Seberapa Serius Krisis Ekonomi di Iran?
Oleh Dina Sulaeman
Seberapa Serius Krisis Ekonomi di Iran?
Setelah mengamati komen-komen di status saya sebelumnya, saya putuskan untuk nulis lagi. Jadi gini.. kan sebagian komentator pada sok tau ekonomi Iran tuh dan menuduh saya jumping conclusion ketika mengaitkan kerusuhan di Iran akhir-akhir ini dengan AS. Tanggapan seperti itu wajar sih. Zaman now memang banyak expert (ahli) Iran dadakan dengan hanya berdasarkan info dari medsos. Sementara yang sudah sepuluh tahun lebih consern di kajian Timteng, bisa bahasa Arab dan Persia, dan udah nulis ribuan artikel dan beberapa buku, dianggap ga paham apa-apa. :)
Seberapa Serius Krisis Ekonomi di Iran?
Setelah mengamati komen-komen di status saya sebelumnya, saya putuskan untuk nulis lagi. Jadi gini.. kan sebagian komentator pada sok tau ekonomi Iran tuh dan menuduh saya jumping conclusion ketika mengaitkan kerusuhan di Iran akhir-akhir ini dengan AS. Tanggapan seperti itu wajar sih. Zaman now memang banyak expert (ahli) Iran dadakan dengan hanya berdasarkan info dari medsos. Sementara yang sudah sepuluh tahun lebih consern di kajian Timteng, bisa bahasa Arab dan Persia, dan udah nulis ribuan artikel dan beberapa buku, dianggap ga paham apa-apa. :)
Ok, begini. Narasi media Barat (dan para komentator) adalah: kerusuhan
di Iran akhir-akhir ini karena rakyat Iran ga puas terhadap kondisi
ekonomi, dan buruknya kondisi ekonomi adalah gara-gara bobroknya
pemerintah (dalam arti ‘eksekutif’ dan ‘sistem’). Intinya, rakyat sudah
muak dan pingin pergantian rezim. Jadi, kata mereka, ini GA ADA
KAITANNYA SAMA AMERIKA!
Baiklah, kita abaikan dulu faktor AS-nya (maklum, para expert dadakan ini kayaknya sulit banget memahami konstelasi politik global).
Pertanyaannya: SEBERAPA buruk ekonomi di Iran sehingga mereka sampai ingin PERUBAHAN REZIM?
Ini saya jelaskan datanya ya.
Sejak terkena sanksi ekonomi tahun 2012 lalu, perekonomian Iran memang dilanda krisis yang cukup serius. Sanksi terberat yang dijatuhkan buat Iran adalah larangan untuk melakukan jual beli segala jenis produk migas (termasuk petrokimia). Akibatnya, nilai mata uang Iran terhadap mata uang asing terus mengalami pelemahan.
Di 2012 - 2013 (akhir masa kepresidenan Ahmadinejad), 1 USD = 2800 Toman, saat ini 3800-4000 Toman (sekitar Rp13.500 per USD)
Inflasi juga cukup menggila. Harga-harga komoditas merangkak dengan sangat cepat. Data menunjukkan bahwa sepanjang Maret 2012 hingga Februari 2013 (tahun anggaran Iran mengikuti sistem penanggalan yang dimulai pada tanggal 21 Maret), tingkat inflasi di Iran mencapai angka 30,5%. Tahun berikutnya, meningkat menjadi 34,7%. Tahun 2014, terjadi penurunan angka inflasi hingga “hanya” 15,6%. Tahun 2015 turun lagi menjadi 11,9%. Kemudian, tahun 2016 lalu, turun lagi menjadi di bawah dua digit, yaitu 8,2%. [1]
Tahun ini angkanya masih belum keluar (angka resmi tahunan baru akan dirilis akhir Maret nanti). Akan tetapi, sampai triwulan ketiga, angkanya masih stabil di kisaran 6-7%.
Indikator lain yang sering disebut-sebut sebagai pemicu protes adalah tingkat pengangguran. Data menunjukkan bahwa angka pengangguran di Iran 1,76 juta dari 80,2 juta jumlah penduduk (berarti 2,2 % dari jumlah penduduk). [2] Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, artinya, memang pengangguran meningkat di Iran.
Tapi, supaya gampang membayangkan situasinya, tingkat pengangguran di Indonesia adalah 2,6 % dari jumlah penduduk.
