalah salah satunya. Allah tidak memandu orang yang melakukan kesalahan.

Sher Ali : Hai orang-orang yang beriman! jangan mengambil orang Yahudi dan orang Kristen menjadi  teman-teman. Mereka adalah teman satu sama lain. Dan siapa pun di antara Anda yang mengambil mereka dalam berteman, Sungguh dia adalah salah satunya. Sesungguhnya Allah tidak menuntun orang-orang yang tidak benar.



Seharusnya sudah bisa anda baca dengan jelas, semua terjemahan terkenal Al-Qur'an dalam bahasa Inggris ini, menerjemahkan ayat tersebut dengan arah yang sama. Yaitu, melarang Muslim mengambil Kristen dan Yahudi sebagai teman dan sekutu mereka. Tak satu pun dari para penerjemah – penerjemah ini - selain dari Rashad Khalīfa -, tampaknya telah menyadari  bahwasanya dengan penerjemahan ayat tersebut seperti itu,  telah menempatkan ayat itu dalam konflik dengan ayat Al-Qur'an yang lain, yang mengakui bahwasanya orang Kristen tertentu sebagai orang-orang yang akan paling dekat dalam cinta dan kasih sayang untuk Muslim (QS Al-Māidah, 5:82) dan dengan ayat lain yang memungkinkan pernikahan seorang Muslim dengan wanita Kristen maupun Yahudi, dan yang juga memungkinkan Muslim untuk makan makanan yang telah dibuat Halal atau diizinkan, untuk orang Kristen dan Yahudi (QS Al-Māidah, 5: 5). Karena Al-Qur'an itu sendirilah yang telah menyatakan bahwa, Al Qur'an terbebas dari semua Inkonsistensi atau Kontradiksi.

أَفلَا يتَدَََبرّوُنَ القُْرآْنَ وَلوَْ كَانَ مِنْ عِندِ غيَْرِ اللهِّ لوَجَدَُوا فيِهِ اخْتلِافَاً كَثيِراً

" ALLAH Yang Maha Agung mempersilahkan pengujian terhadap keabsahan Al Qur’an sebagai wahyu Ilahi. DIA dengan gagah menyatakan bahwa jika Al-Qur'an telah datang selain dari Allah, maka mereka pasti akan menemukan banyak kontradiksi ! ".[QS An Nisa, 4:82]

Oleh karena itu, tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur'an yang kontradiktif antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.

Akan muncul kontradiksi yang nyata, JIKA secara bersamaan Al-Qur'an telah menyatakan bahwasanya orang Kristen tertentu akan menjadi yang terdekat dalam cinta dan kasih sayang bagi umat Islam, akan tetapi di ayat lain menyatakan juga bahwasanya Muslim dilarang menjadi teman dan sekutu dari semua orang Kristen dan semua orang Yahudi.

Masih ada masalah lain dengan beberapa terjemahan – terjemahan dari ayat Al-Qur'an - ini sejak para penerjemah membuat Al-Qur'an menyatakan sesuatu yang secara faktual salah!. Menurut terjemahan Asad : Al-Qur'an menyatakan tentang orang Kristen dan Yahudi bahwa mereka adalah sekutu satu sama lain. Sahīh Internasional : Mereka adalah sekutu satu sama lain. Pickthall : Mereka adalah teman satu sama lain.  Abdullah Yusuf Ali : Mereka hanyalah teman dan pelindung satu sama lain. Shākir : Mereka teman satu sama lain. Sarwar : Karena mereka hanya berteman satu sama lain. Mohsin Khan: Mereka hanyalah Auliya 'satu sama lain.  Noorddin : Mereka sekutu satu dengan yang lain (saat melawanmu).  Arberry : Mereka adalah teman satu sama lain. Muhammad Ali : Mereka adalah teman satu sama lain,  dan lain - lain.

Al-Qur'an diturunkan lebih dari enam ratus tahun setelah orang Yahudi dengan sombongnya menyatakan diri bahwa mereka telah menyalibkan Yesus. Jadi dengan demikian, Al-Qur'an muncul dalam sebuah kondisi dunia, di mana, selama hampir enam ratus tahun, orang Kristen dan orang Yahudi saling membenci. Kebencian Orang Kristen terhadap orang Yahudi itu berlanjut selama lebih dari seribu tahun sesudah wahyu Al-Qur'an diturunkan. Oleh karena itu jelas salah bagi  siapa pun jika menyatakan - pada saat, dan ketika Al-Qur'an diturunkan maupun selama lebih dari seribu tahun sesudahnya - bahwa orang Kristen dan orang Yahudi adalah sahabat dan sekutu satu sama lainnya. Faktanya, fenomena Persahabatan dan Aliansi Kristen-Yahudi terlihat jelas muncul sebagai sejarah kontemporer, hanya setelah lahirnya Gerakan Zionis pada tahun 1897.

Pemahaman yang tepat dari ayat Al-Qur'an ini adalah Bahwasanya ayat ini Mengantisipasi Rekonsiliasi dan Aliansi kalangan tertentu Yahudi-Kristen, Sebagai upaya  yang akan membuka jalan bagi kalangan tertentu dari umat Kristen, dan kalangan tertentu dari umat Yahudi, untuk "Rekonsiliasi dan kemudian membangun Persahabatan dan Aliansi" . Kapanpun Aliansi tersebut sedang dibentuk atau telah berdiri, Muslim dilarang menjadi teman dan sekutu bagi orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi seperti itu. Aliansi itu sekarang telah muncul di dunia dalam bentuk Aliansi Zionis Yahudi-Kristen yang telah mewujudkan berdirinya Negara Israel, dan yang terus bekerja untuk memastikan bahwa Israel suatu hari nanti akan memerintah seluruh dunia dengan Pax Judaica. (Lihat dua buku saya yang berjudul Yerusalem dalam Al-Qur'an, dan Menjelaskan Agenda Imperial Misterius Israel.)

Mereka yang berusaha menerjemahkan ayat ini (QS Al-Maidah, 5:51), membuat kesalahan dengan memecahnya menjadi beberapa bagian atau kalimat, dan kemudian menerjemahkan setiap bagian atau kalimat secara terpisah. Dengan menggunakan cara ini,  mereka tiba pada kalimat pertama yang kemudian diterjemahkan sebagai Melarang persahabatan dan persekutuan dengan orang Yahudi dan Kristen. Mereka kemudian melanjutkan ke bagian kedua atau kalimat kedua yang mereka pahami secara terpisah, atau berdiri sendiri, dari kalimat sebelumnya. Dengan demikian mereka telah menyatakan bahwasanya Al-Qur'an mengatakan - dengan cara yang salah -  bahwa orang Yahudi dan Kristen teman dan sekutu satu sama lain. Jika mereka melakukan pengkajian ayat ini secara keseluruhan sebagai satu kesatuan, mereka akan mengerti bahwa bagian atau kalimat kedua dalam ayat tersebut, bukanlah bagian kedua atau kalimat sama sekali.

Alih-alih, itu adalah sebuah Frasa yang melengkapi apa yang mendahuluinya. Oleh karena itu apa yang sebenarnya Al-Qur'an katakan - dan yang lepas dari pemahaman mereka yang menerjemahkan ayat ini - adalah sebuah larangan bagi  Muslim menjalin Persahabatan serta Persekutuan dengan orang Yahudi dan orang Kristen, yang berteman serta bersekutu satu sama lainnya, dan itu maknanya Al Qur’an melarang muslim menjalin persahabatan dan persekutuan dengan Aliansi Judeo-Kristen.

Inilah penafsiran saya tentang ayat ini, yang menyingkirkan semua kemungkinan adanya Inkonsistensi atau Kontradiksi dengan ayat-ayat Al-Qur'an lain, dan yang tidak memberikan atribut kepalsuan manifestasi terhadap Al-Qur'an : 

ياَ أَيُّهاَ الَذِّينَ آمَنوُا لا تتََّخذُِوا اليْهَوُدَ وَالنَصَّارَى أَوْليِاَء بعَْضهُمُْ أَوْليِاَء بعَْضٍ وَمَن يتَوَلََهّمُ مِّنك م فإَِنَهّ مِنْهمُْ إنَّ اللهّ لا يَهْدِي القَْوْمَ الظَّالمِِين

ALLAH yang Maha Agung menyeru dan memerintahkan orang-orang yang mengimani Al Qur’an sebagai Firman ALLAH untuk tidak mengambil orang-orang Yahudi “tertentu” dan Kristen “tertentu” sebagai sahabat dan sekutu, yang mana diantara mereka bersekutu satu dengan yang lainnya. Ayat ini kemudian melanjutkan dengan menyatakan bahwa siapa pun diantara umat Islam yang mengambil Kristen “tertentu” dan Yahudi “tertentu” sebagai teman dan sekutu mereka, akan diakui milik mereka, atau akhirnya akan menjadi kalangan mereka, daripada sebagai kalangan Muslim . Ayat ini diakhiri dengan pernyataan bahwa ALLAH pasti atau tentu saja tidak membimbing orang-orang yang  jahat.

Saya mengajak para pembaca untuk mengkaji sebuah analisa ilmiah penting dari ayat  Al-Qur'an ini,  yang ditulis oleh kaum muda dan brilian - seorang cendikiawan dari Singapura - Hasbullah Syafi'i, yang telah kita masukan dalam buku ini sebagai Lampiran 1.

Kami telah membagikan uraian di atas dengan para pembaca kami, untuk mengingatkan mereka tentang bahaya yang bisa ditimbulkan oleh sebuah terjemahan dari Al-Qur'an kedalam bahasa lain, dan karenanya kebutuhan mutlak untuk mengutip dan mempelajari teks Arab yang sebenarnya dari Al-Qur'an, kapan pun kita merujuk  kepada Al Qur’an untuk mendapatkan informasi atau bimbingan.



BAGI PEMBACA KRISTEN DAN YAHUDI

Meskipun kami berharap buku ini akan dibaca oleh banyak Muslim, buku ini juga ditulis untuk memberikan faedah kepada mereka yang telah diberikan Taurat melalui Moses atau Nabi Musa Alaihi Salam dan Injil melalui Yesus atau Nabi  Isa Alaihi Salam, mereka adalah pihak yang hari ini menyebut diri mereka sebagai orang Kristen dan orang Yahudi. Mereka akan menemukan dalam buku ini pandangan dari Al-Qur'an mengenai awal sejarah, yang terkadang berbeda dengan pandangan Kristen dan Yahudi tentang hal itu. Bagaimana seharusnya seorang Kristen atau seorang Yahudi bersikap ketika dihadapkan dengan pandangan yang saling bertentangan muncul dari sebuah wahyu dalam kitab suci ? Al-Qur'an sendiri yang menjawab pertanyaan itu ketika menyatakan bahwa Kebenaran yang diturunkan dalam Al-Qur'an didukung oleh bukti-bukti rasional (Bayyinat min al-Huda).  Oleh karena itu dengan kecakapan rasional lah – yang mana datanya diperoleh secara Internal dan Eksternal – penilaian itu harus dibuat.

Al-Qur'an menyajikan mandat yang bagus, sehingga dengannya Keabsahan Al Qur’an sebagai sebuah kitab suci yang diturunkan secara illahi dapat dinilai.  Al Qur’an menyajikan teks yang benar-benar asli dan tidak rusak. Kami telah menunjukkan dalam buku yang berjudul Metodologi untuk Studi Al-Qur'an, bahwasanya mandat Al-Qur'an harus diakui sebagai benar-benar otentik.

Kami mengajak para pembaca Kristen dan Yahudi kami, untuk memeriksa mandat -mandat tersebut. Buku ini pasti akan menguji kesabaran pembaca berbahasa Inggris yang tidak terbiasa dengan bahasa Arab, karena kami bersikeras menggunakan istilah Arab, yang sangat penting artinya dalam mempresentasikan pandangan Al-Qur'an. 

