AKAR GERAKAN ISIS HINGGA KHILAFAH


AKAR IDEOLOGI DAN GERAKAN ISIS ; DARI AL-QAEDA HINGGA KHILAFAH
Oleh ; Ahmad Hilmy Hasan

إِنَّهُ سَتَكُونُ هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُفَرِّقَ أَمْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ وَهْىَ جَمِيعٌ فَاضْرِبُوهُ بِالسَّيْفِ كَائِنًا مَنْ كَانَ

Sesungguhnya akan terjadi kekacauan dan kekacauan. Barangsiapa yang ingin memecah belah persatuan umat ini sedangkan mereka bersatu (di bawah pemimpin), maka hendaklah kalian penggal leher orang tersebut dengan pedang, siapapun orangnya.”HR. Imam Muslim: 6/22 (4902)


Keberagaman aliran pada Islam sejak ratusan tahun mulai dimanfaatkan oleh para lawan-lawannya. Apalagi setelah mulai meruncingnya perbedaan kelompok Sunni dan Syiah serta beberapa aliran lainnya yang semakin banyak. Bagi kaum zion dan satanic, hal itu justru menjadi “kartu As” , agar dapat mengadu domba diantara mereka. Maka,Grand Design pun mulai dimainkan. Bagaimana caranya?

Melalui manusia-manusia bergaris keras ini maka akan memunculkan faham-faham yang juga bergaris keras, pelan namun pasti, ajaran ditekuk, dipelintir, digeser, disalah-artikan, lalu merekrut pengikut yang juga bergaris keras. Kemudian ratusan bahkan ribuan orang yang memiliki naluri “satu species” ini pun menjadi alat zion, dimana mereka akan mencuat dan bergerak saat dibutuhkan.

Strategi dalam operasi sangat terselubung bernama  “The Hornet’s Nest” atau strategi“Sarang Lebah Hornet” lalu mulai dimainkan. Strategi yang bertujuan untuk membawasemua ekstrimis-ekstrimis utama dunia untuk bergerak ke satu tempat atau tujuan, dansebagian besar untuk mengguncang stabilitas negara yang dianggap musuhnya, terutama negara-negara Arab. Suatu waktu, sel-sel itu bagai singa yang hanya ditarik ekornya saja, yang tadinya tertidur pun dapat segera mengaum dan bergerak.

Fakta telah membuktikan, jika ditarik sejarahnya, kelompok Mujahiddin, Taliban, Al-Qaeda, Hammas, Bako Haram, Ahmadiyyah, bahkan Islamic Brotherhood dibuat, direstui, dibesarkan dan dibiayai oleh CIA, Mossad dan Zion beserta inteligen barat lainnya, untuk mengobrak-abrik dunia Islam.

Alhasil: bukannya memerangi Zionis, namun mereka justru bergerak untuk memerangi umat Islam itu sendiri, memerangi yang justru satu kepercayaan dengan mereka. Grand Design pun berhasil. Namun sang arsitek pun tetap bermuka serius, bahkan ikut mengutuk mereka lalu memburu mereka pula.

Ketika mereka saling berperang dan saling menghancurkan, tak ada kepentingan yang berarti bagi Zion, AS dan dunia barat untuk turut campur, hingga mereka semua yang bersaudara hancur. Kalah  jadi abu, menang jadi arang. Maka berikutnya, Zion dan sekutunya, tinggal memetik hasilnya.

Semua berawal sejak “Perang Dingin” (Cold War) antara Russia vs. AS, Israel dan dunia Barat. ISIS adalah pecahan dari Al-Qaida buatan AS, dari pecahan Mujahiddin yang juga buatan AS. Mujahiddin berasal dari Pakistan yang sengaja dibuat AS lalu dibawa ke Afganistan oleh AS untuk melawan Russia pada masa perang dingin thn 80-an.[1]

KILAS SEJARAH ISIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN AL-QAEDA

“ISIL”, “ISIS”, “Daesh”, dan “NIIS” beralih ke halaman ini.

Negara Islam Irak dan Syam (NIIS atau ISIL; bahasa Arab: الدولة الإسلامية في العراق والشام), juga dikenal dengan nama Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS atau ISIS , /ˈaɪsɪs/), Negara Islam Irak dan asy-Syam,[2] Daesh, atau Negara Islam (NI atau IS),[3] adalah kelompok militan Ekstremis Jihadis Salafi/Wahhabi. Kelompok ini dipimpin oleh dan didominasi oleh anggota Arab Sunni dari Irak dan Suriah. Pada Maret 2015, NIIS menguasai wilayah berpenduduk 10 juta orang di Irak dan Suriah. Lewat kelompok lokalnya, NIIS juga menguasai wilayah kecil di Libya, Nigeria, dan Afghanistan. Kelompok ini juga beroperasi atau memiliki afiliasi di berbagai wilayah dunia, termasuk Afrika Utara dan Asia Selatan.

Dalam bahasa Arab, kelompok ini dikenal dengan nama ad-Dawlah al-Islāmiyah fī ‘l-ʿIrāq wa-sy-Syām sehingga terciptalah kata Da’isy atau Daesh (داعش, pengucapan bahasa Arab: [ˈdaːʕiʃ]), singkatan “NIIS” dalam bahasa Arab. Pada tanggal 29 Juni 2014, kelompok ini menyatakan dirinya sebagai negara Islam sekaligus kekhalifahan dunia yang dipimpin oleh khalifahAbu Bakr al-Baghdadi dan berganti nama menjadi ad-Dawlah al-Islāmiyah (الدولة الإسلامية, “Negara Islam” (NI). Sebagai kekhalifahan, NIIS mengklaim kendali agama, politik, dan militer atas semua Muslim di seluruh dunia, dan “keabsahan semua keamiran, kelompok, negara, dan organisasi tidak diakui lagi setelah kekuasaan khilāfah meluas dan pasukannya tiba di wilayah mereka”.[4] Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut NIIS telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang. Amnesty International melaporkan bahwa kelompok ini telah melakukan pembersihan etnis“berskala sangat besar”. Kelompok ini dicap sebagai organisasi teroris oleh PBB, Uni Eropa dan negara-negara anggotanya,Amerika Serikat, India, Indonesia, Israel, Turki, Arab Saudi, Suriah, dan negara-negara lain. Lebih dari 60 negara secara langsung atau tidak langsung berperang melawan NIIS.

Gerakan ISIS bermula dari dibentuknya “Jamah Tauhid dan Jihad” di Iraq pada tahun 2004 oleh Abu Msh’ab Zarqowy. Kemudian pada waktu yang bersamaan Zarqowy menyatakan pembai’atannya terhadap pimpinan tertinggi Al Qoidah Usamah bin Ladin, dengan demikian ia langsung menjadi perwakilan resmi Al Qoidah di Iraq. Ketika Amerika menjajah Iraq pasukan Zarqowy sangat agresif dalam menentang penjajahan tersebut. Hal ini menyebabkan banyak pejuang Iraq yang bergabung dengan pasukan Zarqowy. Meskipun secara idologi mereka berbeda, akan tetapi kondisi perang menyebabkan mereka untuk bergabung dengan segala kekuatan dalam melawan penjajahan Amerika terhadap rakyat Iraq. Dengan berlalunya waktu pengaruh Zarqowy semakin kuat di tengah-tengah para pejuang Iraq dan jumlah pasukannya semakin bertambah dan membesar.

Pada tahun 2006 Zarqowy mengumumkan melalui sebuah rekaman tentang pembentukan ‘Majlis Syura Mujahidin” yang diketuai oleh Abdullah Rosyid Bagdady. Tujuan dari pembentukan “Majlis Syura Mujahidin” ini adalah untuk mengantisipasi perpecahan dikemudian hari antara berbagai kelompok pejuang yang tersebar di berbagai pelosok daerah Iraq. Namun sebulan setelah pernyataannya tersebut Zarqowy terbunuh, lalu posisinya digantikan oleh salah seorang tokoh Al Qoidah yang bernama Abu Hamzah Al Muhajir. Kemudian pada akhir tahun 2006 sebagian besar pasukan “Majlis Syura Mujahidin” berhasil mengambil sebuah keputusan bersama untuk mendirikan Negara Islam Iraq di bawah pimpinan Abu Umar Bagdadi.

Lalu pada tanggal 19 April 2010 pasukan Amerika mengadakan penyerangan udara besar-besaran terhadap salah satu daerah Iraq yang bernama Tsar-tsar. Sehingga terjadilah pertempuran sengit antara pasukan pejuang Iraq dengan penjajah Amerika. Satu minggu setelah pertempuran tersebut pasukan Al Qoidah memberikan pernyataan melalui internet bahwa Abu Umar Bagdadi (Pimpinan Negara Islam Iraq) dan Abu Hamzah Muhajir (Pimpinan Majlis Syura Mujahidin) telah terbunuh dalam pertempuran tersebut di kediaman mereka. Sekitar sepuluh hari berselang dari meninggalnya kedua orang tersebut diadakanlah rapat Majlis Syura Negara Islam Iraq. Dalam rapat Majlis Syura tersebut terpilihlah Abu Bakar Bagdadi sebagai pengganti Abu Umar Bagdadi menjadi Pimpinan Negara Islam Irag.

Abu Bakar Bagdadi, nama aslinya Ibrohim bin ‘Awad bin Ibrohim Al badri lahir disalah satu daerah di Iraq yang bernama Saamuraa’ pada tahun 1971. Ia adalah Alumni S3 Universitas Islam Bagdad yang berprofesi sebagai pengajar/ dosen. Saat Amerika menjajah Iraq Abu bakar Bagdadi bangkit ikut berjuang bersama rakyat Iraq di Saamuraa’, seketika itu ia hanya memimpin sebuah pleton kecil. Kemudian ia berkerjasama dengan beberapa orang yang terindikasi memiliki ideologi teroris untuk membentuk sebuah pasukan perang tersendiri. Saat Zarqowi mengumumkan pembentukan “Majlis Syura Mujahidin” tahun 2006 ia termasuk diantara pimpinan pasukan mujahidin yang bergabung kedalamnya. Saat itu ditunjuklah ia sebagai anggota Majlis Syura sekaligus menduduki posisi untuk menangani bagian pembentukan dan pengaturan urusan kesyariatan dalam “Majlis Syura Mujahidin”. Pada akhirnya ia menjadi orang kepercayaan Abu Umar Bagdadi dan ditunjuk sebagai penggantinya oleh Abu Umar Bagdadi sebagai pimpinan Negara Islam Iraq setelahnya. Inilah sekilas kronologi terpilihnya Abu Bakar Bagdadi sebagai pimpinan Negara Islam Iraq yang kemudian setelah meluaskan sayapnya ke Suriah dan mengklaim daerah-daerah yang sudah dibebaskan oleh para mujahidin lain dari kekuasan Basyar Asad dan menamakan kekuasaanya dengan Negara Islam Iraq dan Syam (ISIS) pada tanggal 9 April 2013.[5]

Setelah terjadinya perperangan di Suriah pada tahun 2011 antara tentara Basyar Asad dengan pasukan penentang penguasa, sebagian kelompok-kelompok mujahidin di Iraq ikut bergabung membantu pasukan penentang penguasa. Pada awal tahun 2014 pasukan penentang penguasa berhasil menguasai sebagian besar dari wilayah suriah, terutama perbatasan antara Suriah dan Iraq. Di antara pasukan yang membantu perjuangan Rakyat Suriah melawan pemerintahan Basyar Asad adalah pasukan Jabhah Nusroh yang merupakan pewakilan Al Qaidah untuk wilayah Syam di bawah pimpinan Abu Muhammad Al Faatih dan lebih popular dengan panggilan Al Jauwlaany. Diantara tokoh-tokoh Al Qaidah yang loyal dengan pasukan Jabhah Nusroh adalah Aiman Zawahiri, Abu Qotadah Palestini dan Abu Muhammad Maqdisi.[6]

Pada tanggal 9 April 2013, Abu Bakar al-Baghdadi mengumumkan melalui sebuah rekaman bahwa pasukan Jabhah Nushrah adalah bagian dari Negara Islam Irak. Dan ia mengganti penyebutan Jabhah Nushrah dengan nama Negara Islam Iraq dan Syam (ISIS). Selang beberapa hari setelah itu, Abu Muhammad al-Jaulani sebagai pimpinan Jabhah Nushrah menjawab pernyataan Abu Bakar al-Baghdadi dalam sebuah rekaman pula. Dalam rekaman tersebut, ia menjelaskan tentang hubungan antara Negara Islam Irak dengan Jabhah Nushrah.

