MUI MENSYAHKAN SYIAH SEBAGAI SALAH SATU MADZHAB ISLAM SELARAS RISALAH AMMAN

MUI: Syiah Sah Sebagai Mazhab Islam

Di tengah upaya ormas-ormas Islam tertentu menyesatkan aliran Syiah di Indonesia, petinggi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat justru menunjukkan sikap sebaliknya. Dalam sebuah pertemuan antara rombongan MUI Pusat dengan pelajar Indonesia di Kota Qom, Iran, Ketua MUI Pusat, Prof Dr KH Umar Shihab menyerukan bahwa Muslim Sunni dan Syiah harus bersatu.

“Sunni dan Syiah bersaudara, sama-sama umat Islam. Itulah prinsip yang dipegang oleh MUI. Jika ada yang memperselisihkan dan menabrakkan keduanya, mereka adalah penghasut dan pemecah belah umat, mereka berhadapan dengan Allah swt yang menghendaki umat ini bersatu.” Beber Prof Dr Umar Shihab sebagaimana dilansir dari Kantor Berita ABNA, Sabtu 30 April.


Kedatangan MUI Pusat ke Iran ini untuk memenuhi undangan Majma Taghrib Bainal Mazahib (Lembaga Pendekatan Antar Mazhab) yang didirikan oleh ulama-ulama Syiah-Sunni. Termasuk dalam rombongan Sekretaris MUI SulSel, Prof Dr Ghalib MA. Pertemuan yang dilangsungkan di Mujtama Maskuni Ayatullah Sistani tersebut dimediasi oleh Sayyid Faris, salah seorang ulama Iran yang sering berkunjung ke Indonesia.


Di hadapan para pelajar Indonesia, KH Umar Shihab mengungkapkan bahwa ujian terberat yang dihadapi oleh kaum Muslimin saat ini ada dua. Yang pertama adalah perpecahan dan kedua kebodohan. Ironinya, perpecahan dalam umat Islam tidak jarang diakibatkan oleh kelompok Islam sendiri. Kelompok tersebut ditandai dengan pernyataan-pernyataannya yang suka menyesatkan dan mengkafirkan kelompok Islam lain.

“Misalnya menyebut maulid itu bid’ah. Mengucapkan shalawat di setiap kegiatan itu bid’ah. Dengan pemahaman yang seperti itu, mereka telah menyesatkan dan memusuhi kelompok Islam yang mengamalkannya. Kita harus waspada terhadap kelompok pemecah dari dalam ini, mereka bahkan sampai menggunakan banyak uang saking gigihnya untuk memecah belah umat ini,” singgung KH Umar Shihab.

Untuk masalah kebodohan, KH Umar Shihab mengingatkan pesan ulama terkemuka Sunni asal Mesir, Syeikh Mutawalli Syahrawi. Syeikh Mutawalli mengatakan, persatuan tidak akan tercapai jika umat Islam masih terbelenggu dalam kebodohan.

“Karena itu, selama di Iran belajarlah dengan sungguh-sungguh. Sekembali kalian ke tanah air, sampaikanlah argumen-argumen yang benar mengenai Islam. Mau pegang mazhab Syiah atau Sunni, silahkan. Yang tidak dibenarkan adalah jika satu sama lain saling menyalahkan sehingga mengancam persatuan,” katanya.

Umar Shihab juga mengaku Presiden SBY pernah mengungkapkan kegalauannya akan perpecahan umat Muslim dunia, terutama Sunni dengan Syiah. Presiden, kata KH Umar, sangat berharap Indonesia sebagai negara yang penduduknya muslim terbesar di dunia, bisa memainkan peranannya bagi terwujudnya persatuan umat Islam, khususnya Sunni-Syiah. Karena itu, MUI pun menyambut baik ajakan dan undangan dari Republik Islam Iran untuk bekerjasama mewujudkan persatuan umat Islam tersebut.

Pada kesempatan itu, Ketua MUI Pusat Prof Dr KH Umar Shihab menandatangani naskah kesepahaman (MoU) dengan Sekjen Majma Taghrib bainal Mazahib, Ayatullah Ali Taskhiri. Point penting dalam MoU tersebut adalah pengakuan bahwa Syiah adalah termasuk mazhab Islam yang sah di Indonesia.

Wakil Ketua Komisi Ukhuwah Islamiyah MUI Dr Khalid Al-Walid juga mengungkapkan poin perjanjian lainnya, di antaranya kerjasama pengiriman para peneliti dan Ulama Indonesia untuk sama-sama mempelajari berbagai hal di kedua negara. Kerjasama juga dilakukan dengan Kementerian Luar Negeri Iran, Departemen Pengurusan Haji dan Kamar Dagang Industri Iran dalam bidang produk halal.

Sikap MUI SulSel
Sekretaris MUI SulSel, Prof Dr Ghalib MA yang dihubungi tadi malam menegaskan sampai saat ini MUI SulSel belum pernah mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Syiah. Seingatnya, MUI Pusat juga tidak pernah mengeluarkaj fatwa sesat untuk Syiah. Bahkan secara internasional, Syiah merupakan salah satu mazhab Islam yang resmi dianut di negara-negara berpenduduk muslim.

“Kalau sesat, kenapa saudara-saudara Syiah bisa beribadah haji di Makkah? Saya pikir perbedaan kita (Sunni) dengan Syiah hanya soal Imamah (kepemimpinan). Dan itu tidak menjadikan mereka sesat,” papar Prof Ghalib yang turut ikut dalam rombongan MUI ke Iran 28 April lalu.

Ghalib pun mengakui bahwa memang ada kelompok ormas yg mempermasalahkan keberadaan Syiah di SulSel. Namun dia meyakinkan MUI akan berupaya menyelesaikan perbedaan pandang antar kelompok Islam ini dengan cara yang damai.

Guru Besar Ilmu Tafsir UIN Alauddin ini pun mengimbau agar kelompok Sunni dan Syiah di SulSel mengedepankan persatuan umat. Dia berharap agar perbedaan-perbedaan yang tajam mengenai sejarah Islam di masa lalu ditepikan demi kemaslahatan umat.

“Umat Islam memerlukan persatuan. Kita masih punya masalah umat yang lebih besar yang harus diselesaikan. Seperti kemiskinan, kebodohan dan radikalisme,” imbaunya. (int-aha).
Sumber: Harian FAJAR Makassar, Minggu 1 Mei 2011

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.