Namun kami selalu bersegera untuk menyediakan bahasa Inggris yang setara bagi setiap istilah bahasa Arab yang digunakan. Ketika pembaca menjadi akrab dengan kata-kata arab, buku ini diharapkan akan menjadi lebih mudah dibaca dan dipahami. 
وَنزََّلنْاَ علَيَكَْ الكْتِاَبَ تبِيْاَناً لكُِّلِّ شيَْءٍ وَهدًُى وَرَحْمةَ وَبشُرْىَ للِْمسُْلمِيِن

“Al-Qur'an diturunkan sebagai wahyu Ilahi yang akan menjelaskan semua hal, akan memberikan bimbingan, dan sebagai rahmat serta kabar gembira kepada semua yang taat kepada Allah Yang Maha Tinggi. “ [QS An Nahl 16:89]

وَأَنْ أَتلْوُ القُْرآْنَ فمَنَِ اهْتدََى فإَِنَمّاَ يَهْتدَِي لنِفَْسِهِ وَمَن ضَ لَّ فقَُلْ إنَمّاَ أَناَ مِنَ المْنُذِرِينَ

“ALLAH Yang Maha Tinggi telah memerintahkan agar Al-Qur'an disampaikan kepada manusia. Siapa pun yang memilih untuk mengikuti jalan yang benar, maka ia memilih demi kebaikannya sendiri. Peringatan harus diberikan kepada mereka yang memilih tersesat, Katakanlah : “ Saya hanya seorang pemberi peringatan “. 
[QS An Naml, 27:92]



Memperkenalkan DAJJAL Sang Jasad
( Tubuh Manusia tanpa Jiwa )


Mohon diperhatikan dengan baik.

Subyek Dajjal mungkin merupakan sebuah subyek paling sulit yang pernah ditemui oleh seorang siswa ataupun cendekiawan. Oleh karena itu, kami memperingatkan dengan  penuh kesopanan kepada para pembaca agar selalu hati-hati dan bersabar setiap kali mengalami kesulitan dalam memahami bagian manapun dari subyek ini. Jangan tergesa-gesa dengan melakukan penilaian prematur yang berlandaskan keraguan.  

Ketika pengetahuan tentang subyek berkembang, maka akan menjadi lebih mudah untuk menghubungkan banyak bagian dari subyek  dan pada akhirnya memahami subyek sebagai suatu keseluruhan yang harmonis. Pada saat itu - dan bukan sebelumnya - banyak keraguan akan menjadi jelas Insha' ALLAH, jika ALLAH menghendaki.

Deskripsi Dasar.

Umat Kristen mengenalnya sebagai Anti-kristus,  tetapi Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam merujuknya sebagai Al Masih Ad-Dajjal, yaitu, Dajjal sang Al Masih. Penting bagi para pembaca kita untuk memahami bahwa Nabi tidak memberikan kepada Anti-Kristus, nama “Dajjal”, karena Dajjal bukanlah sebuah nama! Sebaliknya itu hanyalah sebuah istilah deskriptif yang menggambarkan dia sebagai "Pembohong", atau sebagai orang yang "Menipu". Karena itu setiap kali dia disebut dalam buku ini sebagai Dajjal, pembaca disarankan untuk mengingat bahwa ia harus sebagai mana mestinya disebut sebagai Dajjal .

Karena Al-Qur'an telah mengidentifikasi Nabi Isa, atau Yesus - putra dari Maryam yang Perawan - Alaihi Salam, sebagai Al Masih, maka implikasi dari deskripsi “Al-Masih Ad-Dajjal“ yang digunakan oleh Nabi Salallahu Alaihi Wassalam itu adalah bahwasanya Dajjal merupakan sosok yang berusaha meniru Al Masih dengan mengklaim dirinya – Klaim penuh kepalsuan – sebagai Al Masih. Karena alasan itulah maka dalam buku ini ia disebut  sebagai Dajjal Al Masih Palsu.

Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bernubuat bahwasanya Nabi Isa atau Yesus Alaihi Salam - Al Masih yang sejati - suatu hari akan kembali ke dunia ini, dan peristiwa mu’jizat kembalinya Nabi Isa atau Yesus Alaihi Salam  itulah yang akan menjadi pertanda utama Akhir Zaman. Penulis buku ini bermaksud untuk menunjukkan dalam bukunya yang kedua mengenai Dajjal berjudul  “Dari Yesus Al Masih Sejati ke Dajjal  Al Masih Palsu - Sebuah Perjalanan dalam Eskatologi Islam “', bahwa Al-Qur'an mendukung nubuatan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam mengenai Mukjizat  kembalinya Al Masih ini. Tetapi Nabi Salallahu Alaihi Wasalam melanjutkan dalam nubuatnya, bahwa Dajjal, Al Masih palsu, akan muncul berwujud manusia di dunia, sesaat sebelum  kembalinya Al Masih sejati, dan akan berusaha untuk meyakinkan - khususnya orang Yahudi - bahwa dia memang benar Al Masih. 

Karena Dajjal, atau Anti-Kristus, adalah makhluk yang berasal dari golongan setan dan diciptakan oleh ALLAH yang Maha Tinggi (lihat Al-Qur'an, Surah al-Falaq, 113: 2), dengan demikian  ia telah diprogram oleh ALLAH yang Maha Agung untuk memenuhi misi peniruan yang jahat ini, sehingga seseorang bisa menebak bahwa dia akan melakukannya dengan ketepatan yang sangat menakjubkan.

Berdasarkan fakta inilah - yang senantiasa berada dalam pemikiran -, kami sekarang bisa melanjutkan sebuah usaha untuk menyampaikan kepada para pembaca sebuah profil mengenai Dajjal Al Masih Palsu, sosok mahluk yang luar biasa ini. Sosok yang menurut penafsiran kami telah dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai sebuah JASAD – tubuh manusia tanpa jiwa -. Dia ditempatkan oleh ALLAH Yang Maha Tinggi untuk duduk diatas singgasana Sulaiman Alaihi Salam sehingga  - seperti yang Sulaiman Alaihi Salam takutkan - dia akan berusaha untuk memerintah atas Negara Israel Suci. Subjek ini akan dijelaskan belakangan di bab ini.

Al Qur’an menegaskan bahwasanya Al Masih, Yesus putra bunda Maria adalah seorang manusia biasa yang mana keduanya – beliau dan ibunya – mengkonsumsi makanan (ALLAH yang Maha Agung, bagaimana pun juga tidak mengkonsumsi makanan, bahkan terbebas dari segala kebutuhan tersebut). 

مَّا المَْسِيحُ ابنُْ مرَْيَم إلاَ رَسُولٌ قدَْ خلَتَْ مِن قبَلْهِِ الرُسُّلُ وَأُمُّه صِدِّيقَة كَاناَ يأَْكلُانَِ الطَّعاَمَ انظُر كَيفَْ نبُيَنُِّ لهَمُُ الآياَتِ ثُمَ انظُر أَنَىّ يؤُْفكَُو

“ Kristus, putra Maryam, hanyalah seorang utusan ALLAH yang Maha Tinggi, oleh karenanya dia bukan Tuhan — bukan pula dia anak Tuhan !.  Semua para pendahulunya yang juga merupakan utusan Tuhan, telah meninggal. Ibunya adalah sosok yang tidak pernah menyimpang dari kebenaran; dan mereka berdua mengkonsumsi makanan seperti manusia lainnya; Lihatlah betapa jelasnya pernyataan klarifikasi ALLAH ini bagi mereka: dan kemudian lihatlah betapa sesatnya perbuatan mereka ! ” [QS Al Maidah, 5:75]

Jelaslah sudah, bahwasanya umat Yahudi sedang menantikan sosok Al Masih yang merupakan seorang manusia.

Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam memberikan deskripsi tentang Anti-Kristus atau Dajjal, sebagai berikut : “ Dia akan berasal dari umat Yahudi, berbadan tegap, dan dengan ikal di rambutnya. . . ”(Sahih Muslim). Yahudi Orthodoks – nampaknya tidak ada lagi pihak selain mereka – memiliki kal-ikal ini dalam bentuk cambang (Payot), karena Alkitab telah mengeluarkan  larangan untuk  mencukur rambut di "sudut-sudut" kepala seseorang :

“ Janganlah memotong rambut di sisi kepala Anda “. (Imamat, 19:27)

Meskipun dia adalah Jasad – Tubuh manusia tanpa jiwa – harus sudah jelas bagi para pembaca kita, bahwasanya Anti-Kristus atau Dajjal mesti muncul sebagai seorang manusia, dan sebagai seorang Yahudi, karena misinya adalah untuk meyakinkan umat Yahudi bahwa sesungguhnya dia adalah Al Masih, sosok yang sedang mereka tunggu. 

Kecuali dia seorang Yahudi, mereka tidak akan menerimanya sebagai Al  Masih. Makanya Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam menggambarkan Dajjal seperti itu, yaitu, sebagai makhluk yang akan muncul sebagai “seorang manusia”, dan seorang “Yahudi". Jadi Islam memiliki sebuah sudut pandang dimana,  Deskripsi dari Dajjal haruslah dipahami secara harfiah. Sudut Pandang dari Islam ini berbeda secara dramatis dengan sudut pandang terkenal dan kadang-kadang sembrono yang mengidentifikasi Anti-Kristus, misalnya, sebagai Paus Katolik Roma Kristen di Roma, atau sebagai mantan Presiden AS Barak Obama, atau sebagai sebuah sistem daripada sebagai sosok orang, dll.

Umat Kristen menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi Anti-Kristus atau Dajjāl sebagai sosok manusia, dan sebagai orang Yahudi, karena beberapa rujukan kitab suci yang mereka miliki menyimpang dari satu fakta paling penting yang muncul dari dalam eskatologi Islam, yaitu, bahwa ia adalah seseorang yang akan berusaha untuk meniru Al Masih sejati. Pertimbangkanlah yang berikut ini :

“ Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan Anti-Kristus “. [ 2 John 1:7 ]

“ Siapakah sang pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah Anti-Kristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak “.[ 1 John 2:22 ]

“ Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh Anti-Kristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah berada di alam dunia “. [ 1 John 2:22 ].

Terlepas dari hal diatas, penulis buku ini mengajak para pembaca yang budiman untuk mempertimbangkan dengan serius argumen dan bukti yang sekarang disajikan dalam buku ini agar bisa memahami dan mengenali Anti-Kristus sebagai sosok yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Agung, dan diutus ke dunia dengan sebuah misi jahat untuk meniru Yesus, Al Masih Sejati. Sebagai seseorang yang akan berasal dari umat Yahudi, kemudian dia akan mengklaim dirinya sebagai Al Masih - sebagai seseorang yang oleh karenanya harus dianggap, seharusnya dianggap - sebagai Al Masih Palsu!

