DIMANA KHURASAN APAKAH DI IRAN

 SALMAN AL FARISI disebutkan dalam asbabun nujul QS:Muhammad:38 merupakan cikal bakal pengganti Bangsa Arab : menurut Asbabun Nujulnya QS:MUHAMMAD:38 ini dari beberapa keterangan diantaranya : Tafsir ath Thabari,26/42.
Tafsir al Qurthubi,16/258.
Tafsir Fathu al Qadîr,5/43.
Ad Durr al Mantsûr,6/55-56.
Tafsir Ma’âlim at Tanzîl; Imam al Bangawi,6186.
Tafsir Lubâb at Ta’wîl; Imam al Khâzin,6/186.
"SALMAN ALFARISI" lah yang di isyaratkan oleh Baginda Nabi Sholallahu alaihi wasallam ketika turun Ayat tersebut: Salman ada di samping Rasulullah saw., lalu para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah! Siapakah mereka yang jika kami berpaling Allah akan menggantikan kita dengan suatu kaum itu? Maka beliau menepuk pundak Salman seraya bersabda, ”dari orang ini dan kaumnya. Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, andai keimanan itu bergantung di bintang Sturayya pastilah akan digapai oleh manusia-manusia hebat dari bangsa Persia.”

lalu seolah kontradiktif dengan beberapa keterangan lain yang menisbatkan "KHURASAN ADALAH IRAN"..tulisan/analisa dari beliauDr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Al-Hadith Al-Nabawi, dengan hipotesa sejarah, objective dalam memberikan keterangan dimanakah letak KHURASAN tersebut,

‘’Dajjal akan keluar dari muka bumi ini, di bagian timur yang bernama Khurasan”. (HR Tirmidzi). Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, ‘’ (Pasukan yang membawa) bendera hitam akan muncul dari Khurasan. Tak ada kekuatan yang mampu menahan laju mereka dan mereka akhirnya akan mencapai Yerusalem, di tempat itulah mereka akan mengibarkan benderanya.’’ (HRTurmidzi).
Dalam kedua hadis itu tercantum kata ‘’Khurasan’’.

Dr Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Al-Hadith Al-Nabawi , mengungkapkan, saat ini, Khurasan terletak di ujung timur Laut Iran. Pusat kotanya adalah Masyhad.
Sejarah peradaban Islam mencatat Khurasan dengan tinta emas. Betapa tidak. Khurasan merupakan wilayah yang terbilang amat penting dalam sejarah peradaban Islam. Jauh sebelum pasukan tentara Islam menguasai wilayah itu, Rasulullah SAW dalam beberapa haditsnya telah menyebut-nyebut nama Khurasan.

Letak geografis Khurasan sangat strategis dan banyak diincar para penguasa dari zaman ke zaman. Pada awalnya, Khurasan Raya merupakan wilayah sangat luas membentang meliputi; kota Nishapur dan Tus (Iran); Herat, Balkh, Kabul dan Ghazni (Afghanistan); Merv dan Sanjan (Turkmenistan), Samarkand dan Bukhara (Uzbekistan); Khujand dan Panjakent (Tajikistan); Balochistan (Pakistan, Afghanistan, Iran).

Kini, nama Khurasan tetap abadi menjadi sebuah nama provinsi di sebelah Timur Republik Islam Iran. Luas provinsi itu mencapai 314 ribu kilometer persegi. Khurasan Iran berbatasan dengan Republik Turkmenistan di sebelah Utara dan di sebelah Timur dengan Afganistan. Dalam bahasa Persia, Khurasan berarti ‘Tanah Matahari Terbit.’

Jejak peradaban manusia di Khurasan telah dimulai sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi (SM). Sejarah mencatat, sebelum Aleksander Agung pada 330SM menguasai wilayah itu, Khurasan berada dalam kekuasaan Imperium Achaemenid Persia. Semenjak itu, Khurasan menjelma menjadi primadona yang diperebutkan para penguasa.