Kemudian, ia menyatakan penolakan keinginan Abu Bakar al-Baghdadi untuk menyatukan Jabhah Nushrah ke dalam Negara Islam Irak yang dipimpin Bagdadi. Setelah itu, ia manyatakan pembaiatannya terhadap pasukan al-Qaeda di Afghanistan. Selang beberapa hari setelah itu, pemimpin al-Qaeda yang lainnya mendukung pernyataan penolakan terhadap klaim Abu Bakar al-Baghdadi. Secara tegas, sekitar bulan November 2013, Aiman Zawahiri menyatakan bahwa ISIS bukan bagian dari al-Qaeda, dan Al-Qaeda berlepas diri dari ISIS yang kejam dan bengis terhadap sesama muslim. Bahkan para tokoh al-Qaeda di berbagai negara menyebut bahwa ISIS adalah kaum Khawarij Kontemporer karena sangat eksrim terhadap orang Islam di luar kelompok mereka, dengan sebutan murtad. Mereka melakukan aksi-aksi kekerasan yang sangat naif terhadap rakyat sipil dan pasukan mujahidin lain, baik di Irak maupun di Suriah.

Pada awalnya, Abu Bakar al-Baghdadi hanya ditugasi untuk menangani urusan pembebasan Iraq, adapun Suriah sudah di bawah kendali pimpinan al-Qaeda Syam. Alasan lain adalah akan terjadinya kekacauan antara sesama kelompok mujahidin yang sedang berjihad di lapangan tempur, bila ada pengklaiman pendirian negara, karena hat ini perlu dibicarakan dengan seluruh elemen yang berjuang dalam pembebasan Suriah. Sejak saat itu, mulailah terjadi gesekan

antara ISIS dengan pasukan-pasukan lain yang sedang berjuang melawan pasukan Bashar Asad di Suriah. Hari demi hari, ISIS semakin menunjukkan kebiadabannya baik terhadap mujahidin lain yang di luar pasukan mereka maupun terhadap rakyat sipil. Mereka meledakkan pos-pos mujahidin dan tempat-tempat pengungsian dengan bom mobil.

Bahkan mereka menghadang konvoi bantuan makanan dan kesehatan di tengah perjalanan yang disalurkan oleh relawan kemanusian dari berbagai Negara Muslim di dunia untuk rakyat Suriah yang sedang berada di pengungsian. Lalu bantuan bahan makanan dan kesehatan tersebut mereka rampas. Bahkan sebagian dari tim relawan yang membawa bantuan kemanusiaan, ada yang mereka siksa atau mereka bunuh.

Pada tanggal 29 Juni 2014, juru bicara ISIS memaklumatkan Abu Bakar al-Baghdadi sebagai Khalifah Muslimin dan nama negera dirubah dari ISIS menjadi Negara Islam. Dari sinilah ISIS melihat setiap orang yang enggan untuk membaiat Abu Bakar al-Baghdadi adalah kafir, karena telah menentang penegakan Negara Islam dan penerapan syariat Islam. Dan mereka melihat memerangi dan membunuh kaum murtad didahulukan dari memerangi orang kafir asli. Karenanya, tidak sedikit kaum Muslimin yang mereka bunuh, baik dari kalangan mujahidin, maupun rakyat sipil dari wanita dan anak-anak dengan cara yang amat keji dan kejam. Perbuatan biadab tersebut mereka sebarkan melalui internet. Tujuan mereka memperlihatkan kekejian tersebut adalah sebagai ancaman dan untuk menghembuskan rasa ketakutan terhadap orang yang enggan menerima keputusan mereka. Semenjak diprolamirkan berdirinya ISIS, sejak itu pula berlangsung pembunuhan dan pembantaian terhadap sesama Muslim dan terhadap jiwa-jiwa lainnya baik di Irak maupun di Suriah.[7]

 AKAR DAN DOKTRIN IDEOLOGI ISIS

Secara singkat dapat dikatakan, ideologi dari ISIS adalah Salafi Jihadi (Crethi, Plethi,2015). Ideologi ini sama dengan Al Qaeda dan Taliban. Bedanya dalam pendekatanya mengenai penegakan Khalifah Islam. Kelompok Jabhat Al Nusra, kelompok Al Qaeda di dalam perang sipil Suriah, yakin bahwa rencana jangka panjangnya menegakkan Kekhalifahan. Namun mereka berpendapat waktunya belum tepat.

Proses lahirnya ISIS sampai mendeklarasikan sebagai Kekhalifahan tidak lepas dari pemikiran yang berkembang di Timur Tengah yang berakar dari pemikiran Wahabi. Paham  Wahabi  dibangun  oleh  Muhammad  bin  Abdul  Wahab  (1115-1206H) atau (1703-1792M),  seorang ulama asal  Uyainah, Najd, di belahan timur Jazirah  Arab.  Ayahnya,  ‘Abdul  Wahab  adalah  hakim  (qadi)  pengikut  madhhab Ahmad  ibn  Hanbal.  Karena  itu  istilah  Salafisme  atau  paham  Salafi  sering  diartikan secara bertukar ganti dengan “Wahabi” (Fahrur Razi).

Selain mengikuti Muhammad bin Abdul Wahhab, mereka juga mengikuti Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ketujuh hijriyah. Ulama yang lebih dahulu dari Abd Wahhab dalam mendakwahkan puritanisme. Karena itu para pegiat dakwah Salafi  pada  umumnya  menaruh hormat  yang  tinggi  kepada  Ibnu  Taimiyyah.

Sekalipun  beberapa  ulama  Mesir  pada  abad  ke-19  yaitu  Muhammad  Abduh, Jamaluddin  al-Afghani,  dan  Rasyid Ridha  dikenal  sebagai  pegiat  puritanisme, tetapi  sebagian  kaum  Salafi  menolak  pemikiran  mereka,  karena  mereka menerima, bahkan menganjurkan umat Islam melakukan rasionalisasi pemikiran dan menerima “modernisme”.

Menurut Fahrur Razi, Wahabi berganti baju menjadi Salafi atau terkadang  Ahl al-Sunnah  yang seringnya tanpa diikuti dengan kata wa al-Jama’ah karena mareka risih disebut wahabi. Selain itu, mereka juga mengalami banyak kegagalan dalam dakwahnya karena penisbatan tersebut.

Roel Meijer dalam Global Salafism : Islam’s New Religious Movement dikutip Fahrur Razi menyebutkan ada empat doktrin Salafi. Pertama,  program  Wahabisme  untuk  kembali  kepada  sumber-sumber  pokok Islam (al-Qur’an dan Hadis), sedang secara faktual mengikuti  madzhab Hanbali.

Hal ini memperlihatkan adanya kondradiksi. Reformer Nasir al-Din al-Bani (1914-1999), seorang yang paling berpengaruh terhadap salafisme modern, seorang pertama yang menggambarkan kontradiksi ini dalam Wahabisme. Stephane Lacroix menunjukkan bahwa al-Bani dipengaruhi oleh reformer salafi liberal akhir abad ke 19, yang menolak pemujaan kuburan syekh dan taqlid, dan mempromosikan ijtihad. Akan tetapi al-Bani lebih radikal dari pada para reformer tersebut dalam hal studi hadis sebagai poin sentral gerakan reformisnya, yang mengarahkannya kepada ilmu pengetahuan.[8]

Kedua,  regulasi  hubungan  antara  orang  mukmin  dan  bukan  mukmin. Kontribusi  Wahabisme  terhadap  Salafisme  adalah  perlakuan  keras  terhadap orang asing dan  sekte-sekte yang non-Wahabi. Di sinilah muncul konsep ajaran al-Wala’ wa al-Bara’  (kesetiaan dan penolakan) atau antara orang mukmin dan bukan  mukmin.  Wilayah  non  Wahabi  disebut  sebagai  negara  orang-orang musyrik  (bilad al-mushrikin). Hal ini dapat digunakan untuk memahami perang dengan kerajaan Ottoman dan invasi ikhwan (pasukan khusus Wahabi) ke Iraq.

Ketiga,  tema  Wahabi  yang  mempengaruhi  Salafisme  dan  telah menjadikannya  radikal  adalah  penolakannya  terhadap  Syi’ism  sebagai  bid’ah dengan dua alasan:

(1)  orang-orang Syi’ah  mengkultuskan imam dan,

(2) orang-orang  Syi’ah  menolak  tiga  Khulafa’  Rashidun  (632-661)  dan  karenanya  orang-orang Syi’ah menolak sahabat Nabi dan otentisitas hadits yang merupakan dasar doktrin wahabi.[9]

Keempat,  ambisiuitas  Wahabisme  yang  diwariskan  kepada  Salafisme modern adalah pada praktik Hisba,  yakni  al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahy ‘an al Munkar.  Meskipun  praktik  ini  berlangsung  lama  dan  telah  eksis  sejak  masa Dinasti  Abbasiyah  (750-1258M)  dan  dinyatakan  oleh  Ibnu  Taimiyah  sebagai bentuk  puncak  jihad,  hal  tersebut  dipertahankan  oleh  Wahabisme  untuk menegaskan sikap moral kerasnya terhadap masyarakat dan meluruskan deviasi seperti  merokok,  memuja  tempat  keramat,  dan  bentuk-bentuk  lain  yang tergolong perbuatan syirik.

Menurut Crethi Plethi (2015) gerakan Salafi ini memfokuskan kepada studi keagamaan dan berdakwah sebagai cara untuk menciptakan masyarakat dan negara Islam. Namun dalam gerakan salafi ini muncul faksi ekstrim yang disebut Salafiyya Jihadiyya (Jihad Salafi). Pandangan ideologis yang mempengaruhi perkembangan salafi muncul dari Sayyid Qutb (1906-1966) yang menginspirasi perlawanan dengan jalan keras (radikal).

