BANGKIT DAN KUATNYA ISLAM DI RUSIA AKAN MENJADI TOLAK UKUR KEKUTAN ISLAM BERSAMA RUM TIMUR INI

Semenjak runtuhnya komunisme dan tumbangnya Republik Sosialis Uni Soviet yang berideologi sosialis-komunisme, penduduk  Muslim Rusia merasakan kehidupan yang lebih leluasa. Pemerintahan Federasi Rusia yang tegak sejak era Boris Yeltsin  mulai apresiatif terhadap penduduk muslim terutama di masa pemerintahan Vladimir Putin.

Untuk kali  pertama dalam sejarah, Putin sebagai pemimpin Rusia memasukkan menteri Muslim dalam kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia. Terbentuknya Partai Kebenaran (Istini Partiya)  di Moskow pada September 2001 yang beranggotakan penduduk muslim seluruh Rusia sejumlah 20 juta, tentu tidak bisa diabaikan. Itu sebabnya Presiden Vladimir Putin  serius melirik Islam dengan hadir pada acara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Malaysia (2003), yang akhirnya menjadikan Rusia sebagai  peninjau tetap, dan memprakarsai terbentuknya Alliance of Civilization Rusia-Islam lewat pertemuan 27-28 Maret 2006 dengan dihadiri tokoh Islam dari 15 negara.

Yang mengejutkan,  Rusia mengakui kemenangan Hamas pada Pemilu Palestina dan Vladimir  Putin bahkan sempat ‘menegur’ Paus Benediktus XVI karena pidatonya di Jerman yang menuding Islam dan Nabi Muhammad sebagai ekstrim.  Menurut Putin, Rusia memandang dunia Islam sebagai kekuatan signifikan yang dapat menjadi mitra dalam mewujudkan tatanan dunia baru yang damai, adil dan beradab. Pandangan Putin itu sejalan dengan pandangan Prof Sychev Victor, seorang ahli Indonesia asal Rusia,yang  memandang   Islam adalah agama yang mengajarkan nilai-nilai perdamaian. Sychev  menolak Islam dikaitkan dengan terorisme karena itu hanyalah tindakan  segelintir  ekstrimis yang  mengatasnamakan Islam dalam rangka menyukseskan teori clash of Civilization yang ditetapkan Samuel Huntington.

Sejarah Islam di Rusia

Dibanding Muslim di berbagai Negara Eropa, Muslim Rusia memiliki sejarah yang sangat panjang. Islam masuk ke Rusia lewat Daghestan dan Kaukasus Utara pada pertengahan abad ke-7 Masehi, pada masa Bani Umayyah berkuasa. Abad ke-10, Islam telah menjadi agama resmi Suku  Tatar Rusia yang tinggal di wilayah Crimea. Itu sebabnya, jika Muslim di Negara-negara Eropa umumnya adalah imigran, maka Muslim di Rusia adalah penduduk asli dari suku-suku yang tinggal di wilayah Rusia seperti Daghestan, Chechen-Ingush, Tartar, Bashkir, Chuvash, Buryat, Kalmik, Udmurt, Komi, dan Mari.
Moskwa Bolsaya Meschet - Masjid Agung Moskow
Menurut catatan sejarah, sewaktu  etnis Rusia yang beragama Kristen berkuasa, wilayah Muslim mulai diduduki. Bahkan, pada pertengahan abad ke-18, Muslim Rusia tidak dibolehkan melakukan aktivitas keagamaan, membangun masjid dan sekolah. Meletusnya  revolusi komunis 1917 memunculkan situasi yang sangat buruk bagi semua pemeluk agama, terutama Muslim, yang berujung pada pemberantasan agama sejak 1927.
Meskipun kehidupan beragama sangat dihalangi pada masa rezim komunis berkuasa, namun tradisi dan budaya suku-suku di Rusia tidak diberangus di mana akar budaya dan tradisi Islam suku-suku Rusia muslim  tidak pernah tercabut sampai ke akar. Itu sebabnya, sewaktu terjadi momentum reformasi ekonomi dan social yang disebut Glasnost dan perestroika dicanangkan di masa Michael Gorbachev, yang bermuara pada  keruntuhan Uni Sovyet, dimanfaatkan oleh  Muslim Rusia untuk membangkitkan  kembali jiwa keberagamaannya yang tersisa dalam tradisi budaya. Saat ini, Muslim Rusia merupakan komunitas Muslim terbesar di Eropa. Mereka berasal dari 40 etnis dan berjumlah sekitar 21 juta (15 %  dari 143  juta penduduk Rusia). Di samping Muslim karena factor keturunan, banyak juga di antara muslim Rusia  yang muallaf. Bahkan, 60 persen pemeluk baru Islam  adalah etnis asli Rusia yang sebelumnya tidak beragama apapun.
Prospek ke depan