Pada abad ke-1 M, wilayah timur Khurasan Raya ditaklukan Dinasti Khusan. Dinasti itu menyebarkan agama dan kebudayaan Budha. Tak heran, bila kemudian di kawasan Afghanistan banyak berdiri kuil. Jika wilayah timur dikuasai Dinasti Khusan, wilayah barat berada dalam genggaman Dinasti Sasanid yang menganut ajaran zoroaster yang menyembah api.
                                                                       ***
Khurasan memasuki babak baru ketika pasukan tentara Islam berhasil menaklukkan wilayah itu. Islam mulai menancapkan benderanya di Khurasan pada era Kekhalifahan Umar bin Khattab. Di bawah pimpinan komandan perang, Ahnaf bin Qais, pasukan tentara Islam mampu menerobos wilayah itu melalui Isfahan.

Dari Isfahan, pasukan Islam bergerak melalui dua rute yakni Rayy dan Nishapur. Untuk menguasai wilayah Khurasan, pasukan umat Islam disambut dengan perlawanan yang amat sengit dari Kaisar Persia bernama Yazdjurd. Satu demi satu tempat di Khurasan berhasil dikuasai pasukan tentara Islam. Kaisar Yazdjurd yang terdesak dari wilayah Khurasan akhirnya melarikan diri ke Oxus.
Setelah Khurasan berhasil dikuasai, Umar memerintahkan kaum Muslim untuk melakukan konsolidasi di wilayah itu. Khalifah tak mengizinkan pasukan tentara Muslim untuk menyeberang ke Oxus. Umar lebih menyarankan tentara Islam melakukan ekspansi ke Transoxiana.

Sepeninggal Umar, pemberontakan terjadi di Khurasan. Wilayah itu menyatakan melepaskan diri dari otoritas Muslim. Kaisar Yazdjurd menjadikan Merv sebagai pusat kekuasaan. Namun, sebelum Yadzjurd berhadapan lagi dengan pasukan tentara Muslim yang akan merebut kembali Khurasan, dia dibunuh oleh pendukungnya yang tak loyal.

Khalifah Utsman bin Affan yang menggantikan Umar tak bisa menerima pemberontakan yang terjadi di Khurasan. Khalifah ketiga itu lalu memerintahkan Abdullah bin Amir Gubernur Jenderal Basra untuk kembali merebut Khurasan. Dengan jumlah pasukan yang besar, umat Islam mampu merebut kembali Khurasan.

Ketika Dinasti Umayyah berkuasa, Khurasan merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Islam yang berpusat di Damaskus. Penduduk dan pemuka Khurasan turut serta membantu Dinasti Abbasiyah untuk menggulingkan Umayyah. Salah satu pemimpin Khurasan yang turut mendukung gerakan anti- Umayyah itu adalah Abu Muslim Khorasani antara tahun 747 M hingga 750 M.
                                                                      ***
Setelah Dinasti Abbasiyah berkuasa, Abu Muslim justru ditangkap dan dihukum oleh Khalifah Al-Mansur. Sejak itu, gerakan kemerdekaan untuk lepas dari kekuasaan Arab mulai menggema di Khurasan. Pemimpin gerakan kemerdekaan Khurasan dari Dinasti Abbasiyah itu adalah Tahir Phosanji pada tahun 821.

Ketika kekuatan Abbasiyah mulai melemah, lalu berdirilah dinasti-dinasti kecil yang menguasai Khurasan. Dinasti yang pertama muncul di Khurasan adalah Dinasti Saffariyah (861 M - 1003 M). Setelah itu, Khurasan silih berganti jatuh dari satu dinasti ke dinasti Iran yang lainnya. Setelah kekuasaan Saffariyah melemah, Khurasan berada dalam genggaman Dinasti Iran lainnya, yakni Samanid.

Setelah itu, Khurasan menjadi wilayah kekuasaan orang Turki di bawah Dinasti Ghaznavids pada akhir abad ke-10 M. Seabad kemudian, Khurasan menjadi wilayah kerajaan Seljuk. Pada abad ke-13 M, bangsa Mongol melakukan invasi dengan menghancurkan bangunan serta membunuhi penduduk di wilayah Khurasan.