Lalu, soal upah buruh. Upah buruh paling rendah di Iran (diberlakukan nasional, tidak seperti UMR) sebagaimana yang diumumkan oleh Kementerian Koperasi, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Sosial, adalah 930 Ribu Tuman (sekitar Rp 3,25 Juta). [3]
Bagaimana dengan GNP? Data menunjukkan bahwa pendapatan per kapita Iran mengalami kenaikan, dari 5.219 USD (tahun 2016) [4], menjadi 5.383 USD (tahun 2017). Sekedar info, pendapatan per kapita Indonesia adalah 3.604 USD.
Lalu, bagaimana dengan utang luar negeri? Wah, Iran malah bisa disebut sebagai salah satu negara dengan jumlah utang luar negeri paling sedikit di dunia. Total angkanya “hanya” di kisaran 8,48 Milyar USD (sekitar Rp 114 Triliun). Bandingkan dengan utang Indonesia sebesar USD 343,13 miliar atau setara dengan Rp 4.636 triliun.
Bagaimana dengan harga-harga kebutuhan pokok? Berikut ini adalah datanya. Saya ambil data paling mutakhir, yaitu kurang dari sebulan yang lalu. Harga-harga ini MEMANG NAIK dari tahun-tahun sebelumnya.
1. Bensin : 1.000 Toman (sekitar Rp 3.350) per liter. [6]
2. Gas: 700 Toman (sekitar Rp 2.400) per kilogram. [7]
3. Gandum (makanan pokok mereka adalah roti/nan dari gandum): 1.300 Toman (sekitar Rp 4.400) per kg. [8]
4. Daging: 42.000 Toman (sekitar Rp 140.000) per kg. [9]
5. Listrik: 45 Toman (sekitar Rp 160) per kwh (saya tidak salah menulis. Harga listrik di Iran adalah sekitar seratus enam puluh rupiah per kwh untuk pemakaian s.d. 100 kwh dalam sebulan. Bandingkan dengan Indonesia di mana harga listrik yg paling murahnya (kapasitas 900 watt) adalah Rp 1.352/kwh. [10]
Perbandingan data dan angka tersebut (antara Iran dan Indonesia) sama sekali TIDAK dalam konteks memuji-muji Iran atau untuk merendahkan Indonesia. Tidak sama sekali. Perbandingan ini hanya agar mudah dibayangkan sikonnya seperti apa.
Nah, jadi inilah gambaran singkat masalah perekonomian di Iran. Oiya, ditambah lagi, sekitar 25% PNS dipaksa pensiun dini; dan 50% pegawai honor diberhentikan (oleh pemerintah Rouhani). Akhir-akhir ini harga telur meningkat jadi 3x lipat (mencapai 30ribu per 9 butir).
Kembali ke pertanyaan awal: apakah kondisi seperti ini WAJAR bila berujung pada tuntutan penggantian rezim?
Kalau saya, akan menjawab : SANGAT MUNGKIN mereka menuntut pergantian pemerintah (eksekutif) yang enggak becus (yaitu Rouhani, yang sebenarnya sangat di-endorse Barat).
Tapi yang disuarakan media Barat dan cheerleader-nya di Indonesia (para "expert dadakan", termasuk di antaranya para ZSM) adalah: rakyat Iran menuntut perubahan sistem (sistem teokratis Islam, diganti dengan sistem demokrasi liberal). Kalau benar begitu, apa penjelasan untuk demo yang amat masif, diikuti jutaan orang di 1200 titik pada tanggal 9 Dey [30 Des] yang jelas-jelas mendukung ‘sistem’?
Apa penjelasan untuk provokator demo bersenjata yang sudah ditangkapi (berita terakhir, sudah ada lebih 500 orang, sebagiannya berpaspor ganda) yang diketahui membawa senjata, menembaki warga sipil, melakukan pengeboman, dll? Katanya warga sedang susah duit, kok bisa punya senjata buatan luar negeri dan bom?
Apa penjelasan untuk “seruan revolusi berbahasa Inggris” via twitter, serta banyaknya foto dan video hoax yang tersebar (misal, video demo di Bahrain, disebut di Iran; polisi sedang menjarah properti publik di negara Latin, disebut di Iran, foto ledakan entah dimana dan entah kapan, disebut di Iran), dll.
