YAJUZ MAJUZ DALAM ESCHATOLOGY

DIANTARA FITNAH FITNH AKHIR ZAMAN, ADALAH "KEMUNCULAN YAJUZ DAN MAJUZ GOG MAGOG DLAM ISTILAH LAIN"
.
Eskatologi Islam dalam hal ini tidak mengkaji secara "TEKSTUAL" namun disinkronisasikan dikji ditakwil dengan segala kondisi geopolitics economy, dsb..berikut kajian singkatnya yang disadur dari buku ANISLAMIC VIEW OF GOG AND MAGOG IN THE WORLD" Karya beliau Syekh Imran Husein.
 
Ya’juj dan Ma’juj adalah nama yang digunakan Al-Qur’an yang diberkahi.
Dr. Tammam Adi, ahli arti kata Al-Qur’an, telah menunjukkan bahwa mereka adalah dua bentuk kata dari akar huruf Arab “hamza jim jim” yang secara tata bahasa merupakan bentuk aktif (Ya’juj) dan bentuk pasif (Ma’juj). Ini dapat menandakan karakterisasi mereka sebagai kaum yang bermuka dua dengan perilaku ‘surut dan banjir’.
Mereka ‘menyerang’ dan ‘menduduki’ (Ya’juj) dan kemudian berpura-pura ‘mundur’ (Ma’juj).
Mereka melakukan ‘agresi militer’ (Ya’juj) dan kemudian bersikap sebagai ‘pembawa kedamaian’ atau sebagai ‘korban agresi militer’ (Ma’juj).

Mereka ‘mengganggu’ (Ya’juj) dan kemudian ‘menenteramkan’ (Ma’juj). Mereka bersikap sebagai ‘kaum religius’ (Ya’juj) padahal sebenarnya mereka tanpa keimanan dan pada intinya ‘tidak bertuhan’ (Ma’juj).
Al-Qur’an sendiri secara signifikan dimulai dengan peringatan terhadap kaum bermuka dua yang tepat seperti itu :
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!", mereka menjawab "sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan". (Q.S. Al-Baqarah : 11)
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.
(Q.S. Al-Baqarah : 12)

Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata "kami telah beriman". Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata "sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanyalah berolok-olok". (Q.S. Al-Baqarah : 14)
Para ahli tata bahasa pun telah menunjukkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj berasal dari bahasa Arab ‘ajj’ atau ‘ajij’ dalam bentuk yaf’ul dan maf’ul. ‘Ajij’ berarti ‘kekerasan’, ‘nyala api’, tetapi ‘ajja’juga berarti ‘asra’a’ atau ‘dia berjalan cepat’, dengan demikian Ya’juj dan Ma’juj adalah kaum dengan ciri-ciri kecepatan dalam bergerak dan pergolakan yang kuat.
Seseorang dapat melihat bukti dalam akumulasi medali di Olimpiade oleh kaum yang selalu menang dibandingkan gabungan umat manusia biasa lainnya. Tetapi, bukti juga ada dalam kombinasi ‘nyala api’ dan ‘kecepatan bergerak’ ketika kaum tersebut melancarkan peperangan barbar mereka dengan agresi dan penindasan sehingga mereka berhasil dengan zalim menduduki dan menjajah bagian bumi yang lebih besar.
Barangkali hal paling berbahaya dari kelakar muka-dua mereka adalah kepura-puraan mereka menjadi kaum yang beragama padahal sebenarnya mereka pada intinya tidak bertuhan. Mereka memandang rendah agama yang benar juga orang-orang yang dengan sungguh-sungguh hidup dengan jalan hidup religius serta berusaha memegang teguh ketakwaan dan kesalehan.
Karena Ya’juj adalah bentuk aktif (dalam bahasa Arab), dan Ma’juj adalah bentuk pasif, maka ada pertandingan antara keduanya, pada akhirnya Ya’juj akan menang atas Ma’juj. Buku ini berusaha mengidentifikasi Ya’juj dan Ma’juj di dunia saat ini, dan dengan melakukannya, buku ini menawarkan sekilas tentang akhir sejarah ketika benturan besar (Armagedon) antara keduanya terjadi.
Mereka memiliki kekuatan militer yang luar biasa.
Al-Qur’an dengan jelas melukiskan Ya’juj dan Ma’juj sebagai kaum yang memiliki kekuatan militer yang luar biasa.
Al-Qur’an melakukannya dalam ayat Surat Al-Kahfi ketika Dzul Qarnain mendapat informasi tentang Fasad (perilaku merusak, jahat, zalim, dan menindas) mereka dan dia diminta untuk membangun dinding penghalang, yang akan melindungi masyarakat di sana dari Fasad/kerusakan tersebut. Permintaan ini terjadi setelah dia sebelumnya telah melakukan perjalanan ke Timur dan Barat.
Dalam perjalanannya ke arah barat, dia telah mendatangi kaum yang Allah SWT bertanya tentang bagaimana dia akan memperlakukan mereka. Jawabannya yaitu dia akan menyiksa orang-orang yang melakukan perbuatan zalim (ketidakadilan dan penindasan).
Dan karena Al-Qur’an lebih jauh menyatakan bahwa dia telah dikarunai dengan kemampuan (dan itu termasuk kekuatan) untuk mengejar tujuan apa pun yang dia pilih, tanggapan normal dan alaminya seharusnya menimpakan siksaan kepada Ya’juj dan Ma’juj.
Fakta bahwa Dzul Qarnain tidak berusaha menyiksa Ya’juj dan Ma’juj tetapi malah setuju membangun dinding penghalang yang mengurung mereka, menandakan bahwa mereka memiliki kekuatan militer yang tidak dapat dia taklukkan.
Implikasi yang mengerikan adalah ketika Ya’juj dan Ma’juj dilepas ke dunia atas keputusan Allah, mereka akan mengambil alih kekuasaan dunia dengan menggunakan kekuatan militer yang unik. Mereka pun menunjukkan kekuatan yang tidak mungkin ditandingi oleh kombinasi atau aliansi kekuatan apa pun di dunia.
Hadits menegaskan profil Ya’juj dan Ma’juj ini yang muncul dari Al-Qur’an yang diberkahi. Dalam sebuah Hadits Qudsi yang dicatat dalam Sahih Imam Muslim, Allah SWT telah berfirman tentang Ya’juj dan Ma’juj :
 “Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku sampai begitu kuat sehingga tidak ada kecuali Aku yang dapat memerangi mereka.” (Sahih Muslim)
Maka dari itu, seharusnya jelas bahwa ketika Ya’juj dan Ma’juj dilepas ke dunia atas ketetapan Allah, mereka pada akhirnya menjadi kekuatan adidaya di dunia karena tidak ada gabungan saingan yang dapat menandingi kekuatan mereka. Umat manusia kemudian ditundukkan di bawah pemerintah-dunia Ya’juj dan Ma’juj!.
Mereka menggunakan ‘kekuatan’ untuk menindas.
Surat Al-Kahfi dalam Al-Qur'an telah memberi kita gambaran tentang bagaimana kekuatan digunakan jika itu berlandaskan pada keimanan (kepada Allah SWT). Dzul Qarnain memiliki iman kepada Allah SWT sehingga Allah mendirikan pemerintahan-nya di bumi dan mengaruniakan kepadanya alat-alat untuk mencapai tujuan apa pun yang dia pilih untuk dikejar.
Allah SWT bahkan berfirman kepadanya dan menyebut namanya saat menawarkan pilihan kepadanya dalam menggunakan kekuatan untuk menyiksa atau menggunakannya dengan cara yang baik dan ramah. Pilihan dan jawabannya (lihat Q.S. Al-Kahfi, [18] : 87-88) adalah jelas berlandaskan integritas dan nilai-nilai kebaikan.
Penggunaan kekuatan Dzul Qarnain sekali lagi digambarkan dalam Surat Al-Kahfi dalam contoh kedua di mana dia menemui suatu kaum “yang Kami (Allah) tidak menjadikan bagi mereka suatu penutup selain itu (yakni penutup yang tersedia di alam).”
Tanggapannya adalah menghormati hak asasi manusia mereka dan dengan tanpa syarat mengakui hak-hak itu lebih diutamakan di atas semua kepentingan lainnya tidak mempermasalahkan jalan hidup primitif mereka dan tidak mempermasalahkan bahkan kepentingan strategis seperti perolehan wilayah, pertambangan permata berlian dan emas, ekstraksi sumber minyak (Kaspia), dll.
Dia meninggalkan mereka begitu saja. Namun penggunaan nama Dzul Qarnain (yakni dia yang mempunyai dua tanduk, atau dua zaman) dalam Surat Al-Kahfi menandakan, menurut pendapat kami, keberadaan ‘dua’ zaman, yang satu digambarkan dalam Surat Al-Kahfi itu, dan yang lainnya secara tidak langsung Surat Al-Kahfi mengarahkan perhatian padanya.
Zaman kedua yang datang selanjutnya, sebagai akibat dari penggunaan istilah ‘Dzul Qarnain’ (yakni mengenai dua zaman) yang digunakan Allah dalam Surat itu, muncul ketika Ya’juj dan Ma’juj dilepas atas keputusan Allah. Kemudian dunia menyaksikan kekuatan berlandaskan pada ketidak-bertuhanan alih-alih keimanan kepada Allah SWT. Kekuatan kemudian akan digunakan dengan cara sepenuhnya berlawanan dengan Dzul Qarnain.
Alih-alih kekuatan digunakan untuk menghukum penindas itu malah akan digunakan untuk menindas dan menargetkan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, dan yang beramal saleh. Kemudian dunia akan menyaksikan perang terhadap ‘Islam’ khususnya, dan terhadap ‘jalan hidup religius’ pada umumnya.
Selanjutnya, orang-orang yang memiliki kekuatan tidak akan peduli dengan daun ara hak-hak asasi manusia. Malahan, mereka akan membinasakan dan menindas bahkan manusia terlemah (yang hidup dengan jalan hidup primitif) seperti kecoa, sehingga mereka dengan tidak adil menguasai wilayah atau sumber-sumber seperti permata berlian, emas, minyak, air, dll.
Ya’juj dan Ma’juj adalah kaum yang memiliki profil dengan perilaku anarkis (rusuh), agresif (ganas), dan opresif (menjajah).
Inilah referensi terbaik mengenai Ya'juj dan Ma'juj, kontekstual dengan realitas yang terjadi pada saat ini.
Dikutip dari buku :
''An Islamic View of Gog and Magog in the Modern World"
(Sebuah Pandangan Islam Mengenai Ya'juj dan Ma'juj di Zaman Modern) 
karya : Sheikh Imran Nazar Hosein.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.