Kompleksitas Subyek — Dajjāl adalah Bermata Satu

Meskipun memang benar bahwasanya Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam telah menyatakan akan ada banyak Dajjal yang bermunculan di dunia sebagai pendusta (katanya mereka akan berjumlah hampir tiga puluh orang) sebelum munculnya Al-Masih Ad-Dajjal itu sendiri ( Referensi. Sunan Tirmidzi, Sahih Muslim, dll.)., Namun juga merupakan sebuah kebenaran, ketika beliau memberikan  sebuah nubuatan mengenai Deskripsi dasar dari Al-Masih Ad-Dajjal, sebagai seorang pemuda yang akan berbadan tegap dan akan memiliki ikal rambut sebagaimana yang disyaratkan oleh hukum Taurat, dll. Buku ini telah menyatakan bahwa uraian di atas harus dipahami secara harfiah. Kompleksitas subjek ini menjadi jelas ketika kita sekarang melanjutkan untuk memperlihatkan bahwa bagian lebih lanjut dari deskripsi Anti-Kristus atau Dajjal, yang diberikan oleh Nabi, tidak dapat dipahami secara harfiah tetapi, lebih tepatnya, harus ditafsirkan agar bisa dipahami. Sungguh, para pembaca Kristen atau Yahudi akan segera menunjukkan pemahaman ketika diberitahu bahwa sejumlah besar informasi dalam agama Islam mengenai Anti-Kristus atau Al Masih Palsu, disajikan dalam bahasa yang Alegoris dan Simbolis. Memang ini benar untuk Hadis terpenting dari semua Hadits tentang Dajjal. Nabi Muhammad  Salallahu Alaihi Wassalam berkata:
عَنْ عَبدِْ اللَهِّ بنِْ عمُرَ . . . . قاَمَ رَسُولُ اللَهِّ صَلَىّ اللَهّ علَيَهِْ وَسَلَمَّ فيِ النَاّسِ فأََثنْىَ علَىَ اللَهِّ بمِاَ هوُ أَهْلهُ ثُمَ ذكَرَ الدَّجَّالَ فقََالَ إنيِّ أُنذِْركُمُوُه وَمَا مِنْ نبَِيٍّ إلَّا وَقدَْ أَنذَْرَه قوَْمَه لقََدْ أَنذَْرَه نوُحٌ قوَْمَه وَلَكِنِيّ سَأَقوُلُ لَكمُْ فيِهِ قوَْلًا لمَْ يقَُلهْ نبَِيٌّ لقَِوْمِهِ تعَْلمَوُنَ أَنَهّ أَعْورَ وَأَنَّ اللَهّ ليَسَْ بأَِعْورَ

" Abdullah bin Umar berkata : … Rasulullah kemudian berdiri di depan orang-orang, memuji ALLAH dengan kata-kata yang layak bagi-NYA dan kemudian dia menyebutkan Dajjal lalu berkata: “ Aku memperingatkan kamu tentang dia, dan tidak ada Nabi yang tidak memperingatkan umat-NYA tentang dia. Nuh memperingatkan para pengikutnya tentang dia. Tetapi saya akan mengatakan kepada Anda sesuatu tentang dia, yang mana tidak ada Nabi yang pernah mengatakan kepada pengikutnya. Anda harus tahu bahwa dia bermata satu, dan ALLAH tidak bermata satu “. 
[Sahih Bukhari]

 ياَ عِباَدَ اللَهِّ أَيُّهاَ النَاّسُ فاَثبْتُوُا فإَِنيِّ سَأَصِفُه لَكمُْ صِفَة لمَْ يصَِفْهَا إيَّاه نبَِيٌّ قبَلْيِ إنَهّ يبَْدَأُ فيَقَُولُ أَناَ نبَِيٌّ وَلا نبَِيَّ بعَْدِي ثُمَ يثُنَِيّ فيَقَُولُ
أَناَ رَبُكّمُْ . وَلا ترَوَْنَ رَبَكّمُْ حَتَىّ تمَوُتوُا وَِإنَهّ أَعْورَ وَِإنَّ رَبَكّمُْ ليَسَْ
بأَِعْورَ وَِإنَهّ مَكْتوُبٌ بيَنَْ عَينْيَهِْ كَافرِ يقَْرؤَهُ كلُُّ مؤُْمِنٍ كَاتبٍِ أَوْ غيَْرِ كَات ب

" (Nabi memperingatkan) wahai para manusia, teguhkanlah diri kalian !, karena aku akan menerangkan sifat-sifatnya – Dajjal - yang belum pernah diterangkan oleh seorang Nabi pun sebelumku. Dia akan mendakwakan dirinya dengan mengatakan, “Aku adalah seorang Nabi “. Padahal tidak ada Nabi setelahku, Kemudian ia juga akan mengagungkan dirinya dengan mengatakan, “ Aku adalah Rabb kalian ” Sedangkan kalian tidak akan bisa melihat ALLAH kecuali setelah kalian meninggal. Dan ia hanya memiliki satu mata, padahal ALLAH tidaklah bermata satu. Dan diantara kedua matanya tertulis kata “Kafir atau Tak beriman“ yang mana setiap orang beriman ( orang yang memiliki iman dalam hatinya ) akan bisa membacanya, baik yang terpelajar maupun yang tidak terpelajar ". [Sunan Ibnu Majah]

Dalam Hadits lainnya yang tercatat dalam Sahih Bukhari, Nabi Salallahu Alaihi Salam menyatakan bahwa Dajjal melihat dengan satu mata — mata kiri, dan bahwa dia sangat buta di mata kanan: 

وَِإنَهّ أَعْورَُ عيَ نِ اليْمنُْىَ


yang terlihat seperti anggur yang menonjol : 

 أَنَّ عَينْهَ عِنبَةَ طَافيِةَ


Dalam Hadits lainnya, yang juga tercatat dalam Sahih Bukhari, Nabi Salallahi Alaihi Wassalam kembali menyebutkan tentang mata kanan Dajjal yang buta :

" Saat tidur di dekat Kabah tadi malam, saya melihat dalam mimpi saya "seorang pria berkulit coklat" – pria berkulit coklat terbaik yang pernah ada - dan rambutnya panjang sehingga jatuh di antara pundaknya. Rambutnya lusuh dan air menetes dari kepalanya lalu dia meletakkan tangannya di pundak dua pria sambil mengelilingi Ka'bah. Saya bertanya, Siapakah orang ini ? Mereka menjawab: Ini adalah Yesus, putra Maryam. Di belakangnya saya melihat seorang lelaki yang memiliki rambut sangat ikal dan buta di mata kanan, menyerupai Ibnu Qatan, orang kafir, dalam penampilan. Dia meletakkan tangannya di atas bahu seseorang saat melakukan Tawāf di sekitar Kabah. Saya bertanya: Siapa ini? Mereka menjawab, Al-Masih Ad-Dajjāl ".

Bagaimana mungkin bagi seseorang yang memiliki “Iman“ sedangkan dia “Buta huruf”, bisa membaca apa yang tertulis di antara kedua mata - di dahi - Anti-Kristus?. Tanggapan kami adalah bahwasanya tidak mungkin bagi kita untuk memahami “Tindakan Membaca” tersebut secara harfiah. Segera setelah kita mengabaikan pemahaman secara harfiah, maka sebagai konsekuensinya  kita beralih untuk mencari pemahaman melalui Sebuah Penafsiran.  Menjadi jelas bahwa orang yang buta huruf akan memiliki kemampuan untuk membaca karena dia akan membaca dengan “Mata Lain” selain yang terletak di wajah.

Sebuah Epistemologi Al-Qur'an - sebagaimana semua kitab suci yang diwahyukan Illahi lainnya - mengakui bahwasanya hati dapat melihat. Dengan kata lain, manusia memiliki kapasitas untuk memiliki penglihatan secara Internal, disamping penglihatan secara Eksternal. Karena itu dengan penglihatan Internal, maka orang yang buta huruf sekalipun, akan mampu membaca apa yang tertulis di dahi Anti-Kristus.

AL QUR’AN dan Penglihatan Internal.


Dalam ayat-ayat berikut Al Qur’an secara khusus memberikan perhatian kepada nasib yang akan menimpa mereka yang buta. Sudah sangat jelas disini bahwa referensi untuk kebutaan tidak bisa dipahami secara harfiah.  Sebaliknya, kebutaan dalam ayat-ayat Al-Qur'an jelas mengacu pada kebutaan secara internal.

قلُْ هلَْ يسَْتوَِي الأَعْمىَ وَالبْصَِير أَفلَا ٺتَفََكَّروُن...

" Allah yang Maha Tinggi bertanya apakah seseorang yang buta, bisa dianggap sama dengan seseorang yang bisa melihat. Jelas mereka tidak bisa sama — maka, mengapa manusia tidak berpikir ? " [QS Al An'am, 6:50]
قدَْ جاَءكمُ بصََآىِٕر مِن رَّبكِّمُْ فمَنَْ أَبصْرَ فلَنِفَْسِهِ وَمَنْ عمَِيَ فعَلَيَْهاَ 
وَمَا أَناَ علَيَكْمُ بِحفَيِظٍ

" Al Qur’an diatas menyatakan bahwasanya sekarang wawasan internal telah datang kepada umat manusia dari Tuhan mereka yang Maha Agung melalui kitab yang diwahyukan ini ". [QS Al An'am, 6:104]

Siapa pun, oleh karena itu, yang memilih untuk “Melihat dan Mengenali Kebenaran", maka dia melakukannya demi kebaikannya sendiri. Dan siapa pun yang memilih untuk tetap “Buta terhadap Kebenaran", maka dia melakukannya demi kerugiannya sendiri. Dan (katakanlah kepada orang buta): "Aku bukanlah penjaga Kamu !".

وَنقَُلبُِّ أَفىِْٕدَتَهمُْ وَأَبصَْارَهمُْ كَماَ لمَْ يؤُْمِنوُا بهِِ أَوَّلَ مرََّةٍ وَنذََرهُمُْ فيِ طُغْياَنِهمِْ يعَْمَهوُن

" Mereka yang menolak Al-Qur'an ini akan membayar harga atas penolakannya itu. Allah yang Maha Tinggi akan membuat hati dan mata mereka berpaling dari kebenaran. Seperti mereka belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya, sehingga mereka akan ditinggalkan dalam arogansi mereka yang sangat kuat dan membabi buta ". [QS Al An'am, 6:110]

فكَذََّبوُه فأََنجيَنْاَه وَالَذِّينَ مَعهَ فيِ الفُْلكِْ وَأَغْرَقنْاَ الَذِّينَ كذََّبوُا بآِياَتنِاَ إنَّهمُْ كَانوُا قوَْما عمَِين

" Maka mereka mendustakan Nuh Alaihi Salam, kemudian ALLAH memutuskan untuk menghukum mereka. ALLAH menyelamatkan dia dan pengikutnya dalam sebuah bahtera. ALLAH menenggelamkan mereka yang menolak kebenaran yang dibawa oleh Nuh Alaihi Salam. Al-Qur'an kemudian menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang “buta” ! ".  [QS Al Araf, 7:64]


وَمِنهمُ مَّن ينَظُر إليَكَْ أَفأََنتَ تَهْدِي العْمُْيَ وَلوَْ كَانوُا لا يبُْصرِوُن

" Di antara orang-orang ada orang-orang yang sepertinya mencontoh Nabi [Salallahu Alaihi Wasalam], tetapi bisakah dia menunjukkan jalan yang benar kepada yang “ buta ”,  padahal mereka adalah orang yang tidak bisa “melihat “ ? ". 
[QS Yunus, 10:43]

مَثلَُ الفَْرِ يقَينِْ كَالأَعْمىَ وَالأَصمَِّ وَالبْصَِي رِ وَالسَّمِيعِ هلَْ يسَْتوَِياَنِ مَثلَا أَفلَا تذَكََّروُن

" Al-Qur'an mengarahkan perhatian pada dua jenis pria, Keduanya digambarkan sebagai sosok yang “Buta dan Tuli” disatu pihak, dan “ melihat dan mendengar” di pihak yang lainnya. Bisakah keduanya dianggap memiliki sifat yang sama ? Tidakkah manusia mau memikirkannya ? " [QS Hud, 11:24]

أَفمَنَ يعَْلمَ أَنَمّاَ أُنزِلَ إليَكَْ مِن رَبكَِّ الْح ق كمَنَْ هوُ أَع مىَ إنَمّاَ

 يتَذَكََّر أُوْلوُا الأَلبْاَبِ

" Al-Qur'an bertanya apakah seseorang yang mengetahui dan meyakini bahwasanya apa yang telah dianugerahkan kepada nabi dari Tuhanmu itu kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran ". [QS Al Rad, 13:19]

وَمَن كَانَ فيِ هَذِهِ أَعْمىَ فهَوُ فيِ الآخِرَةِ أَعْمىَ وَأَضَلُّ سَبيِلا

" Al-Qur'an menyatakan bahwa siapa pun yang “buta” di dunia ini akan menjadi “buta” dalam kehidupan yang akan datang juga, dan lebih tersesat dari jalan kebenaran ". [QS Al Isra, 17:72]

Kita sekarang dapat menyimpulkan bahwa kapasitas Dajjal dalam melihat dengan mata kirinya, dan kebutaan di mata sebelah kanannya, harus dipahami sebagai informasi yang Mutashabihah, sebuah Alegori, dan karenanya ini merupakan subyek sebuah "Ta'wīl, atau Penafsiran". Penafsiran kami perihal deskripsi yang diberikan oleh Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah, bahwasanya Dajjal memiliki penglihatan eksternal, tetapi ia secara internal buta!