Khusus mereka yang paham geopolitik, paham betapa mirip polanya dengan Suriah, pasti tahu apa jawabannya dan paham apa kaitan semua ini dengan Amerika (dan mengapa ZSM jadi cheerleader-nya). Khusus buat yang paham lho ya. Para “expert dadakan” mana ngerti :D
---
[1] http://eghtesadgardan.ir/fa/news/1264
[2] http://www.tamin24.ir/News/21701.html
[3] https://www.mehrnews.com/news/3934535/
[4] https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD dan
https://www.gfmag.com/…/country-data/iran-gdp-country-report
[5] https://www.ceicdata.com/id/indicator/iran/external-debt
[6] dan [7] https://www.iranjib.ir/shownews/32719/
[8] https://www.isna.ir/news/96040401846
[9] http://price.forsatnet.ir/food/meat-price.html
[10] http://asiawattportal.ir/content/95
Foto: demo 9 Dey (30 Des 2017), demo pro-sistem, terlihat dari spanduk yang dipegang (matilah AS, matilah Inggris, matilah para pembuat fitnah)
Baiklah, kita abaikan dulu faktor AS-nya (maklum, para expert dadakan ini kayaknya sulit banget memahami konstelasi politik global).
Pertanyaannya: SEBERAPA buruk ekonomi di Iran sehingga mereka sampai ingin PERUBAHAN REZIM?
Ini saya jelaskan datanya ya.
Sejak terkena sanksi ekonomi tahun 2012 lalu, perekonomian Iran memang dilanda krisis yang cukup serius. Sanksi terberat yang dijatuhkan buat Iran adalah larangan untuk melakukan jual beli segala jenis produk migas (termasuk petrokimia). Akibatnya, nilai mata uang Iran terhadap mata uang asing terus mengalami pelemahan.
Di 2012 - 2013 (akhir masa kepresidenan Ahmadinejad), 1 USD = 2800 Toman, saat ini 3800-4000 Toman (sekitar Rp13.500 per USD)
Inflasi juga cukup menggila. Harga-harga komoditas merangkak dengan sangat cepat. Data menunjukkan bahwa sepanjang Maret 2012 hingga Februari 2013 (tahun anggaran Iran mengikuti sistem penanggalan yang dimulai pada tanggal 21 Maret), tingkat inflasi di Iran mencapai angka 30,5%. Tahun berikutnya, meningkat menjadi 34,7%. Tahun 2014, terjadi penurunan angka inflasi hingga “hanya” 15,6%. Tahun 2015 turun lagi menjadi 11,9%. Kemudian, tahun 2016 lalu, turun lagi menjadi di bawah dua digit, yaitu 8,2%. [1]
Tahun ini angkanya masih belum keluar (angka resmi tahunan baru akan dirilis akhir Maret nanti). Akan tetapi, sampai triwulan ketiga, angkanya masih stabil di kisaran 6-7%.
Indikator lain yang sering disebut-sebut sebagai pemicu protes adalah tingkat pengangguran. Data menunjukkan bahwa angka pengangguran di Iran 1,76 juta dari 80,2 juta jumlah penduduk (berarti 2,2 % dari jumlah penduduk). [2] Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, artinya, memang pengangguran meningkat di Iran.
Tapi, supaya gampang membayangkan situasinya, tingkat pengangguran di Indonesia adalah 2,6 % dari jumlah penduduk.
Lalu, soal upah buruh. Upah buruh paling rendah di Iran (diberlakukan nasional, tidak seperti UMR) sebagaimana yang diumumkan oleh Kementerian Koperasi, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Sosial, adalah 930 Ribu Tuman (sekitar Rp 3,25 Juta). [3]
Bagaimana dengan GNP? Data menunjukkan bahwa pendapatan per kapita Iran mengalami kenaikan, dari 5.219 USD (tahun 2016) [4], menjadi 5.383 USD (tahun 2017). Sekedar info, pendapatan per kapita Indonesia adalah 3.604 USD.
Lalu, bagaimana dengan utang luar negeri? Wah, Iran malah bisa disebut sebagai salah satu negara dengan jumlah utang luar negeri paling sedikit di dunia. Total angkanya “hanya” di kisaran 8,48 Milyar USD (sekitar Rp 114 Triliun). Bandingkan dengan utang Indonesia sebesar USD 343,13 miliar atau setara dengan Rp 4.636 triliun.
