ISIS DAN HOAX DI SURIAH

ISIS “memproklamirkan” Khilafah pada awal Ramadhan tahun 2014. Sejak itu ISIS meluaskan jangkauan operasi terornya tak sebatas di Suriah dan Irak, tapi juga global. Deretan teror dari skala ringan sampai mematikan seperti yang terjadi di Tunisia, Paris dan Brussels mengejutkan dunia internasional. Semua mengutuk ISIS karena kekejamannya, dan uniknya ISIS dengan bangga mengakui praktik kekejaman yang dituduhkan.

Berdasarkan pengamatan saya selama ini, ketika merespons ISIS, orang-orang Indonesia– khususnya di media sosial–bisa dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama, orang-orang yang menolak ISIS secara tegas dan terang-terangan, syukurlah jumlah kelompok ini mayoritas.Kelompok kedua, orang-orang yang menaruh simpati kepada ISIS. Mereka mendukung ISIS dengan konsisten dan jumlah kelompok ini sedikit. Kelompok ketiga, kombinasi keduanya, orang-orang yang tidak menaruh simpati pada ISIS tapi juga enggan bersikap tegas mengecam ISIS. Mereka cenderung memilih menghindari berbicara isu ISIS, jumlahnya tidak besar dan di atas kelompok kedua.

Saya hanya ingin menyinggung kelompok kedua, orang-orang yang menaruh simpati kepada ISIS. Mereka cukup unik. Mengapa orang-orang ini tetap mendukung ISIS yang jelas-jelas menjunjung brutalisme? Di saat semua orang mengutuk, kenapa mereka malah bersimpati pada ISIS? Padahal, nyaris tidak ada ampunan dalam realitas kehidupan bagi orang-orang yang bersimpati kepada ISIS.

Internet telah lama menjadi senjata berbahaya yang dimiliki ISIS, karena internet tidak mengenal batas geografi. ISIS menjadikan internet sebagai medium utama propaganda mereka dan terbukti berhasil menggiring puluhan ribu warga asing berperang bersamanya di Suriah–dan sisanya terpikat menjadi simpatisan ISIS di negaranya masing-masing.

ISIS memang bukan satu-satunya kelompok ektremis yang memanfaatkan internet. Tapi kenapa ISIS berhasil memenangi perang cyber dan lebih menarik orang-orang bersimpati bahkan mendukungnya secara konsisten?


 ISIS telah menciptakan saluran informasi sendiri untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi simpatisannya. ISIS memiliki sayap media, salah satunya bernama Al-Hayat “Media Center”, Al Hayat menyebarkan propaganda dalam format majalah, video dan audio. Majalah yang diterbitkan Al-Hayat adalah Dabiq yang terbit 2 bulan sekali, tebalnya 50 halaman. Dabiq telah terbit 14 edisi secara online, biasanya versi terjemahan bahasa Indonesia akan terbit menyusul.

Secara desain, Dabiq digarap secara profesional dengan lay out seperti majalah populer lainnya. Saya sudah membaca majalah ini mulai edisi 1-13. Kesimpulan saya majalah ini cukup memenuhi kebutuhan primer simpatisan ISIS dalam menyerap informasi. Majalah Dabiq hanya salah satunya. Al-Hayat juga secara rutin merilis video-video pendek dari berbagai wilayah ISIS dengan durasi 10-15 menit, durasi yang ramah bagi pengguna smartphone.

 Semua video yang dirilis diterjemahkan dalam multibahasa, termasuk Indonesia. Selain Al- Hayat, ada juga Al-Furat Foundation yang juga rutin merilis video ISIS dengan ciri khas yang berbeda. Yang terbaru Al-Furat merilis video dengan pemeran asal Indonesia.

Semua video ISIS yang diterbitkan corong medianya memiliki kualitas gambar yang tinggi dan pesan-pesan yang mudah dipahami. Ada 4 jenis video. Pertama, video eksekusi hukuman. Kedua, video peperangan, latihan militer, dan penaklukan.

Ketiga, video tentang gambaran kehidupan di bawah kekuasaan ISIS. Keempat, video ceramah atau pesan. Dari semua video itu, ISIS terlihat sangat pandai menggunakan citra positif dan negatif yang melekat pada dirinya untuk menarik perhatian.


 Format audio yang diterbitkan media ISIS tak melulu soal pidato dan khotbah. ISIS juga memanjakan pengikutnya dengan menciptakan soundtrack lagu-lagu “kebangsaan” ISIS. Semua nyanyian ISIS bergenre Nasyid, sebab menurut ISIS menggunakan alat musik itu dilarang agama. Nasyid ISIS lirik-liriknya mengandung seruan bergabung, berperang, memuji ISIS dan merendahkan musuh.

Nasyid besutan ISIS juga selalu terdengar sebagai pemanis dalam video-video ISIS. ISIS belakangan meluncurkan Nasyid berbahasa Mandarin dan Indonesia.

Sebelum diluncurkan, semua jenis propaganda ISIS (video, majalah, dan audio) diumumkan terlebih dulu 1-3 hari dari waktu perilisan melalui akun-akun media sosial ISIS dengan tagar “coming soon”. ISIS sadar materinya yang diedarkan hanya bertahan beberapa jam sebelum akhirnya dihapus. Karenanya ISIS mengumumkan terlebih dahulu agar simpatisannya memiliki kesiapan untuk mengunduhnya saat dirilis.

