SAYYIDINA USMAN DAN POLITIKUS AYAT
Penggunaan ayat suci sebagai topeng untuk melakukan pemberontakan
terhadap pemerintah yang sah, termasuk pemerintahan yang berbentuk
khilafah Islamiyah, sudah terjadi sejak zaman khulafaur rasyidin.
Seperti terlihat pada sejarah terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan dan
Ali bin Abi Thalib.
Tersebutlah nama Abdullah
bin Saba', seorang oposan dan pemberontak yang terus melakukan provokasi
pada ummat Islam unt melakukan makar dan melawan semua kebijakan
khalifah Utsman. Prpvokasi dilakukan dengan menggunakan ayat-ayat
Qur'an.
Seperti di catat oleh para ahli sejarah
Islam, ketika khalifah Utsman mengeluarkan kebijakan membuat ladang
khusus untuk unta-unta sedekah yang terlarang unt umum, para oposan ini
menentang dengan menggunakan QS. Yunus 59 sebagai alat legitimasi.
Berlagak
sebagai pembela Islam dan penegak ayat suci mereka mendatangi khalifah
Utsman. Dengan suara lantang dan garang mereka berkata: "Engkau membuat
tanah terlarang yang dibatasi. Apakah engkau telah mendapatkan izin dari
Allah untuk melakukan hal ini? Engkau telah melakukan tindakan yang
mengada ada terhadap hal yang tidak ditentukan Allah."
Dengan
tenang Khalifah Utsman menjawab: "ayat tersebut diturunkan dalam
konteks yang lain, bukan dalam masalah seperti ini. Umar bin Khatthab
sudah melakukan hal ini sebelumnya. Dia membatasi tanah khusus untuk
unta-unta zakat lalu aku menambahnya untuk unta sedekah yang semakin
banyak".
Para oposan yang sudah terpenjara teks
dan mabok kekuasaan ini tidak dapat menerima penjelasan yang diberikan
oleh khalifah Utsman. Mereka terus mengobarkan permusuhan dan fitnah
pada pemerintah yang sah dengan mengobral ayat-ayat Qur'an, meski
pemerintahan sudah berbentuk khilafah. Fitnah dan provokasi ini berujung
pada pembunuhan khalifah Utsman.
Hal yang sama
juga terjadi pada khalifah Ali bin Abi Thalib. Beliau wafat di tangan
Abdurrahman ibn Muljam. Seorang muslim yang digambarkan oleh sejarawan
Islam, Adz-Dzahabi, sebagai sosok ahli ibadah, hafal dan ahli baca
Qur'an, hingga mendapat julukan al-Muqri'.
Pemahaman
keagamaan yang tekstual skripturalis telah menimbulkan sikap keras pada
diri Ibn Muljam, sehingga menganggap sayyidina Ali sebagai orang kafir
yang layak dibunuh karena tidak menjalankan hukum Islam.
Semangat
membunuh Sayyidina Ali ini makin berkobar ketika dia bertemu seorang
perempuan cantik yang juga berniat makar krn demdam pada khalifah Ali.
Perempuan
cantik ini bernama Qathami binti Syijnah. Dia dendam pada sayyidina Ali
karena suadaranya terbunuh dalam perang Nahrawan. Perempuan ini mau
dinikahi ibn Muljam dg syarat dia hrs membunuh sayyidina Ali.
Dengan
semangat keislaman yang tekstual puritan dan didorong oleh semangat
cinta yang membara, ibn Muljam semakin mantap niatnya "berjihad"
membunuh sayyidina Ali yang dianggap kafir karena tidak menerapkan hukum
Allah.
Pemahaman ibn Muljam ini berdasar pada
ayat; "barangsiapa yang tidak menggunakan hukum sesuai dengan apa yang
diturunkan Allah (qur'an/syari'at Islam), maka mereka itulah orang-orang
kafir" (QS al-Maidah: 44).