Pada abad ke-14 M hingga 15 M, Khurasan menjadi wilayah kekuasaan Dinasti Timurid yang didirikan Timur Lenk. Khurasan berkembang amat pesat pada saat dikuasai Dinasti Ghaznavids, Ghazni dan Timurid. Pada periode itu Khuran menggeliat menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Tak heran, jika pada masa itu lahir dan muncul ilmuwan, sarjana serta penyair Persia terkemuka.

Sederet literatur Persia bernilai tinggi ditulis pada era itu. Nishapur, Herat, Ghazni dan Merv kota-kota penting di Khurasan menjadi pusat berkembangnya kebudayaan. Memasuki abad ke-16 M hingga 18, Khurasan berada dalam kekuasaan Dinasti Moghul. Di setiap periode, Khurasan selalu menjadi tempat yang penting.

Bangunan-bangunan bersejarah yang kini masih berdiri kokoh di Khurasan menjadi saksi kejayaan Khurasan di era kekhalifahan. Selain itu, naskahnaskah penting lainnya yang masih tersimpan dengan baik membuktikan bahwa Khurasan merupakan tempat yang penting bagi pengembangan ajaran Islam.


NUBUWAH AKAN DAJJAL


Kemunculan Dajjal merupakan fitnah terbesar dalam sejarah umat manusia di muka bumi. Dalam literatur Islam, disebutkan tentang sifat-sifat Dajjal, yaitu bahwa Dajjal adalah seorang manusia yang buta sebelah matanya. Ia pun terkenal sebagai oknum yang hebat dalam tipu daya hingga banyak umat muslimin mengikuti jejak langkahnya saat ia memunculkan diri.

“Barangsiapa yang mendengar ada Dajjal, maka hendaklah ia bersmbunyi darinya. Demi Allah, ada seseorang yang mendatanginya dan dia mengira bahwa ia akan tetap beriman lantas dia mengikutinya, karena banyaknya syubhat yang menyertainya.” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Al Hakim)

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah SAW melihat Dajjal dalam mimpi. Beliau melukiskan;

“laki-laki berbadan besar, berkulit kemerahan, rambutnya keriting, buta sebelah, matanya seperti sebutir anggur yang menonjol. Manusia yang paling mirip dengannya adalah Ibnu Qothn bin Khuza’ah.”

Perbincangan mengenai dimana turunnya Dajjal memang memiliki banyak penjelasan dan versinya masing-masing. Namun kita harus pandai-pandai dalam menyikapi dan mengumpulkan banyak hadis untuk melihat gamabran jernih tentang tempat turunnya Dajjal. Dalam penelusuran lebih jauh, riwayat-riwayat yang ada tidak memberikan informasi yang begitu rinci. Hadits Tamim Ad Dari yang diriwayatkan oleh Fatimah binti Qais menjelaskan posisi Dajjal berada di laut Yaman. Sedangkan janji Rasulullah SAW tentang tempat keluarnya Dajjal berada di wilayah Khurasan. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dimana Rasulullah SAW bersabda;

“Dajjal akan keluar di bumi bagian Timur yang disebut Khurasan. Ia diikuti oleh beberapa kaum yang wajah mereka seperti perisai yang dipukuli.”

Menurut Abu Fatiah Al Adnani dalam bukunya Fitnah dan Petaka Akhir Zaman, Khurasan adalah sebuah makna yang berarti tempat terbit matahari. Ia merupakan negeri yang amat luas meliputi beberapa negeri Persi, Afghanistan, dan Turkistan. Khurasan memanjang ke Asia antara sungai Amudariya sebelah utara serta Timur dan Gunung Hindukus sebelah selatan serta beberapa daerah Persi bagian Barat.

Tidak hanya itu, Khurasan juga memanjang ke beberapa negara seperti Shafad dan Sajistan. Oleh karena itu ia dinisbatkan dengan Negara-negara besar seperi Bukhari, Khawarizmi, Ghaznah, dan Isfahan. Dan Khurasan yang diketahui saat ini adalah Negara Persia yang terletak di bagian Timur dan Timur Laut Iran.