ISIS menyebarkan materi propaganda melalui Google.drive, Archive.org, dan laman-laman gratis lainnya. Salah satunya yang paling sering mereka manfaatkan di Juspaste.it.

Jika dulu propaganda kelompok jihadis era Usamah bin Ladin masih melalui kaset, saat ini jihadis era ISIS menjalankan sebuah “media center” yang sulit ditaklukkan di dunia cyber. Saya menilai Indonesia masih gagap dan tidak siap menghadapi ISIS di dunia maya, dan ini juga salah satu faktor kenapa ISIS masih diminati.


Kemunculan gerakan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) ‎mendapat penolakan dari pemerintah Indonesia. Namun di saat yang sama, banyak orang muslim Indonesia ingin bergabung dengan ISIS. Ulama Suriah Abdullah Mustafa Rahhal menyebut banyak penyebab mengapa orang bergabung ISIS. Apa saja? "Pertama, ketidaktahuan mereka tentang kondisi sesungguhnya ISIS. Kebanyakan mereka yang bergabung ISIS berasal dari luar Suriah, sementara di dalam Suriah tidak ada yang bersimpati dengan ISIS," kata ulama Suriah Syaikh Abdullah Mustafa Rahhal saat berdiskusi ‎dengan Forum Indonesia Peduli Syam yang dihadiri detikcom di Istanbul, Turki, Sabtu (30/5/2015). Menurut tokoh yang tinggal di Idlib, Suriah, itu masyarakat Suriah terutama pemuda-pemuda, sudah tahu dan menyaksikan sendiri kekejaman dan penyimpangan ISIS selama ini. Mereka membunuh, memperkosa wanita, menghancurkan bangunan dan‎ menyiksa masyarakat sipil. "Mereka yang di luar tidak tahu apa-apa tentang ISIS di lapangan, hanya mengetahui dari media-media propaganda ISIS yang menampilkan hal-hal positif tentang cita-cita negara Islam, sehingga ini tetap menarik bagi mereka," paparnya."Apalagi bagi Indonesia ada propaganda anti-ISIS. Ini menjadi alasan sebagian pemuda jihadis (Indonesia) yang juga anti pemerintahan (karena menolak ISIS) untuk bergabung. Mereka anggap musuh pemerintah berarti musuh mujahidin," tegas Abdullah.

Penyebab kedua, mereka tergiur dengan uang atau gaji berkali lipat yang dijanjikan jika mereka dapat bergabung dengan ISIS. Hal ini pernah diungkap juga oleh pemerintah Indonesia, saat beberapa warga Indonesia berada di Turki dikembalikan karena diduga ingin bergabung ISIS. "ISIS sanggup memberikan gaji US$ 400-500 per bulan tiap orang. Dari mana mereka mendapatkan uang? Uang ini melimpah ke ISIS datang dari rezim Suriah. Kedua, mereka dapatkan uang melimpah dari intelijen internasional. Ketiga, dapat dari hasil penjualan minyak dari ladang-ladang yang mereka kuasai," beber ulama yang memimpin sekolah bagi 5.000 generasi muda di Idlib itu.
Sumber dana ketiga dari penguasaan ladang minyak, menurutnya tak lebih dari 'kongkalikong' dengan rezim Suriah. ‎Bagaimana mungkin lokasi strategis itu dengan mudah diambil ISIS, jika mendapat penjagaan ketat pemerintah yang memiliki militer kuat. "Selain itu, ditambah dengan bergabungnya para residivis. Penjara-penjara di Suriah ini banyak residivis, mereka dibebaskan untuk bergabung ke ISIS untuk memenuhi syahwat mereka, memperkosa, membunuhi orang, apalagi ditambah insentif uang yang besar," ujarnya.

Abdullah menjelaskan bahwa sejak awal kemunculannya, ulama-ulama di Suriah sudah mengetahui ISIS adalah propaganda intelejen internasional untuk menjatuhkan citra Islam, juga untuk membantu rezim Bashar menghentikan perlawanan rakyat Suriah. "Kami sendiri yang menangkap anggota ISIS, bahkan bukan hanya orang biasa, tapi pemimpin-pemimpinnya. Mereka yang kami tangkap jika tidak perwira militer pemerintahan, atau perwira dari Iran atau Rusia kemudian dari intelejen Garda Nasional Suriah. Mereka berasal dari sana," paparnya dalam bahasa Arab.
Kalau memang tujuannya sama bersama kita (rakyat Suriah), pasti mereka akan berperang memerangi rezim. Tapi mereka tidak sama sekali. Bahkan mereka seperti ada langsung koordinasi dengan tentara rezim," ungkapnya.

Syaikh Abdullah lalu meminta agar warga Indonesia yang diketahuinya sebagai pemeluk muslim terbesar di dunia dan sensitif dengan isu agama, agar kritis dan berhati-hati menyikapi isu ISIS. Terlebih saat isu ini menutup isu kemanusiaan akibat penindasan rezim Bashar yang sudah menewaskan lebih dari 300 ribu sipil. "Saya secara khusus meminta sebagai orang yang mengalami langsung di Suriah, kami meminta saudara semua mengingatkan pemuda Indonesia untuk tidak ikut-ikutan bergabung ISIS. Sebab apa yang mereka lakukan justru untuk menghancurkan Islam," imbaunya. "Memang selubungnya Islam seolah indah dengan simbol-simbol Islam, bendera dan sebagainya, tapi isinya untuk menghancurkan Islam," tegas Abdullah.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.