Bagaimana dengan harga-harga kebutuhan pokok? Berikut ini adalah datanya. Saya ambil data paling mutakhir, yaitu kurang dari sebulan yang lalu. Harga-harga ini MEMANG NAIK dari tahun-tahun sebelumnya.
1. Bensin : 1.000 Toman (sekitar Rp 3.350) per liter. [6]
2. Gas: 700 Toman (sekitar Rp 2.400) per kilogram. [7]
3. Gandum (makanan pokok mereka adalah roti/nan dari gandum): 1.300 Toman (sekitar Rp 4.400) per kg. [8]
4. Daging: 42.000 Toman (sekitar Rp 140.000) per kg. [9]
5. Listrik: 45 Toman (sekitar Rp 160) per kwh (saya tidak salah menulis. Harga listrik di Iran adalah sekitar seratus enam puluh rupiah per kwh untuk pemakaian s.d. 100 kwh dalam sebulan. Bandingkan dengan Indonesia di mana harga listrik yg paling murahnya (kapasitas 900 watt) adalah Rp 1.352/kwh. [10]
Perbandingan data dan angka tersebut (antara Iran dan Indonesia) sama sekali TIDAK dalam konteks memuji-muji Iran atau untuk merendahkan Indonesia. Tidak sama sekali. Perbandingan ini hanya agar mudah dibayangkan sikonnya seperti apa.
Nah, jadi inilah gambaran singkat masalah perekonomian di Iran. Oiya, ditambah lagi, sekitar 25% PNS dipaksa pensiun dini; dan 50% pegawai honor diberhentikan (oleh pemerintah Rouhani). Akhir-akhir ini harga telur meningkat jadi 3x lipat (mencapai 30ribu per 9 butir).
Kembali ke pertanyaan awal: apakah kondisi seperti ini WAJAR bila berujung pada tuntutan penggantian rezim?
Kalau saya, akan menjawab : SANGAT MUNGKIN mereka menuntut pergantian pemerintah (eksekutif) yang enggak becus (yaitu Rouhani, yang sebenarnya sangat di-endorse Barat).
Tapi yang disuarakan media Barat dan cheerleader-nya di Indonesia (para "expert dadakan", termasuk di antaranya para ZSM) adalah: rakyat Iran menuntut perubahan sistem (sistem teokratis Islam, diganti dengan sistem demokrasi liberal). Kalau benar begitu, apa penjelasan untuk demo yang amat masif, diikuti jutaan orang di 1200 titik pada tanggal 9 Dey [30 Des] yang jelas-jelas mendukung ‘sistem’?
Apa penjelasan untuk provokator demo bersenjata yang sudah ditangkapi (berita terakhir, sudah ada lebih 500 orang, sebagiannya berpaspor ganda) yang diketahui membawa senjata, menembaki warga sipil, melakukan pengeboman, dll? Katanya warga sedang susah duit, kok bisa punya senjata buatan luar negeri dan bom?
Apa penjelasan untuk “seruan revolusi berbahasa Inggris” via twitter, serta banyaknya foto dan video hoax yang tersebar (misal, video demo di Bahrain, disebut di Iran; polisi sedang menjarah properti publik di negara Latin, disebut di Iran, foto ledakan entah dimana dan entah kapan, disebut di Iran), dll.
Khusus mereka yang paham geopolitik, paham betapa mirip polanya dengan Suriah, pasti tahu apa jawabannya dan paham apa kaitan semua ini dengan Amerika (dan mengapa ZSM jadi cheerleader-nya). Khusus buat yang paham lho ya. Para “expert dadakan” mana ngerti :D
---
[1] http://eghtesadgardan.ir/fa/news/1264
[2] http://www.tamin24.ir/News/21701.html
[3] https://www.mehrnews.com/news/3934535/
[4] https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD dan
https://www.gfmag.com/…/country-data/iran-gdp-country-report
[5] https://www.ceicdata.com/id/indicator/iran/external-debt
[6] dan [7] https://www.iranjib.ir/shownews/32719/
[8] https://www.isna.ir/news/96040401846
[9] http://price.forsatnet.ir/food/meat-price.html
[10] http://asiawattportal.ir/content/95
Foto: demo 9 Dey (30 Des 2017), demo pro-sistem, terlihat dari spanduk yang dipegang (matilah AS, matilah Inggris, matilah para pembuat fitnah)
Post a Comment