Masih menurut Abu Fatiah al Adnani, ia menyatakan bahwa sebagian penulis tentang fitnah Akhir Zaman membagi periode keluarnya Dajjal, yang pertama adalah Dzuhur yang berarti kemunculan dan Khuruj yang berarti keluarnya Dajjal. Kalimat Dzuhur dimaknai sebagai fase kemunculan dan Khuruj memiliki arti sebagai keluarnya dalam bentuk dan wujud yang bukan aselinya, waktunya sangat panjang dan itu terjadi sebelum kemunculan Al Mahdi.

Khuruj juga bermakna keluarnya Dajjal untuk yang terakhir kalinya dalam bentuk fisik sebagaimana yang disebutkan dalam banyak riwayat yaitu buta matanya dan bertuliskan kata ka fa ra tepat di dahinya. Fase keluarnya ini hanya terjadi selama 40 hari dan terjadi setelah keluarnya al Mahdi.
DR. Umar Sulaiman al Asyqar dalam kitabnya al Yaum al Akhir juga membagi dua periode antara munculnya Dajjal dan keluarnya Dajjal. Ia mengatakan bahwa Dajjal akan muncul dari timur, suatu daerah Persia bernama Khurasan. Ini dikuatkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, Hakim, Ahmad, dan Dhiya’ dalam al-Mukhtar, dari Abu Bakar Shiddiq yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda;

“Sesungguhya Dajjal muncul disebuah daerah di timur bernama Khurasan. Ia diikuti oleh orang-orang yang wajahnya seperti tameng yang ditempa palu.”

Dalam penjelasan lebih jauh, keluarnya Dajjal yang pertama kali adalah untuk unjuk kekuatan, membuat fitnah, teror, mencari pendukung, dan menebar propaganda bahwa dirinya adalah tuhan semesta alam. Peristiwa ini berlangsung selama waktu yang tidak diketahui. Selama masa ini pun Dajjal mendapatkan kemenangan dan banyak mengalahkan musuh-musuhnya.
Dalam suatu riwayat yang menunjukkan bagaimana proses kemunculan Dajjal pertama kali di muka bumi. Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Umamah Al Bahili;
“Di awal kemunculannya, ia berkata: ‘Aku adalah Nabi’, Padahal tidak ada nabi setelahku. Kemudian ia memuji dirinya sambil berkata: ‘Aku adalah Rabb (Tuhan) kalian’, padahal kalian tidak dapat melihat Rabb kalian sehingga kalian mati.” (HR. Ibnu Majjah. II/512-516)

Adapun keluarnya Dajjal yang terakhir kalinya adalah pada saat pertempuran akhir antara Dajjal dan kaum muslimin. Pendukung Dajjal saat itu bukan lagi para Yahudi yang tinggal di Israel. Mungkin saja Yahudi Israel saat itu sudah dikalahkan oleh kaum muslimin ketika penaklukan baitul Maqdis dilakukan oleh Al Mahdi.

Pendukung Dajjal sendiri adalah kaum Yahudi Asbahan yang tinggal di sebuah perkampungan Yahudiyyah. Jumlah mereka sebanyak 70.000 orang dengan memakai topi. Dari Anas bin Malik ra, sabda beliau SAW;
“Dajjal akan keluar dari kota Yahudi Isfahan (Wilayah di Khurasan, Iran, red.) bersama 70,000 penduduk Isfahan”. (Fath al-Rabbani Tartib Musnad Ahmad. Ibn Hajar berkata Shahih)

“Dajjal akan diikuti oleh 70.000 yahudi dari kota Isfahan (Nan), mereka memakai Al-Tayalisah”. (HR. Muslim)
Menurut Abu Fatiah al Adnani, keluarnya Dajjal dari arah Timur ini disebabkan oleh kemarahan, hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam hadits,
“Sesungguhnya Dajjal akan keluar karena suatu kemarahan” (HR. Muslim dan Ahmad dari Ibnu Umar)

Adapun peristiwa keluarnya Dajjal yang kedua kalinya adalah karena datangnya batsyatul kubra atau hantaman yang keras berupa meteor dari langit dan munculnya Dukhan). Dan ini terjadi setelah Al Mahdi dan kaum muslimin berhasil menaklukan Konstantin.


