ORANG INI SESATKAN NABI MUHAMMAD SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM
Silahkan engkau sesatkan saya atau kami yang merayakan/memperingati Maulid Baginda Nbi Muhammad sholallahu alaihi wasallam, NAMUN JANGAN KAU SESATKAN Beliau baginda Nabi shollahu alaihi wasallam !!!! " Faham engkau sutad !!!! BALAGA SILAING !!!!! TEU RIDHO DEWEK DUNYA AKHERAT LAHIR BATHIN "NYERI HATE DEWEK" !!!!
Ngustadz ingusan Evie Effendi yang entah kapan kajiannya menjadi terkenal menyatakan bahwa orang yang memperingati Maulid Nabi dihinanya sebagai memperingati kesesatan.
Bahkan dia juga menyebut Nabi Muhammad SAW juga mulanya adalah orang yang sesat sebelum menerima kenabian.
Dia mmengatakan hal itu berdasarkan ayat dholan fahada yang diartikan seenaknya sendiri, tanpa melihat tafsirnya.
"Setiap orang itu sesat, awalnya, dholan fahada, Muhammad itu termasuk," kata Evie dalam salah satu kajiannya, dikutip Dutaislam.com, Rabu (08/08/2018).
"Maka kalau ada yang Muludan, ini memperingati apa ini, kesesatan Muhammad," oceh dia kurangajar.
Innalillahi wainna ilahi rajiun....
Berikut adalah bantahan bagi ngustadz anyaran al-kurangajar Evie Effendi yang mengatakan Nabi Muhammad sebelumnya tersesat dan memperingati maulid sama dengan memperingati kesesatan. Naudzubillah...
Pada video nyerocosnya yang tak berdasar itu, dia mengutip ayat:
"ووجدك ضآلا فهدى "
Tanpa melihat penafsiran ayat si ngustad mengartikan sesat kemudian menganalogikan secara asal-asalan dengan mengatakan Nabi Muhammad sebelumnya tersesat dan memperingati maulid sama dengan memperingati kesesatan.
Padahal, makna ضآلا dalam ayat tersebut diikhtilafkan ma'nanya oleh para Ulama Ahli Tafsir. Dan semua maknanya bersifat positif, sama sekali tidak ada yang menurunkan keagungan Baginda Nabi صلى الله عليه وسلم. Di antara maknanya :
Baginda Nabi صلى الله عليه وسلم semenjak dari kecil pun sangat jauh dari kesesatan
فإنه عليه السلام كان موفقا للنظر الصحيح حينئذ ولهذا لم يعبد صنما قط ولم يأتي بفاحشة !!!!!!!!!!
Jika ضآلا dalam ayat tersebut dimaknai sesat yang bermakna negatif, maka dalam ayat tersebut terjadi ISNAD MAJAZ 'AQLY karena hakikat Isnad ضآلا bukan kepada dlomir mukhothob Baginda Nabi صلى الله عليه وسلم sehingga dalam kalamnya terjadi DILALAH IQTHIDHO (دلالة اقتضاء) maka kalamnya menjadi Kalam Muqtadhi yang definisinya sebagaimana diterangkan dalam kitab Jam'ul Jawaami' juz 1 Hal 424 :
Kalam yang tidak akan benar maknanya kecuali dengan menaqdirkan salah satu perkara.
Jadi dalam ayat tersebut terjadi IJAAZ BILHAHDZFI (إيجاز بالحذف ) menurut ilmu ma'ani atau MAJAZ BILHADZFI (مجاز بالحذف) menurut Ilmu Bayan, yang taqdir asal kalamnya ialah :
Demikian, semoga kita diselamatkan dari orang-orang yang seenaknya saja mengartikan ayat al-Qur'an.
1. demi waktu matahari sepenggalahan naik, 2. dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), 3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu*. 4. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)**.5. dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.”(adl-Dluhaa 1-5)
Ngustadz ingusan Evie Effendi yang entah kapan kajiannya menjadi terkenal menyatakan bahwa orang yang memperingati Maulid Nabi dihinanya sebagai memperingati kesesatan.
Bahkan dia juga menyebut Nabi Muhammad SAW juga mulanya adalah orang yang sesat sebelum menerima kenabian.
Dia mmengatakan hal itu berdasarkan ayat dholan fahada yang diartikan seenaknya sendiri, tanpa melihat tafsirnya.