Dalam kitab sejarah
Islam disebutkan, saat membunuh Ali bin Abu Thalib ibn Muljam berkata:
'tidak ada hukum kecuali hukum Allah, hukum bukan milikmu dan
orang-orangmu (wahai Ali). Kemudian dia mengutip QS Al-Baqarah, 207:
"Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridlaan Allah, dan Allah maha penyantun pada hambaNya".
Dengan
mengutip ayat ini ibn Muljam merasa bahwa tindakannya membunuh
sayyidina Ali merupakan pengorbanan diri untuk mendapat ridha Allah dan
menjadi hamba yang disantuni Allah.
Tindakan
ini menjadi cikal bakal tidak kekerasan yang dilakukan oleh kaum radikal
intoleran. Mereka menggunakan ayat-ayat suci unt makar dan melakukan
tindak kekerasan terhadap kelompok lain yang tidak sepaham. Tindakan ini
terus berulang dalam sejarah Islam hingga saat ini.
Para
ulama telah melakukan upaya membendung politisasi ayat yang melahirkan
sikap intoleran dan destruktif ini. Mereka menyusun berbagai argumen dan
pemahaman teologis yang juga bersumber dari al-Qur'an dan hadits untuk
melawan tindakan kekerasan atas nama agama ini.
Paham
keagamaan tekstual puritan yang radikal dan intoleran ini terus
menggerogoti pemikiran dan kesadaran umat Islam. Seperti virus dan racun
menggerogoti saya tahan tubuh.
Seperti halnya
melawan virus dan racun dalam tubuh, maka untuk melawan pemahaman
tekstual puritan yang intoleran dan penuh kekerasan diperlukan daya
tahan diri yang kokoh melalui penanaman ideologi Islam yang rahmatan
lil'alamin. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mensosialir secara massif
pemahaman keagamaan yang toleran, manusiawi dan penuh kedamaiaan.
Kedua,
membangun keadaban kritis masyarakat terhadap penggunaan simbol, ritual
dan ayat ayat suci dalam praktik politik melalui data-data sejarah.
Sebagaimana disebutkan di atas secara historis ayat-ayat dan simbol
agama sangat rentan dimanipulasi dan dijadikan topeng untuk memenuhi
ambisi politik dan tindak kekerasan.
Ketiga,
melakukan tindakan tegas terhadap upaya penyebaran virus dan racun
kekerasan agama. Ini perlu dilakukan sedini mungkin, sebelum virus dan
racun ini menyebar ke masyarakat sehingga sulit dikendalikan.
Dalam
konteks masyarakat Indonesia yang plural, tindakan deteksi dini dan
memberangus virus ini merupakan keniscayaan. Karena virus radikal dan
intoleran yang penuh dengan tindakan kekerasan ini tidak saja mengancam
kebhinnekaan tetapi juga kemanusiaan. Tindakan tegas perlu dilakukan
sebelum bangsa ini hancur terjebak konflik yang tidak terkendali.
SEKILAS KISAH TARIKH SAYYIDINA USTMAN BIN AFFAN
SEKILAS KISAH TARIKH SAYYIDINA USTMAN BIN AFFAN
Saif bin Umar mengatakan781 bahwa sebab
terjadinya pemberontakan beberapa kelompok terhadap Utsman bin Affan ra.
adalah seorang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’ yang berpura-pura
Islam dan pergi ke daerah Mesir untuk menyebarkan idenya sendiri di
beberapa kalangan masyarakat. la mengatakan kepada seseorang, “Bukankah
Isa bin Maryam akan kembali ke dunia?” Jawab orang itu, “Ya!” la berkata
lagi, “Rasulullah saw. Lebih baik dari Isa. Apakah kamu mengingkari
bahwa beliau akan kembali ke dunia sementara beliau lebih mulia dari
pada Isa bin Maryam?” kemudian ia berkata, “Beliau telah memberikan
wasiatnya kepada Ali binAbi Thalib ra.. Muhammad Nabi terakhir danAli
penerima wasiat yang terakhir. Berarti Ali lebih berhak untuk menjabat
sebagai khalifah dari pada Utsman bin Affan ra. dan Utsman telah
merampas hak yang bukan miliknya.” Maka mulailah orangorang mengingkari
kepemimpinan Utsman bin Affan ra. dan mencelanya seolah-olah sedang
beramar ma’ruf dan melarang kemungkaran mengajak orang-orang untuk
mendukung ide tersebut.
