CONEFO LAHIR KARENA KEPINCANGAN PBB
CONEFO atau Conference of The New Emerging Force tentu saja tidak dibuat semata-mata sebagai ajang balas dendam Bung Karno. Tapi lebih kepada tujuan untuk mewadahi negara-negara yang sejalan dengan pemikiran bangsa ini soal hal-hal yang berkaitan dengan kedaulatan sebuah negara. Perkumpulan ini diterima sangat baik oleh beberapa negara. Sayang, pada akhirnya CONEFO berakhir tak sesuai rencana.
Kita mungkin sangat jarang mendengar CONEFO, padahal Bapak Bangsa sendiri yang membuatnya. Agar lebih tahu tentang perkumpulan satu ini, simak fakta-fakta mengejutkan tentang konferensi satu itu.
1. Pembuatan CONEFO Bukan Hanya Karena Malaysia
Ya, benar, Malaysia yang dijadikan anggota tetap PBB bukan satu-satunya alasan kenapa Indonesia keluar dari organisasi itu dan kemudian membentuk CONEFO. Ada satu alasan lain yang juga tak kalah kuat dan mendorong Bung Karno untuk mendirikan perkumpulan itu.
Hal tersebut adalah tentang konsep PBB yang sudah tak lagi sama. Di perkumpulan itu, sangat didominasi oleh negara-negara adidaya saja, macam Amerika dan Soviet. Negara kecil seolah hanya sebagai pelengkap saja padahal mereka juga punya hak yang sama. Kecewa dengan PBB, Soekarno pun menghimpun negara-negara yang sealiran dengan Indonesia untuk kemudian membentuk CONEFO.
2. Realisasi Dari Wacana Non Blok yang Digaungkan Indonesia
Selain sebagai bentuk kekecewaan terhadap PBB, CONEFO juga dibuat untuk mewadahi negara-negara yang seolah bingung dalam menentukan kubunya. Seperti yang kamu tahu, dunia ini dulunya dibagi menjadi dua blok besar, barat dan timur yang masing-masing dipimpin oleh AS dan Soviet.
Bung Karno dan pemimpin Tiongkok Mao Zedong [Image Source]
Bung Karno dan pemimpin Tiongkok Mao Zedong [Image Source]
Tak semua negara setuju dengan konsep blok-blok-an macam ini. Akhirnya Indonesia menampung negara-negara dengan asas yang sama soal ini dan membentuk CONEFO. Tercatat, ada 4 anggota termasuk Indonesia yang terlibat aktif dalam perkumpulan ini. Tiga di antaranya adalah Tiongkok, Korea Utara dan Vietnam Utara.
3. Gedung CONEFO dan Filosofinya
Untuk membuktikan kepada dunia terutama PBB jika CONEFO bukan abal-abal, Soekarno kemudian merancang gedung yang dipakai untuk perhelatan atau markas. Pembuatan gedung ini disetujui oleh semua anggota termasuk Tiongkok yang bahkan memberikan banyak bantuan. Gedung ini dibangun di Gelora Senayan dengan konsep-konsep megah.
Soekarno menyebutkan jika gedung CONEFO harus lebih megah daripada markas PBB. Atau juga lebih elegan daripada People Palace di Beijing. Kemudian hasil dari diskusi yang ada, gedung ini akan menggunakan konsep bentuk sayap. Filosofinya sendiri adalah tentang bangsa-bangsa CONEFO yang ingin terbang menuju tatanan dunia baru, bukan sebagai penonton saja.
4. Pembangunan Gedung CONEFO Tak Pernah Selesai
Soekarno menargetkan mega proyek ini selesai dalam 17 bulan. Padahal, normalnya adalah lima tahunan. Keterburu-buruan ini dimaksudkan agar gedung tersebut siap untuk konferensi perdana CONEFO. Sayangnya, cita-cita ini tak pernah terwujud.
Ya, gedung yang bakal mecolok mata dunia ini gagal diselesaikan. Alasan utamanya lebih ke persoalan bangsa Indonesia yang saat itu tengah digempur problem internal. G30S memupuskan cita-cita Indonesia untuk melejitkan pengaruhnya di mata dunia.
5. CONEFO Berakhir di Tangan Soeharto
Seperti yang kita ketahui, seusai G30S perlahan tampuk kekuasaan pun berganti ke Soeharto. Dan entah apa alasannya, sang presiden pengganti ini seolah-oleh ingin menghilangkan semua pengaruh Soekarno. Salah satu bukti paling nyata adalah pembubaran CONEFO olehnya di tahun 1966.
CONEFO berakhir, kemudian pemerintah bak menjilat ludahnya sendiri lantaran mengajukan permohonan untuk kembali diterima menjadi anggota PBB. Perserikatan Bangsa-Bangsa tanpa perlu me-review lagi langsung menerima negara ini kembali. Lalu bagaimana dengan nasib proyek gedung CONEFO yang sangar itu? Soeharto melanjutkannya, tapi peruntukkannya dipakai oleh para anggota dewan yang ‘terhormat’ sampai hari ini.
Seumpama sejarah bangsa ini berjalan seperti rencana Bung Karno, tidak menutup kemungkinan Indonesia bakal tetap sangat disegani dunia sekarang ini. Apalagi, salah satu anggota setia CONEFO adalah Tiongkok yang notabene hari ini mulai menggerus negara poros kekuatan dunia, AS dan Rusia. Sejarah tinggal sejarah, yang bisa kita lakukan hari ini adalah belajar agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
Post a Comment