Puncak dari karakter ideologi ISIS ini mengumumkan terbentuknya Khilafah Islam 25 Juni 2014 sebagai perlawanan terhadap dunia yang tidak mendasarkan kehidupannya pada ajaran Islam. Ideologi ISIS ini juga berangkat dari paham Sunni yang mendasarkan kepada kehidupan kaum Salafiy. Oleh karena itulah kebangkitan ISIS menimbulkan persoalan baru relasi mereka dengan kelompok Syi’ah. Dari sikap-sikap ISIS terlihat mereka sangat kejam dalam memperlakukan kaum Syi’ah dan kelompok Sunni yang tidak sejalan. Selain itu pendukung ISIS melakukan aksi merusak peninggalan peradaban lama yang dianggap musyrik sebagai refleksi paham yang berakar dari Wahabisme. (Asep Setiawan)

GERAKAN PEMURNIAN DAN LEGITIMASI SALAFIY-WAHABI

Kata “Salafi” diasosiasikan dengan al-Salaf al-Shalih yang bermakna orang terdahulu yang saleh, yakni para ulama klasik  yang menjadikan Al-Qur’an dan Hadith sumber ajaran Islam.[10]

Menurut Abu al-Fadl Muhamad ibnu Manzur, kata Salafi merupakan sebuah bentuk penisbatan kepada al-Salaf yang mana secara bahasa bermakna “orang-orang yang hidup sebelum zaman kita”.[11] Adapun secara terminologi, al-Salaf dapat diartikan sebagai generasi tiga abad pertama sepeninggal Rasulullah, yakni para sahabat Nabi Saw., kemudian para Tabi’in [12], dan Tabi’ al-Tabi’in.[13]

Oleh karena itu, seorang Salafi berarti seseorang yang mengikuti jalan para sahabat Nabi Saw., Tabi’in, dan Tabi’ al-Tabi’in dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.[14]

Dengan kata lain, Salafi adalah orang atau kelompok yang  memahami Islam dan mempraktikkannya dengan mengambil teladan kepada al-Salaf al-Shalih.[15]

Manhaj Salafi berangkat dari pandangan, bahwa Islam telah sempurna pada zaman Nabi Muhammad dan dua generasi sesudahnya, tetapi dalam perjalanan waktu hingga kini, Islam telah mengalami banyak kontaminasi dan banyak penyimpangan serta tambahan-tambahan yang tidak dikehendaki sebagai akibat dari pengaruh kultur dan berbagai paham serta perjumpaannya dengan masyarakat-masyarakat di berbagai belahan dunia. Untuk itulah mengapa dakwah salafi selalu mengajak memurnikan ajaran Islam dengan cara membersihkan umat dari tambahan-tambahan yang dianggap menyesatkan dan disebut dengan bid’ah  dan khurafat, serta merasa berkewajiban membimbing umat kembali kepada ajaran yang benar menurut ukuran paham mereka, yang menurut mereka pahamnya adalah ajaran sebagaimana dipahami oleh Salafus Saleh. Mereka meyakini bahwa al-Qur’an, Sunnah dan ijma’ ulama cukuplah sudah menjadi petunjuk bagi orang Islam. Semua ulama Salafi menyepakati prinsip ini.

Paham Wahabi dibangun oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1115-1206H) atau (1703-1792M),  seorang ulama asal Uyainah, Najd, di belahan timur Jazirah Arab. Ayahnya, ‘Abdul Wahab adalah hakim (qadli) pengikut madhhab Ahmad ibn Hanbal. Karena itu istilah Salafisme atau paham Salafi sering diartikan secara bertukar ganti dengan “wahabi”[16].

Selain mengikuti Muhammad bin Abdul Wahha>b, mereka juga mengikuti Ibnu Taimiyah yang hidup di abad ketujuh hijriyah. Ulama yang lebih dahulu dari Abd Wahhab dalam mendakwahkan puritanisme. Karena itu para pegiat dakwah Salafi pada umumnya menaruh respek yang tinggi kepada Ibnu Taimiyyah. Sekalipun beberapa ulama Mesir pada abad 19 yaitu Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, dan Rasyid Ridha dikenal sebagai pegiat puritanisme, tetapi sebagian kaum Salafi menolak pemikiran mereka, karena mereka menerima, bahkan menganjurkan umat Islam melakukan rasionalisasi pemikiran dan menerima “modernism”.

Wahabi berganti baju menjadi Salafi atau terkadang Ahl al-Sunnah yang seringnya tanpa diikuti dengan kata wa al-Jama’ah karena mareka risih disebut wahabi. Selain itu, mereka juga mengalami banyak kegagalan dalam dakwahnya karena penisbatan tersebut.[17]

Sejarawan Saudi Uthman ibn ‘Abdullah ibn Bishr memuji Ibn ‘Abdul Wahab sebagai orang yang mendapat berkah dari Tuhan sehingga mampu memahami masalah yang bertentangan dan menunjukkan jalan yang lurus kepada masyarakat. Namun ayah dan kakak kandung Ibn ‘Abdul wahab sendiri telah mencium gelagat tak beres dalam pemikiran pendiri Wahabi ini. Konon, ‘Abdul Wahab diberhentikan dari posisi sebagai hakim dan diperintahkan meninggalkan ‘Uyainah, karena ulah anaknya yang ganjil dan berbahaya ini. ‘Uthman menghindari menceritakan detail perselisihan anak dengan ayah dan kakak kandungnya secara diplomatis dengan mengungkapkan sebagai “percakapan di antara keduanya” (waqa’a baynahu wa bayna abihi kalam)[18]belakangan Sulaiman ibn ‘Abdul Wahab, kakak kandung pendiri Wahabi ini, mengkritik dan menulis penolakan tentang pemikiran adik kandungnya ini, yaitu dalam dua bukunya, al-Sawa’iq al-Ilahiyah fi al-Radd ‘ala al-Wahhabiyah[19] dan Fasl al-Khitab fi al-Radd ‘ala Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab.[20]

Para pengikut Salafi juga mengidentifikasi diri mereka sebagai kelompok Ahl-al-sunnah wa al-Jama’ah yang paling legitimate, mereka meyakini sebagai al-Firqah al-Najiyah, yaitu golongan yang selamat. Mereka juga menyebut dirinya sebagai al-Taifah al-Mansurah, kelompok yang senantiasa ditolong dan dimenangkan oleh Allah. Mereka juga mengklaim diri sebagai Ahl al-Hadith wa al-Athar dikarenakan berpegang teguh pada hadis dan athar di saat orang-orang banyak yang mengedepankan akal.

Di antara pendukung Salafi ada yang mengklaim bahwa paham Salafi telah ada sejak masa Nabi itu sendiri, akan tetapi faktanya Salafi kontemporer pada umumnya merujuk pada Muhammad bin ‘Abdul Wahab dan Ibn Taimiyah serta muridnya, Ibn Qayyim al-Jauziya. Para ulama ini sejatinya adalah pengikut pemikiran  Ahmad bin Hanbal, pendiri madhhab Hanbali yang membela dan menaruh perhatian sangat besar terhadap sunnah sebagai sumber yang harus diperhatikan dalam menetapkan hukum. Apresiasi yang tinggi terhadap Ahmad bin Hanbal oleh kaum Salafi merupakan konsekuensi dari apresiasi mereka terhadap al-Salaf al-Salih. Kaum Salafi menganggap diri mereka sebagai pengikut langsung Nabi Muhammad dan merasa sebagai satu-satunya representasi kaum dalam mewarisi kesalehan Salafus Saleh.

Salah satu perbedaan antara NIIS dan gerakan Islamis atau jihadis lainnya seperti al-Qaeda adalah penekanannya pada eskatologi dan apokaliptisme iman kepada Hari Akhirat dan keyakinan bahwa kedatangan Imam Mahdi sudah dekat. NIIS percaya bahwa mereka akan mengalahkan pasukan “Romawi” (Rum) di kota Dabiq sesuai takdir yang telah digariskan.[21] Mengikuti penafsiran Hadits Dua Belas Imam, NIIS juga percaya bahwa al-Baghdadi akan digantikan oleh empat khalifah yang sah.

Seorang pakar Islamisme militan, William McCants, menulis:

Hari Kiamat memenuhi propaganda Negara Islam. [Hari Kiamat] merupakan nilai jual utama untuk para pejuang asing yang ingin mendatangi tempat-tempat yang diramalkan menjadi ajang pertempuran terakhir [umat Islam]. Perang saudara yang berkobar di negara-negara tersebut [Irak dan Suriah] menguatkan ramalan ini. Negara Islam terus mengompori api-api kiamat. […] Bagi generasi Bin Laden, hari kiamat bukan alasan perekrutan yang efektif. Dua dasawarsa lalu, sejumlah negara di Timur Tengah jauh lebih stabil dan berhasil meredam sektarianisme. Saat itu lebih baik mengangkat isu pemberantasan korupsi dan tirani daripada perlawanan terhadap Antikristus [Dajjal]. Kini, hari kiamat menjadi alasan perekrutan yang dirasa lebih masuk akal.

KESESATAN IDEOLOGI

Berikut ini kita sebutkan beberapa kesesatan ISIS yang paling fatal dan persis sama dengan sifat-siafat Khawarij yang dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi, diantara adalah:

Pertama: Mengklem bahwa pimpinan mereka adalah sebagai Khalifah yang wajib dibai’at dan dita’ati oleh setiap muslim.

Semenjak kemunculan khawarij dalam sejarah Islam mereka selalu mengklem bahwa pemimpin mereka adalah pemimpin yang sah dan mutlak untuk ditaati. Karena menurut mereka seorang pemimpin harus terlepas dari dosa-dosa besar. Bila seorang pemimpin terjatuh kedalam dosa besar maka menurut mereka pemimpin tersebut wajib diganti. Bahkan harus dibunuh karena ia telah kafir dengan dosa tersebut, kecuali taubat dan menyatakan keislamannya kembali. Oleh sebab itu sejak dulu Negara Khawarij tidak pernah stabil dan bertahan lama. Selama pemimpin mereka manusia, maka ia sangat

berpeluang untuk jatuh kedalam dosa. Sangat sulit dan tidak akan pernah ada pemimpin yang bebas dari dosa.

Pengkleman seorang penguasa tentang dirinya sebagai Khalifah umat Islam sudah sering terjadi dalam sepanjang sejarah umat Islam setelah umat Islam mengalami kemunduran dalam kekuatan politik semenjak masa Dinasti Umawiyah, Abasiyah sampai Dinasti Utsmaniyah. Bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang mengaku sebagai Imam Mahdi akhir zaman. Terakhir peristiwa pengkleman tesebut dilakukan oleh kelompok Juhayman di kota Makkah pada tahun 19791[22]. Peristiwa-peristiwa tersebut telah memakan korban yang cukup banyak dari kalangan kaum muslimin. Hal yang melatar belakangi peristiwa-peristiwa serupa biasanya dimulai dari proses dalam pembelajaran agama yang jauh dari bimbingan para ulama. Terutama dalam memahami dalil-dalil yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di akhir zaman. Kemudian ditambah lagi oleh kondisi umat yang memprihatinkan, membuat sebagian orang ingin menjadi pahlawan di siang bolong. Dan sebab yang lebih dominan adalah kecintaan terhadap kekuasaan, sebagian orang ada yang menjadikan argumentasi agama demi mencapai tujuan hawa nafsunya. Maka Abu Bakar Bagdady bukanlah orang pertama yang mengaku dirinya sebagai Khalifah dalam sejarah Islam. Bahkan di antara mereka yang mengaku sebagai Khalifah terdapat orang jauh lebih baik kepribadiannya dari Abu Bakar Bagdadi. Akan tetapi pengakuan mereka tersebut berlaku pada wilayah yang mereka kuasai semata. Disebut khalifah karena ia pengganti penguasa sebelumnya, bukan dalam artian khalifah sebagai penguasa umat Islam di seluruh penjuru dunia[23].