Maka banyak di antara penduduk Mesir yang
terpengaruh fitnah dan mereka menulis kepada jamaah-jamaah orang awam
yang ada di Kufah dan Bashrah sehingga mereka saling menukar informasi
melalui surat dan mengikat perjanjian kesepakatan untuk mengingkari
pemerintahan Utsman bin Affan ra.. Lalu diutuslah seorang yang
akan mendebat Utsman dan menyebutkan hal-hal yang mereka kritik dari
beliau, terutama adanya sistem familisme782 dalam pengangkatan gubernur
serta memecat beberapa tokoh besar dari kalangan sahabat dari jabatan
tersebut. Sehingga banyak orang yang ter-makan provokasi tersebut.783
2. PENGUNGSIAN SEKELOMPOK PENDUDUK KUFAH KE WILAYAH SYAM PADA TAHUN 33 H.
Pada tahun ini Amirul Mukminin Utsman bin
Affan ra. Mengungsikan sekelompok penduduk Kufah ke wilayah Syam.
Sebabnya Sa’id bin alJAsh 784 mengirim surat kepada Utsman melaporkan
perkara bahwa sekelompok penduduk tersebut berbicara kasar di majlisnya.
Kemudian Utsman memba-lasnya agar mereka diungsikan ke wilayah Syam.
Utsman juga menulis surat kepada Mu’awiyah gubernur Syam yang isinya,
“Di saat engkau membawa surat ini, telah diungsikan sekelompok penduduk
Kufah ke wilayahmu. Maka berilah tempat
dan muliakan serta jinakkan hati mereka.” Ketika mereka sampai,
Mu’awiyah menyediakan tempat untuk mereka dan menghormati mereka dengan
berkumpul bersama seraya memberikan wejangan dan
nasehat kepada mereka agar senantiasa
mengikuti jamaah muslimin serta tidak bersikap menyempal dan
mengasingkan diri dari jamaah tersebut. Maka juru bicara mereka menjawab
dengan ucapan yang kasar dan keji. Mu’awiyah masih bersikap sabar dan
memulai dengan memuji orang-orang Quraisy yang mereka cerca, lantas
Mu’awiyah memuji Rasulullah saw.785
Kemudian beliau mencoba untuk kali yang
kedua menasehati mereka dan ternyata mereka masih saja tidak bergeming
dalam penyimpangan mereka serta tetap bertahan dalam kejahilan dan
ketololan mereka. Maka hilanglah kesabaran Mu’awiyah yang akhirnya
mengusir mereka dari wilayah Syam, agar tidak merusak pemikiran
masyarakat Karena ucapan mereka itu mengandung celaan terhadap
orang-orang Quraisy sebab mereka meremehkan dan menyianyiakan kewajiban
yang seharusnya mereka lakukan dalam menolong agama Islam serta tidak
memberantas orang-orang yang telah membuat kerusakan. Semua ini mereka
maksudkan untuk merendahkan dan mencela serta mencerca Utsman bin Affan
ra. dan Sa’id bin al-‘Ash.786
Mereka semua berjumlah sepuluh orang dan
ada yang mengatakan Sembilan orang: Kumail bin Ziyad, al-Asytar
an-Nakha’i namanya Malik bin Harits, ‘Alqamah bin Qais an-Nakha’i,
Sha’sha’ah bin Shauhan al-Abdy, Tsabit bin Qais an-Nakha’i, Jundub bin
Zahir, al-Ghamidy, Jundub bin Ka’b al-Azdy, ‘Urwah bin al-Ja’d dan Amr
bin al-Hamq al-Khuza’i.787 Setelah mereka keluar dari Damaskus mereka
pergi ke tempat Abdur Rahman bin Khalid bin Walid yang menjabat sebagai
wakil gubernur al-Jajirah.788 la mengancam akan menindak mereka.