PROPAGANDA MEDIA WAHABI DENGAN MEMUNCULKAN KHURASAN ITU IRAN 

 MEDIA WAHABI SELALU AKAN MENGARTIKAN KHURASAN IRAN SEBAGAI TEMPAT MUNCULNYA DAJJAL..!!!! Mereka Lupa atau berusaha menutupi kajian awal Fitnah akhir zaman adalah "FITNAH NAJD"  tempat munculnya Tanduk Setan, juga mereka "WAHABI" tidak akan mengakui bahwa bangsa Arab akan tergantikan seperti qur'an surat Muhammad 38, dan mereka selalu ngotot engan "kajian tekstual mereka"..islam eschatology hadir sebagai bentuk kajian lain yang menyodorkan kajian sejarah, literasi juga wahyu nubuwah.

JIKA Anda mengetikkan keyword “70,000 Yahudi”, maka Google akan menyuguhkan Anda informasi-informasi seputar 70,000 Yahudi Iran yang akan menjadi pendukung Dajjal. Poinnya ada pada kata Isfahan yang diterjemahkan sebagai Iran. Logika kajian "GEOPOLITICS" saja sudah nampak jelas, bagaimana Arab Saudi yang justru asyik mesra dengan Zionis Israel, dan sebaliknya Iran, Hamas ( yang di cap syiah ini ) begitu gigih bela Palestina hingga Suriah, makanya tak heran jika Isu sunni syiah akan selalu mereka bawa ke Indonesia, sebagai "bumbu" ajaran merek buat yang awam, dalam penggiringan opini pembenaran AJARAN MUJASIMMAH WAHABI.

Hadis yang dipakai untuk kesenangan kaum Nawasib ini adalah sebagai berikut:

أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال يتبع الدجال من يهود أصبهان سبعون ألفا عليهم الطيالسة

Rasulullah saw. bersabda, “Dajjal akan diikuti oleh 70,000 Yahudi dari Isfahan, mereka memakai al-thayalisah.” Berdasarkan keterangan dalam Shahih Muslim, thayalisah adalah selendang yang tidak memiliki jahitan. Sedangkan orang-orang itu menerjemahkannya seperti ini:

“Dajjal akan diikuti oleh 70,000 Yahudi dari Isfahan, mereka memakai (jubah) al-thayālisah (yaitu jubah orang-orang Parsi (Syiah hari ini) yang tidak berjahit).”

Thayalisah sendiri adalah kain yang dipakai di kepala atau di tengkuk. Orang Yahudi Khazar menyebutnya sebagai طاليت (tallit). Sedangkan dalam bahasa Parsi, jubah disebut sebagai ‘Abā’a (عبا).

Mengenai hijrahnya 70,000 Yahudi ke Israel, dalam Jews under Muslim Rule The Case of Persia, David Littman menulis begini:“Thousands of Persian Jews found their way to Palestine especially in the last decade of the nineteenth century. This return continued into the twentieth century in spite of local fanaticism and the measures of the Ottoman government which forbade Jewish immigration. From 1948 to 1978, a further 70,000 became Israeli citizens; a similar number were still living in Iran in early 1979, principally in Teheran.”

“Ribuan orang Yahudi Persia bermigrasi ke Palestina terutama pada dekade terakhir abad kesembilan belas. Hal ini berlanjut sampai abad kedua puluh, disamping fanatisme lokal dan tindakan pemerintah Ottoman yang melarang imigrasi Yahudi. Dari tahun 1948 sampai 1978, telah ada 70.000 menjadi warga negara Israel; ‘jumlah yang serupa’ masih tinggal di Iran pada awal 1979, terutama di Teheran.”