Ada implikasi yang tidak menyenangkan sebagai hasil dari penafsiran di atas. Siapa saja diantara manusia yang mengikuti Dajjal, maka akhirnya dia akan sama dengannya, yaitu secara internal buta. Dan karena dia memiliki kata Kafir atau tak beriman tertulis di dahinya, implikasinya lebih lanjut adalah bahwa semua orang yang mengikutinya akan menjadi "Kuffar" (jamak dari Kāfir) atau “Tak Beriman”, dan dengan demikian dilarang masuk ke Jannah atau surga.

Sehingga mungkin dikarenakan implikasi inilah, maka Al-Qur'an telah menyampaikan peringatan yang benar-benar tidak menyenangkan bagi mereka yang tetap buta secara internal, bahwa api neraka dapat menunggu mereka. Karena Dajjāl dapat membuat mereka menari mengikuti setiap nada yang dimainkannya :


وَلقََدْ ذَرَأْناَ لِجهََنَّم كَثيِراً مِّنَ الْجنِِّ وَالِإنسِ لهَمُْ قلُوُبٌ لاَ يفَْقَهوُنَ بِهاَ
 وَلهَمُْ أَعْينٌُ لاَ يبُْصرِوُنَ بِهاَ وَلهَمُْ آذَانٌ لاَ يسَْمَعوُنَ بِهاَ أُوْلَىِٕكَ
 كَالأَنعْاَمِ بلَْ همُْ أَضَلُّ أُوْلَىِٕكَ همُُ الغْاَفلِوُن


" Allah yang Maha Tinggi telah memperingatkan bahwa sejumlah besar jin dan pria yang memiliki hati namun hati mereka gagal untuk memahami kebenaran, memiliki “mata” namun mereka gagal untuk “melihat”, dan memiliki “telinga” yang mereka tidak dapat “mendengar”, mereka ditakdirkan untuk memasuki Api Neraka. DIA menganggap mereka memiliki status seperti ternak — bahkan, mereka kurang sadar akan mana jalan yang benar, itulah mereka, mereka telah benar-benar lalai !"
[QS Al Araf, 7:179]

Islam Protestan, - yang tampaknya secara misterius begitu mirip menjadi duplikat dari Kristen Protestan - bisa jadi tetap tidak yakin dengan argumen kami yang mendukung interpretasi bahwa mata buta Dajjal harus ditafsirkan serta memiliki makna kebutaan secara internal, sehingga sebagai akibatnya mungkin, tetap teguh bersikeras dengan pemahaman mereka secara harfiah atas mata kanannya yang “Buta”. Orang-orang semacam itu jelas akan menolak mengakui Dajjal ketika dia akhirnya muncul di Yerusalem dengan klaim sebagai Al Masih, kecuali ia benar-benar buta di mata kanan.

Islam Protestan harus bercermin dari ketidakmampuan misterius semua orang kafir, terlepas dari seberapa sempurna penglihatan mereka, untuk dapat membaca apa yang dapat dibaca oleh semua orang beriman, yaitu kata KAFIR - yang akan tertulis di antara kedua mata Dajjāl — di dahinya ! Orang-orang yang keras kepala seperti itu -yang berpegang pada pemahaman secara harfiah tentang mata buta Dajjal, dan kata Kafir yang ditulis di dahinya -, harus menjelaskan kepada kita mengapa Nabi memilih kata “Mu'min” - yaitu orang beriman - dan karenanya mengecualikan Kafir - yaitu orang tak beriman - ketika ia menyatakan bahwa orang beriman akan dapat membaca apa yang tertulis di dahi Dajjal ? Mengapa orang beriman bisa membaca apa yang tidak bisa dibaca oleh orang yang tidak beriman ? Islam Protestan harus memberikan jawaban yang meyakinkan, atau  mereka harus segera meninggalkan metodologi mereka yang rusak.

Memang - kecuali mereka mengubah metodologi mereka yang rusak - mereka tidak akan pernah dapat menjelaskan mengapa Tamim Ad-Dari - yang melihat Dajjal (yang sangat buta di mata kanannya yang terlihat seperti anggur menggembung) -, tidak menyebutkan apa pun tentang mata kanan Dajjal yang buta,  ketika dia melaporkan kejadian itu kepada Nabi :

" Diriwayatkan bahwa Fatimah binti Qais Radhiyallahu 'anha berkata:. . . (Berikut ini adalah kata-kata yang diucapkan oleh Tamīm Ad-Dari) ... Kemudian kami berangkat, bergegas, sampai kami datang ke biara itu, di mana kami menemukan orang yang paling besar yang pernah kami lihat, terikat kuat dengan tangan terikat pada leher dan kakinya terikat dari lutut ke pergelangan kaki dengan belenggu besi ..." [Sahih Bukhari]

Islam Protestan memiliki kendala yang bahkan lebih besar untuk diatasi ketika mereka mencoba untuk menawarkan penjelasan yang kredibel mengenai bagaimana Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam dapat mencurigai Ibnu Sayyad - seorang pemuda Yahudi di Madinah - sebagai Dajjal, padahal mata kanan dia tidak buta ?

Sementara uraian di atas menjelaskan secara penuh deskripsi fisik kami tentang Dajjal - Al Masih palsu - yang berasal dari pemahaman literal teks-teks kitab suci dalam Islam, ada lebih banyak informasi mengenai profil unik Dajjal yang dapat ditemukan melalui proses deduksi dari teks-teks tersebut,  dan melalui proses deduksi itulah sekarang kami mengarahkan perhatian.

Menyimpulkan Profil Lebih Lanjut dari Dajjāl

Catatan sejarah mengungkapkan bahwa sejumlah besar suku-suku Yahudi telah tinggal di Yathrib (sebuah kota yang terletak di utara Mekah di Jazirah Arabia) sebelum kelahiran Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Kita tahu tentang keberadaan mereka di Yathrib itu, setelah Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam tiba di kota tersebut — setelah berhijrah dari kampung halamannya, kota Mekah -.

Semenjak Mithaq atau sebuah perjanjian konstitusional yang berhasil dinegosiasikan oleh Nabi setelah kedatangannya di Yathrib - dimana dengannya ia bisa mewujudkan (sebuah model jamak) suatu negara - menyebutkan beberapa suku Yahudi yang menjadi pihak dalam persetujuan tersebut. Muhammad Hamidullah menyebutkan dalam bukunya yang berjudul "Konstitusi Tertulis Pertama di Dunia" (Ashraf, Lahore 1994) bahwa “. . Penduduk Jazirah Arab terbagi menjadi dua belas suku Aws dan Khazraj, orang-orang Yahudi terbagi menjadi sepuluh suku Banu Nadir dan Banu Qurayzah ”. Dengan demikian sudah jelas bahwa orang Yahudi - yang notabene adalah orang-orang non-Arab serta menganggap diri mereka lebih tinggi dari orang Arab – memiliki porsi populasi yang besar di sebuah kota yang terletak di dekat jantung Jazirah Arab,  dekat dengan Makkah.

Merupakan suatu hal yang wajar jika kemudian kita menanyakan “Apa yang membawa begitu banyak suku Yahudi ke kota Yathrib ?“. Klaim yang menyatakan bahwa mereka telah diusir oleh orang-orang Kristen dari kota Yerusalem, sehingga kemudian melarikan diri ke kota Yathrib - sebagaimana yang diungkapkan kebanyakan orang - tidaklah memadai. Para pengungsi, yang menganggap diri mereka – dengan penuh arogansi – sebagai pihak yang lebih superior atas penduduk pribumi, akan mengundang bahaya besar, jika mereka membiarkan diri mereka tumbuh dalam jumlah sedemikian rupa. Sehingga kemudian mereka berjumlah mendekati setengah dari seluruh populasi kota Yathrib. Harus ada alasan kuat yang menjustifikasi para "Alien" yang sombong tersebut agar bisa berkembang dalam jumlah di sebuah kota Jazirah Arab.

Kita ingat bahwasanya mereka telah menolak klaim Yesus - putra Bunda Maria - sebagai sosok yang mengklaim bahwa dia adalah Al Masih yang Dijanjikan. Mereka telah menolak klaim itu dengan alasan bahwa ibunya telah mengandung dia tanpa menikah (yang tentu saja benar) dan mereka telah menyimpulkan - Penuh Kepalsuan - bahwasanya dia dilahirkan dalam dosa. Oleh karena itu mereka tetap bersikukuh sedang menunggu kedatangan Al Masih yang telah dijanjikan kepada mereka oleh Tuhan Yang Maha Esa.


Mereka memiliki Informasi rahasia yang telah disampaikan kepada mereka melalui Nabi-nabi yang muncul dari kalangan mereka, sebuah informasi yang mengatakan, orang yang dipilih oleh Illahi akan muncul di kota Yathrib. Dampaknya kemudian jelas, mereka lalu memiliki persepsi bahwa kemungkinan dia adalah Al Masih yang telah dijanjikan kepada mereka. Sehingga mereka bahkan berani membual kepada orang Arab di Jazirah Arab, bahwasanya dia akan membuat mereka sangat kuat dan pada akhirnya mereka pun akan  berkuasa atas warga arab. Fakta ini tertulis di beberapa buku Sirah, buku biografi Nabi Salallahu Alaihi Wassalam.

Ketika Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam tiba di Yathrib, dengan membawa klaim yang mengejutkan bahwasanya dia  adalah seorang  Nabi dan Rasul yang telah ditunjuk oleh Illahi, mereka terkejut dan bingung karena dia tidak sesuai dengan profil yang mereka miliki mengenai sosok Al Masih yang diharapkan, atau bahkan seorang Nabi.

Mungkinkah bagi kita untuk menyimpulkan sosok seperti apa sih yang diharapkan oleh umat Yahudi - dan sampai sekarang pun mereka masih mengharapkannya – ?. Sosok seperti apakah yang akan menjadi Al Masih mereka ?. Jika kita dapat menemukan profil mengenai sosok itu, maka kita kemudian akan tahu lebih banyak tentang profil Dajjal yang telah diprogram oleh Illahi untuk meniru Al Masih. Apa dan bagaimana profilnya ?

Pertama, orang-orang Yahudi percaya - dan masih percaya - bahwa mereka adalah satu-satunya Umat pilihan dari ALLAH, dengan mengesampingkan sisa umat manusia lainnya. Al-Qur'an menolak keyakinan (palsu) mereka ini. Dan itu dilakukan Al Qur’an dalam ayat-ayat yang menantang mereka untuk mencari kematian, jika mereka benar-benar percaya bahwa mereka adalah umat pilihan ALLAH. Ini adalah salah satu dari ayat tersebut:

قلُْ ياَ أَيُّهاَ الَذِّينَ هاَدُوا إن زَعمَتْمُ أَنَكّمُْ أَوْليِاَء للَِهِّ مِن دُونِ النَاّسِ فتَمََنَوّاُ المَْوْتَ إن كُنتمُ صَادِقيِن

“ Al-Qur'an sedang berbicara kepada orang-orang Yahudi dan menantang mereka, secara blak-blakan: Jika Anda percaya bahwa Anda adalah umat pilihan Allah, dengan mengesampingkan sisa umat manusia lainnya, maka mengapa Anda tidak mengharapkan kematian, jika apa yang Anda katakan itu benar ? "
[QS al-Jumu’ah, 62:6]

Sebagai Konsekuensi dari keyakinan palsu mereka - yang menganggap diri mereka sebagai Umat pilihan ALLAH -, maka jelas bagi mereka bahwasanya Al Masih harus berasal dari umat pilihan ALLAH. Karenanya Al Masih harus berasal dari Umat Yahudi, dan Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bukanlah orang Yahudi !

Kedua, mereka percaya bahwasanya kedatangan Al Masih akan membawa dampak kembalinya kejayaan masa keemasan. Sebagaimana dulu pernah mereka  rasakan ketika ALLAH yang Maha Agung memilih David atau Nabi Daud Alaihi Salam sebagai Raja sekaligus penguasa, dan menganugerahinya dengan sebuah Kerajaan yang hebat. Sebuah Kerajaan yang kemudian menjadi Kerajaan Adikuasa di dunia ketika anaknya Solomon atau Nabi Sulaiman naik tahta. Sehingga layak bagi kita untuk menarik sebuah kesimpulan, bahwasanya  umat Yahudi sedang menunggu seorang Al Masih yang akan memulihkan Israel Suci sebagai Negara adikuasa, dan garis keturunannya dapat dilacak kepada Daud, Raja Israel yang telah ditunjuk langsung oleh Allah. Umat Yahudi juga mengharapkan Al Masih sebagai sosok yang memiliki kekuatan Unik, sebagaimana yang dimiliki oleh David dan Solomon, yaitu Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam. Al Masih tidak bisa memiliki kualitas seorang raja pada umumnya. Akan tetapi  dia harus memiliki mutu dan status yang tinggi sebanding dengan Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, dan ia juga  harus memiliki kekuatan mukjizat sebagai bentuk anugerah dari Illahi,  yang sebanding dengan apa yang telah dianugerahkan kepada Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam.

