TEUKU MARKAM PENYUMBANG EMAS MONAS YANG DIHABISI ORBA
T
Teuku Markam Saudagar Aceh Penyumbang Emas Monas Di Binasakan Pada Masa Orde Baru (Orba).
Teuku Markam merupakan salah seorang saudagar dari Aceh, beliau orang terdekat Presiden Soekarno, beliau pernah menjadi orang terkaya seluruh Indonesia. Sekarang mungkin kita tidak mengenal Teuku Markam tapi pada zaman itu Teuku Markam merupakan saudagar terkaya yang sangat baik hati.
Teuku Markam membantu perjuangan Indonesia dalam bidang ekonomi yang ketika itu masih belum bangkit. Pria keturunan Uleebalang (panglima kerajaan) ini memang tamatan militer, tapi perjuangannya malah jauh dari bidang itu. Bung Karno sendiri saat itu sangat berterima kasih sekali atas sumbangsih yang dilakukan Teuku Markam demi Indonesia.
Orang-orang hanya mengetahui bahwa emas itu memang benar sumbangan saudagar asal Aceh. Namun tak banyak yang mengetahui, ternyata Teuku Markamlah saudagar yang dimaksud itu.
Itu baru segelintir jasa beliau untuk kepentingan negeri ini. Karya Teuku Markam lainnya adalah, beliau membebaskan lahan Senayan Jakarta untuk dijadikan pusat olahraga terbesar di Indonesia.
Teuku Markam membangun infrastruktur di aceh seperti membangun jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh dan Tapaktuan. Ia juga disebut-sebut memiliki beberapa dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan dan Palembang.
Teuku Markam juga ikut membiayai berbagai macam yang terkait dalam melepaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Konglomerat yang dekat Soekarno ini juga ikut mensukseskan KTT Asia Afrika. Luar biasa memang jasanya, namun pada akhirnya Markam malah tak dianggap dan diakui oleh negara. Saat pemerintahan Soeharto, Markam dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan PKI tanpa proses pengadilan tanpa bukti bukti terlibat hanya dikarenakan dekat dengan Soekarno, Biadab Perlakuan untuk beliau. Hingga akhirnya Markam dijebloskan ke penjara pada tahun 1966. (Jadi sudah paham ketika sekarang ini jika berbeda maka tidak heran menuduh dengan kata PKI).
Pada masa orde baru, Penderitaan Markam bukan hanya ketika ia difitnah kemudian dipenjara. Ada satu lagi kezaliman yang menimpa padanya dan dilakukan oleh pemerintah orde baru.
Hal tersebut tidak lain adalah diakusisinya semua properti dan harta Markam menjadi milik negara.
Kantor, tanah-tanah, bisnis, dan apapun yang jadi milik Markam, diambil oleh pemerintah. Yang lebih miris, tidak sedikitpun hartanya yang disisakan untuk keluarga dan anak-anaknya.
Tidak hanya difitnah dan berakhir dipenjara saja penderitaan yang dirasakan oleh Markam. PT Karkam miliknya yang telah menyumbang cukup banyak dana demi pembangunan ekonomi Indonesia juga diambil Pemerintah Indonesia dan menjadikannya sebagai BUMN.
Teuku Markam dan keluarganya hidupnya terlunta-lunta. Pada saat Markam keluar dari penjara di tahun 1974 pun, ia dan keluarganya juga masih kesulitan untuk mengklaim hartanya lagi. Pengambilalihan harta Markam ini ternyata dibenarkan oleh sejarawan Anhar Gonggong. Salah satunya Bank Duta milik Soeharto, asetnya Teuku Markam.
Teuku Markam meninggal dunia pada tahun 1985. Ia meninggal akibat mengidap komplikasi berbagai macam penyakit. Tidak hanya Markam yang mengalami kehidupan tragis, bahkan sekarang anak cucunya menderita lahir bathin. Keluarga Markam sudah belasan tahun hidup berpencar ke mana-mana.
