CUKUP JADI MANUSIA SAJA!
Masihkan memandang Hina mahluk lainnya, hingga "najis" dalam pandang..??
Kue hingga mayat dipaksa sang arogansi, rukun dalam tali bhinneka
tunggal ika, berasas pancasila, dibawah kibar merah dan putih, itulah
idealnya seperti amanah para pendiri bangsa..tarik garis sdh ada dlm
hubungan ilahiyah..masing masing adanya..namun tidak dlm kemanusiaan..
CUKUP JADI MANUSIA SAJA!
oleh : Felix Irianto Winardi
Untuk berpihak pada kemanusiaan orang tak perlu jadi santo, cukup menjadi manusia seadanya saja. Tak usah juga jadi ahli Kitab Suci untuk berani membela yang lemah, cukup jadi manusia saja. Gak perlu juga jadi aktivis dulu, baru mau bela yang tertindas. Apalagi mau jadi politisi dulu, baru mau bela yang tersudut. Gak usah, gak perlu-perlu amat juga, jadi manusia waras aja dah cukup koq.
Kita tentu masih ingat almarhum Riyanto (25 tahun), anggota Banser NU yang mengorbankan diri demi menyelamatkan umat Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur, pada malam Natal 24 Desember 2000. Almarhum Riyanto menyelamatkan ratusan manusia, yang "kebetulan" berpredikat Kristen.
Dunia tentu juga masih ingat Rachel Corrie (23 tahun), gadis muda warga negara US, tergilas buldoser militer Israel, pada 16 Maret 2003. Almarhumah berusaha mencegah buldoser Israel menghancurkan pemukiman penduduk Palestina di Rafah, Jalur Gaza. Rachel Corrie membela manusia-manusia di Rafah, yang "kebetulan" berpredikat Palestina.
Dari 2 orang muda belia itu orang bisa belajar untuk melupakan predikat-predikat yang kebetulan tersematkan. Hanya satu predikat yang layak dalam hubungan antar manusia ialah "SAUDARA/I Ku", sesamaku.
Dalam Injil Matius, Yesus menegaskan mengasihi sesama sama pentingnya dengan mengasihi Allah (Mat 22:36-40). 1Yoh 4:20 menggarisbawahi pentingnya mengasihi sesama. Mustahil mengasihi Allah sambil membenci sesamanya.
Dan "sesama" adalah mereka yang tertindas, terpinggirkan dan membutuhkan pertolongan "di sini-kini", tanpa menambahkan predikat-predikat lain.
CUKUP JADI MANUSIA SAJA!
oleh : Felix Irianto Winardi
Untuk berpihak pada kemanusiaan orang tak perlu jadi santo, cukup menjadi manusia seadanya saja. Tak usah juga jadi ahli Kitab Suci untuk berani membela yang lemah, cukup jadi manusia saja. Gak perlu juga jadi aktivis dulu, baru mau bela yang tertindas. Apalagi mau jadi politisi dulu, baru mau bela yang tersudut. Gak usah, gak perlu-perlu amat juga, jadi manusia waras aja dah cukup koq.
Kita tentu masih ingat almarhum Riyanto (25 tahun), anggota Banser NU yang mengorbankan diri demi menyelamatkan umat Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur, pada malam Natal 24 Desember 2000. Almarhum Riyanto menyelamatkan ratusan manusia, yang "kebetulan" berpredikat Kristen.
Dunia tentu juga masih ingat Rachel Corrie (23 tahun), gadis muda warga negara US, tergilas buldoser militer Israel, pada 16 Maret 2003. Almarhumah berusaha mencegah buldoser Israel menghancurkan pemukiman penduduk Palestina di Rafah, Jalur Gaza. Rachel Corrie membela manusia-manusia di Rafah, yang "kebetulan" berpredikat Palestina.
Dari 2 orang muda belia itu orang bisa belajar untuk melupakan predikat-predikat yang kebetulan tersematkan. Hanya satu predikat yang layak dalam hubungan antar manusia ialah "SAUDARA/I Ku", sesamaku.
Dalam Injil Matius, Yesus menegaskan mengasihi sesama sama pentingnya dengan mengasihi Allah (Mat 22:36-40). 1Yoh 4:20 menggarisbawahi pentingnya mengasihi sesama. Mustahil mengasihi Allah sambil membenci sesamanya.
Dan "sesama" adalah mereka yang tertindas, terpinggirkan dan membutuhkan pertolongan "di sini-kini", tanpa menambahkan predikat-predikat lain.
Post a Comment