Maka khalifah dalam pengertian tersebut, bisa disamakan pada setiap pemimpin muslim yang memimpin kaum muslimin di wilayah Negara manapun. dijelaskan oleh Syeikh Muhamad Mubarakfuri bahwa pada abad ke 5H banyak sekali penguasa yang menyebut dirinya khalifah. Di Andalus ada lima orang, masing-masing menyebut dirinya khalifah dan termasuk pula penguasa Mesir dan Dinasti Abasiyah di Bagdad, sampai yang mengaku khalifah di berbagai penjuru dunia dari kalangan Alawiyah dan khawarij. Hal inilah yang dimaksud oleh sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam: “Akan terdapat khalifah-khalifah yang terlalu banyak“[24]. (HR. Muslim).

Hal yang senada juga dijelaskan imam Nawawi dalam kitabnya “Syarah Shohih Muslim”[25].

Adapun Khilafah dalam artian melindungi segenap umat Islam di seluruh pelosok sedunia, telah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bahwa pemerintahan yang berbentuk kekhalifahan seperti ini hanya berlangsung selama 30 tahun setelah beliau wafat. Kemudian setelah itu bentuk pemerintahan akan berubah menjadi kerajaan.

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:

الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ثم ملك بعد ذلك

“Kekhilafahan di tengah umatku selama tiga puluh tahun, kemudian setelah kerajaan“.[26]

Kedua: Mengkafirkan setiap muslim yang tidak mau membai’at khalifah mereka.

Salah satu dari kebiasaan orang-orang khawarij sejak dulu kala adalah kegemaran mereka dalam mengkafirkan orang muslim yang tidak mau menerima pandangan dan pendapat mereka. Jika duhulu mereka berani mengkafirkan seperti Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu sahabat yang mulia dan dijamin masuk surga oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, bagaimana dengan pemimpin setelahnya atau pemimpin-pemimpin yang ada saat ini? Jika zaman sekarang mereka berani mengkafirkan Syeikh Bin Baz bagaimana dengan ulama yang lainnya?

Sesuai dengan berbagai informasi yang kita peroleh dari berbagai sumber, pasukan ISIS sangat mudah mengobral vonis kafir terhadap muslim yang di luar kelompok mereka.

Rasul kita Muhammad shalallahu’alaihi wassalam telah memperingatkan umatnya dari jauh-jauh hari agar mereka tidak bermudah-mudah dalam memponis murtad atau kafir antara sesama mereka. Dimana bila seorang muslim dituduh kafir oleh sorang muslim lain, maka ucapan tersebut melekat pada salah seorang mereka. Bila yang dituduh tidak demikian adanya, maka ucapan tersebut kembali kepada orang yang menuduh kafir.

إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا

“Apabila seseorang mengkafirkan saudaranya maka sungguh salah seorang dari keduanya telah terkena kalimat tersebut“.[27]

Dalam riwayat lain berbunyi:

أَيُّمَا امْرِئٍ قَالَ لأَخِيهِ يَا كَافِرُ. فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا إِنْ كَانَ كَمَا قَالَ وَإِلاَّ رَجَعَتْ عَلَيْهِ

“Siapaun yang berkata kepada saudaranya: Hai kafir! maka sungguh salah seorang dari keduanya telah terkena kalimat tersebut, jika adanya seperti ia ucapkan, dan jika tidak maka ucapan tersebut kembali kepada yang mengucapkannya“.[28]

Ketiga: Menghalalkan darah setiap orang yang tidak mau membai’at khilafah mereka.

Diantara kesesatan khawarij dari sejak dulu kala dengan menghalalkan darah orang yang di luar kelompok mereka. Bahkan sesama kelompok khawarij sekalipun dengan alasan yang sangat sepele mereka dengan mudah melakukan pembunuhan. Meskipun orang yang akan mereka eksekusi nyata-nyata mengucapakan dua kalimat syahadat di hadapan mereka secara jelas, akan tetapi mereka tetap menyiksa dan membunuhnya dengan cara sadis dan kejam. Bahkan mereka meledakkan masjid yang dipenuhi oleh jamaah menunaikan sholat jum’at.

Dalam dokrin ISIS memerangi muslim yang di luar kelompok mereka yang mereka sebut sebagai orang yang murtad lebih utama untuk dibunuh dan diperangi sebelum memerangi orang-orang kafir asli.

Lihatlah bagaimana yang dilakukan oleh pendahulu mereka terhadap seorang sahabat nabi yang bernama Abdullah bin Khabbaab, mereka membunuhnya dan membelah perut isterinya sedang hamil di hadapannya.[29]

Sesuai dengan informasi yang kita dapatkan dari orang yang langsung menyasikan kekejam ISIS, sungguh perbuatan mereka jauh lebih keji, lebih kejam, lebih sadis dan lebih hina dari khawarij-khawarij yang terdahulu.

Bahkan mereka melakukan pembunuhan secara membabi buta, tanpa memperdulikan orang baik atau bukan, orang yang diberi jaminan keamanan atau bukan.

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:

مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلاَ يَتَحَاشَ مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَلَسْتُ مِنْهُ

“Barangsiapa yang meninggalkan ketaatan kepada pemimpin dan keluar dari jama’ah (persatuan)! Lalu ia mati, maka ia mati dalam kejahilian. Barangsiapa yang berperang di bawah bendera kesesatan, ia marah demi kelompok tertentu atau karena mengajak kepada kelompok tertentu, atau karena mendukungnya! Lalu ia terbunuh, maka ia terbunuh dalam kajahilian. Barangsiapa yang memberontak atas umatku, ia membunuh orang baik maupun yang jahat, dan tidak memperdulikan orang beriman sekalipun, demikian pula tidak menepati janji bagi orang yang diberi perjanjian! Maka ia tidak termasuk bagian dariku dan aku tidak termasuk bagian darinya“.[30] (HR. Muslim).

Berkata Imam Bukhari: Oleh sebab itu Ibnu Umar memandang mereka adalah seburuk-buruk makhluk, karena mereka mengambil ayat-ayat yang turun tentang orang kafir lalu mereka menjadikannya untuk orang-orang mukmin.

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam senantiasa memberikan nasehat kepada pasukan yang beliau utus untuk sebuah perperangan agar tidak membunuh anak-anak:

اغْزُوا بِاسْمِ اللَّهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ اغْزُوا وَلاَ تَغُلُّوا وَلاَ تَغْدِرُوا وَلاَ تَمْثُلُوا وَلاَ تَقْتُلُوا وَلِيدًا

“Berperanglah di jalan Allah dengan menyebut nama Allah! perangi orang yang kafir kepada Allah! Jangan berbuat curang! jangan mengambil harta rampasan perang sebelum pembagian! Jangan lakukan penyiksaan! Dan jangan kalian bunuh anak-anak!”.[31]

Dalam sebuah perperangan Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam mendapatkan kabar ada anak-anak kecil yang terbunuh, lalu beliau bersabda:

مَا بَالُ أَقْوَامٍ جَاوَزَهُمُ الْقَتْلُ الْيَوْمَ حَتَّى قَتَلُوا الذُّرِّيَّةَ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا هُمْ أَوْلاَدُ الْمُشْرِكِينَ، فَقَالَ: أَلاَ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَبْنَاءُ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ قَالَ: أَلاَ لاَ تَقْتُلُوا ذُرِّيَّةً أَلاَ لاَ تَقْتُلُوا ذُرِّيَّةً

“Apa gerangan ada kaum pada hari ini melampoi batas dalam membunuh sehingga ada yang membunuh anak-anak. Lalu seseorang berkata: Ya Rasulullah! Mereka tersebut anak-anak orang musyrikin. Beliau menjawab: Bukahkah orang yang terbaik diantara kalian hari ini adalah anak-anak orang musyrikin? Kemudian beliau bersbada: “Ketahuilah, Jangan kalian membunuh anak-anak! Ketahuilah jangan kalian membunuh anak-anak“.[32]

Dalam aksinya orang-orang ISIS tidak segan-segan meledakan masjid yang dipenuhi oleh jama’ah sedang menunaikan sholat Jum’at. Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam melarang melakukan penyerangan terhadap perkampungan yang ada masjid di dalamnya atau terdengar suara azan dari kampung tersebut.

إِذَا رَأَيْتُمْ مَسْجِدًا أَوْ سَمِعْتُمْ مُؤَذِّنًا فَلاَ تَقْتُلُوا أَحَدًا

“Apabila kalian melihat masjid atau mendengar suara Muadzin maka jangan kalian membunuh seorangpun“.[33]

Kalau kita perhatikan di masa kekhalifahan Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu ada sebagian kaum muslimin yang tidak mau membai’at beliau. Akan tetapi beliau tidak pernah mengkafirkan apalagi membunuh mereka. Bahkan orang-orang khawarij yang mengkafirkan dan menentang beliau tidak beliau kafirkan. Meskipun beliau pada akhirnya meninggal karena dibunuh oleh seorang khawarij yang bernama Ibnu Muljam.

Jika Amirul mukminin Ali bin Abi Tholib radhiallahu ‘anhu tidak mau melakukan pemaksaan terhadap orang yang tidak mau membai’at beliau. Lalu apakah Abu Bakar Bagdadi layak untuk memaksa agar orang harus membai’atnya? Tidakkah ia merasa malu terhadap dirinya sendiri.

Keempat: Mewajibkan setiap muslim untuk membatalkan bait’at mereka kepada pemimpin Negara mereka masing-masing.

Hal ini sangat berpontesi menjadikan kaum muslimin untuk dicurigai dan dimata-matai oleh pemerintah mereka, bahkan menyebabkan sebagian mereka ditangkap dan dihukum. Namun apakah mereka mendapat pembelaan dari orang-orang ISIS di sana? Apakah ISIS tahu tentang keadaan mereka dan dapat berbuat sesuatu untuk mereka?

Bahkan yang lebih fatal lagi dari itu semua, hal ini akan memancing terjadinya pemberontakan dan pembunuhan di banyak Negara muslim. Perbuatan mereka jelas-jelas sangat menentang dalil-dalil agama. Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam telah memperingatkan umat terhadap kondisi ini dalam sabdanya:

وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ. قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ: فُوا بِبَيْعَةِ الأَوَّلِ فَالأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ

“Akan terdapat khalifah-khalifah yang terlalu banyak”, para sahabat bertanya: apa perintahmu untuk kami? Jawab Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam: “Penuhi bai’at yang pertama terlebih dahulu dan berikan hak mereka, sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka terhadap apa yang Allah tugaskan kepada mereka“.[34]

Hadits ini menegaskan kepada kaum muslimin dalam kondisi banyaknya orang mengaku dirinya sebagai kholifah untuk tetap taat dan setia terhadap pemimpin mereka yang pertama.

Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam telah memperingatkan umat Islam tentang bagaimana menyikapi orang yang memecah bela persatuan kaum muslimin. Berkata ‘Arfajah: aku mendengar Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:

إِنَّهُ سَتَكُونُ هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُفَرِّقَ أَمْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ وَهْىَ جَمِيعٌ فَاضْرِبُوهُ بِالسَّيْفِ كَائِنًا مَنْ كَانَ

“Sesungguhnya akan terjadi kekacauan dan kekacauan, Barangsiapa yang ingin memecah bela persatuan umat ini sedangkan mereka bersatu (dibawah pemimpin), maka hendaklah kalian penggal leher orang tersebut dengan pedang siapapun orangnya“.[35]

Hadits ini memberikan ketegasan untuk menjaga persatuan di bawah penguasa yang resmi. Dan kita wajib melakukan penolakan terhadap setiap orang yang berusaha memecah bela antara kaum muslimin dengan pemimpin mereka.