Miris.
Teuku Markam Saudagar Aceh Penyumbang Emas Monas Di Binasakan Pada Masa Orde Baru (Orba).
Teuku Markam merupakan salah seorang saudagar dari Aceh, beliau orang terdekat Presiden Soekarno, beliau pernah menjadi orang terkaya seluruh Indonesia. Sekarang mungkin kita tidak mengenal Teuku Markam tapi pada zaman itu Teuku Markam merupakan saudagar terkaya yang sangat baik hati.
Teuku Markam membantu perjuangan Indonesia dalam bidang ekonomi yang ketika itu masih belum bangkit. Pria keturunan Uleebalang (panglima kerajaan) ini memang tamatan militer, tapi perjuangannya malah jauh dari bidang itu. Bung Karno sendiri saat itu sangat berterima kasih sekali atas sumbangsih yang dilakukan Teuku Markam demi Indonesia.
Orang-orang hanya mengetahui bahwa emas itu memang benar sumbangan saudagar asal Aceh. Namun tak banyak yang mengetahui, ternyata Teuku Markamlah saudagar yang dimaksud itu.
Itu baru segelintir jasa beliau untuk kepentingan negeri ini. Karya Teuku Markam lainnya adalah, beliau membebaskan lahan Senayan Jakarta untuk dijadikan pusat olahraga terbesar di Indonesia.
Teuku Markam membangun infrastruktur di aceh seperti membangun jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh dan Tapaktuan. Ia juga disebut-sebut memiliki beberapa dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan dan Palembang.
Teuku Markam juga ikut membiayai berbagai macam yang terkait dalam melepaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Konglomerat yang dekat Soekarno ini juga ikut mensukseskan KTT Asia Afrika. Luar biasa memang jasanya, namun pada akhirnya Markam malah tak dianggap dan diakui oleh negara. Saat pemerintahan Soeharto, Markam dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan PKI tanpa proses pengadilan tanpa bukti bukti terlibat hanya dikarenakan dekat dengan Soekarno, Biadab Perlakuan untuk beliau. Hingga akhirnya Markam dijebloskan ke penjara pada tahun 1966. (Jadi sudah paham ketika sekarang ini jika berbeda maka tidak heran menuduh dengan kata PKI).
Pada masa orde baru, Penderitaan Markam bukan hanya ketika ia difitnah kemudian dipenjara. Ada satu lagi kezaliman yang menimpa padanya dan dilakukan oleh pemerintah orde baru.
Hal tersebut tidak lain adalah diakusisinya semua properti dan harta Markam menjadi milik negara.
Kantor, tanah-tanah, bisnis, dan apapun yang jadi milik Markam, diambil oleh pemerintah. Yang lebih miris, tidak sedikitpun hartanya yang disisakan untuk keluarga dan anak-anaknya.
Tidak hanya difitnah dan berakhir dipenjara saja penderitaan yang dirasakan oleh Markam. PT Karkam miliknya yang telah menyumbang cukup banyak dana demi pembangunan ekonomi Indonesia juga diambil Pemerintah Indonesia dan menjadikannya sebagai BUMN.
Teuku Markam dan keluarganya hidupnya terlunta-lunta. Pada saat Markam keluar dari penjara di tahun 1974 pun, ia dan keluarganya juga masih kesulitan untuk mengklaim hartanya lagi. Pengambilalihan harta Markam ini ternyata dibenarkan oleh sejarawan Anhar Gonggong. Salah satunya Bank Duta milik Soeharto, asetnya Teuku Markam.
Teuku Markam meninggal dunia pada tahun 1985. Ia meninggal akibat mengidap komplikasi berbagai macam penyakit. Tidak hanya Markam yang mengalami kehidupan tragis, bahkan sekarang anak cucunya menderita lahir bathin. Keluarga Markam sudah belasan tahun hidup berpencar ke mana-mana.
Miris.
Post a Comment