KEUTAMAAN ULAMA


JANGANKAN BERTABARUK BISA DUDUK DAN BERDEKATAN SERTA DAPAT MEMANDANG WAJAH ULAMA SUDAH BAHAGIA...MERUPAKAN SATU KENI'MATAN DAN OBAT HATI...

"KICA KICA DINA LACI ANAK LONDOK DIPEUNCITAN SIGA SIGA KA KYAI PADAHAL DICEUNGCEURIKAN..."
itu peupeujeuh/siloka ( bahasa sunda)/kiasan juga amanah guru dahulu..
kalau di sambung dengan berbagai keterangan..
Imam Al Hasan Al Bashri sendiri dikenal sebagai ulama yang memandangnya, membuat pelakunya ingat kepada Allah, sebagaimana disebut oleh ulama semasa beliau, yakni Ibnu Sirin. Ulama lainnya, yang hidup semasa dengan beliau, Ats’ats bin Abdullah juga mengatakan,”Jika kami bergabung dengan majelis Al Hasan, maka setelah keluar, kami tidak ingat lagi terhadap dunia.” (Al Hilyah, 2/158).
Jika demikian besar dampak positif yang diperoleh saat seorang memandang wajah orang-orang shaleh, maka melakukannya dihitung sebagai ibadah, karena telah melaksanakan saran Rasulullah. Dimana, suatu saat beberapa sahabat bertanya, “Karib seperti apa yang baik untuk kami?” Rasulullah menjawab,”Yakni apabila kalian memandang wajahnya, maka hal itu mengingatkan kalian kepada Allah.” (Riwayat Abu Ya’la, dihasankan Al Bushiri).
Sebagaimana beliau juga bersabda, “Sesungguhnya sebagian manusia merupakan kunci untuk mengingatkan kepada Allah.” (Riwayat Ibnu Hibban, dishahihkan oleh beliau).
Tak mengherankan jika Waqi’ bin Jarah menilai bahwa memandang wajah Abdullah bin Dawud adalah Ibadah. Abdullah sendiri adalah seorang ahli ibadah di Kufah saat itu. (Tahdzib At Tahdzi, 7/296).

Tombo ati iku limo perkarane
kaping pisan moco Qur’an lan maknane
kaping pindo sholat wengi lakonono
kaping telu wong kang sholeh kumpulono
kaping papat kudu weteng ingkang luwe
kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
salah sawijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah njembatani

obat hati ada lima perkaranya
yg pertama, baca Qur’an dan maknanya
yang kedua, sholat malam dirikanlah
yg ketiga, berkumpullah dng orang sholeh
yg keempat, perbanyaklah berpuasa
yg kelima, dzikir malam perpanjanglah
salah satunya siapa bisa menjalani
moga-moga Gusti Allah mencukupi


Saya jadi ingat Abah di Pembuang Hulu Kalimantan Tengah..salam santun nan tadhim Abah pula ummi..juga semua santriwan santriwati PPHS semua salam dari saya...beliau pernah meriwayatkan ( dalam pengajian bersama pak Eko Suprihatin PT BEST dan jajaran karyawannya ) bagimana tadhimnya pada ulama..bisa menghantarkan seorang hamba ke dalam maghfiroh Ilahi Rabbi..: Diriwayatkan dalam sebuah atsar bahwa Allah Subhanahuwata’ala menghisab seorang hamba, ternyata keburukannya lebih berat. Maka dia diperintahkan untuk dibawa ke neraka.
Ketika dia telah dibawa, Allah berkata kepada Malaikat Jibril, ”Susullah hamba-Ku dan tanyakanlah, apakah dia pernah duduk di majelis seorang 'alim ketika berada di dunia, agar Aku dapat mengampuninya dengan syafaatnya?”
Maka Jibril bertanya kepada hamba itu, lalu dia menjawab,”Tidak pernah.”

Maka berkatalah Jibril,”Wahai Tuhan, Engkau lebih mengetahui keadaan hamba-Mu”.

Lalu Allah berkata lagi,”Wahai Jibril tanyakanlah apa dia mencintai seorang alim?.”

Maka Jibril pun bertanya kepadanya, lalu dia menjawab,”Tidak”.

Allah berkata lagi,”Wahai Jibril tanyakanlah apakah dia pernah duduk di satu meja dengan seorang alim?”