Kelima: Kebodohan mereka tentang ajaran agama terutama perkara yang berkaitan jihad dan khilafah.

Maka sifat-sifat mereka persis sama dengan sifat orang-orang Khawarij yang yang telah digambarkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam dalam sunnahnya. Oleh sebab itu tidak ada perbedaan pendapat di tengah para ulama Ahlussunnah untuk menyebut mereka sebagai Khawarij kontemporer. Bahkan tokoh-tokoh dari kalangan kelompok Al Qoidah sendiri menyebut ISIS sebagai kelompok Khawarij yang paling eksrim dalam sejarah.

Berbagai sepak terjang yang dilakukan oleh ISIS terhadap kaum muslimin di luar kelompok mereka. Seperti penyembelihan dan pembunuhan yang mereka lakukan terhadap orang-orang muslim dan nyawa-nyawa yang tidak berdosa adalah bukti kejahilan mereka dengan ajaran agama yang mulia ini. Terlebih-lebih lagi bila kita mendengarkan berbagai alasan mereka dalam melakukan tindakan biadap tersebut. mereka benar-benar persis dengan sifat khawarij yang terdapat dalam hadits-hadits berikut ini.

عن يسير بن عمرو قال قلت لسهل بن حنيف: هل سمعت قول النبي في الخوارج شيئا؟ قال سمعته يقول وأهوى بيده قبل العراق: يخرج منه قوم يقرؤون القرآن لا يجاوز تراقيهم يمرقون من الإسلام مروق السهم من الرمية

Yasir bin Amru bertanya kepada Sahal bin Hanif: Apakah kamu pernah mendengar Nabi shalallahu’alaihi wassalam berbicara tentang Khawarij? Jawab Sahal: Aku mendengar beliau bersabda sambil menunjuk dengan tangannya ke arah Bagdad. “Akan keluar dari daerah sana sekelompok kaum yang gemar membaca Al qur’an akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti keluarnya anak panah dari busurnya“.[36]

Para ulama menerangkan maksud dari kata-kata “gemar membaca Al qur’an akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka” mereka tidak memahami tentang apa yang mereka baca dan bacaan tersebut tidak memperbaiki keyakinan mereka, karena isi bacaan mereka tersebut tidak masuk kedalam hati mereka dalam bentuk ilmu. Tentu hal ini yang menyebabkan mereka bodoh tentang ajaran agama. Bahkan digambarkan kecepatan mereka keluar dari agama bagaikan secepat anak panah dari busurnya.

Dalam hadits yang lain diperjelas lagi tentang gambaran kebodohan mereka. Berkata Ali bin Abi tholib radhiallahu ‘anhu aku mendengar Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda:

سَيَخْرُجُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ

“Akan keluar di akhir zaman sekelopok orang, berusia muda, berpikiran dungu. Mereka mengatakan sebaik-baik ucapan manusia. Mereka gemar membaca Al qur’an akan tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti keluarnya anak panah dari busurnya“.[37]

Dalam melakukan berbagai aksinya orang-orang khawarij menggunakan simbol-simbol agama dan merasa membela agama Allah. Tetapi tanpa mereka sadari, pada hakikatnya mereka merobohkan agama Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam tentang mereka:

سَيَكُونُ فِى أُمَّتِى اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ -إلى أن قال- يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ

“Akan terjadi di tengah-tengah umatku perselisihan dan perpecahan, sekelompok kaum yang indah dalam ungkapan namun buruk dalam perbuatan“. (sampai pada ungkapan beliau): “Mereka mengajak kepada kitab Allah, tetapi mereka tidak termasuk kedalamnya sedikitpun. Orang yang menentang mereka lebih baik di sisi Allah dari pada mereka“.[38]

Dalam lafazh yang lain berbunyi:

يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ

“Mereka membaca Al Qur’an, hal itu mereka kira (hujjah) bagi mereka namun sesungguhnya hal itu (hujjah) di atas mereka“.[39]

IDENTITAS DAN PEMBERDAYAAN SALAFISME

Salafisme mempunyai kapasitas untuk mentransformasikan identitas-identitas kaum muda dan migran ke dalam identitas baru sebagai al-firqah al-na>jiyah yang secara langsung memperoleh akses istimewa kepada Sang Khaliq. Salafis dengan demikian, dapat menantang kekuatan hegemoni para lawannya: orang tua, elite, negara, atau dominasi nilai-nilai kultur dan ekonomis dari sistem kapitais global. Salafisme lebih dari Ikhwa>n al-Muslimi>n dan Hizb al-Tahri>r , Salafisme dapat memberdayakan individu-individu dengan menyediakan sebuah model kebenaran dan aksi sosial alternatif universal walaupun dalam bentuk pasif dari penolakannya terhadap agama, kultur, dan system poitik yang ada.[40] Roy menyatakan bahwa kapasitas mobilisasi Salafisme, sebagaimana ditekankan oleh haykel, berada dalam kemampuannya secara moral untuk memperlakukan secara kasar kepada lawannya. Sebagaimana dinyatakan oleh Muhammad Ali Adrouni, bahwa kekuatan dasar Salafisme berada dalam kapasitasnya untuk mengatakan “Kami lebih baik daripada Anda” inilah yang disebut dengan “sense of Superiority “

Menurut Roel Meijer “sense of Superiority “ dari Salafisme mempunyai enam aspek.[41] Pertama, ia bukan gerakan revolusioner secara eksplisit, tidak secara langsung menentang stuatus quo. Dengan mengklaim untuk merobohkannya dengan idiologi asing, akan tetapi ia mengklaim untuk membangun pesan moral superior dengan pemurnian struktur-struktur yang ada pada level individual, keluarga, atau komunitas. Kedua, pemberdayaan diserap dari klaimnya terhadap superioritas intelektual dalam pengetahuan agama. Ketiga, Salafisme menyediakan identitas yang kuat terhadap para pengikutnya. Salafisme menarik untuk menjadi beda dalam penampilan. Keempat, ia membolehkan pengikutnya untuk mengidentifikasi jauh lebih mudah dengan umat yang lebih besar daripada konsep persaudaraan. Kelima, ia adalah aktif walaupun tanpak diam ia memberdayakan pengikutnya dengan mendorong mereka untuk secara aktif berpartisipasi dalam misi salafi dan berdakwah. Keenam, sebagaimana semua gerakan keagamaan, ia memiliki tantangan yang sangat hebat tentang ambiguisitas dan fleksibilitas. Meskipun ia mengklaim dirinya bersih dan tegas dalam doktrin dan usaha kerasnya untuk pemurnian, tetapi dalam praktik ia bersikap lunak. Ambiguitasnya membolehkan pengikutnya untuk secara politis menjadi pendukung penguasa atau penentangnya.

DIMENSI POLITIK SALAFISME

Dalam Salafisme, salah satu aspek yang sangat membingungkan dan licin adalah politik. Ini membentuk dilema sentral dalam Salafisme. Seacara tradisional, politik dalam Wahabisme diadopsi dari bentuk nasihat yang disampaikan oleh ulama dibalik layar kepada pemeran di lapangan. Sedang problem sentral Salafisme modern adalah cara bertindak secara non-politis dalam duna politik yang menjadikan media krusial. Islamism menjadi gerakan masa, sedangkan Barat menjadi sangat curiga terhadap hal itu yang sering dihubungkan dengan intoleransi dan terorisme.

Ada tiga bentuk dimensi politik Salafisme yang ditampilkan : 1. tenang dan siluman (pemeran di lapangan mendapat petunjuk dan arahan dibalik layar) 2. penyusupan (penerapan dimensi siluman, tetapi beraksi secara politis sambil membuat fitnah) 3. aktifitas terbuka dengan seruan reformasi politik. Ketika kelompok-kelompok salafis secara terbuka memprogandakan politik, mereka berkedok ke dalam Islamism (Islam politis) dari ukhuwah Islamiah, seperti kasus gerakah al-Shahwa di Saudi dan juga gerakan Jama’ah Islamiah di Mesir. Meskipun hal ini sering terjadi, semangat salafis dilandasi oleh penolakan mereke terhadap dunia dan salah satu di antara aspek-aspek terlemahnya adalah kelemahan dalam kosakata politik. Aktifitas politik yang penting menurut mereka adalah bentuk kekerasan dan jihad.[42]

DIBALIK BERDIRINYA ISIS DAN AL QAEDA

Dalam Bukunya, Hillary Clinton Akui ISIS Rekayasa AS untuk Pecah Belah Timur Tengah

Terkait fenomena munculnya gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS), sebuah pernyataan mengejutkan dilontarkan mantan Menlu AS Hillary Clinton. Dalam buku terbarunya, “Hard Choice”, Hillary mengakui bahwa gerakan tersebut dibentuk oleh AS bersama sekutunya untuk membuat Timur Tengah senantiasa bergolak. Demikian dilansir harian Mesir, Elmihwar,  sejak Rabu (6/8/2014) lalu.

Dikatakan, ISIS dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013 oleh pemerintah AS bersama dan negara-negara barat sekutunya demi memecah belah Timur Tengah melalui gerakan “Arab Springs“.

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam (Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary.

Awalnya gerakan tersebut akan didirikan di Sinai, Mesir, sesuai revolusi yang bergolak di beberapa negara Timur Tengah. Namun saat terjadi kudeta yang digerakkan militer meletus di Mesir, semua rencana itu berantakan.

“Kami memasuki Irak, Libya dan Suriah, dan semua berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba meletus revolusi 30 Juni-7 Agustus di Mesir. Itu membuat segala rencana berubah dalam tempo 72 jam,” ungkap istri mantan presiden AS, Bill Clinton, itu.

Pihak barat, menurut Hillary, sempat berpikir untuk menggunakan kekuatan di Mesir. Namun negeri piramida tersebut bukanlah Suriah atau Libya, karena militer negara itu tergolong kuat. Selain itu, warga Mesir cenderung tidak pernah meninggalkan militer mereka.

“Jadi, jika kami gunakan kekuatan melawan Mesir, kami akan rugi. Tapi jika kami tinggalkan, kami pun rugi,” tulisnya. Namun kini AS mengakui bahwa kelompok-kelompok yang mereka ciptakan itu, kini justru semakin membesar bahkan menguat. AS pun memburunya tapi tak berhasil, bahkan kelompok-kelompok ini menjadi susah untuk dihilangkan. (lihat video kesaksian Hillary Clinton).

Mantan karyawan Kontrak US National Security Agency (NSA), Edward Snowden, juga melontarkan pernyataan yang hampir sama.

Edward Snowden, seperti dilansir Global Research, menyebut ISIS sebagai produk kerjasama antara Inggris, Amerika Serikat dan Israel dengan tujuan menciptakan sebuah organisasi teroris untuk menarik semua ekstrimis dunia dalam satu tempat yang dinamakan “Operation The Hornet Nest”  atau “Operasi Sarang Lebah”

Dalam berita itu disebut pula bahwa Snowden mengungkapkan strategi yang dikenal sebagai operasi “sarang lebah” tersebut. Dokumen NSA menunjukkan operasi “sarang lebah” bertujuan melindungi entitas Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.

Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi itu adalah dengan menciptakan musuh di dekat perbatasannya. Bocoran informasi rahasia ini juga mengungkapkan bahwa pemimpin ISIS dan Abu Bakar Al-Baghdadi merupakan jebolan program pendidikan Mossad. Dia diketahui pernah mengikuti pelatihan militer intensif selama satu tahun di bawah kendali Mossad, selain program dalam bidang teologi.

Mantan NSA dan CIA Edward Snowden: Pemimpin ISIS Abu Bakar AlBaghdadi Dilatih Mossad di Israel

Mantan agen NSA dan CIA Edward Snowdenmengungkapkan bahwa pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakar AlBaghdadi dilatih di Israel, berbagai sumberIran melaporkan.

Edward Snowden adalah whister-blowers  atau pengungkap rahasia yang dulunya bekerja sebagai agen NSA (National Security Agency) dan juga anggota CIA yang kini masih menjadi buronan AS, dan sementara “ditampung menjadi anak emas” oleh Rusia.

Karena bagi Russia, Edward Snowden adalah aset tak ternilai, dan jika dilepas keluar Rusia sudah dipastikan ia akan mati dibunuh karena dia adalah ancaman yang sangat serius bagi AS dan sekutunya karena memiliki lebih dari satu juta info dan berkas “permainan buruk” AS yang sangat-sangat dirahasiakan dan tak pernah bocor ke publik.

Snowden menambahkan bahwa CIA Amerika dan Intelijen Inggris bekerja sama denganMossad Israel sudah menciptakan organisasi-organisasi teroris yang mampu menariksemua ekstrimis dunia untuk bersatu, dengan menggunakan strategi yang disebut Operation “the hornet’s nest” atau operasi “Sarang Lebah Hornet“.

Mengapa disebut operasi “Sarang Lebah Hornet”? Mungkin seperti nama operasi-operasi rahasia lainnya, semua hanyalah kiasan kata, namun memiliki makna.

Mari kita tela’ah sebentar tentang pengertian nama operasi rahasia ini, tawon atau lebah Hornet dalam bahasa Indonesia atau Melayu sering juga disebut Lebah Tabuhan, adalah sejenis tawon tabuhan yang suka menyengat dan hidup berkoloni. Mirip dengan tabuhan Eropa (Vespa crabro; European hornet) dan tabuhan raksasa Asia (Vespa mandarinia; Asian giant hornet).

Tawon atau lebah ini banyak dijumpai di daerah Laut Tengah (Mediterranean), termasuk Palestina, tetapi juga di Madagaskar dan India. Akibat terbawa oleh perpindahan manusia, habitatnya mulai menyebar ke Amerika Selatan bahkan sampai ke Mexico.

Jenis ini (bahasa Ibrani: צִרְעָה, ẓir’ah, tsirah; bahasa Inggris: hornet) disebut-sebut di Alkitab Ibrani atau bagian Perjanjian Lama di Alkitab Kristen sebagai cara Allah untuk mengusir orang-orang di tanah Kanaan sebelum orang Israel datang mendudukinya(wikipedia).

Tabuhan ini adalah jenis tawon terbesar di dunia, ratu panjangnya 25 sampai 35 mm, sedangkan tabuhan jantan dan betina pekerja berukuran lebih kecil.

Sengatnya sangat beracun diantara semua tawon. Hornet berbeda dengan lebah biasa yang hanya bisa menyengat hanya sekali. Namun lebah atau tawon Hornet dapat menyengat berkali-kali.

Ilmuwan telah meneliti, betapa ganasnya tawon Hornet ini karena dapat menyerang dan membunuh secara brutal dengan memasuki sarang lebah lain lalu menyengatinya satu persatu. Hanya dengan 30 ekor pasukan lebah Hornet, mereka dapat menyerang sarang lebah biasa dan membunuh 30.000 lebah lawannya, hanya dalam tempo 3 jam!

Sedangkan jika penyerangan hanya dilakukan oleh satu ekor lebah Hornet, peneliti pernah menemukan: hanya dalam tempo satu menit saja, lebih dari 40-50 lebah lawannya mati!

Lebah Hornet menyerang sarang lebah lainnya untuk mengambil semua yang ada dan berguna bagi mereka, mirip rampasan perang. Mereka memakan dan mengambil larva-larva dan madu milik lawan yang berguna bagi stamina dan energi untuk kawanan mereka, dan sebagian rampasan itu dibawa ke sarang Hornet untuk juga dimakan oleh ratunya.

Itulah cara hidup Lebah Hornet, jadi ada perkiraan bagi kita tentang nama lebah ini, bagaimana cara menyerang lawan.

Boleh jadi, seperti itulah sel-sel terror buatan pro-Zion awalnya dibentuk, namun akhirnya terus membesar dan akhirnya sulit untuk kembali diatur oleh mereka. Tapi keadaan akan menjadi win-win solution bagi pro-Zion, karena apapun resikonya, tetap menguntungkan bagi mereka karena memanfaatkan muslim. Jika tak dapat dikendalikan pun, mereka akan menjelekkan nama Islam di dunia.

Sedangkan strategi politik dalam operasi “Sarang Lebah Hornet” , bertujuan untuk membawa semua gerakan teroris dan ekstrimis utama, ke satu tempat dan sebagian besar diantaranya untuk mengguncang stabilitas suatu negara, terutama negara-negara Arab.

Mantan Agen NSA, Edward Snowden itu juga mengungkapkan bahwa ISIS “California”, Abu Bakar Al Baghdadi juga pernah melakukan pelatihan militer yang canggih dan rahasia oleh intelijen Israel “Mossad”.

Selain pelatihan militer, Al Baghdadi juga mempelajari komunikasi dan keterampilanberbicara dan berpidato didepan umum untuk menarik “teroris” dari seluruh penjurudunia.

Pusat Penelitian Globalisasi atau The Centre for Research on Globalization (CRG), sebuah organisasi non-profit independen di provinsiQuebec, Kanada, yang berfokus pada penelitian dan media, menyampaikan infotentang ini juga, dan menambahkan bahwa“tiga negara menciptakan sebuah organisasi teroris yang mampu menarik semua ekstrimisdunia disatu tempat, dengan menggunakan strategi “sarang lebah hornet” tersebut.

Memang selama ini dicurigai oleh banyak penguak konspirasi teori dari seluruh dunia, bahwa fakta telah membuktikan, jika ditarik sejarahnya, kelompok Mujahiddin, Taliban, Al-Qaeda, Hammas, Bako Haram, bahkan Ikwatul Muslimin dibuat, dibesarkan dan dibiayai oleh CIA, Mossad dan Zion beserta inteligen barat lainnya.

Alhasil: bukannya memerangi Zionis, namun mereka justru bergerak untuk memerangi umat Islam lainnya, memerangi yang justru satu kepercayaan dengan mereka. Grand Design pun berhasil.

Hal ini akhirnya diperkuat pula dengan wawancara Hillary Clinton pada tahun lalu, tentang Mujahiddin dan Taliban saat di Afganistan yang mereka (AS) ciptakan untuk melawan Russia karena pada waktu itu musuh AS dan barat adalah negara komunis termasuk Rusia.

Mereka diciptakan untuk melawan Russia, dan berhasil. Russia mundur dan mereka menang. Dari sanalah muncul pula sempalannya, Al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden adalah kaki-tangan atau boneka CIA. (baca: Bukti Al-Qaeda “Organisasi Boneka” Buatan Amerika)

Selama ini pun, semua penguak konspirasi di dunia tak mengakui bahwa Osama telah mati dibunuh. Mengapa? Karena pada tahun 2002 lalu, Osama pernah dikabarkan sudah mati. Beberapa pendapat mengatakan “Apakah dia bisa mati dua kali?”.

Dan jika ia mati dibunuh, pasti ada banyak foto atau video yang beredar, seperti foto Gaddafi atau video Saddam Husein, untuk menunjukkan realitas yang ada, serta menunjukkan betapa “bangganya” AS dan sekutunya telah berhasil mengeksekusi mereka.

Tapi hal itu tidak terjadi untuk Osama. Yang ada hanyalah satu atau dua buah foto saja, dan itupun ternyata hasil olah gambar Photoshopalias cropping-an.

Sebagian lagi para conspiracy theorists malah sangat mempercayai bahwa Osama bin Laden adalah benar agen CIA, dengan kode nama sandi “Tim Osman”. (baca: Code Name: Tim Osman, Wow! Osama bin Laden Adalah Agen CIA!)

Begitu pula apa yang dikatakan oleh Ron Paul yang akhirnya terkuak, ketika AS membuat Hammas yang tadinya berawal untuk melawan PLO di Palestina, yang kini juga justru menguat dan susah untuk dihilangkan. (lihat video kesaksian Ron Paul).

Sedangkan menurut Edward Snowden, para teroris hasil buatan AS, Zion Israel dan sekutunya tersebut justru menguntungkan, karena dengan “membuat musuh” maka akan ada alasan untuk memeranginya.

“Satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi adalah menciptakan musuh dekatperbatasannya,” Snowden mengatakan.

Untuk sementara waktu, Snowden masih “diblokir“ di zona internasional yaitu dibandaraMoskow di Rusia karena dia tidak dapat melakukan perjalanan kemana saja dan dimana saja akibat paspornya dicabut lagi baru-baru ini, menjadikannya satu-satunya manusia tanpa kewarganegaraan di planet Bumi.[43]

MUSLIM INDONESIA JADI TARGET REKRUTMEN ISIS

Sejumlah pria Indonesia muncul di video rekrutmen yang dirilis kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka mendesak kaum muslim Indonesia untuk bergabung dalam perjuangan ISIS.

Video rekrutmen berdurasi delapan menit berjudul ‘Join the Ranks’ itu diunggah oleh ISIS. Di dalamnya, dikatakan adalah kewajiban muslim untuk bergabung dengan ISIS dan berjanji saling setia. Video tersebut juga menyertakan sebuah pidato emosional dari seorang pria Indonesia bernama Abu Muhammad al-Indonesi.

“Lakukan semua upaya dengan menggunakan kekuatan fisik dan finansialmu untuk bermigrasi ke Negara Islam. Itu merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah,” kata Abu seperti dikutip ABC News, 29 Juli 2014.

Abu Muhammad juga mempertanyakan pilihan hidup pria Muslim di Barat, dan menyerukan pula kepada mereka untuk menemukan motivasi guna mengobarkan jihad.

ISIS Ingin Rekrut Orang Indonesia Karena Orang Indonesia Miliki Jiwa Militansi Yang Tinggi[44]

Kelompok militan yang mendirikan kekhalifahan di Irak, ISIS, tengah mencari dukungan dan merekrut banyak orang, termasuk Warga Negara Indonesia (WNI). Mereka berharap orang Indonesia dapat berubah haluan dengan konsep kekhalifahan.

Pengamat intelijen Wawan Purwanto menilai pergerakan ISIS memang baru-baru ini berkembang dan tanpa ragu terang-terangan mulai mencari anggota. Namun, dia menilai pergerakan yang serupa dengan ISIS sudah lama terjadi.

“Pergerakan dari Timur Tengah pengaruhnya langsung ke Indonesia dan akan tergiring pada penanggungan bahwa mereka mengaitkan unsur persaudaraan dan agama,” ujar Wawan, Kamis 31 Juli 2014.