Akhirnya mereka meminta maaf dan menarik pemikiran mereka yang lalu.
Al-Asytar an-Nakha’i pergi menghadap Utsman bin Affan ra. untuk meminta
maaf atas sikap teman-teman mereka yang lalu.
Utsman memaafkan mereka dan
mempersilahkan untuk memilih tempat tinggal di mana mereka suka. Mereka
memilih untuk bermu’amalah dengan Abdur Rahman bin
Khalid bin Walid. Kemudian mereka pergi.
Himsh dan Abdur Rahman bin Khalid menyuruh mereka untuk tinggal di
pinggir pantai serta memberi dan menanggung segala kebutuhan mereka.789
Dikatakan, bahkan ketika Mu’awiyah marah
terhadap mereka, beliau mengirim surat kepada Utsman lalu dibalas yang
isinya untuk mengembalikan mereka ke tempat Sa’id bin al-‘Ash. Setelah
mereka kembali ternyata lidah mereka semakin tajam dan semakin jahat.
Sa’id bin al-‘Ash melaporkan hal tersebut kepada Utsman bin Affan ra.
dan Utsman menyuruh mereka untuk pergi ke tempat Abdur Rahman bin Khalid
bin Walid lalu menetapkan mereka di daerah Ad-Durub.790
3. PEMINDAHAN SEKELOMPOK ORANG DARI PENDUDUK BASHRAH PADA TAHUN 33 H.
Pada tahun ini beberapa orang dari
penduduk Bashrah telah dipin-dahkan oleh Utsman bin Affan ra. ke Syam
dan Mesir karena telah mengritik kebijakan yang dilakukan oleh Utsman.
Mereka adalah orang yang mengobar-kan api pemberontakan dan bersekongkol
dengan musuh untuk merusak dan mencela pemerintahan Utsman. Padahal
merekalah orang-orang yang zhalim dan Utsman bin Affan ra. adalah
seorang yang mulia dan memberi petunjuk.791
4. PERMINTAAN PENDUDUK KUFAH AGAR GUBERNUR MEREKA SAID BIN AL-‘ASH DIPECAT
Pada tahun ini, orang-orang yang tidak
senang dengan kepemimpinan Utsman bin Affan ra. yang merupakan mayoritas
dari penduduk Kufah dan yang sedang bermu’amalah dengan Abdur Rahman
bin Khalid bin Walid di kota Himsh pengungsian dari Kufah, memberontak
terhadap Sa’id bin al-‘Ash gubemur kufah serta mencela dirinya dan
Utsman bin Affan ra. Mereka mengutus juru bicara mereka untuk mengkritik
dengan ucapan-ucapan kasar terhadap kebijakan-kebijakan yang telah
diambil Utsman yang dengan sengaja memecat kebanyakan para sahabat792
lalu menggantikannya dengan kerabatnya. Mereka meminta agar gubernur
mereka dipecat dan diganti dengan yang lain, perkara ini membuat Utsman
bin Affan ra. menjadi sangat terjepit.793
5. CARA UTSMAN BIN AFFAN RA. MENGHADAPI FITNAH
Utsman bin Affan ra. mengirim surat
kepada semua pimpinan pasukan agar berkumpul. Maka datanglah Mu’awiyah
pimpinan daerah Syam, Amr bin al-‘Ash pimpinan daerah Mesir, Abdullah
bin Saad bin Abi Sarh amir Maroko, Sa’id bin al- ‘Ash amir Kufah dan
Abdullah bin Amir pimpinan daerah Bashrah. Kemudian Utsman meminta
pendapat mereka tentang problem ini. Abdullah bin Amir pimpinan daerah
Bashrah berpendapat agar mereka diberi kesibukan berjihad untuk mencegah
dari kejelekan mereka. Sehingga mereka hanya sempat memikirkan diri
mereka sendiri, kendaraan perangnya dan segala perlengkapannya. Sa’id
bin al-Ash berpendapat agar mereka semua dibasmi dan dilenyapkan sampai
ke akar-akarnya.
