ARAB SAUDI TIDAK PERNAH PEDULI PADA AL AQSHA
Mufti Besar Suriah Syeikh Ahmad Badruddin Hassoun mengecam sebagian
rezim Arab dengan menyebut mereka mengaku ingin mendirikan shalat di
Masjid al-Umawi, Aleppo, Suriah, tapi tak pernah berkata demikian untuk
Masjid al-Aqsa.
“Sebagian penguasa negara-negara Arab dan Islam mengaku ingin mendirikan shalat di Masjid al-Umawi di Aleppo dan Damaskus. Harus bertanya kepada mereka, apakah dalam benak mereka tidak pernah terlintas pikiran untuk mendirikan shalat di Masjid al-Aqsa? Mengapa mereka tidak ingin pergi ke Palestina dan masjid-masjid yang hancur di sana? Ada 3000 masjid di Aka, Yafa dan Haifa yang dihancurkan (oleh Israel), tapi mengapa mereka tidak mengurusi masjid-masjid ini?” cecar Hassoun.
Dia menambahkan, “Para penguasa Arab bukannya mengurus masjid-masjid yang hancur di tanah pendudukan Palestina, tapi malah menerima surat kepercayaan para dubes Rezim Zionis di negara-negara mereka. Karena itu, isu Aleppo telah mengungkap skandal mereka dan menunjukkan betapa mereka hanya ingin memusnahkan Suriah dan membunuhi rakyat negara ini.”
Kepada para penguasa Arab, Mufti Besar Suriah menyoal, “Kapan kalian pernah berjuang melawan kaum Zionis? Rekam jejak kalian hanya menunjukkan bahwa kalian hanya berperang dengan umat Islam sendiri.”
Syeikh Hassoun menyinggung praktik adu domba Sunni-Syiah yang digalang oleh para penguasa Arab.
“Mereka mengatakan kepada khalayak dunia bahwa di Suriah terjadi perang bernuansa mazhab dan golongan, dan perang antara pemerintah dan rakyat, tapi semua ini bohong dan dusta belaka. Karena itu kami meminta para anggota parlemen Eropa dan Amerika Serikat supaya berkunjung ke Suriah dan meninjau realitas yang ada. Ketika seorang mantan pejabat AS datang ke Suriah bersamaan dengan perayaan Natal dan meninjau gereja, Masjid al-Umawi serta kota Aleppo dan Latakia, baru dia mengakui bahwa di Suriah ada kelangsungan hidup,” papar Syeikh Hassoun.
Dia menjelaskan bahwa sebagian penguasa Arab ingin menjadikan Aleppo sebagai gerbang untuk mengoyak Suriah, tapi mereka gagal.
“Mereka mengira bahwa jika negara kami terbelah maka pembagian kawasan akan mudah, karena itu perang di Suriah bukanlah perang melawan oposisi atau para antek negara-negara asing, melainkan perang melawan 80 negara yang berdusta ketika mengaku sebagai sahabat Suriah,” tegasnya.
“Sebagian penguasa negara-negara Arab dan Islam mengaku ingin mendirikan shalat di Masjid al-Umawi di Aleppo dan Damaskus. Harus bertanya kepada mereka, apakah dalam benak mereka tidak pernah terlintas pikiran untuk mendirikan shalat di Masjid al-Aqsa? Mengapa mereka tidak ingin pergi ke Palestina dan masjid-masjid yang hancur di sana? Ada 3000 masjid di Aka, Yafa dan Haifa yang dihancurkan (oleh Israel), tapi mengapa mereka tidak mengurusi masjid-masjid ini?” cecar Hassoun.
Dia menambahkan, “Para penguasa Arab bukannya mengurus masjid-masjid yang hancur di tanah pendudukan Palestina, tapi malah menerima surat kepercayaan para dubes Rezim Zionis di negara-negara mereka. Karena itu, isu Aleppo telah mengungkap skandal mereka dan menunjukkan betapa mereka hanya ingin memusnahkan Suriah dan membunuhi rakyat negara ini.”
Kepada para penguasa Arab, Mufti Besar Suriah menyoal, “Kapan kalian pernah berjuang melawan kaum Zionis? Rekam jejak kalian hanya menunjukkan bahwa kalian hanya berperang dengan umat Islam sendiri.”
Syeikh Hassoun menyinggung praktik adu domba Sunni-Syiah yang digalang oleh para penguasa Arab.
“Mereka mengatakan kepada khalayak dunia bahwa di Suriah terjadi perang bernuansa mazhab dan golongan, dan perang antara pemerintah dan rakyat, tapi semua ini bohong dan dusta belaka. Karena itu kami meminta para anggota parlemen Eropa dan Amerika Serikat supaya berkunjung ke Suriah dan meninjau realitas yang ada. Ketika seorang mantan pejabat AS datang ke Suriah bersamaan dengan perayaan Natal dan meninjau gereja, Masjid al-Umawi serta kota Aleppo dan Latakia, baru dia mengakui bahwa di Suriah ada kelangsungan hidup,” papar Syeikh Hassoun.
Dia menjelaskan bahwa sebagian penguasa Arab ingin menjadikan Aleppo sebagai gerbang untuk mengoyak Suriah, tapi mereka gagal.
“Mereka mengira bahwa jika negara kami terbelah maka pembagian kawasan akan mudah, karena itu perang di Suriah bukanlah perang melawan oposisi atau para antek negara-negara asing, melainkan perang melawan 80 negara yang berdusta ketika mengaku sebagai sahabat Suriah,” tegasnya.
Post a Comment