IS CORONA MADE IN US ? CORONA DAN POLITIK INDONESIA
Direktur Eksekutif Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi meyakini bahwa Amerika Serikat merupakan dalang di balik Virus Corona yang menyerang China hingga menyebar ke berbagai belahan dunia. Menurutnya, Virus Corona menjadi bagian dari strategi Amerika Serikat untuk melumpuhkan China karena kedua negara raksasa tersebut terlibat dalam perang dagang.
“Virus Corona pantas dicurigai virus yang tidak alamiah, menimbulkan kerusakan besar pada sektor ekonomi maupun politik. Virus ini benar-benar adalah virus jenius karena menyasar daerah yang begitu strategis, yakni Kota Wuhan, Provinsi Hubei yang dikenal sebagai jantungnya Negara Tiongkok,” ujar R Haidar Alwi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020).
Ia memaparkan sejumlah alasan utama kenapa Kota Wuhan menjadi target utama Amerika Serikat. Pertama, berperan penting dalam rencana pemerintah untuk meremajakan wilayah Tiongkok Tengah selama lebih dari satu dekade terakhir. Ke-dua, karena lokasinya yang menjadi tempat persimpangan jalur kereta api, Wuhan disebut sebagai “jiu sheng tong qu” atau yang berarti “jalan utama dari sembilan provinsi”.
Ke-tiga, Wuhan Tianhe International Airport adalah satu-satunya bandara di wilayah Tiongkok tengah yang memiliki penerbangan langsung ke lima benua yang berbeda. Ke-empat, Wuhan adalah kota manufaktur besar yang fokus utamanya memproduksi mobil dan peralatan medis.
“Alasan penyebaran Virus Corona melalui Wuhan juga membuat kita memahami mengapa penyebaran virus ini begitu cepat menimbang kota tersebut memiliki sarana transportasi yang sangat strategis. Ibarat tubuh manusia, yang diserang itu jantungnya. Ketika jantung rusak, otomatis aliran darah ke organ dan bagian tubuh lainnya menjadi terganggu. Kira-kira demikian analogi sederhananya,” tutur R Haidar Alwi.
Dengan diisolasinya Wuhan yang merupakan jantung Tiongkok sekaligus merupakan salah satu pusat manufaktur, tentu saja menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap produksi barang. Sebab, sejak merebaknya Virus Corona di Tiongkok, banyak karyawan yang tidak berani ke luar rumah sehingga pabrik-pabrik tidak beroperasi.
Padahal saat ini peran Tiongkok begitu penting dalam rantai pasok global. Sebagai contoh, Tiongkok menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Meskipun target utamanya adalah China, kerusakan yang ditimbulkannya dipastikan telah berdampak secara global. Setelah Virus Corona ditetapkan berganti status dari Epidemi menjadi Pandemi, masing-masing negara di dunia mulai mengambil kebijakan untuk mencegah penularan.
Mulai dari penghentian penerbangan dari dan ke Tiongkok, penghentian impor barang dari Tiongkok, hingga reaksi represif masyarakat di berbagai negara yang menolak berinteraksi secara langsung dengan orang Tiongkok. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang telah memberlakukan lockdown, yakni Italia, Denmark, Irlandia dan Filipina.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, belum akan melakukan lockdown atau melakukan isolasi terhadap wilayah yang diwaspadai sebagai lokasi penyebaran Virus Corona. Walau demikian, dampak Virus Corona di Indonesia sudah mulai dirasakan. Baik dari kesehatan, sosial, politik dan ekonomi.
“Indonesia selaku negara yang 30 persen kuota impornya dipenuhi oleh Tiongkok dengan nilai mencapai USD 44,5 Milliar atau setara Rp 611 Trilliun tentu saja akan mendapatkan dampak ekonomi yang signifikan. Contoh paling gampang misalnya bahan baku masker yang biasanya kita impor dari Tiongkok sekarang kelabakan karena Tiongkok lumpuh,” kata R Haidar Alwi.
Hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang tidak sejalan, bahkan cenderung bertolak belakang dalam merespon Virus Corona. Ketika pemerintah pusat berusaha menenangkan, pemerintah daerah justru memperparah keadaan. Masing-masing pihak mencari panggungnya sendiri dengan cara yang berbeda. Mereka berusaha menjadi sosok pahlawan demi meraih simpati masyarakat.
“Pemerintah pusat mengimbau masyarakat agar tenang, Pemprov DKI malah memancing kegaduhan dengan menyebut siatusi genting. Apapun alasannya, aroma politisnya itu sudah kental sekali. Tujuannya apa? Ujung-ujungnya untuk menjatuhkan pemerintahan pusat,” ucap R Haidar Alwi.
Situasi ini diperparah lagi dengan pemberitaan berlebihan oleh media dan penyebaran hoax yang tidak terkendali. Orang-orang dengan gampangnya termakan dan terburu-buru menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Tidak heran bila kemudian ternyata kepanikan lebih cepat menyebar ketimbang Virus Corona itu sendiri.
“Masyarakat panik, aktivitas menjadi terbatas, produksi dan distribusi terganggu, dan harga naik. Karyawan tidak bekerja, mahasiswa tidak kuliah, siswa tidak sekolah, pelancong tidak bepergian. Pabrik-pabrik minim berproduksi, ekspor-impor lesu, pariwisata kurang peminat, nilai tukar anjlok, ekonomi terguncang,” paparnya.
Oleh karena itu, R Haidar Alwi mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik dalam merespon fenomena Virus Corona di Indonesia. Sungguh, ancaman dan bahayanya tidaklah sebesar apa yang digaungkan dan bersemayam dalam pikiran kita selama ini. Stigma negatif yang diikuti dengan kepanikan luar biasalah yang membuatnya terlihat sebagai sesuatu yang mematikan.
Ilmuwan termasyhur seantero jagad raya, Albert Einstein pernah mengatakan bahwa “Hakikatku adalah apa yang aku pikirkan, bukan apa yang aku rasakan”. Sebuah kalimat sederhana namun mengandung seribu makna.
“Ketika rasa takut telah menguasai manusia, segala hal kecil akan nampak besar dan luar biasa. Orang yang berpikir bahwa dirinya akan sakit, walau memiliki daya tahan tubuh kuat, akan rentan jatuh sakit. Demikian pula sebaliknya, jika kita mampu mengatasi rasa cemas, khawatir, takut dan panik berlebihan, maka otak akan berfungsi dengan semestinya. Orang yang berpikiran sehat, pola hidup sehat dan mentalnya sehat serta imunitas kuat akan terhindar dari penyakit,” jelasnya.
Semua itu bukan ujug-ujug. Bukankah kita sudah terbiasa tiap hari makan di pinggir jalan bercampur debu dan polusi? Lalu kenapa mendadak higienis memborong hand sanitizer bertangki-tangki? Bukankah melawan arus kebut-kebutan tak peduli keselamatan sudah menjadi budaya? Bukankah tiap hari membaca “rokok dapat membunuhmu” namun tetap merokok? Kenapa pula sekarang tiba-tiba takut mati terserang virus hingga menimbun masker sampai jutaan lembar.
“Pada akhirnya bukan virus yang membunuhmu, tapi ketakutanlah yang akan membuatmu mati. Intinya, biasakan pola hidup sehat, mental dan pikiran yang sehat serta mencerna informasi akurat dan bermanfaat, bukan hoax atau sensasi sesaat. Satu hal yang harus diketahui, sampai saat ini belum ada pasien meninggal dunia yang murni disebabkan oleh Virus Corona, melainkan akibat komplikasi penyakit yang diderita sebelumnya. Waspada boleh, panik jangan!” Demikian R Haidar Alwi menutup penjelasannya.
