AMERIKA PUNYA HUTANG BANYA KE CHINA
Banyak orang berpikir bahwa Amerika adalah negara yang mungkin tidak
memiliki utang kepada Negara lain, mengingat Amerika Serikat adalah
negara yang memiliki perekonomian yang sangat baik serta Amerika Serikat
merupakan negara adikuasa nomor satu di dunia.
Namun perlu di ketahui bahwa Utang terbesar Amerika Serikat saat di pegang oleh Cina sebagai peringkat pertama, lebih besar di bandingkan dengan negara manapun yang memiliki hutang kepada negara yang di juluki sebagai negri tirai bambu tersebut. Pada bulan Juni 2017, China memegang surat utang pemerintah Amerika Serikat senilai US$ 1,15 triliun atau Rp 15.295 triliun, naik US$ 44 miliar dalam sebulan.
Setelah China, surat utang pemerintah AS dipegang oleh Jepang. Jumlahnya US$ 1,09 triliun atau sekitar Rp 14.497 triliun. menurut informasi yang di dapat dari CNN, Rabu (30/8/2017), dalam 8 bulan sebelumnya, Jepang menjadi negara terbesar yang mengutangi pemerintah Amerika Serikat.
Seperti diketahui bahwa, pada tahun 2016 lalu, pihak otoritas keuangan China banyak menjual surat utang pemerintah Amerika Serikat untuk menarik mata uang yuan dari peredaran, sehingga nilai tukar yuan naik, di tengah banyaknya arus dana yang keluar dari China.
Departemen Keuangan Amerika Serikat menjadikan China sebagai pemegang utang (kreditur) terbesar Amerika Serikat. Besarnya utang pemerintah Amerika Serikat yang dipegang China menimbulkan perhatian besar soal potensi China memperbesar pengaruhnya di negeri paman sam. Sementara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sepanjang kampanyenya berjanji akan meningkatkan pengaruhnya terhadap China. namun Para ahli menyatakan akan sulit bagi Amerika Serikat melawan pengaruh China, bila dilihat dari besarnya utang pemerintah Amerika Serikat yang dipegang oleh China.
Trump dalam kampanyenya juga berjanji akan memangkas defisit perdagangan Amerika Serikat-China yang jumlahnya US$ 310 miliar. Sejak akhir Januari 2017, jumlah surat utang pemerintah Amerika Serikat yang dipegang China naik US$ 95 miliar.
Perlu di ketahui bahwa Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Pew Research Center terhadap 1.003 warga Amerika dan dilangsungkan dari tanggal 13 April hingga 3 Mei lalu menunjukkan, meski ekonomi China melambat, mayoritas mereka yang disurvei memandang China sebagai ancaman ekonomi bagi Amerika. Delapan puluh sembilan persen mengatakan, mereka menganggap utang Amerika kepada China sangat serius.
China merupakan pemegang utang terbesar surat utang (obligasi) yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat (AS), jumlahnya US$ 1,3 triliun atau sekitar Rp 50.400 triliun pada Juni lalu. Guncangan ekonomi China bikin AS deg-degan. Kenapa?
Saat ini, Negeri Tirai Bambu sedang membutuhkan uang tunai untuk menstabilkan pasar keuangannya, seperti kejatuhan pasar saham yang terjadi belakangan ini. Kondisi tersebut bisa membuat China berhenti membeli surat utang pemerintah AS.
China selama ini menjadi salah satu tumpuan pemerintah AS untuk menutup defisit anggarannya, lewat surat utang yang diterbitkan.
Namun saat ini, China mulai menjual surat utang pemerintah AS miliknya, untuk mendapatkan uang tunai. Apalagi, China sedang berusaha mengucurkan uang tunai sehingga pasar sahamnya stabil, dan mata uang yuan tidak jatuh terlalu dalam. Ada juga stimulus ekonomi berbentuk tunai lain yang diberikan.
Sepanjang Agustus, jumlah cadangan devisa China turun US$ 94 miliar, menjadi US$ 3,6 triliun. Banyak analis menyatakan, penurunan cadangan devisa ini karena penjualan surat utang pemerintah AS.
Prediksi bahwa China akan menyetop pembelian surat utang pemerintah AS, menimbulkan kekhawatiran, biaya bunga utang pemerintah AS akan makin meningkat ke depan. Karena itu, bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) diprediksi bakal menaikkan bunga acuannya pekan ini, sehingga surat utang pemerintah AS bakal menarik untuk investor.
"Jumlah dana asing yang keluar dari China melonjak dan yuan ikut tertekan. Satu-satunya yang bisa dilakukan China adalah menjual surat utang untuk membeli mata uangnya sendiri," kata analis, Walter Zimmerman dilansir dari CNN, Senin (14/9/2015).
China tidak bermaksud menjatuhkan perekonomian AS. Banyak orang khawatir, China bisa menghancurkan ekonomi AS, karena besarnya jumlah surat utang pemerintah AS yang dipegang negara tirai bambu ini.
Penjualan surat utang pemerintah AS oleh China bisa membuat imbal hasil (yield) surat utang ini meninggi. Ini bisa jadi masalah, karena bunga surat utang pemerintah AS menjadi acuan bunga kredit, seperti kartu kredit dan kredit kepemilikan rumah (KPR).