Jika kesimpulan di atas benar, maka penting bagi kita untuk secara teliti mempelajari profil dari kedua Nabi-Raja tersebut, yang notabene merupakan bapak pendiri Israel Suci. Karena profil merekalah  yang harus ditiru atau dimiliki oleh Dajjal.

Profil Dua Nabi-Raja

Al-Qur'an menegaskan bahwa David, yaitu, Nabi Daud Alaihi Salam, telah dipilih oleh Allah yang Maha Tinggi sebagai penguasa di bumi dengan menganugerahinya sebuah kerajaan [atau Negara], di mana ia diminta untuk berkuasa atau memerintah atas dasar Kebenaran.

فهََزمَوُهمُ بإِِذْنِ اللهِّ وَقتَلََ دَاوُدُ جاَلوُتَ وَآتاَه اللهّ المْلُكَْ وَالْحكِْمةَ
 ...وَعلََمّهَ مِمَاّ يشََاء

" Dan setelah itu, dengan izin Allah, Bani Israil mengusir mereka, dan Daud membunuh Goliath, kemudian Allah kemudian menganugerahkan kepadanya sebuah Kerajaan atau Negara, dan kebijaksanaan, dan memberikan kepadanya pengetahuan tentang apa pun yang Dia kehendaki. . . " [QS Al Baqarah, 2:251]

Telah diakui secara umum bahwasanya ketika Al Qur’an menyebut kata Al Mulk yang dianugerahkan kepada David atau Nabi Daud Alaihi Wassalam dalam ayat tersebut, maka Al Mulk ini merujuk kepada Kerajaan atau Negara yang akhirnya dikenal sebagai Israel Suci.


Dari Fakta tersebut kami menarik sebuah kesimpulan bahwa Anti-Kristus, atau Dajjal, Al Masih palsu, juga harus seorang pria (dan bukan wanita) yang akan memerintah Mulk - sebuah Kerajaan atau Negara - yang kemudian akan diklaim sebagai Negara Israel Suci, dan bahwa dia juga harus memiliki pengetahuan serta kebijaksanaan.

ياَ دَاوُودُ إنَّا جَعلَنْاَكَ خلَيِفَة فيِ الْأَرْضِ فاَحْكمُ بيَنَْ النَاّسِ باِلْحقَِّ وَلَا ٺتََبِّعِ الْهوَىَ فيَضُِلَكَّ عَن سَبيِلِ اللَهّ إنَّ الَذِّينَ يضَِلُوّنَ عَن سَبيِلِ اللَهِّ لهَمُْ عذََابٌ شَدِيدٌ بمِاَ نسَُوا يوَْمَ الْحسَِابِ

" Allah Yang Maha Tinggi memanggil Nabi Daud Alaihi Salam dan memberi tahu dia, bahwa dia ditunjuk sebagai penguasa yang akan berkuasa atau memerintah dengan mengatasnamakan Allah di bumi. David kemudian diperintahkan untuk memutuskan perkara diantara manusia berdasarkan Kebenaran. Oleh karena itu dia harus menilai berdasarkan Hukum yang berasal dari Allah yang Maha Tinggi, dan dia seharusnya tidak mengikuti Hawa Nafsu dengan mengadopsi hukum sekular pengganti miliknya sendiri. Jika dia melakukannya, itu akan menyesatkannya dari jalan Allah. Sesungguhnya, bagi mereka yang tersesat dari jalan Allah, Allah telah menyediakan Adzab yang Pedih bagi mereka karena melupakan hari pembalasan ". 
[QS Sad, 38:26]

Sebagai Konsekuensi dari penunjukan langsungnya oleh ALLAH, maka David atau Nabi Daud Alaihi Salam  mendirikan di tanah suci sebuah Negara Khilafah yaitu Negara Israel Suci. Negara Israel Suci merupakan sebuah negara di mana kekuasaan dan pemerintahan didasarkan pada kebenaran yang berasal dari Illahi, dan dalam penegakan hukum, Hukum Allah-lah yang digunakan sebagai hukum tertinggi.

Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Dajjal juga harus mendirikan apa yang dia klaim sebagai Negara Khilafah - di Tanah Suci-. Sebuah Negara Suci seperti itu harus (tampaknya) menegakkan Hukum Illahi sebagai hukum tertinggi. Oleh karena itu, Israel Dajjal tidak dapat menjadi negara anggota Organisasi PBB, yang mengharuskannya tunduk pada otoritas tertinggi Dewan Keamanan PBB. Tidak bisa juga, menjadi negara anggota Dana Moneter Internasional yang melarang penggunaan emas sebagai uang. Umat Yahudi sangat mengharapkan Al Masih untuk berkuasa atau memerintah berdasarkan Kebenaran.

Untuk alasan inilah maka Dajjal - Al Masih palsu - tidak dapat mengharapkan umat Yahudi untuk menerima dia sebagai Al Masih Sejati, jika Israelnya masih menggunakan uang palsu dalam bentuk kertas, plastik atau uang elektronik. Dengan demikian Israel harus kembali ke "Sistem Moneter Koin Emas dan Perak". Setiap orang Yahudi di dunia tahu bahwa sistem moneter saat ini adalah palsu, curang dan Haram, yaitu, dilarang keras. Mungkin, satu-satunya yang kini tersisa di bumi yang tidak dapat mengenali apa yang dikenali oleh setiap orang Yahudi, adalah para ulama terpelajar dan pemimpin dunia Islam — baik di dalam maupun di luar (sampai sekarang) Republik Amerika Pakistan!

Baik David maupun Solomon, yaitu Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, diangkat oleh ALLAH yang Maha Tinggi menjadi sosok raja-raja yang memiliki status sangat tinggi diantara mahluk ciptaan-NYA,  dan yang berkuasa atas sebuah kerajaan yang sangat hebat :

وَلقََدْ آتيَنْاَ دَاوُودَ وَسُليَمَْانَ عِلمْاً وَقاَلَا الْحمَْدُ للَِهِّ
الَذِّي فضََّلنَاَ علَىَ كَثيِرٍ مِّنْ عِباَدِهِ المْؤُْمِنيِن


" ALLAH memberikan Ilmu yang hakiki kepada nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, dan mereka berdua membalasnya  dengan mengagungkan ALLAH, yang telah melebihkan mereka dari banyak hamba-Nya yang beriman ! " [QS An Naml, 27:15]

وَشَدَدْناَ ملُْكهَ وَآتيَنْاَه الْحكِْمةَ وَفصَْلَ الْ خطَِابِ

" Allah Maha Tinggi telah menjadikan Kerajaan Daud, yaitu, Negara Suci Israel,  menjadi sebuah Negara atau Kerajaan yang sangat kuat. Allah juga menganugerahinya kebijaksanaan dan penilaian yang kuat dalam ucapan dan keputusan ". [QS Sad, 38:20]

Sebagai konsekuensi dari hal di atas, maka umat Yahudi sekarang sedang menunggu Al Masih untuk memerintah atas Negara Suci Israel. Sosok yang akan memiliki kekuatan dan kekuasaan sebanding dengan Kerajaan Israel yang perkasa di bawah kekuasaan David dan Sulaiman, yaitu Nabi Daud dan Nabī Sulaiman Alaihi Salam.


Sehingga dari uraian diatas sekarang kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Dajjal harus mencari cara untuk menjadikan negara Israel saat ini, sebagai sebuah Kerajaan dan Negara Adikuasa yang perkasa —itulah yang dinamakan Pax Judaica !.

Seorang Penipu di Tahta Sulaiman

Al-Qur'an terus mengungkap peristiwa yang benar-benar mencengangkan dalam sejarah keagamaan, yang mana tidak seorangpun sebelumnya bisa menemukan korelasi. Penjelasan tentang sebuah peristiwa yang telah membawa kita pada sebuah pemahaman, bahwa Nabi Sulaiman Alaihi Wassalam memiliki penerawangan dari Allah Maha Tinggi di mana ia melihat bahwa seorang penipu tanpa jiwa suatu hari nanti akan duduk di singgasananya. Penipu yang kemudian berusaha untuk mendirikan Negara Israel gadungan, lalu mengeluarkan klaim bahwa ia telah memulihkan Negara Israel Suci. Dan dikarenakan pengetahuannya tentang peristiwa masa depan yang tidak menyenangkan itulah tepatnya, maka dia segera memanjatkan sebuah doa yang luar biasa kepada Allah yang Maha Tinggi. Inilah dua ayat yang relevan  dari Al-Qur'an :

وَلقََدْ فتَنََاّ سُليَمَْانَ وَأَلقَْينْاَ علَىَ كرُسِْيهِِّ جَسَدًا ثُمَ أَناَبَ

" Allah yang Maha Tinggi mendatangkan kesedihan kepada Nabi Sulaiman Alaihi Salam, ketika DIA menempatkan di atas takhtanya sesosok Jasad, yaitu, tubuh manusia tanpa jiwa, dan ketika Nabi Sulaiman Alaihi Salam melihat apa yang ditunjukkan kepadanya, dia kemudian menghadap dengan penuh penyesalan kepada Allah kemudian  memanjatkan sebuah doa ". [QS Sad, 38:34]

Di ayat berikutnya dari Surah yang sama, Allah Yang Maha Tinggi menggambarkan tanggapan Nabi Sulaiman terhadap Jasad yang dia lihat duduk di singgasananya:

قاَلَ رَبِّ اغْفرِ ليِ وَهبَْ ليِ ملُكًْا لَّا ينَبغَِي لأَِحدٍَ مِّنْ بعَْدِي إنَكَّ أَنتَ الوْهََّابُ

" Nabi Sulaiman Alaihi Salam bereaksi dengan memanjatkan sebuah doa : Semoga Allah yang Maha Tinggi mengampuni dosa-dosanya, dan mentakdirkan bahwa Negara Suci Israelnya tidak akan pernah menjadi milik yang lain sesudahnya. Sesungguhnya, hanya ENGKAU-lah yang  dapat menganugerahkan hal semacam itu. " 
[QS Sad, 38:35]

Metodologi yang tepat untuk mempelajari subjek ini - cara untuk memahami dan mengidentifikasi Jasad - adalah dengan mempelajari kedua ayat ini secara menyeluruh. Sungguh disesalkan bahwa para sarjana Islam gagal dalam menerapkan metodologi yang tepat sebagai upaya mereka untuk menafsirkan Jasad. Sehingga sebagai konsekuensinya mereka telah memberikan penafsiran yang sangat aneh mengenai subyek Jasad tersebut.

Ketika kedua ayat tersebut dipelajari secara menyeluruh, maka barulah pengambilan kesimpulan yang sepenuhnya masuk akal dapat dihasilkan. Bahwa tubuh manusia yang tidak memiliki jiwa - sehingga digambarkan sebagai Jasad - yang telah ditempatkan di atas singgasana Sulaiman, membuatnya takut dan mendorongnya untuk memanjatkan sebuah doa. Karena ia dapat melihat, bahwa Jasad akan berusaha mengambil alih tahtanya — yang merupakan kekuasaannya atas Israel Suci, kemudian berusaha menciptakan Negara yang tidak suci, di Tanah Suci lalu mengatas namakannya sebagai Israel Suci — dan dia akan berusaha menyamakannya dengan Negara Israel Suci.

Oleh karena itu pandangan kami adalah, sesungguhnya Nabi Sulaiman Alaihi Salam telah melihat Anti-Kristus atau Dajjal - Al Masih Palsu - duduk di atas singgasananya di Yerusalem, dengan misi akhirnya yaitu untuk memerintah atas Negara Israel yang akan dia klaim sebagai Negara Israel Suci. Itulah yang mendorong beliau memanjatkan doa kepada Allah yang Maha Tinggi, untuk memastikan bahwa upaya seperti itu tidak boleh berhasil.  Jadi Jasad yang duduk di atas takhta itu adalah Dajjal !

