SIKAP SAYYIDINA ALI KEPADA SAYYIDAH AISYAH RA TETAPLAH BAIK SETELAH PERANG JAMAL
Sebelum terjadinya Perang Jamal Rasulullah sholallahu alaihi wasallam telah memberitakan dengan nubuwahnya pada Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah akan adanya peristiw tersebut, sehingga sikap Sayyidina Ali pun terhadap Sayyidah Aisyah ra tetaplah sikap dengan penuh adab dan ahlak tidak ada "caci maki" ataupun cercaan pada beliau Sayyidiah Aisyah ra, pun halnya Sayyidah Aisyah setelah peran tersebut tetaplah menjaga adab pada SEPUPU nabi tersebut Sayyidina Ali Karamallahu wajhah:
BERITA SEBELUM PERANG JAMAL :
BERITA SEBELUM PERANG JAMAL :
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada ‘Ali
bahwasanya akan terjadi perkara antara dia dengan ‘Aisyah. Dijelaskan dalam
sebuah hadits dari Abu Rafi’, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada ‘Ali bin Abi Thalib:
إِنَّهُ سَيَكُونُ بَيْنَكَ وَبَيْنَ عَائِشَةَ أَمْرٌ،
قَالَ: أَنَا يَا رَسُـولَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: فَأَنَا أَشْقَاهُمْ يَا
رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لاَ، وَلَكِنْ إِذَا كَانَ ذَلِكَ؛ فَارْدُدْهَا إِلَى
مَأْمَنِهَا.
“Sesungguhnya
akan terjadi perkara di antara engkau dengan ‘Aisyah.” Dia berkata, “Aku, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Betul.” Dia berkata, “Kalau begitu aku
mencelakakan mereka wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Tidak, akan tetapi
jika hal itu terjadi, maka kembalikanlah ia ke tempatnya yang aman.’” Musnad
Imam Ahmad (VI/393, dengan catatan pinggir Muntakhab Kanzul ‘Ummal).
Hadits ini
hasan. Lihat Fat-hul Baari (XIII/55).
SETELAH PERANG JAMAL
Untuk mengetahui klarifikasi terkait masalah ini, ada baiknya seorang
muslim/ah membaca kitab: عائشة أم المؤمنين
sebuah ensiklopedi besar yang khusus berbicara tentang ummul mukminin Aisyah
RA.
Ensiklopedi
ini ditulis oleh sekumpulan para ulama di bawah supervisi DR Alawi bin Abdul
Qâdir As-Saqqâf dan telah mendapatkan banyak sekali apresiasi dari para ulama
dan aktifis dakwah lainnya.
Di antara
isi ensiklopedi ini terdapat penjelasan tentang hubungan antara ummul mukminin
Aisyah RA dengan amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA.
Konten
penjelasan dari ensiklopedi itu adalah sebagai berikut:
Intinya,
hubungan antara ummul mukminin Aisyah RA dengan Ali bin Abi Thalib RA adalah
hubungan yang sangat baik, baik pada zaman Rasulullah SAW masih hidup, maupun
setelah Rasulullah SAW wafat. Meskipun di antara keduanya terkadang, sekali lagi
terkadang, terjadi perbedaan pendapat dalam masalah-masalah ijtihadiyah, dan
meskipun di antara keduanya pernah terjadi “suatu peperangan”.
Data-data
sejarah yang valid berikut menjelaskan demikian:
Pada suatu hari, setelah terjadinya
Waq`atul Jamâl, datanglah amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA mengunjungi
ummul mukminn Aisyah RA, maka Ali pun bertanya: “apa kabar mu wahai ibunda?”.
Maka ummul mukminin Aisyah RA menjawab: “Alhamdulillah dalam keadaan baik”.
Maka Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA berkata: “Semoga Allah SWT
memberikan pengampunan kepadamu wahai ibunda”. (Ath-Thabarani dalam kitab
Tarikh [3/55]). Lihat pula: al-Bidayah wan-Nihayah karya Ibn Katsir [10/468]).