Masjid Grozny di Chechnya
 
Pertumbuhan penduduk muslim Rusia yang pesat di samping karena faktor imigrasi dari wilayah Utara Kaukasus dan Asia Tengah yang   ditambah  populasi Muslim Rusia setempat  juga dipicu oleh krisis kependudukan di kalangan etnis Rusia berupa  penurunan populasi 700.000 orang pertahun. Keadaan inilah yang menimbulkan kekhawatiran, di  kalangan Kristen Ortodoks, bahwa mereka akan menjadi minoritas dan kehilangan identitas Rusianya. Jika trend ini terus berlanjut, diperkirakan populasi Muslim dalam 30 tahun mendatang bisa melebihi jumlah etnis Rusia. Bahkan, Muslim akan menjadi mayoritas di dinas ketentaraan Rusia

Tuanya Islam di Rusia inilah yang membuahkan banyak karya emas Islam diproduksi dan ‘terkubur’ di sana. Di perpustakaan negara Petersburg, masih bisa dijumpai naskah kuno al-Quran tulisan tangan dengan seratus versi khat Arab, hadits Shahih karya Imam  Bukhari (Uzbekistan), hadits karya Tirmidzi (Uzbekistan), kumpulan naskah karya para ulama Kurdistan, risalah filosof Islam setempat, ensiklopedia filsafat Ibnu Sina (Uzbekistan), karya al-Farabi (Azerbaijan) dan mushaf al-Quran mini sebesar korek api (hadiah Syah Iran Abbas Agung kepada salah seorang putra Kaisar Rusia). Di Perpustakaan Lembaga Orientologi Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Moskow juga banyak ditemukan naskah keagamaan, hukum, tata negara dan ilmu pengetahuan yang berasal dari negara Islam tempo dulu.

Muslimah Ingushetia Rusia
Represi selama hampir tiga-perempat abad  di era komunis telah membuat Muslim Rusia terisolasi dari ilmu dan pengamalan Islam. Walau tetap bangga sebagai Muslim, pengenalan Islam yang hanya sebatas tradisi budaya  membutuhkan perjuangan dan kerja keras untuk menggali  kesempurnaan Islam secara lebih utuh.

Tidak bisa diingkari bahwa faktor  sumber daya manusia beragama Islam yang  cukup besar (sekitar 1,5 miliar jiwa, hampir seperempat populasi dunia), membuat Vladimir  Putin selaku pimpinan tertinggi Rusia tidak akan  mengabaikan Muslim apalagi populasi Muslim di Rusia adalah populasi  paling banyak jumlahnya  di Eropa, yaitu sekitar 21 juta. Di samping itu sumber kekayaan alam dunia Islam (minyak, hutan, mineral,  dan gas) yang sebagian besar terletak di wilayah Laut Kaspia seperti Uzbekistan, Turkmenistan. Kazakhtan, Azerbaijan sangat menjadi pertimbangan para pemimpin tinggi Rusia untuk senantiasa  bersikap manis kepada Islam.

 Vladimir Putin dan pemimpin-pemimpin tinggi Rusia umumnya tidak suka dengan  Muslim ‘garis keras’ seperti Muslim Chechen-Ingush  yang sebagian berfaham Wahabi dan ingin memisahkan diri dari Rusia. Mereka  lebih bisa menerima  Muslim moderat seperti Muslim Tatar dan muslim asal Asia Tengah. Jika fenomena menguatnya Muslim Rusia menjadi kenyataan, maka ke depan nanti teori Huntington yang menyatakan bahwa pasca runtuhnya komunisme Rusia akan menjadi kekuatan Kristen Ortodhok akan gugur dengan sendirinya, karena realita menunjuk bahwa yang bangkit dari reruntuhan Uni Soviet bukan Kristen Ortodhok melainkan Islam.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.