"Setiap orang itu sesat, awalnya, dholan fahada, Muhammad itu termasuk," kata Evie dalam salah satu kajiannya, dikutip Dutaislam.com, Rabu (08/08/2018).
"Maka kalau ada yang Muludan, ini memperingati apa ini, kesesatan Muhammad," oceh dia kurangajar.
Innalillahi wainna ilahi rajiun....
Berikut adalah bantahan bagi ngustadz anyaran al-kurangajar Evie Effendi yang mengatakan Nabi Muhammad sebelumnya tersesat dan memperingati maulid sama dengan memperingati kesesatan. Naudzubillah...
Pada video nyerocosnya yang tak berdasar itu, dia mengutip ayat:
"ووجدك ضآلا فهدى "
Tanpa melihat penafsiran ayat si ngustad mengartikan sesat kemudian menganalogikan secara asal-asalan dengan mengatakan Nabi Muhammad sebelumnya tersesat dan memperingati maulid sama dengan memperingati kesesatan.
Padahal, makna ضآلا dalam ayat tersebut diikhtilafkan ma'nanya oleh para Ulama Ahli Tafsir. Dan semua maknanya bersifat positif, sama sekali tidak ada yang menurunkan keagungan Baginda Nabi صلى الله عليه وسلم. Di antara maknanya :
- فقدان الشرائع والخلو عن الأحكام التي لا يهتدي إليها العقول بل طريقها السماع اه.(تفسير روح البيان)
- وقال الترمذي وعبد العزيز بن يحيى (ضلال) معناه خامل الذكر لا يعرفك الناس فهداهم إليه ربك اه (تفسير المحرر الوجيز)
Baginda Nabi صلى الله عليه وسلم semenjak dari kecil pun sangat jauh dari kesesatan
فإنه عليه السلام كان موفقا للنظر الصحيح حينئذ ولهذا لم يعبد صنما قط ولم يأتي بفاحشة !!!!!!!!!!
Jika ضآلا dalam ayat tersebut dimaknai sesat yang bermakna negatif, maka dalam ayat tersebut terjadi ISNAD MAJAZ 'AQLY karena hakikat Isnad ضآلا bukan kepada dlomir mukhothob Baginda Nabi صلى الله عليه وسلم sehingga dalam kalamnya terjadi DILALAH IQTHIDHO (دلالة اقتضاء) maka kalamnya menjadi Kalam Muqtadhi yang definisinya sebagaimana diterangkan dalam kitab Jam'ul Jawaami' juz 1 Hal 424 :
" ما لا يستقيم من الكلام إلا بتقدير أحد أمور "
Kalam yang tidak akan benar maknanya kecuali dengan menaqdirkan salah satu perkara.
Jadi dalam ayat tersebut terjadi IJAAZ BILHAHDZFI (إيجاز بالحذف ) menurut ilmu ma'ani atau MAJAZ BILHADZFI (مجاز بالحذف) menurut Ilmu Bayan, yang taqdir asal kalamnya ialah :
"ووجدك بين ضالين فهداهم بك "
كما قال في تفسير روح البيان : وفي الأسئلة المقحمة معناه ووجدك بين ضالين
فهداهم بك، فعلى هذا يكون الضلال صفة قومه يقال رجل ضعيف اذا ضعف قومه اه
(تفسير روح البيان جزء 1 صحيفة 534)
قال : ووجدك بين ضالين فاستنقذك من ضلالتهم اه (تفسير الدر المنثور )
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
1. demi waktu matahari sepenggalahan naik, 2. dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), 3. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu*. 4. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)**.5. dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.”(adl-Dluhaa 1-5)
* Maksudnya: ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w.
terhenti untuk Sementara waktu, orang-orang musyrik berkata: “Tuhannya
(Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadaNya”. Maka turunlah
ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang musyrik itu.
** Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu
akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan
kesulitan-kesulitan. ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan
akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula
dengan arti kehidupan dunia.
Diriwayatkan oleh asy-Syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim) dan
lain-lain yang bersumber dari Jundub bahwa Rasulullah saw merasa kurang
enak badan sehingga beliau tidak shalat malam selama satu atau dua
malam. Seorang wanita datang kepada beliau seraya berkata, “Hai
Muhammad, aku melihat setanmu (yang ia maksud adalah malaikat Jibril)
telah meninggalkan engkau.” Maka Allah menurunkan ayat ini (1-3) yang
menegaskan bahwa Allah tidak membiarkan Muhammad dan tidak membencinya.
Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan al-Faryabi, yang bersumber
dari Jundub bahwa Jibril untuk beberapa lama tidak datang kepada Nabi
saw. Berkatalah kaum musyrikin: “Muhammad telah ditinggalkan.” Maka
turunlah ayat-ayat ini (adh-Dhuhaa 1-3) yang membantah ucapan mereka.
Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Zaid bin Arqam bahwa
berhari-hari Rasulullah saw tidak didatangi Jibril. Berkatalah ummu
Jamil, istri Abu Lahab: “Aku berkesimpulan bahwa sahabatmu (Jibril)
telah meninggalkan engkau dan marah kepadamu.” Maka turunlah ayat-ayat
ini (1-3) yang membantah anggapan ummu Jamil ini.
Diriwayatkan oleh ath-Thabrani, Ibnu Abi Syaibah di dalam
Musnadnya, al-Wahidi, dan lain-lain, dengan sanad yang diantaranya ada
perawi yang tidak dikenal, dari Hafsh bin Maisarah al-Quraisy, dari
ibunya, yang bersumber dari ibunya, yaitu Khaulah (nenek Hafsh), bahwa
seekor anak anjing masuk ke rumah Rasulullah saw dan tinggal di bawah
ranjang beliau hingga mati. Ketika itu selama empat hari, Rasulullah saw
tidak menerima wahyu. Rasulullah saw bersabda: “Hai Khaulah, ada apa di
rumahku ini sehingga Jibril tidak datang kepadaku?” Khaulah berkata:
“Ketika aku membersihkanrumah dan menyapunya, dari bawah ranjang seekor
anak anjing yang sudah mati tersapu olehku, kemudian aku
mengeluarkannya.” Ketika itu aku melihat Rasulullah saw gemetar
kedinginan padahal beliau mengenakan jubah-sebagaimana biasanya beliau
suka gemetar manakala turun wahyu”. Pada waktu itulah turun ayat-ayat
ini (adh-Dhuha 1-5)
Menurut al-Hafizh Ibnu Hajar, kisah lambatnya Jibril turun yang
disebabkan anak anjing itu masyhur. Akan tetapi sangatlah gharib bila
dijadikan sebagai sebab turunnya ayat itu, bahkan ganjil dan
terbantahlah oleh riwayat yang termaktub di dalam kitab Shahihul
Bukhari.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Abdulallah bin
Syaddad bahwa Khadijah berkata: “Barangkali Rabbmu marah kepadamu.”
Ayat-ayat ini (1-5) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ‘Urwah bahwa
Jibril lama tidak datang kepada Nabi saw sehingga beliau merasa sangat
cemas. Khadijah berkata: “Bila melihat kecemasanmu, aku kira Rabbmu
benar-benar marah kepadamu.” Ayat adh-Dhuha 1-3 turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut.
Kedua riwayat Ibnu Jarir di atas mursal, akan tetapi rawi-rawinya
tsiqat (kuat). Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa kedua riwayat itu
(riwayat al-Hakim dan Ibnu Jarir) jelas, yaitu dari Ummu Jamil untuk
menyatakan dendam kesumatnya, dan Khadijah ungkapan turut bersedih dan
cemas.
Diriwayatkan oleh al-Hakim, al-Baihaqi di dalam kitab ad-Dalaa-il,
ath-Thabarani, dll, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa dijanjikan
kepada Nabi saw kemenangan bagi umatnya, sehingga beliau pun merasa
gembira karenanya. Ayat ini adh-Dhuha ayat 5 turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut.
Diriwayatkan ole hath-Thabarani di dalam kitab al-Ausath, yang
bersumber dari Ibnu ‘Abbas, isnad hadits ini hasan, bahwa Rasulullah saw
bersabda: “Diperlihatkan kepadaku kemenangan-kemenangan yang akan
diperoleh umatku sesudah aku (meninggal), sehingga aku pun merasa sangat
gembira.” Maka turunlah ayat ini (adh-Dhuhaa: 4) berkenaan dengan
peristiwa tersebut.
Sumber: asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
Post a Comment