Imam Ibn Jarir ath-Thabari menyebutkan
bahwa Ali bin Abi Thalib-lah yang memberikan isyarat kepada beberapa pasukannya
agar unta yang dinaiki oleh ummul mukminin dilumpuhkan dan dibunuh saat terjadi
Waq`atul Jamâl. Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA menyeru kepada mereka: اُعْقُرُوا الْجَمَلَ؛ فَإِنَّهُ إِنْ عُقِرَ تَفَرَّقُوْا (lumpuh dan bunuh itu unta yang dinaiki
oleh ummul mukminin, sebab, kalau unta itu terbunuh, niscaya pasukan yang ada
di sekelilingnya akan membubarkan diri) [Tarikh Thabari 3/47]. Tafsir atas
perintah Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA ini adalah agar ummul mukminin
Aisyah RA dalam keadaan selamat, sebab, saat itu unta dan penumpangnya, yaitu
ummul mukminin Aisyah RA menjadi pusat sasaran anak panak dari pasukan “gelap”
yang menyusup di barisan Ali dan yang menyusup di barisan ummul mukminin. Dan
benar saja prediksi Ali bin Abi Thalib RA, bahwa begitu unta tersebut terbunuh
dan ummul mukminin terselamatkan, bubarlah pasukan yang mengelilinginya.
Secara simultan, saat amirul mukminin Ali
bin Abi Thalib RA mengeluarkan perintah isyarat untuk membunuh unta yang
dinaiki oleh ummul mukminin Aisyah RA, Ali juga memerintahkan kepada Muhammad
bin Abu Bakar, yang tidak lain adalah saudara kandung ummul mukminin Aisyah RA
dengan dibantu oleh beberapa orang lainnya, agar Muhammad bin Abu Bakar membawa
pergi haudaj (“rumah” di atas unta) yang di dalamnya ada ummul mukminin Aisyah
RA untuk dibawa pergi menjauh dari pasukan kedua belah pihak, dan Ali bin Abi
Thalib memerintahkan kepada Muhammad bin Abi Bakar agar memeriksa haudaj
kalau-kalau ada anak panah atau senjata lainnya yang bisa melukai ummul
mukminin Aisyah RA. ([Tarikh Thabari 3/73], [al-Bidayah wan-Nihayah 10/468]).
Pada saat Waq`atul Jamâl telah selesai, dan
ummul mukminin Aisyah RA hendak meninggalkan kota Bashrah (sebuah kota di
Iraq), untuk kembali ke Madinah, amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA
mengirimkan segala yang diperlukan oleh ummul mukminin, mulai dari kendaraan
yang akan dinaiki, perbekalan, barang-barang lain yang diperlukan, dan juga
pengawalan. Juga 40 wanita Bashrah dari “tokoh-tokoh” wanita Bashrah serta
menunjuk Muhammad bin Abu Bakar, saudaranya, agar dia yang menjadi pimpinan
pengawal perjalanan ummul mukminin Aisyah RA. Dan pada saat hari keberangkatan
tiba,amirul mukminin Ali bin Abi Thalib mendatangi tempat pemberangkatan ummul
mukminin Aisyah RA. Setelah semuanya siap, ummul mukminin keluar dari “rumah”
tempat keberangkatan, dan berpamitan dengan semua yang hadir, dan berpamitan
juga dari amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA seraya berkata: “wahai putraku,
janganlah ada di antara kita yang saling mencela, demi Allah, apa yang pernah
terjadi antara aku dan Ali di masa lalu (di masa hidup Rasulullah SAW), tidak
lain hanyalah “peristiwa” antara seorang perempuan dengan keluarga (mantu), dan
demi Allah, aku bersaksi bahwa Ali termasuk ahlul khair”. Maka Ali RA-pun
berkata: “Demi Allah, apa yang ibunda katakana itu benar, tidak terjadi apa-apa
antara diriku dengannya kecuali seperti itu, dan sungguh, dia (ummul mukminin)
adalah seorang istri nabi kalian di dunia dan di akhirat”. Kemudian ummul
mukminin Aisyah berangkat melakukan perjalanan, dan Ali bin Abi Thalib RA
mengantarnya sampai beberapa mil jauhnya.
Kalau saja ummul mukminin Aisyah RA ada
permusuhan dengan Ali bin Abi Thalib RA, niscaya tidak akan mengucapkan kata-kata
seperti itu, dan kalau saja amirul mukminin Ali bn Abi Thalib RA ada permusuhan
dengan ummul mukminin Aisyah RA, niscaya ia tidak akan membenarkan ucapan ummul
mukminin Aisyah RA. (Kisah lengkap point ini diceritakan oleh Saif bin Umar
dalam kitabnya: al-Fitnah wa Waq`atul Jamal, hal. 183. Lihat pula Tarikh
Thabari [4/544], al-Muntazhim karya Ibnul Jauzi [5/94], al-Kamil karya Ibnul
Atsir [2/614], al-Bidayah wan-Nihayah [10/472]), Nihayatul Arab karya
an-Nuwairi [20/50]).