Wawan menjelaskan, kelompok atau organisasi separatis sengaja menggunakan keyakinan untuk mengaduk perasAan dan berjihad. Layaknya ISIS, dengan berbagai macam cara, tujuannya untuk mewujudkan kekhalifahan.

Dia mencontohkan, kelompok separatis pernah terjadi di Yaman, Suriah, Irak, dan Palestina. Namun, menurut dia pergerakan itu memiliki tujuan yang berbeda-beda.

“Apakah istri kalian menjadi alasan bagi kalian untuk tidak berjihad? Apakah rumah, bisnis, dan kesejahteraan kalian lebih kalian cintai daripada Allah, utusan-Nya, dan jihad di jalan-Nya?” ujar Abu.

Video upaya rekrutmen ISIS ini bukan pertama kalinya diunggah. Bulan Juli 2014 lalu, video rekrutmen lain telah dirilis lebih dulu. Video itu memperlihatkan dua pria Australia yang bergabung dengan ISIS.

Pakar keamanan dari Universitas Monash Australia Profesor Greg Barton, mengatakan ISIS melihat potensi untuk mendapat pengikut kuat di Indonesia.

“Dalam video terbarunya, ISIS mengajak langsung kepada orang-orang Indonesia karena negara itu lahan subur untuk proses rekrutmen. Ada sejumlah pria Indonesia yang sudah bergabung dengan ISIS, dan ISIS melihat potensi untuk mendapatkan lebih banyak pengikut lagi dari Indonesia,” kata Barton.

GERAKAN SALAFI DAN MASA DEPAN ISLAM INDONESIA

Kemunculan gerakan Salafi di Indonesia diawali dengan kembalinya beberapa pemuda Sumatera Barat yang pergi haji sekaligus menuntut ilmu di Kerajaan Arab Saudi pada awal abad ke-19, yang banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Pemuda itu adalah Haji Miskin, Haji Abdurrahman, dan Haji Muhammad Arif. Mereka terpesona dengan ideologi Wahhabi yang mereka pelajari selama di sana, sehingga mereka menyebarkan ideologi ini ketika mereka tiba di tanah air. Inilah gerakan Salafiyah pertama di tanah air yang kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum Padri, yang salah satu tokoh utamanya adalah Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini pernah berjaya dalam kurun waktu 1803 – 1832 M. [45]

Perang Padri dikenal sebagai perang melawan penjajah Belanda di daerah Sumatera Barat. Akan tetapi, sisi kekerasan kelompok itu terhadap sesama muslim tidak pernah terungkap. Padahal, perang Padri sesungguhnya adalah peperangan sesama muslim yang mengatasnamakan pemurnian akidah.[46]

Beberapa kekerasan yang dilakukan Padri, selain mengikuti kegemaran Wahhabi yang memusyrikkan, mengkafirkan,memurtadkan, yang dalam hal ini korban mereka adalah Tarikat Sattariyyah dan semua ulama yang sikapnya moderat, seperti Tuankunan Tuo dan Faqih Shaghir, mereka juga memberlakukan hukum hukum yang aneh dalam Islam. Contohnya adalah kewajiban memelihara jenggot dan didenda 2 suku (setara satu gulden) bagi yang mencukurnya; denda 3 suku bagi wanita yang tidak menutup sekujur tubuhnya kecuali mata dan tangan; denda 5 suku bagi mereka yang meninggalkan shalat fardhu untuk pertama kali, dan dihukum mati untuk berikutnya. Mereka juga melegalkan perbudakan, dan konon Tuanku Imam Bonjol memiliki 70 orang budak laki-laki dan perempuan. Budak-budak ini sebagian merupakan hasil rampasan perang yang mereka lancarkan kepada sesama Muslim karena dianggap kafir.[47]

Pada tahun 1809 dan 1815, Istana Pagaruyung dan seluruh keluarga kerajaan beserta pengawal-pengawalnya dibantai oleh Kaum Padri. Mereka membantai saudara mereka sendiri yang telah memeluk Islam sejak abad ke-16 M. Apa yang dilakukan Kaum Padri ini samahalnya dengan yang dilakukan oleh Wahhabi.[48]

Walaupun gerakan Padri berhasil memperkuat elemen Islam dalam sistem sosial dan adat Minangkabau, Wahabisme tidak pernah menjadi aliran dominan di Sumatera Barat.[49] Akhirnya, gerakan Padri lambat laun berakhir, di samping karena faktor penjajahan, juga karena faktor lingkungan, tradisi, dan budaya bangsa Indonesia yang tidak sesuai dengan mereka.[50] Akan tetapi, berakhirnya Gerakan Padri tidak mengakhiri penyusupanWahhabi di Indonesia.

Ajaran Salafi masuk ke Indonesia melalui para sarjana alumni Timur Tengah, terutama mereka yang bersekolah di Universitas-Universitas di Arab Saudi dan Kuwait.

Dua negara ini merupakan basis utama atau sentral gerakan salafi seluruh dunia. Selain itu, dua negara kaya minyak ini juga merupakan sumber utama  pendanaan bagi kelangsungan aktivitas gerakan Salafi.

Persentuhan awal para aktivis pro Salafi di Indonesia dengan pemikiran Salafi terjadi pada tahun 1980-an bersamaan dengan dibukanya Lembaga Pengajaran Bahasa Arab (LPBA) di Jakarta. Lembaga ini kemudian berganti nama menjadi LIPIA yang memberikan sarana bagi mereka untuk mengenal dan mendalami pemikiran-pemikiran para ulama Salaf. Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta merupakan cabang dari Universitas Muhamad Ibnu Suud (King Saud University) di Riyadh.[51]

Dengan karakter Islam Nusantara yang secara tradisional sangat dipengaruhi oleh tasawuf dan tarekat, Wahabisme sulit mendapat pijakan yang kuat di Indonesia dan wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara. Bahkan, dalam banyak kalangan muslim di kawasan ini, istilah ‘Wahabiyah’ atau ‘Wahabisme’ merupakan semacam ‘anathema’, sesuatu yang negatif dan tidak baik. Sebab itu anggapan Wahabiyah kian kuat di Indonesia atau tempat-tempat lain di Asia Tenggara merupakan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan.[52]

Menurut Grand Mufti Mesir, Dr Ali Jum’ah sesungguhnya ekstrimisme keagamaan tidak punya tempat dalam wacana, doktrin, dan praktik Islam. Karena Islam sangat menekankan paradigma wasat}iyah. Ekstrimisme keagamaan di kalangan umat Islam, dalam pandangannya, haruslah diselesaikan melalui dialog, baik intra-Islam maupun antara Islam dan agama-agama lain. Dialog-dialog tersebut mestilah berdasarkan sikap ikhlas, jujur, dan niat baik. Pada saat yang sama, Dunia Muslim dan Barat harus tetap berusaha membangun “jembatan” yang memungkinkan       dapat tetap berlangsung dialog di antara kedua belah pihak. Inilah salah satu cara paling strategis untuk menyelamatkan masa depan generasi mendatang.[53]

Mike O’Brien, Soliciator General Inggris, menyatakan bahwa orang-orang ekstrimis memiliki agenda-agenda yang eksklusif dan sempit, mereka mendefinisikan ajaran Islam secara sempit dan distorted untuk menjustifikasi tujuan-tujuan politik mereka. Lebih jauh mereka mengklaim sebagai representasi Islam, padahal sikap ekstrem dan kekerasan mereka tidak sesuai dengan Islam yang merupakan agama yang cinta perdamaian. Karena itulah, masyarakat dunia yang cinta damai harus memperkokoh nilai-nilai kebersamaan (shared values) untuk bisa mengahadapi aksi kaum ekstrimis.[54]

Gerakan moderat merupakan komunitas yang mendominasi dunia muslim disebut oleh Abou Fadl sebagai mayoritas diam (Silent Majority), sementara jejak langkah gerakan puritan justru telah memberikan pengaruh yang tidak sebanding dengan jumlah mereka.[55]

Ironisnya pengaruh yang digoreskan oleh gerakan puritan tersebut menginspirasi persepsi yang general, khususnya bagi non muslim Barat, misalnya tulisan utama The New York Times, berjudul “Seeing Green: The Red Menace Is Gone. But Here’s Islam” (Momok Hijau: Bahaya Merah Telah Berlalu. Tetapi Sekarang Islam). Pesan yang terdapat dalam tulisan tersebut adalah “Islam itu satu dan berbahaya”.[56] Di atas fakta ini, Abou Fadl ingin mengklarifikasi pandangan tersebut dengan menunjukkan sebuah fakta bahwa saat ini Islam ada dua pandangan dunia (world view) yang secara paradigmatik bertentangan dan bersaing untuk mendefinisikan kebenaran Iman-Islam.[57]

Masyarakat Islam cinta damai merupakan kelompok mayoritas di dunia terutama di Indonesia, perlu melakukan penguatan-penguatan (empowerment) dalam segala aspek agar mampu memberikan kontribusi positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebanding dengan jumlah mereka yang besar.

Islam wasat}iyah di Indonesia seperti diwakili NU, Muhammadiyah, al-Wasliyah, Mat}laul Anwar, Persis, PUI, Nahdlatul Wat}an, al-Khairat dan sebagainya. harus terus bersinergi dan bergerak menampilkan Islam rahmatan lil ‘a>lami>n dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian kebangkitan peradaban Islam yang menurut para ilmuwan muslim akan muncul dari Negara Indonesia akan menjadi suatu kenyataan.

POTENSI DAN JARINGAN ISIS DI ACEH[58]

Melihat masifnya gerakan ISIS yang mengancam tidak hanya Iraq dan Suriah, melainkan juga Negara-negara Arab lainnya termasuk Afrika, Eropa, Amerika dan juga negara lainnya termasuk Indonesia, maka bahaya ISIS tidak hanya mengancam sistem demokrasi negara-negara modern, melainkan juga terhadap tumbuhkan ideology radikal yang mengancam toleransi dan nilai-nilai universalitas (rahmatal lil ‘alamin).

Aceh merupakan salah satu daerah baru saja keluar dari konflik bersenjata yang berkepanjangan sejak diproklamirkannya Aceh Merdeka (AM/GAM). Namun sebalumnya Aceh juga pernah mendeklarasikan bergabung dengan Negara Islam Indonesia (NII) di bawah Kartosuwiryo. GAM sendiri pada awalnya juga mengkampanyekan akan mendirikan negara Islam yang idelogi kenegaraannya al-Quran dan hadis. Namun pasca trens perang melawan kelompok-kelompok Islam radikal yang dilancarkan oleh US melalaui “agains terrorist” pasca 9/11 ideologi gerakan GAM berubah menjadi secular.

Meskipun demikian, benih-benih aktivis gerakan negara Islam di Indonesia masih tetap eksis yang terpolarisasi dalam berbagai kelompok-kelompok kecil dan cenderung tidak muncul ke permukaan. Kelompok ini tetap melakukan konsolidasi secara tertutup dan proses rekruitmen secara eksklusif.

