Menteri Retno ajak pasukan Garuda jaga perdamaian di Libanon Selatan

ini merupakan lawatan kedua menteri luar negeri Indonesia ke pasukan garuda setelah Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda pada 2007, ketika pasukan Garuda pertema kali bertugas di Libanon Selatan. Awali kunjungan kerja ke Libanon kemarin, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi disambut jajar kehormatan angkatan laut Kontingen Garuda di Kapal Republik Indonesia (KRI) Usman Harun di Pelabuhan Beirut.

Kepada seratus personel angkatan laut kontingen Garuda memperkuat pasukan maritim UNIFIL, dia menyampaikan rasa bangga dan penghargaan atas kontribusi dan profesionalitas angkatan laut Indonesia dalam berkontribusi kepada perdamaian dunia. "Saya sampaikan apresiasi kepada pasukan perdamaian Garuda menjadi kebanggaan bangsa Indonesia," kata Retno.

Ini merupakan lawatan kedua menteri luar negeri Indonesia ke pasukan garuda setelah Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda pada 2007, ketika pasukan Garuda pertema kali bertugas di Libanon Selatan.

Dia menambahkan Indonesia memiliki sejarah panjang dalam berkontribusi bagi perdamaian dunia. Kontingen Garuda, telah berkontribusi menjaga perdamaian di Sinai sejak 1957. Pengiriman kontingen Garuda mengirimkan pesan kepada dunia mengenai komitmen Indonesia terhadap perdamaian dunia berksinambungan.

Karena kontribusi yang berkesinambungan dan rekam jejak inilah, Indonesia mengajukan diri untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk periode 2019-2020. "Dunia akan dapat melihat rekam jejak komitmen Dan kontribusi Indonesia untuk perdamaian dunia," ujar retno. "Kita peduli terhadap perdamaian dunia. Kita peduli soal isu kemanusiaan."

Kontingen Garuda saat ini telah menjadi tulang punggung operasi maritim UNIFIL. Dari 15 negara ikut dalam operasi maritim UNIFIL, hanya Indonesia bersama lima negara lainnya berkontribusi kapal dan pasukan.

Retno mengingatkan kembali pentingnya pasukan Indonesia untuk terus menjunjung tinggi profesionalitas, kinerja, disiplin, dedikasi, dan menjaga reputasi Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia di UNIFIL. "Saya mengingatkan agar pasukan Angkatan Laut di Kontingen Garuda untuk selalu menjaga nama baik Indonesia dengan selalu mematuhi hukum dan menghormati budaya setempat, serta menjaga sikap dan perilaku setiap berinteraksi dengan masyarakat setempat," tuturnya.

Berdasarkan permintaan pemerintah Libanon, PBB membentuk Maritime Task Force UNIFIL sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 pada 2006. Partisipasi angkatan laut Kontingen Garuda di Maritime Task Force UNIFIL dimulai sejak 2009, berlokasi di Markas Besar UNIFIL di Naqura dan di Pelabuhan Beirut.

Mandat dan tugas dari pasukan maritim UNIFIL adalah membantu angkatan laut Libanon dalam mengawasi perairan dan garis pantai Libanon, mencegah masuknya senjata dan barang ilegal melalui perairan Libanon, serta melatih kemandirian anggota angkatan laut Libanon.

Pasukan UNIFIL dibentuk PBB pada 1978 untuk mendukung pelaksanaan mandat resolusi Dewan Keamanan PBB 425 dan 426, meminta Israel menarik mundur pasukannya dari Libanon Selatan. Sejak 2006, dengan mandat resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, terjadi peningkatan jumlah personel pasukan perdamaian PBB, termasuk dengan keikutsertaan kontigen Garuda dari Indonesia.

Saat ini Indonesia merupakan kontributor pasukan terbesar pada UNIFIL dengan 1.290 personel di berbagai lokasi, termasuk seratus personel Angkatan Laut Indonesia di Maritime Task Force UNIFIL. Pasukan kontingen Garuda di Libanon juga merupakan pagelaran pasukan Indonesia terbesar di luar negeri.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.