Kita sekarang dapat mengenali bahwa Dajjal bukan malaikat, atau jin, tetapi, lebih tepatnya, Jasad, yaitu, tubuh manusia yang tanpa jiwa.

Kami tidak tahu siapa saja yang sebelumnya telah mengidentifikasi Jasad dalam Al-Qur'an sebagai Dajjal, sehingga ada kemungkinan identifikasi yang kami buat dalam buku ini mengenai Jasad sebagai Dajjal merupakan Identifikasi yang pertama kalinya.

Dikarenakan pandangan ini merupakan pandangan yang paling penting diantara semua pandangan yang terdapat dalam buku ini, secara naluriah pembaca kami akan tertarik untuk mengetahui apa saja penjelasan dan interpretasi dari ayat yang diberikan secara khusus, oleh komentator klasik Al-Qur'an. Disebabkan hal inilah maka kami telah menyertakan ringkasan pandangan-pandangan tersebut di lampiran dua.

Semenjak penulis buku ini memiliki pandangan bahwa Dajjal - Anti-Kristus - adalah Jasad yang telah ditempatkan Allah di atas singgasana Nabi Sulaiman Alaihi Wassalam, maka hal selanjutnya mengenai Dajjal adalah,  bahwa dia adalah sosok makhluk yang diciptakan secara khusus dan akan muncul sebagai manusia karena ia memiliki tubuh manusia. Akan tetapi dia tidak akan menjadi manusia dalam makna seutuhnya karena ia akan tanpa jiwa (Nafs). Karena dia tidak memiliki jiwa, maka dia tidak akan memiliki kehendak bebas, atau hawa nafsu sendiri. Sehingga dia tidak akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Hal ini berarti bahwa Dajjal tidak akan dihakimi pada Hari Penghakiman sebagaimana layaknya semua manusia lainnya. Mungkin sulit, jika bukan mustahil, bagi sebagian pembaca untuk sekedar memahami, apalagi untuk akhirnya menerima, pandangan Dajjal sebagaimana penjelasan di atas. Oleh karena itu kami menyarankan bagi para pembaca seperti itu, untuk terus melanjutkan pembahasan mengenai subyek ini dan tidak membiarkan pandangan mengenai Jasad sebagai Dajjal ini menjadi “Tulang yang menempel di tenggorokan“ [ Suatu hal yang menghambat atau mengganjal ].

Kita perlu membuat satu catatan lagi mengenai Jasad, sebelum kita dapat melanjutkan kembali pembahasan kita mengenai subyek ini.

Jika Dajjal adalah memang benar Jasad - yaitu tubuh manusia tanpa jiwa atau roh - maka hal ini berarti bahwa Dajjal tidak memiliki kecerdasan intrinsik. Dia tidak punya dan tidak akan bisa berpikir untuk dirinya sendiri. Artinya, kecerdasan dan proses pemikirannya diprogram secara eksternal. Dia mirip dengan robot, sehingga kita bisa lebih memahami Dajjal, dan kadang-kadang bahkan mengenali jejak langkahnya - dalam permasalahan apapun -, disebabkan kecerdasannya adalah buatan. Tidak ada jejak langkah Jasad yang lebih jelas terlihat saat ini di dunia, selain jejak langkah dibidang moneter, dimana uang riil dalam bentuk emas dan perak telah digantikan oleh Jasad dengan uang artifisial. Ini akan menjadi subjek dari buku berikutnya, Insya Allah.

Al-Qur’an melanjutkan dengan menggambarkan keberhasilan Jasad dalam memperdaya Jin untuk terus bekerja baginya dan untuk melayani dia selama bertahun-tahun sambil terus percaya bahwasanya mereka sedang bekerja untuk Sulaiman Alaihi Salam. Penjelasan bagi kesuksesan Dajjāl dalam melakukan tindakan penipuannya itu adalah, bahwa setelah kematian Sulaiman Alaihi Salam Jin hanya melihat Jasad duduk di atas takhta dan berpegang pada tongkat Sulaiman Alaihi Salam, dan berasumsi bahwa itu adalah Sulaiman Alaihi Salam. Jin itu terikat kepada Sulaiman sebagai sebuah keputusan dari illahi, dan karenanya tidak memiliki kebebasan untuk mengamati apa yang terjadi di dunia (lihat Al-Qur'an, surah Saba, 34: 12–14). Mereka tidak sadar bahwa Sulaiman telah meninggal dan dikubur. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Akhir Zaman dan sebagai akibatnya, tidak mungkin mereka bisa menyadari bahwasanya mereka telah bekerja sebagai budak bagi seorang penipu. 

Dengan demikian Negara Israel yang tidak suci akan menerima dukungan terus menerus dari Jin dalam sebuah perjuangan panjang untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu terciptanya Negara Israel Suci - sepanjang hidupnya - selama Dajjal terus duduk diatas singgasana Sulaiman Alaihi Salam sambil berpegang pada tongkat sucinya.


Dā'bbatul Ard (Binatang atau Makhluk Bumi)

Allah yang  Maha Bijaksana menciptakan SESUATU yang secara bertahap akan mencabik-cabik otoritas Israel Dajjal — disimbolkan oleh Minsa'ah Salomo — sampai Minsa'ah kehilangan Fitrahnya - sebagai konstitusi yang dianugerahkan secara Illahi - lalu kemudian runtuh. Hanya saat terjadinya keruntuhan itulah, maka Dajjal akan kehilangan kemampuannya untuk meyakinkan para Jin, bahwa dia yang duduk di atas takhta itu adalah Sulaiman Alaihi Salam.  Pada saat itulah - ketika kenyataan ini terungkap oleh para Jin -, Negara Israel Dajjal yang tidak suci akan kehilangan dukungan para Jin dengan sebuah konsekuensi yang harus ditakuti oleh setiap  Yahudi Zionis dan pendukung Kristen Zionis Israel. Inilah informasi luar biasa ini yang telah disampaikan oleh ayat Al-Qur'an.

فلَمََاّ قضََينْاَ علَيَهِْ المَْوْتَ مَا دَلَهّمُْ علَىَ مَوْتهِِ إلَّا دَابَةّ الْأَرْضِ تأَْكلُُ مِنسَأَتهَ فلَمََاّ خَرَّ تبَيََنّ ت الْجنُِّ أَن لَوّْ كَانوُا يعَْلمَوُنَ الغْيَبَْ مَا لبَثِوُا فيِ العْذََابِ المْهُِ

" Ketika Allah Yang Maha Tinggi memutuskan bahwa Sulaiman Alaihi Salam harus meninggal, para Jin tidak pernah menyadari bahwa dia telah meninggal, dan akan ada seorang penipu yang duduk di singgasananya menempati posisinya dalam kepemilikan Minsa'ah, sampai suatu saat Da'bbatul Ard mengkonsumsi Minsa'ah tersebut. Dan ketika pada akhirnya Minsa’ah runtuh dalam arti bahwa ia kehilangan kekuatan ajaibnya, maka Jin, yang selama ini tunduk kepada Sulaiman Alaihi Salam dengan perintah dari Allah, kemudian menyadari bahwa dia telah meninggal dan kemudian menyadari bahwa mereka selama ini sejak kematian Sulaiman Alaihi Salam telah bekerja bagi seorang penipu yang duduk di singgasananya dan memegang Minsa'ah-nya. Allah yang Maha Bijaksana kemudian berkomentar bahwa jika mereka [Para Jin] memiliki pengetahuan tentang yang Ghaib, yaitu, pengetahuan tentang peristiwa yang berada di luar kapasitas mereka untuk melihat atau mengamati sementara mereka tetap terikat dengan Sulaimān, mereka tidak akan terus bekerja keras dalam sebuah hukuman penghambaan yang memalukan, dan melakukan semua hal-hal jahat yang diperintahkan oleh sang penipu, yang harus mereka kerjakan demi kepentingan Israel."  [QS Saba, 34:14]

Terlihat dengan Jelas  bahwasanya kepemilikan Minsa’ah Sulaiman-lah yang menyebabkan Jasad - sosok yang duduk diatas singgasana Sulaiman Alaihi Salam - dapat berhasil dalam menjaga agar Jin terus bekerja untuknya. Minsa’ah Sulaiman Alaihi Salam  haruslah memiliki kekuatan atau Khasiat ajaib tertentu yang dianugerahkan oleh Illahi, sehingga memiliki efek pada Jin. Kita bisa mengingat sebuah tongkat yang memiliki kemampuan yang sama [ juga memiliki kekuatan atau Khasiat ajaib tertentu yang dianugerahkan oleh Illahi ] yaitu tongkat Moses atau nabi Musa Alaihi Salam, ketika dipukulkan ke laut merah, maka kemudian laut pun terbelah secara ajaib dan membuat jalur tanah kering sehingga dapat dilalui dengan aman oleh bani Israil dalam upaya mereka meloloskan diri (Lihat Al-Qur'an, Surah As-Shura, 26:23). Juga dengan tongkatnya Nabi Musa Alaihi Salam memukul batu lalu kemudian dua belas aliran air mengucur secara ajaib dari batu karang — satu aliran untuk masing-masing suku dari dua belas suku Bani Israil (Lihat Al-Qur'an, al-Baqarah, 2: 160). Dengan tongkat yang sama pulalah  Musa Alaihi Salam  mengalahkan para penyihir Firaun, ketika tongkatnya dilempar berubah menjadi ular yang secara ajaib menelan semua ular yang mereka hasilkan dari sihir (Lihat Al-Qur'an, al-'Arāf, 7: 107–117). Tapi dalam kasus berbeda,  dengan baju Yusuf Alaihi Salam  yang dilemparkan pada ayahnya, pada wajah Yakub Alaihi Salam, maka penglihatannya secara ajaib dipulihkan.


Para Ahli Tafsir Al-Qur'an secara universal setuju bahwa kata Minsa'ah di atas berarti “Tongkat” atau “Tongkat Jalan”. Jika kita menerima Penafsiran  tentang arti kata Minsa'ah sebagai tongkat, maka implikasinya adalah Jasad sedang memegang tongkat Nabi Sulaiman Alaihi Salam. Sehingga Jasad bisa mengambil manfaat dari kekuatan ajaibnya yang mencegah Jin untuk mengetahui bahwa Nabi Sulaiman Alaihi Salam telah meninggal, serta menyadari bahwa ada orang lain yang  duduk di singgasana menggantikannya.

Dā'bbatul Ard kemudian haruslah menjadi sesuatu yang secara bertahap menggerus, dan pada akhirnya berhasil meniadakan atau menghancurkan sifat-sifat menakjubkan dari tongkat Nabi Sulaiman Alaihi Salam. Ayat Al-Qur'an di atas memberikan  analogi rayap yang menggerogoti ujung tongkat yang tegak, kemudian akhirnya kehilangan keseimbangan dan runtuh. Pandangan kami, -  kami anggap sebagai satu pandangan yang layak dalam mengidentifikasi - adalah bahwasanya Dā'bbatul Ard itu adalah gelombang elektronik yang tidak terlihat dan dipancarkan dari telepon seluler serta internet nirkabel yang mencemari atmosfer. Mungkin gelombang elektronik inilah yang pada akhirnya menyebabkan Tongkat Nabi Sulaiman Alaihi Salam kehilangan sifat-sifat mukjizatnya. Dan kehilangan itu dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai sebuah "keruntuhan" — Wallahua’lam bishawab !. Sudah terbukti pada lebah yang sekarang mengalami kesulitan dalam menavigasi jalan mereka,  menuju dan dari pencarian serbuk sari dalam bunga, sehingga akibatnya produksi madu di dunia modern yang misterius ini mengalami penurunan secara konstan dan berada dalam taraf yang mengkhawatirkan.