Belum ada yang tahu seberapa besar kebutuhan uang tunai China untuk menyelamatkan yuan dan pasar sahamnya. Namun yang pasti, China bakal berhenti membeli surat utang pemerintah AS. Akankah keguncangan di pasar keuangan dunia berlanjut?
Namun perlu di ketahui bahwa Utang terbesar Amerika Serikat saat di pegang oleh Cina sebagai peringkat pertama, lebih besar di bandingkan dengan negara manapun yang memiliki hutang kepada negara yang di juluki sebagai negri tirai bambu tersebut. Pada bulan Juni 2017, China memegang surat utang pemerintah Amerika Serikat senilai US$ 1,15 triliun atau Rp 15.295 triliun, naik US$ 44 miliar dalam sebulan.
Setelah China, surat utang pemerintah AS dipegang oleh Jepang. Jumlahnya US$ 1,09 triliun atau sekitar Rp 14.497 triliun. menurut informasi yang di dapat dari CNN, Rabu (30/8/2017), dalam 8 bulan sebelumnya, Jepang menjadi negara terbesar yang mengutangi pemerintah Amerika Serikat.
Seperti diketahui bahwa, pada tahun 2016 lalu, pihak otoritas keuangan China banyak menjual surat utang pemerintah Amerika Serikat untuk menarik mata uang yuan dari peredaran, sehingga nilai tukar yuan naik, di tengah banyaknya arus dana yang keluar dari China.
Departemen Keuangan Amerika Serikat menjadikan China sebagai pemegang utang (kreditur) terbesar Amerika Serikat. Besarnya utang pemerintah Amerika Serikat yang dipegang China menimbulkan perhatian besar soal potensi China memperbesar pengaruhnya di negeri paman sam. Sementara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sepanjang kampanyenya berjanji akan meningkatkan pengaruhnya terhadap China. namun Para ahli menyatakan akan sulit bagi Amerika Serikat melawan pengaruh China, bila dilihat dari besarnya utang pemerintah Amerika Serikat yang dipegang oleh China.
Trump dalam kampanyenya juga berjanji akan memangkas defisit perdagangan Amerika Serikat-China yang jumlahnya US$ 310 miliar. Sejak akhir Januari 2017, jumlah surat utang pemerintah Amerika Serikat yang dipegang China naik US$ 95 miliar.
Perlu di ketahui bahwa Sebuah jajak pendapat yang dilakukan Pew Research Center terhadap 1.003 warga Amerika dan dilangsungkan dari tanggal 13 April hingga 3 Mei lalu menunjukkan, meski ekonomi China melambat, mayoritas mereka yang disurvei memandang China sebagai ancaman ekonomi bagi Amerika. Delapan puluh sembilan persen mengatakan, mereka menganggap utang Amerika kepada China sangat serius.
China merupakan pemegang utang terbesar surat utang (obligasi) yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat (AS), jumlahnya US$ 1,3 triliun atau sekitar Rp 50.400 triliun pada Juni lalu. Guncangan ekonomi China bikin AS deg-degan. Kenapa?
Saat ini, Negeri Tirai Bambu sedang membutuhkan uang tunai untuk menstabilkan pasar keuangannya, seperti kejatuhan pasar saham yang terjadi belakangan ini. Kondisi tersebut bisa membuat China berhenti membeli surat utang pemerintah AS.
China selama ini menjadi salah satu tumpuan pemerintah AS untuk menutup defisit anggarannya, lewat surat utang yang diterbitkan.
Namun saat ini, China mulai menjual surat utang pemerintah AS miliknya, untuk mendapatkan uang tunai. Apalagi, China sedang berusaha mengucurkan uang tunai sehingga pasar sahamnya stabil, dan mata uang yuan tidak jatuh terlalu dalam. Ada juga stimulus ekonomi berbentuk tunai lain yang diberikan.
Sepanjang Agustus, jumlah cadangan devisa China turun US$ 94 miliar, menjadi US$ 3,6 triliun. Banyak analis menyatakan, penurunan cadangan devisa ini karena penjualan surat utang pemerintah AS.
Prediksi bahwa China akan menyetop pembelian surat utang pemerintah AS, menimbulkan kekhawatiran, biaya bunga utang pemerintah AS akan makin meningkat ke depan. Karena itu, bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) diprediksi bakal menaikkan bunga acuannya pekan ini, sehingga surat utang pemerintah AS bakal menarik untuk investor.
"Jumlah dana asing yang keluar dari China melonjak dan yuan ikut tertekan. Satu-satunya yang bisa dilakukan China adalah menjual surat utang untuk membeli mata uangnya sendiri," kata analis, Walter Zimmerman dilansir dari CNN, Senin (14/9/2015).
China tidak bermaksud menjatuhkan perekonomian AS. Banyak orang khawatir, China bisa menghancurkan ekonomi AS, karena besarnya jumlah surat utang pemerintah AS yang dipegang negara tirai bambu ini.
Penjualan surat utang pemerintah AS oleh China bisa membuat imbal hasil (yield) surat utang ini meninggi. Ini bisa jadi masalah, karena bunga surat utang pemerintah AS menjadi acuan bunga kredit, seperti kartu kredit dan kredit kepemilikan rumah (KPR).
Belum ada yang tahu seberapa besar kebutuhan uang tunai China untuk menyelamatkan yuan dan pasar sahamnya. Namun yang pasti, China bakal berhenti membeli surat utang pemerintah AS. Akankah keguncangan di pasar keuangan dunia berlanjut?
Post a Comment