Pada kalimat “jumlah yang sama masih tinggal di Iran pada awal 1979, terutama di Teheran”, ada sesuatu yang biasanya akan menjadi sumber kesenangan lagi bagi orang-orang pecinta perang: bahwa justru yang akan keluar mendukung Dajjal itu adalah “jumlah yang serupa” itu.
Ya sudah. Jika itu bantahannya, maka jawabannya adalah: “jumlah yang serupa” itu tak memakai thayalisah (tallit) seperti halnya Yahudi Israel. Illah penghukuman (bahwa Iran adalah negara dimana 70 ribu Yahudi pengikut Dajjal berada)—dengan demikian—jelas tidak ada pada Iran. Artinya, menerjemahkan 70 ribu Yahudi Isfahan sebagai orang-orang Iran itu hukumnya adalah “batal” atau “fasad”.

Lagi pula, jika diartikan bahwa “70 ribu Yahudi” itu adalah Syiah Iran, maka kesalahannya akan bertambah menumpuk, karena jumlah  penduduk Iran itu 80-an juta (lihat http://bit.ly/2kV7zaq). Dari 80-an juta penduduk itu, sekitar 60an jutanya adalah Syiah. Jadi, yang meng-qiyaskan “Yahudi Isfahan” dengan “Syiah Iran” itu salah, baik dengan metode qiyas lughat maupun qiyas manthiqi, karena perbandingannya tidak nyambung (ma’al fariq).

Tak berhenti sampai di situ, jika Anda mengetik keyword “Dajjal Iran”, maka Anda disuguhi dengan informasi-informasi “gila” seperti: Dajjal Muncul Dari Iran oleh Konsultasi Syariah; Kemunculan Dajjal Dimulai Dari Iran;  Dajjal, Yahudi, Iran, dan Syiah oleh Nahimunkar.com; Syiah dan Yahudi Bersatu Menyambut Sang Mata Satu oleh dakwatuna.com; Iran, Negeri Asalnya Dajjal; dan seterusnya dan seterusnya.

Padahal sumber pembicaraan adalah hadis ini:

الدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالمَشْرِقِ يُقَالُ لَهَا: خُرَاسَانُ
 
Bahwa Dajjal akan keluar dari Khurasan.
Sedangkan Khurasan pada saa itu terdiri dari Naisabur, Marw, Herat dan Balkh. Dan Dajjal akan keluar dari kota Marw, sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:

يخرج الدجال من مرو من يهوديتها

Dajjal akan keluar dari Marw, yaitu dari yahudinya.
Marw atau Merv atau Mary adalah kota yang terletak di Turkmenistan, dekat dengan Tejen dan Dushak, bukan di Iran.

Yahudi di sini tidak banyak, tetapi hubungan mereka dengan Israel sangat baik, secara historis maupun politis (lihat http://bit.ly/2q2xjIZ).

Bahkan, Marw pernah menjadi pusat utama dari konsentrasi populasi Yahudi di Asia Tengah, tepatnya pada abad ke16 (lihat http://bit.ly/2luBUhN). Pun pada tahun 1980an, Yahudi dari Persia berimigrasi dari Iran ke Turkmenistan, tepatnya di Kota Marw ini.

Justru, Merv—juga di Shahrisabz—ini menerima banyak imigran Yahudi yang lari dari Mashhad Persia karena komunitasnya banyak yang terpaksa masuk Islam (lihat http://bit.ly/2C0lK6z), yaitu pada tahu 1840.

Dikatakan bahwa pada pertengahan abad ke-19, Yahudi Bukharan (termasuk Yahudi Marw) mulai bermigrasi ke tanah Israel. Tanah yang terletak di Jerussalem ini dinamakan Bukharim Quarter (Sh’hunat HaBucharim), dan masih ada hingga sekarang.

Sudah mulai fahamkah, kenapa tafsir bahwa Dajjal akan keluar dari Iran itu PROPAGANDA WAHABI; dan—apalagi jika ditambah dengan—70 ribu pendukun Dajjal pun akan keluar dari Iran? Semoga faham.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.