Tetapi metodologi yang tepat mensyaratkan, bahwa Al-Qur'an sendirilah yang harus digunakan untuk menjelaskan arti dari kata Minsa'ah. Kita harus mulai menerapkan metodologi yang tepat dengan memperhatikan bahwa Al-Qur'an selalu menggunakan kata lain untuk “Tongkat”, yaitu "Asah". Mengapa kemudian Allah Yang Maha Tinggi awalnya menggunakan kata "Asāh" - yang telah secara konsisten digunakan-NYA - untuk mengartikan “Tongkat”, kemudian dalam ayat ini, menggunakan kata lain “Minsa'ah”, untuk mengartikan hal yang sama ? Ini akan menjadi pergantian kebiasaan  "yang aneh dan misterius" dari prinsip konsistensi sastra.

Ketika kami melanjutkan untuk menerapkan metodologi yang tepat dalam meneliti setiap contoh lain penggunaan kata Minsa'ah dalam Al-Qur'an, kami menemukan satu contoh tunggal dalam Surah al-Taubah sebagai berikut:

إِنَمّاَ النَسّيِء زِياَدَةٌ فيِ الْكُفْرِ يضَُلُّ بهِِ الَذِّي نَ كَفَوُ وُا يُحلِوِّنهَ عاَمًا وَيُحرَِمّوُنهَ عاَمًا ليِّوُاَطِؤوُا عِدَّة مَا حَرَّمَ اللهّ فيَحُِلُوّا مَا حَرَّم اللهّ زيُنَِّ لهَمُْ سُوء أَعْماَلهِمِْ وَاللهّ لا يَهْدِي القَْوْمَ الكَْافرِِينَ

" Allah yang Maha Tinggi telah mencela dalam ayat di atas praktek orang Arab yang mengundur-undurkan waktu, dan menyatakannya sebagai satu lagi contoh nyata dari penolakan mereka dalam mengakui kebenaran – maksudnya mereka yang cenderung menyangkal kebenaran - akan disesatkan. Mereka melakukan praktek penambahan bulan setiap tahun ketiga, agar tahun lunar dapat disinkronkan dengan tahun matahari, menghalalkannya dalam satu tahun dan mengharamkannya di tahun lain, untuk menyesuaikan jumlah bulan yang telah disucikan Allah dengan bilangan yang Allah telah mengharamkannya. [Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir ". [QS At Taubah, 9:37]

Al Qur’an yang penuh dengan rahmat dalam ayat diatas, jelas menggunakan kata tersebut dalam  maknanya sebagai “ Waktu”. Waktu disini maknanya adalah, perubahan dalam sistem pengukuran lintasan waktu di mana Allah yang Maha Tinggi, telah menetapkan bahwa satu tahun harus terdiri dari dua belas bulan lunar.

Ketika Nabi Salallahu Alaihi Wassalam menggunakan kata yang sama, ia juga menggunakannya untuk makna “Waktu” dalam maknanya sebagai “Masa hidup” :
عَنْ أَنسَِ بنِْ مَالكٍِ رَضيَِ اللَهّ عَنهْ قاَلَ : سَمعِْتُ رَسُولَ اللَهِّ صَلَىّ اللَهّ علَيَهِْ وَسَلَمَّ يقَُولُ : مَنْ سرََّه أَنْ يبُسَْطَ لهَ فيِ رِزْقهِِ أَوْ ينُسَْ ألهَ فيِ أَثرَِهِ فلَيْصَِلْ رَحِمهَ

" Siapa pun yang berharap bahwa ia diberi lebih banyak kekayaan dan dipanjangkan umurnya, maka ia harus menjaga hubungan baik dengan sanak saudara dan kerabatnya ". [Bukhari, Muslim]

Oleh karena itu, baik Al-Qur'an maupun Nabi Salallahu Alaihi Salam mendukung arti “Tongkat” untuk kata Minsa'ah, yang telah ditafsirkan oleh para ahli tafsir Al-Qur'an.

Kita sekarang hanya memiliki satu alternatif, yaitu, bahwasanya Minsa'ah itu mengacu pada sebuah kapasitas mukjizat dalam konteks hubungan nabi Sulaiman Alaihi Salam dengan “ Dimensi Waktu “.

Ada kemungkinan bahwa Dā'bbatul Ard akan menghancurkan kapasitas ajaib dari “Tongkat“, kapasitas yang memungkinkan perjalanan simultan bolak-balik melalui dimensi waktu yang berbeda. Melalui perjalanan bolak-balik ini, para pemuda yang tertidur di dalam gua dapat tetap berada dalam dua dimensi waktu secara bersamaan (Lihat Al-Qur'an, Al-Kahfi, 18: 16-20). Jika Jasad dapat memanipulasi dimensi waktu yang berbeda, maka dengan demikian ia bisa memperlihatkan kepada Jin sosok Sulaiman [palsu] yang masih hidup, sambil terus menyembunyikan kematian Sulaiman Alaihi Salam dari mereka.

Jadi Dajjal - Sang Jasad - dapat memanipulasi dimensi waktu yang berbeda dikarenakan kepemilikan tongkat Sulaiman Alaihi Salam, sehingga dia bisa melanjutkan rencananya, dengan tujuan akhir untuk memerintah dunia dari kota Yerusalem Suci. Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus setuju bahwa fungsi utama Dā'bbatul Ard nantinya adalah untuk men-skak mati Dajjal - sang Jasad -, dengan cara "merampas tongkat"  tersebut. Dā'bbatul Ard  melakukannya dengan cara "mengkonsumsi tongkat", sehingga "merampas tongkat" disini artinya adalah "Merampas  Sifat dan Fungsi Mukjizat dari Tongkat tersebut". Wallahua’lam  bishawab !

Dalam ayat lain, Al-Qur'an selanjutnya menggambarkan Da'bbatul Ard sebagai sesuatu yang akan “Berbicara  (atau melukai)" :

وَِإذَا وَقعََ القَْو لُ علَيَْهمِْ أَخْرَجْناَ لهَمُْ دَابَةّ مِّنَ الْأَرْضِ تكَُلمِّهُمُْ أَنَّ النَاّسَ كَانوُا بآِياَتنِاَ لَا يوُقنِ

" Sekarang bagi mereka yang buta dan tuli hatinya, ketika Firman kebenaran telah terkuak  teguh bagi mereka, KAMI akan keluarkan dari bumi suatu makhluk, yang akan berbicara kepada - atau melukai - mereka, karena manusia tidak memiliki keyakinan yang nyata terhadapa Peringatan kami. Oleh karena itu, Munculnya binatang atau makhluk bumi - Da'bbatul Ard -, secara langsung ada kaitannya dengan kelalaian dunia orang-orang yang membiarkan diri mereka menjadi tercuci otaknya ". [QS An Naml, 27:82].

Kata Arab yang sama تكلمهم dapat memiliki dua makna berbeda berdasarkan tanda baca yang berbeda. Jika ditulis sebagai تكَُلمِّهُمُْ (tukallimuhum) maka itu berarti “Berbicara kepada mereka”. Tetapi jika ditulis sebagai تكََلمِهُمُْ (taklimuhum) itu berarti “Melukai mereka”. Kedua makna itu tampaknya berlaku jika kita menafsirkan Da'butul Ard dengan cara yang baru saja kita lakukan. Seorang sahabat dari Yang Mulia Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, Ibnu  Abbas, memegang pandangan ini. [Lihat Tafsir al-Qurtubi]

Komunikasi elektronik melalui apa yang disebut dengan “Smart Phones” dan berbagai telepon seluler lainnya, secara cepat mengubah mayoritas dari “Dunia yang terkoneksi“ menjadi “ Sebuah tempat berbicara virtual yang besar ”, tempat dimana para “Lembu” dunia tanpa henti menghabiskan waktu, jam, hari, minggu— dan pada akhirnya sepanjang hidup, berkomunikasi satu sama lain dalam suatu wadah yang paling baik kita gambarkan sebagai “Kota bicara“. Akhirnya para “Lembu” menjadi sangat kecanduan terhadap apa yang seringkali disebut dengan “Gosip”, sehingga mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa perangkat tersebut.

Mereka tidak menyadari bahwasanya ledakan “Bicara" ini tidak terjadi secara kebetulan. Sebaliknya, rencana Illahi sedang berlangsung di mana gelombang elektronik yang dipancarkan ke atmosfer, dan ke gendang telinga, serta otak manusia, tidak hanya akan menyebabkan tergerusnya secara elektronik kemukjizatan tongkat nabi Sulaiman Alaihi Salam, akan tetapi juga akan merusak otak manusia. Sedemikian rupa sehingga kanker otak, demensia, dan bentuk demensia yang dikenal sebagai Alzheimer, akan menjadi hal yang umum. Memang mungkin ada epidemi dalam prosesnya. Alzheimer adalah penyakit otak yang menyebabkan penurunan kemampuan ingatan, pemikiran, dan penalaran, menjadi lambat. Salah satu tanda Alzheimer yang paling umum adalah kehilangan ingatan, terutama melupakan informasi yang baru-baru saja dipelajari. Yang harus menjadi sebuah bentuk keprihatinan utama adalah, bahwasanya anak-anak berumur enam dan delapan tahun sekarang menjadi korban demensia masa kanak-kanak — yaitu, Alzheimer.

Pandangan kami menyatakan bahwasanya, Da'bbatul Ard ini dapat diidentifikasi sebagai badai elektronik yang telah muncul dari bumi dan menyapu seluruh umat manusia ke dalam dekapannya yang mematikan, di mana pikiran manusia itu sendiri sedang dilucuti. Alih-alih hidup di "Dunia Nyata", manusia yang lalai disapu ke dalam dekapan mematikan dari apa yang disebut dengan "Dunia Maya". Mereka akhirnya kehilangan kontak dengan "Realitas Spiritual", dan mereka kehilangan kesadaran akan status mereka sebagai makhluk hidup yang hidup dalam Ruh, atau Roh. Al-Qur'an telah menyampaikan peringatan yang tidak menyenangkan tentang keadaan yang persis seperti itu :

وَلَا تكَُونوُا كَالَذِّينَ نسَُوا اللَهّ فأََنسَاه م أَنفُسهَمُْ أُوْلىَِٕكَ همُُ الفَْاسِقُون

" Allah memperingatkan manusia untuk tidak menjadi seperti mereka yang lupa terhadap Allah, lalu Allah menjadikan mereka tidak menyadari status mereka sebagai manusia. Mereka itulah orang-orang yang fasik ! " [QS Al Hasyr, 59:19]

Mereka yang merasa tidak senang dengan identifikasi Da'bbatul Ard di atas, dapat memilih untuk menunggu seekor Binatang, yang telah dijelaskan di tempat lain sebagai berikut :

“ Kepalanya seperti kepala banteng, matanya seperti mata babi, telinganya seperti telinga gajah, tanduknya seperti tanduk rusa jantan, lehernya seperti leher burung unta, dadanya seperti dada singa, warnanya seperti warna harimau, paha seperti pangkal kucing, ekornya seperti ekor domba jantan, dan kakinya seperti kaki unta “

Fungsi Dā'bbatul Ard ini haruslah sangat nyaman bagi Dajjal, - yang memiliki tujuan yang sama untuk secara bertahap melucuti setiap pesaing Israel yang sekarang ada di dunia -. Maka itulah penjelasan yang pas bagi nasib yang sekarang sedang menimpa negara-negara besar di Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, dll.

Negara-negara adikuasa ini beserta sekutu-sekutu terbesarnya – mereka adalah pihak yang memberikan Pax Britannica dan Pax Americana kepada dunia -,  secara bertahap sedang dilucuti oleh kekuatan-kekuatan tersembunyi. Mirip dengan rayap yang terus-menerus menggerogoti “Tongkat” yang memelihara keseimbangan tubuh tanpa jiwa yang sedang duduk di atas tahta yang disediakan bagi Negara yang berkuasa. Negara yang menyaingi status Israel sebagai Negara yang berkuasa di dunia suatu hari akan runtuh, Hanya masalah waktu saja.