Di saat acara “perpisahan” yang dihadiri
banyak orang itu terjadi, ada dua orang hadirin yang mencela ummul mukminin.
Yang satu mengatakan: “Semoga Allah SWT membalas pembangkanganmu wahai ummul
mukminin!”. Dan yang satunya berkata: “Wahai ummul mukminin, bertaubat lah kamu
kepada Allah, sebab kamu telah berbuat salah”.
Berita atas peristiwa celaan ini sampai
kepada amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA, maka Ali memerintahkan kepada
al-Qa`qâ` bin `Amr untuk menangkap kedua orang itu, lalu kepada masing-masing
dari keduanya, Ali bin Abi Thalib memerintahkan agar masing-masingnya didera
dengan cambuk sebanyak seratus kali dalam keadaan bertelanjang dada. (al-Kamil
[2/614], Nihayatul Arab [20/50]).
Tentang berkecamuknya Waq`atul Jamâl itu
sendiri sebenarnya adalah karena ulah dari kalangan yang terlibat dalam
pembunuhan amirul mukminin Utsman bin Affan RA, di mana mereka membelah diri
dalam dua bagian, sebagian menyusup ke dalam pasukan Ali bin Abi Thalib RA yang
lalu menyerang pasukan Aisyah, dan sebagiannya lagi menyusup ke dalam pasukan
Aisyah yang lalu menyerang pasukan Ali. Dan mereka melakukan keributan itu di
sekitar unta yang dinaiki oleh ummul mukminin Aisyah RA untuk memancing
orang-orang di luar mereka agar berperang. Mereka berusaha membunuh ummul
mukminin Aisyah RA, namun, kemudian amirul mukminin Ali bin Abi Thalib RA
mengetahui siasat mereka itu, dan yang lalu memerintahkan pembunuhan unta dan
penyelamatan ummul mukminin seperti tersebut di atas.
Di luar peristiwa Waq`atul Jamâl, hubungan
diantara kedua sahabat nabi yang mulia ini sangatlah baik, masing-masing dari
keduanya memuji yang lainnya, baik dari sisi ilmu, agama dan kesalihan.
( kesimpulan / penutup )
"Tidak ada permusuhan abadi dan saling cerca antara Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah dengan sayyidah Aisyah ra, seperti tercantum dalam tarikh, perpecahan dalam perang jamal adalah ulah para "khawarij" yang mengadu domba, walau pada hakikatnya adalah BUKTI KELENGKAPAN NUBUWAH BAGINDA RASUL SAW".
"Tidak ada permusuhan abadi dan saling cerca antara Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah dengan sayyidah Aisyah ra, seperti tercantum dalam tarikh, perpecahan dalam perang jamal adalah ulah para "khawarij" yang mengadu domba, walau pada hakikatnya adalah BUKTI KELENGKAPAN NUBUWAH BAGINDA RASUL SAW".
PELARANGAN CACI MAKI SAHABAT JUGA ISTRI NABI SAYYIDIAH AISYAH DIFATWAKAN JUGA OLEH ULAMA ULAMA MADZHAB SYIAH :
"DIHARAMKAN" menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.
Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan." ( iMAM kHAMENI)
Yang menghebuskan isu caci maki sahabat dan istri Nabi saw adalah "MEREKA SYIAH TAKFIRI" seperti kelompok Syiah amerika dan london diantaranya melalui : "YASER AL HABIB, HASAN ALLAHYARI" yang banyak di upload/diexpose para penebar fitnah pemecah belah ummat Muhammad sholallahu alaihi wasallam.
"DIHARAMKAN" menghina simbol-simbol (yang diagungkan) saudara-saudara seagama kita, ahlusunah, berupa tuduhan terhadap istri Nabi saw. dengan hal-hal yang mencederai kehormatannya, bahkan tindakan ini diharamkan terhadap istri- istri para nabi terutama penghulunya, yaitu Rasul termulia saw.
Semoga Anda semua mendapatkan taufik untuk setiap kebaikan." ( iMAM kHAMENI)
Yang menghebuskan isu caci maki sahabat dan istri Nabi saw adalah "MEREKA SYIAH TAKFIRI" seperti kelompok Syiah amerika dan london diantaranya melalui : "YASER AL HABIB, HASAN ALLAHYARI" yang banyak di upload/diexpose para penebar fitnah pemecah belah ummat Muhammad sholallahu alaihi wasallam.
Semoga
sedikit kutipan yang saya bahasakan ulang ini memberi pemahaman yang benar.
Wallahu’alam
Post a Comment