“Virus Corona pantas dicurigai virus yang tidak alamiah, menimbulkan kerusakan besar pada sektor ekonomi maupun politik. Virus ini benar-benar adalah virus jenius karena menyasar daerah yang begitu strategis, yakni Kota Wuhan, Provinsi Hubei yang dikenal sebagai jantungnya Negara Tiongkok,” ujar R Haidar Alwi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020).
Ia memaparkan sejumlah alasan utama kenapa Kota Wuhan menjadi target utama Amerika Serikat. Pertama, berperan penting dalam rencana pemerintah untuk meremajakan wilayah Tiongkok Tengah selama lebih dari satu dekade terakhir. Ke-dua, karena lokasinya yang menjadi tempat persimpangan jalur kereta api, Wuhan disebut sebagai “jiu sheng tong qu” atau yang berarti “jalan utama dari sembilan provinsi”.
Ke-tiga, Wuhan Tianhe International Airport adalah satu-satunya bandara di wilayah Tiongkok tengah yang memiliki penerbangan langsung ke lima benua yang berbeda. Ke-empat, Wuhan adalah kota manufaktur besar yang fokus utamanya memproduksi mobil dan peralatan medis.
“Alasan penyebaran Virus Corona melalui Wuhan juga membuat kita memahami mengapa penyebaran virus ini begitu cepat menimbang kota tersebut memiliki sarana transportasi yang sangat strategis. Ibarat tubuh manusia, yang diserang itu jantungnya. Ketika jantung rusak, otomatis aliran darah ke organ dan bagian tubuh lainnya menjadi terganggu. Kira-kira demikian analogi sederhananya,” tutur R Haidar Alwi.
Dengan diisolasinya Wuhan yang merupakan jantung Tiongkok sekaligus merupakan salah satu pusat manufaktur, tentu saja menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap produksi barang. Sebab, sejak merebaknya Virus Corona di Tiongkok, banyak karyawan yang tidak berani ke luar rumah sehingga pabrik-pabrik tidak beroperasi.
Padahal saat ini peran Tiongkok begitu penting dalam rantai pasok global. Sebagai contoh, Tiongkok menyumbang 30-40% dari total ekspor produk tekstil dan alas kaki global. Selain itu, sekitar 20% ekspor mesin dan peralatan listrik dunia berasal dari Negeri Tirai Bambu.
Meskipun target utamanya adalah China, kerusakan yang ditimbulkannya dipastikan telah berdampak secara global. Setelah Virus Corona ditetapkan berganti status dari Epidemi menjadi Pandemi, masing-masing negara di dunia mulai mengambil kebijakan untuk mencegah penularan.
Mulai dari penghentian penerbangan dari dan ke Tiongkok, penghentian impor barang dari Tiongkok, hingga reaksi represif masyarakat di berbagai negara yang menolak berinteraksi secara langsung dengan orang Tiongkok. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang telah memberlakukan lockdown, yakni Italia, Denmark, Irlandia dan Filipina.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, belum akan melakukan lockdown atau melakukan isolasi terhadap wilayah yang diwaspadai sebagai lokasi penyebaran Virus Corona. Walau demikian, dampak Virus Corona di Indonesia sudah mulai dirasakan. Baik dari kesehatan, sosial, politik dan ekonomi.
“Indonesia selaku negara yang 30 persen kuota impornya dipenuhi oleh Tiongkok dengan nilai mencapai USD 44,5 Milliar atau setara Rp 611 Trilliun tentu saja akan mendapatkan dampak ekonomi yang signifikan. Contoh paling gampang misalnya bahan baku masker yang biasanya kita impor dari Tiongkok sekarang kelabakan karena Tiongkok lumpuh,” kata R Haidar Alwi.
Fenomena Virus Corona di Indonesia makin hari makin kental dengan aroma politis yang memperburuk situasi. Para pejabat pemerintah yang memegang peranan penting dalam menciptakan ketenangan di masyarakat justru malah menimbulkan kegaduhan. Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa Virus Corona menjadi ajang kompetisi pembuktian diri bagi elite-elite politik tertentu.
Hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang tidak sejalan, bahkan cenderung bertolak belakang dalam merespon Virus Corona. Ketika pemerintah pusat berusaha menenangkan, pemerintah daerah justru memperparah keadaan. Masing-masing pihak mencari panggungnya sendiri dengan cara yang berbeda. Mereka berusaha menjadi sosok pahlawan demi meraih simpati masyarakat.
“Pemerintah pusat mengimbau masyarakat agar tenang, Pemprov DKI malah memancing kegaduhan dengan menyebut siatusi genting. Apapun alasannya, aroma politisnya itu sudah kental sekali. Tujuannya apa? Ujung-ujungnya untuk menjatuhkan pemerintahan pusat,” ucap R Haidar Alwi.
Situasi ini diperparah lagi dengan pemberitaan berlebihan oleh media dan penyebaran hoax yang tidak terkendali. Orang-orang dengan gampangnya termakan dan terburu-buru menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Tidak heran bila kemudian ternyata kepanikan lebih cepat menyebar ketimbang Virus Corona itu sendiri.
“Masyarakat panik, aktivitas menjadi terbatas, produksi dan distribusi terganggu, dan harga naik. Karyawan tidak bekerja, mahasiswa tidak kuliah, siswa tidak sekolah, pelancong tidak bepergian. Pabrik-pabrik minim berproduksi, ekspor-impor lesu, pariwisata kurang peminat, nilai tukar anjlok, ekonomi terguncang,” paparnya.
Oleh karena itu, R Haidar Alwi mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik dalam merespon fenomena Virus Corona di Indonesia. Sungguh, ancaman dan bahayanya tidaklah sebesar apa yang digaungkan dan bersemayam dalam pikiran kita selama ini. Stigma negatif yang diikuti dengan kepanikan luar biasalah yang membuatnya terlihat sebagai sesuatu yang mematikan.
Ilmuwan termasyhur seantero jagad raya, Albert Einstein pernah mengatakan bahwa “Hakikatku adalah apa yang aku pikirkan, bukan apa yang aku rasakan”. Sebuah kalimat sederhana namun mengandung seribu makna.
“Ketika rasa takut telah menguasai manusia, segala hal kecil akan nampak besar dan luar biasa. Orang yang berpikir bahwa dirinya akan sakit, walau memiliki daya tahan tubuh kuat, akan rentan jatuh sakit. Demikian pula sebaliknya, jika kita mampu mengatasi rasa cemas, khawatir, takut dan panik berlebihan, maka otak akan berfungsi dengan semestinya. Orang yang berpikiran sehat, pola hidup sehat dan mentalnya sehat serta imunitas kuat akan terhindar dari penyakit,” jelasnya.
Semua itu bukan ujug-ujug. Bukankah kita sudah terbiasa tiap hari makan di pinggir jalan bercampur debu dan polusi? Lalu kenapa mendadak higienis memborong hand sanitizer bertangki-tangki? Bukankah melawan arus kebut-kebutan tak peduli keselamatan sudah menjadi budaya? Bukankah tiap hari membaca “rokok dapat membunuhmu” namun tetap merokok? Kenapa pula sekarang tiba-tiba takut mati terserang virus hingga menimbun masker sampai jutaan lembar.
“Pada akhirnya bukan virus yang membunuhmu, tapi ketakutanlah yang akan membuatmu mati. Intinya, biasakan pola hidup sehat, mental dan pikiran yang sehat serta mencerna informasi akurat dan bermanfaat, bukan hoax atau sensasi sesaat. Satu hal yang harus diketahui, sampai saat ini belum ada pasien meninggal dunia yang murni disebabkan oleh Virus Corona, melainkan akibat komplikasi penyakit yang diderita sebelumnya. Waspada boleh, panik jangan!” Demikian R Haidar Alwi menutup penjelasannya.
Post a Comment