Penulis berhenti sejenak untuk menasihati semua orang yang beriman kepada Tuhan yang Satu (Muslim, Kristen, Yahudi atau lainnya), dan sedang hidup dalam dekapan dunia Dajjal yang terhubung secara elektronik, untuk mencari perlindungan dan penyembuhan melalui sebuah upaya secara terus menerus untuk membaca ayat-ayat (dalam teks bahasa Arab) dari Al-Qur'an yang penuh dengan rahmat. Ini sangat penting bagi mereka yang terus menggunakan (dengan bodohnya) apa yang disebut Smart Phones dan telepon seluler lainnya. Penulis berhenti sejenak untuk mengingatkan orang-orang yang beriman mengenai pernyataan Illahi bahwa sesungguhnya Al-Qur'an dapat “ menyembuhkan” :

وَننُزَِّلُ مِنَ القُْرآْنِ ماَ هوُ شِفَاء وَرَحْمةَ للِّْمؤُْمِنيِنَ وَلا يزَِيدُ الظَّالمِِينَ إلَاَ خَسَارًا

“ Dengan demikian, sedikit demi sedikit,  Allah Yang Maha Tinggi telah melimpahkan dari Al Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang percaya satu Tuhan [beriman],  sementara disisi lain juga menambah kehancuran bagi orang yang dzalim “ . [QS Al Isra’, 17:82]

Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, sebuah Profil menakjubkan.

David - Nabī Daud Alaihi Salam - lebih dari sekadar seorang Raja yang memerintah atas sebuah kerajaan. Setelah turunnya Al Qur’an kita mengetahui bahwasanya  baik dia, maupun putranya Solomon - Nabi Sulaiman Alaihi Salam - merupakan mahluk ciptaan ALLAH yang unik, dimana disebutkan dalam Al Qur’an bahwasanya ALLAH yang Maha Besar menjadikan gunung-gunung dan burung-burung bertasbih bersama Daud dalam memuji Tuhannya. Sedangkan Nabi Sulaiman Alaihi Salam diajarkan bahasa burung-burung :

وسَََخرّنْاَ مَعَ دَاوُودَ الْجبِاَلَ يسَُبحِّْنَ وَالطَّيْر وكَنَُاّ فاَعِليِن...

… Dan Allah yang Maha Tinggi, menjadikan gunung-gunung untuk bergabung dengan Daud dalam bertasbih memuji kemuliaan-Nya yang tak terbatas, dan juga burung-burung. Karena Allah sanggup melakukan segala hal. [QS Al Anbiya, 21:79]
وَوَرِثَ سُليَمَْانُ دَاوُودَ وَقاَلَ ياَ أَيُّهاَ النَاّ س علُمِّنْاَ مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتيِناَ مِن كلُِّ شيَْءٍ إنَّ هذََا لهَوُ الفَْضْلُ المْبُيِن

Dan sehubungan dengan profil yang menakjubkan ini, Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diajari pemahaman mengenai pembicaraan burung dan kami telah dilimpahi dengan segala sesuatu yang baik. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata dari ALLAH !".
[QS An Naml, 27:16]

Kedua Nabi raja ini tidak hanya diberkati dengan kemampuan sebagaimana yang telah disebutkan diatas.  Disamping itu Nabi Sulaiman Alaihi Salam juga telah diberi kemampuan untuk mengendalikan cuaca :

وَلسُِليَمَْانَ الريِّح عاَصِفَة تَجرِْي بأَِمْرِهِ إلىَ الْأَرْضِ الَتِّي باَركَْناَ فيِهاَ وكَنَُاّ بكُِلِّ شيَْءٍ عاَلمِِين 

" Dan Allah membuat angin badai tunduk kepada Sulaiman, sehingga berhembus atas perintahnya menuju tanah yang telah diberkati Allah, yaitu, Tanah Suci. karena Allah-lah yang memiliki pengetahuan tentang segala sesuatu ". [QS Al Anbiya, 21:81]
Ketika para semut berbicara, Nabi Sulaiman Alaihi Salam bisa memahami apa yang mereka bicarakan :

حَتَىّ إذَا أَتوَْا علَىَ وَادِي النَمّلِْ قاَلتَْ نمَلْةَ ياَ أَيُّهاَ النَمّلُْ ادْخلُوُا مَسَاكِنكَمُْ لَا يَحطِْمَنَكّمُْ سُليَمَْانُ وَجُنوُدُه وَهمُْ لَا يشَْعرُوُن

" Nabi Sulaiman Alaihi Salam dan pasukannya melakukan perjalanan sampai mereka tiba di lembah penuh semut. Berkatalah seekor semut: " Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" " [QS An Naml, 27:18]

Al-Qur'an mengungkapkan bahwa bahkan jin-jin “Diikat secara ilahi“, - sebagai siksaan dan Adzab yang pedih atas penyimpangan mereka terhadap perintah ALLAH – untuk bekerja bagi Solomon atau Nabi Sulaiman Alaihi Salam,  dalam pembuatan berbagai barang dari tembaga yang kemudian digunakan di Kuil Israel Suci - Masjid - yang telah dibangunnya. Mereka memperoleh logam itu dari Aliran tembaga yang telah diberikan Allah yang Maha Tinggi kepadanya. Oleh karena itu umat Yahudi akan mengharapkan Al Masih memiliki Kapasitas yang sama.

وَأَسَلنْاَ لهَ عيَنَْ القْطِْرِ وَمِنَ الْجنِِّ مَن يعَْمَلُ بيَنَْ يدََيهِْ بإِِذْنِ رَبهِِّ وَمَن يزَِغْ مِنْهمُْ عَ ن أَمْرِناَ نذُِقهْ مِنْ عذََابِ السَّعيِ رِ

ALLAH mengalirkan cairan tembaga dibawah perintah Nabi Sulaiman Alaihi Salam Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di bawah kekuasaannya dengan izin ALLAH. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah ALLAH 
ALLAH rasakan kepadanya azab api yang menyala-nyala. [QS Saba’, 34:12]

يعَْمَلوُنَ لهَ مَا يشََاء مِن مَّحاَرِيبَ و تمَاَثيِلَ وَجِفَانٍ كَالْجوَاَبِ وَقدُُورٍ رَّاسِياَتٍ اعْملَوُا آلَ دَاوُودَ شُكْراً وَقلَيِلٌ مِّنْ عِباَدِيَ الشَّكُور

" Para jin itu membuat untuk Sulaiman apapun yang dikehendakinya dari tempat-tempat suci,  patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku. ALLAH berfirman: “ Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. dan ingatlah bahwa hanya sedikit yang benar-benar bersyukur — bahkan di antara para hamba-Ku!" “.[QS Saba’, 34:13]

اصْبرِْ علَىَ مَا يقَُولوُنَ وَاذْكرُ عَبدَْناَ دَاوُودَ ذَا الْأَيدِْ إنَهّ أَوَّابٌ

" Allah yang Maha Tinggi menasehati Nabi Muhammad untuk bersabar dengan segala perkataan yang diucapkan mereka yang menantangnya. dan untuk mengingat hamba-Nya Daud yang dianugerahi begitu banyak kekuatan batin! Daud, sesungguhnya, akan selalu berbalik kepada Allah. “. [QS Sad, 38:17]

Terdapat sebuah peristiwa dalam kehidupan Nabi Sulaiman Alaihi Salam yang telah diwahyukan dalam Al-Qur'an, memungkinkan kita untuk mengantisipasi jenis bantuan yang dapat diberikan Jin untuk Dajjal di Akhir al-Zaman. Peristiwa ini menyangkut Singgasana yang mengagumkan dari Ratu Saba', atau Sheba. Nabi Sulaiman Alaihi Salam menginginkan singgasana itu untuk dibawa ke istananya sebelum kedatangan sang Ratu di istananya. Seorang Jin menawarkan diri untuk membawanya dalam sekejap mata. Inilah yang telah dikatakan Al-Qur'an tentang bantuan yang diberikan oleh Jin dalam hal ini :

قَالَ ياَ أَيُّهاَ المَلأَُ أَيُكّمُْ يأَْتيِنِي بعِرَشْهِاَ قبَلَْ أَن يأَْتوُنيِ مسُْلمِيِن◌  قاَلَ عِفْريتٌ مِّنَ الْجنِِّ أَناَ آتيِكَ بهِِ قبَلَْ أَن تقَُومَ مِن مَّقَامِكَ وَِإنيِّ علَيَهِْ لقََوِيٌّ أَمِينٌ ۖ  قاَلَ الَذِّي عِندَه عِلْمٌ مِّنَ الكْتِاَبِ ◌ أَناَ آتيِكَ بهِِ قبَلَْ أَن يرَْتدََّ إليَكَْ طَرفْكَُ فلَمََاّ رَآه مسُْتقَرًِاّ عِندَه قاَلَ هذََا مِن فضَْلِ رَبيِّ ليِبَلْوُنَيِ أَأَشْكرُ أَمْ أَكْفُر وَمَن شَكرَ فإَِنَمّاَ يشَْكرُ لنِفَْسِهِ وَم ن كَفَر فإَِنَّ رَبيِّ غَنِيّ كرَِي م ◌ قاَلَ نكَِّروُا لهَاَ عَرْشهَاَ ننَظُر أَتَهْتدَِي أَمْ تكَُونُ مِنَ الَذِّينَ لاَ يَهتْدَُون

" Ketika Nabi Sulaiman Alaihi Salam mengetahui bahwa Ratu Sheba akan datang mengunjunginya, dia berkata kepada dewannya: “Wahai, para bangsawan! siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum para pengikutnya datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri kepada ALLAH ?” Berkata 'Ifrit dari golongan jin: “"Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kehadapanmu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya". Kemudian salah satu Jin yang memiliki pengetahuan tentang Kitab berkata : “ Aku akan membawanya kepadamu dalam sekejap mata! Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, diapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari  nikmat-NYA. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". Nabi Sulaiman Alaihi Salam kemudian meminta agar takhta itu diubah atau disamarkan sedemikian rupa agar dia tidak tahu singgasana itu sebagai miliknya, mari kita lihat apakah dia membiarkan dirinya dibimbing [kepada kebenaran] atau tetap menjadi salah satu dari mereka yang tidak mendapatkan bimbingan ". [QS, An -Naml, 27: 38–41]

Bantuan yang diberikan oleh Jin kepada Nabi Sulaiman Alaihi Salam - yang mana menurut Al Qur’an memiliki “Pengetahuan tentang kitab” - merupakan bentuk antisipasi dari televisi modern serta wujud holografik dari objek tiga dimensi di udara tanpa menggunakan layar jenis apa pun, dan hal-hal ajaib lainnya yang sudah bermunculan .
Sementara Al-Qur'an sendiri tidak mengidentifikasi “Kitab” yang memberikan pengetahuan itu. Sebuah “Kitab” yang pada gilirannya memungkinkan seorang Jin untuk merelokasi sebuah objek secara instan, ke lokasi baru yang berjarak ribuan mil jauhnya. Hal ini memastikan bahwasanya “Kitab” semacam itu ada, akan tetapi kita harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa kata “Kitab” yang digunakan disini mewakili Cabang Ilmu Pengetahuan. Jika demikian adanya, maka ada kemungkinan bahwa Dajjal memiliki akses ke Cabang Ilmu Pengetahuan tersebut. Sehingga dapatlah kita katakan bahwasanya Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang terjadi selama ini telah dibantu oleh para Jin. Dan bahwa ada keajaiban ilmiah dan teknologi sekarang sedang menunggu untuk terjadi dalam sejarah, serta akan berusaha untuk mereplikasi berbagai peristiwa  masa lalu sebagaimana yang telah diuraikan di atas.

Berdasarkan pengkajian itulah kami menyimpulkan bahwasanya Al Masih yang sedang ditunggu Umat Yahudi, harus memiliki profil yang sebanding dengan profil Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, sebagaimana telah diuraikan diatas. Telah terdapat banyak bukti yang secara meyakinkan menunjukkan bahwa Dajjal telah membuat kemajuan substansial dalam membangun bagi dirinya, membangun profil yang persis seperti profil kedua Nabi raja itu.

هُو الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِر وَالبْاَطِنُ ◌ وَهوُ بكُِلِّ شيَْءٍ علَيِ مٌ

DIA – ALLAH yang Maha Tinggi - Yang Awal dan DIA Yang Akhir. DIA Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan DIA memiliki pengetahuan penuh tentang segala sesuatu; dari awal hingga akhir, serta yang tampak maupun yang Ghaib. [QS Al Hadid 57:3]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.