Jibril bertanya kepadanya, tetapi dia juga menjawab,”Tidak.”
Allah berkata lagi,”Wahai Jibril, tanyalah kepadanya tentang namanya dan nasabnya. Jika namanya sama dengan nama seorang alim, maka dia akan diampuni.”
Maka Jibril pun bertanya kepadanya, tetapi ternyata namanya pun tidak sama dengan orang 'alim. tanyakan pada dia Jibril apakah dia mempunyai teman yang mencintai orang alim..Jibrilpun kembali bertanya pada orang tersebut..."kamu punya teman yang mencintai orang alim..??? orang tersebut terdiam mikir..."punya jawab dia"...Jibril kemudian menghadap Allah Ta'ala.." dia punya teman yang mencintai orang alim"...
Kemudian Allah berkata kepada Jibril,"PEGANGLAH DAN GANDENGLAH TANGANNYA WAHAI JIBRIL, MASUKKAN DIA KE DALAM SURGA, KARENA DIA MENCINTAI SESEORANG YANG MENCINTAI ORANG 'ALIM"
Lalu diapun diampuni dengan keberkahannya.
(penutup Kitab Majma’ al-Bahrayn, karya Syaikh Ma’ruf bin Muhammad Bajammal, Syibam, Hadhromaut, Yaman )


  BEBERAPA KETERANGAN KEMULIAN/ MEMULIAKAN ULAMA

1. Mendapat Ampunan Dosa Berkat Memandang Ulama

ﻭﻗﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻣﻦ ﻧﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﻧﻈﺮﺓ ﻓﻔﺮﺡ ﺑﻬﺎ ﺧﻠﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻨﻈﺮﺓ ﻣﻠﻜﺎ ﻳﺴﺘﻐﻔﺮ ﻟﻪ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ .
Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa memandang wajah orang ‘alim dengan pandangan yang menyenangkan maka Allah akan menciptakan malaikat dari pandangan tersebut yang akan memohonkan ampunan kepada orang tersebut di hari kiamat.”
2. Memuliakan Ulama, Surga Imbalannya..
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻣﻦ ﺃﻛﺮﻡ ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻓﻘﺪ ﺃﻛﺮﻣﻨﻲ، ﻭﻣﻦ ﺃﻛﺮﻣﻨﻲ ﻓﻘﺪ ﺃﻛﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﻦ ﺃﻛﺮﻡ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻤﺄﻭﺍﻩ ﺍﻟﺠﻨﺔ ...
Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa memuliakan orang ‘alim, berarti ia telah memuliakan aku. Barangsiapa memuliakan aku, berarti memuliakan Allah. Barang siapa memuliakan Allah, maka tempat kembalinya adalah surga.”

3. Tidurnya Ulama Berpotensi Ibadah:

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻧَﻮْﻡُ ﺍﻟﻌَﺎﻟِﻢِ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟﺠَﺎﻫِﻞِ
Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam: bersabda: “Tidurnya orang ‘alim adalah lebih utama dari pada ibadahnya orang bodoh.”

4. Belajar Agama Lebih Baik Dari Ibadah Sunnah Lainnya
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻣَﻦْ ﺗَﻌَﻠَّﻢَ ﺑَﺎﺑًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻌِﻠْﻢِ، ﻳَﻌْﻤَﻞُ ﺑﻪِ ﺃﻭْ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﻤَﻞْ ﺑﻪِ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻓْﻀَﻞَ ﻣِﻦْ ﺃَﻥْ ﻳُﺼَﻠِّﻲ ﺃَﻟْﻒَ ﺭَﻛْﻌَﺔٍ ﺗَﻄَﻮُّﻋًﺎ
Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa belajar ilmu satu bab, diamalkan atau tidak, adalah lebih utama dari pada shalat sunnat 1000 (seribu) rekaat.”

5. Keutamaan Berkunjung Kepada Orang ‘Alim

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﻣَﻦْ ﺯَﺍﺭَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻓَﻜَﺄَﻧَﻤَّﺎ ﺯَﺍﺭَﻧِﻲ، ﻭَﻣَﻦْ ﺻَﺎﻓَﺢَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤﺎ ﺻَﺎﻓَﺤَﻨِﻲ، ﻭَﻣَﻦْ ﺟَﺎﻟَﺲَ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻓَﻜَﺄَﻧَّﻤﺎ ﺟَﺎﻟَﺴَﻨِﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ، ﻭَﻣَﻦْ ﺟَﺎﻟَﺴَﻨِﻲ ﻓﻲ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺃَﺟْﻠَﺴْﺘُﻪُ ﻣَﻌِﻲْ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ
Nabi Shallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa mengunjungi orang alim, maka seolah-olah ia mengunjungiku. Barang siapa berjabat tangan dengan orang alim, maka seolah-olah ia berjabat tangan denganku. Barang siapa duduk berdampingan dengan orang alim, maka seolah-olah ia duduk berdampingan dengan denganku di dunia. Barang siapa duduk berdampingan denganku di dunia, maka ia akan duduk berdampingan denganku di hari kiamat.”
Disarikan dari Tanqihul Qaul Al-Hatsits karya Syaikh Nawawi Al-Bantani, syarh atas Lubabul Hadits karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.