Ada beberapa kelompok yang berpontensi dan menjadi bagian dari jaringan kelompok ISIS di Indonesia, antara lain:

    Sel-sel dari gerakan NII (Negara Islam Indonesia). Kelompok jaringan NII tersebar di seluruh nusantara yang satu sama lain mempunyai agenda mendirikan negara Islam. Secara ideology kelompok ini cenderung mempunyai kesamaan dengan Negara Islam Iraq dan Levant, dimana sistem pemerintahan tidak menganut sistem demokrasi. Karena kenyakinan kedaulatan dalam sistem demokrasi itu ada pada tangan rakyat, sebaliknya sistem negara Islam kedaulatan itu ada pada Allah SWT. Kelompok NII di Indonesia tidak se-progresif di Iraq, karena kondisi keamanan dan stabilitas di Indonesia lebih baik. Namun gerakan ini terus membangun konsolidasi melalui berbagai pengajian-pengajian secara tertutup. Sel-sel kelompok ini menyebar dan “menyamar” dalam berbagai profesi. Beberapa diantaranya juga mencoba meningkatkan kemampuan berperang melalui rakitan bom. Kelompok ini mempunyai potensi besar karena secara ideology mempunyai agenda yang sama dengan ISIS yaitu mendirikan negara Islam. Umumnya sel ini akan bergabung secara sukarela dengan kelompok ISIS di Iraq & Suriah untuk membantu gerakan ISIS di sana, sekaligus menimpa ilmu berperang yang lebih professional, apalagi beberapa anggota ISIS merupakan eks-tentara elit pada masa Saddam Husen
    Sel kelompok eks-GAM militan yang tidak menerima MoU Helsinki dan kecewa terhadap pemerintahan Aceh saat ini. Kelompok ini relative kecil dan tidak muncul, hanya beberapa orang yang masih mempunyai ideology kuat terhadap gerakan awal dari GAM, yaitu mendirikan negara Islam di Aceh. Disisi lain, kelompok ini menganggap MoU Helsinki sebagai “pengkhianatan” terhadap ideology pergerakan, dan dianggap sebagai mengulangi sejarah deklarasi lamteh pada masa DI/TII yang dipelopori oleh Hasan Saleh. Kelompok ini masih membangun sel-sel yang menjadikan idelogi negara Islam sebagai “alat” untuk memperkuat jaringannya.
    Sel aktivis militant dan radikal lainnya. Sel ini cenderung lebih individualis atau personal, dimana orang-orang yang “mendeklare” diri sebagai bagian dari ISIS karena munculkan simpati dan fans terhadap ISIS karena membawa konsep khilafah islamiyah. Individu ini umumnya tidak mempunyai ilmu agama yang kuat dan fundamental, melainkan muncul fanatif secara berlebihan tanpa mengedepankan rasionalitas. Beberapa kondisi sosio-politico yang berkembang dinegara modern-sekularisme juga ikut mendorong fanatisme dan romantisme sistem kekhalifahan untuk ikut bergabung dalam kelompok negara Islam. Fenomena sosio-politiko itu dimana ia melihat sistem demokrasi yang diperkenalkan oleh Barat menimbulkan kemudharatan, fitnah dan melahirkan orang-orang yang haus kekuasaan, kemiskinan, dan kejahatan structural seperti korupsi yang merajalela. Sementara umat islam terus terbelakang, dan bahkan diam terhadap penindasan di Palestina. Sel-sel militant dan radikal ini karena cenderung menganggap kenyakinan diri yang paling benar (taqlik buta), dan mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda prinsip dan atau kenyakinan dengannya.
    Sel mantan pejuang di Poso, Ambon, Afganistan, Moro, dll. Kelompok ini tetap membangun komunikasi satu sama lain setelah kembali ke Indonesia. Sebagian diantara mereka sudah disadarkan dari ideology jihadnya, namun sebagian lain masih tetap menyakini bahwa jihad fisabilllah adalah harus berperang melawan musuh-musuh Allah termasuk negara tharoq, yaitu negara yang tidak menjadi Islam (syariat Islam) sebagai landasan beragama. Kelompok ini seperti Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang sebelumnya bernama jama’ah islamiyah Indonesia (JII) yang dicap sebagai organisasi teroris oleh US. Kelompok ini merupakan kelompok ideology trans-nasional yang berjuang untuk mendirikan khilafah islamiyah, dan melawan hegemoni dan kolonialisasi US, Israel dan sekutu-sekutunya diseluruh dunia. Beberapa kelompok lainnya juga terdapat Afrika seperti Boko Haram yang mempunyai afiliansi dengan al-Qaeda

____________________

[1] https://indocropcircles.wordpress.com/2014/08/02/isis-dibuat-oleh-cia-dan-mossad-untuk-memecah-islam/

[2] Zelin, Aaron Y. (June 2014). “The War between ISIS and al-Qaeda for Supremacy of the Global Jihadist Movement” (PDF). Research Notes (Washington Institute for Near East Policy) 20. Diakses tanggal 3 Jan 2015.

[3] Tharoor, Ishaan (18 June 2014). “ISIS or ISIL? The debate over what to call Iraq’s terror group”. The Washington Post. Diakses tanggal 3 Jan 2016.

[4]  “Abu Bakr al-Baghdadi: The man who would be caliph”. The Week. 13 September 2014. Diakses tanggal 7 December 2014.

[5] dzikra.com/wp-content/uploads/2014/09/ISIS_DALAM_TINJAUAN_AHLUSSUNNAH_dzikra.pdf

[6] ibid

[7]

[8] Fahrur Razi, dalam “Global Salafi Jihadi Tantangan Masa Depan Islam Indonesia”

[9] Baca anti-Shiism, Guido Steinberg, Jihadi Salafisme and the Sh’is: remark of the intellectual Roots of anti-Shiism dalam Meijer, Global Salafisme, 107-125

[10] Thomas Hegghammer, “Jihadi Salafis or Revolutionaries: On Religion and Politics in the Study of Islamist Militancy”, dalam R Meijer (ed), Global Salafism: Islam’s New Religious Movement (London/New York: Hurst/Columbia University Press, 2009), 247.

[11] Abu al-Fadhl Muhamad ibnu Manzur: Qamus Lisan al-‘Arab, Cet.  Ke 1,Jilid 6, entri Sa-La-Fa (Beirut, Lebanon: Dar al-S}adir, 1410),  330.

[12] Pengikut nabi setelah masa sahabat.

[13] Pengikut nabi setelah masa tabi’in. Hal tersebut sesuai dengan hadith Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim yang berbunyi: “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka (tabi’in), kemudian yang mengikuti mereka (tabi’ al-tabi’in).

[14] Dari kata ini kemudian sering kita dengar kata bentukan lainnya, seperti Salafiyah yang berarti faham atau ajaran Salaf) atau Salafiyyun/Salafiyyin yang merupakan bentuk plural dari kata Salafi.

[15] Meijer, dalam Global Salafism….,3-4, menjelaskan bahwa al-Salaf al-Salih tiga generasi pertama Muslim itu adalah (1) para sahabat Nabi (sampai tahun 690 M),  (2) tabi’in (sampai tahun 790 M), dan (3) atba’ al-tabi’in (sampai tahun 810 M). Periode utama al-Salaf al-S}alih terbatas pada generasi pertama  atau sampai pada masa al-Khulafa’ al-Rashidun.

[16] Istilah wahabi dinisbatkan kepada nama ayah dari Muhammad bin Abdul Wahhab yaitu Abdul Wahhab.

[17] Sa’id Ramadan al-Buti: al-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madhhab Islami, (Damaskus, Syiria: Dar al-Fikr , 1996), 236.

[18] Uthman ibn ‘Abdullah ibn Bishr, ‘Unwan al-Majd f> Tarikh al-Najd (t.t.,t.t.),8.

[19] Buku ini dicetak menjadi satu buku dengan karya Sayyid Ahmad ibn Zaini dahlan, Mufti Makkah ketika itu yang berjudul Al-Durar a-Sunniyyah  fi al-Radd ‘ala al-Wahabiyyah (Permta Sunni dalam menolak Paham Wahabi), baca dalam : ‘Abdullah al-Qasimi, al-Thaurah al-Wahhabiyyah (Pemberontakan Wahabi), (Koln, Germany: Al-Makel Verlag 2000)

[20] www.ahl al-sunnah.org:Risalah fi al-Radd ‘ala Firaq al-dalal. 1. Lihat pula: Ahmad Zaini Dahlan:al-Futuhat al-Islamiyyah, Vol. 2, (Beirut, Lebanon: Dar Sadir, 1998), 357.

[21] Caris, Charles C.; Reynolds, Samuel (July 2014). “ISIS Governance in Syria”(PDF). Institute for the Study of War.

[22] Lihat: kisahmuslim.com.

[23] Lihat “Tuhfatul Al Ahwadzi”: 6/396.

[24] Ibid: 6/391.

[25]

[26] Lihat: Sunan Tirmizy: 4/503 (2226).

[27] Lihat: Shohih Bukhari: 2/2264 (5753) dan Shohih Muslim: 1/56 (224).

[28] Shohih Muslim: 1/56 (225).

[29] Usudul Ghabah: 2/101.

[30] Lihat: Shohih Muslim: 6/20 (4892) .

[31] Shohih Muslim: 5/139 (4619).

[32] Musnad Ahmad: 3/435 (15627) dan As Silsilah Ash Shohihah: 1/759 (402).

[33] Lihat: Sunan Abu Daud: 2/374 (2637).

[34] Lihat: Shohih Bukhari: 3/1273 (3268) dan Shohih Muslim: 6/17 (4879).

[35] HR. Imam Muslim: 6/22 (4902).

[36] HR. Bukhari: 6/2541 (6535).

[37] HR. Bukhari: 3/1321 (3415) dan Muslim: 3/113 (2511).

[38] HR. Abu Daud: 4/387 (4767).

[39] HR. Imam Muslim : 3/115 (2516).

[40] Meijer, Global Salafisme,13

[41] Ibid,13-14

[42]Ibid,18

[43] https://indocropcircles.wordpress.com/2014/08/02/isis-dibuat-oleh-cia-dan-mossad-untuk-memecah-islam/  diakses 3 Januari 2016

[44] https://indocropcircles.wordpress.com/2014/08/02/isis-dibuat-oleh-cia-dan-mossad-untuk-memecah-islam/

[45] Abu Abdirrahman Al-Thalibi. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak, Meluruskan Sikap Keras Dai Salafi (Jakarta: Hujjah Press) 2006, 10 dan 30-31.

[46] Abdurrahman Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia (Jakarta: The Wahid Institute, 2009),

[47] Ibid,94

[48] Ibid,94-95

[49] Lihat Azyumardi Azra, Kata Pengantar “Ekstrimisme Wahabi Dan Islam Wasat}iyah” Dalam Syaikh Idahram, Mereka memalsukan kitab-kitab karya ulama klasik,Episode kebohongan public sekte Salafi Wahabi,Cetakan ke XV(Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2013),21.

[50] Ibid,  95

[51] http://m.beritakotamakassar.com/index.php/topik-utama-hari-ini/6832-berintikan-akidah-dipelopori-alumni-timur-tengah-.html.

[52] Lihat Azyumardi Azra, Kata Pengantar “Ekstrimisme Wahabi Dan Islam Wasat}iyah”,22.

[53] Ibid, 18

[54] Ibid.

[55] Khaled M.Abou El-Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan, terj. Helmi Mustofa (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,2006),17.

[56] Dilansir Bruce B, Lawrence dari The New York Times Week in Review, 21 Januari 1996. Lawrence, Islam Tidak Tunggal, 9-10.

[57] Khaled M.Abou El-Fadl, Selamatkan Islam, 17.

[58] http://acehinstitute.org/pojok-publik/sosial-budaya/item/294-potensi-dan-jaringan-isis-di-aceh. Diakses 3 Januari 2016

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.