Mu’awiyah berpendapat bahwa para gubernur
semua kembali ke tempatnya masingmasing dan tidak usah mempedulikan
mereka beserta kejahatan mereka yang sedang bergejolak, karena mereka
hanya kelompok minoritas dan lemah. Abdullah bin Saad bin Abi Sarh
berpendapat agar menjinakkan mereka dengan memberi harta yang dapat meredam kejahatan dan makar mereka serta melembutkan hati mereka terhadap dirinya.794
Utsman bin Affan ra. menetapkan
kebijaksaaannya dengan menjinakkan hati mereka yakni memberikan berbagai
fasilitas lalu mengutus mereka untuk melaksanakan jihad sehingga
terkumpullah semua maslahat795 Di saat Sa’id bin al-‘Ash kembali ke
kufah, ia dihadang oleh penduduk Kufah dengan bersenjata seraya
bersumpah tidak akan mengizinkannya masuk kembali ke Kufah sehingga
Utsman bin Affan ra. terpaksa menggantikannya dengan Abu Musa
al-Asy’ary. Maka Sa’id pulang kembali ke Madinah lalu fitnah pun
berhenti.
Penduduk Kufah merasa takjub dengan
tindakan tersebut dan mengirim surat kepada Utsman bin Affan ra.. Utsman
menjawab semua pertanyaan mereka untuk menghilangkan segala udzur,
syubhat dan kejahatan mereka.796
6. PELENGKAP CARA UTSMAN BIN AFFAN RA. DALAM MENANGANI FITNAH797
Dari berbagai keterangan yang tertera di
dalam buku-buku Tarikh jelaslah bahwa Utsman bin Affan ra. melakukan
beberapa cara di dalam menangani fitnah, di antaranya:
1) Beliau mengumpulkan dewan syura
dari kalangan sahabat dan meminta pendapat mereka tentang kebijakan apa
yang seharusnya diambil dalam menangani pemberontakan yang muncul di
beberapa daerah dan hasilnya disosialisasikan oleh Utsman.
2) Beliau mengutus beberapa orang
untuk menyelidiki kejadian yang sebenarnya dan meneliti akar
permasalahan. Kemudian delegasi tersebut kembali dengan tidak
mendapatkan sebab yang hakiki dan ternyata pergolakan tersebut hanya isu
belaka.
3) Beliau meminta para gubernur agar
berkumpul di Madinah kemudian mendiskusikan sebab permasalahan dan
beliau mengarahkan mereka agar selalu berbuat baik terhadap rakyat dan
menghindari semua sebab munculnya pergolakan dan permasalahan.
4) Memerintahkan para gubernur agar
tidak memberikan tindakan yang keras kepada para perusuh atau
memenjarakan dan membunuh mereka. Mudah-mudahan dengan sikap yang lembut
tersebut dapat meredakan pergolakan.
5) Menegakkan hujjah terhadap para
pelaku pemberontakan dengan memberikan bantahan terhadap dakwaan-dakwaan
dan membeberkan segala kekeliruan mereka di dalam Masjid Rasulullah
saw. di depan semua sahabat dan penduduk Madinah. Kemudian beliau
mengingatkan mereka agar senantiasa mengingat Allah SWT. dan
menasehatkan supaya tetap konsisten dengan jamaah serta mengikuti
kebenaran. Setelah itu banyak yang rujuk dari pemikirannya dan bertaubat
dan mengikrarkan hal tersebut hingga mereka mengerubungi rumah khalifah
dan mengelilingi Utsman di saat beliau kembali dari melaksanakan haji
bersama sejumlah para sahabat dan tabi’in.
6) Mengabulkan beberapa tuntutan
penukaran gubernur dengan gubernur yang mereka inginkan. Jika perkara
tersebut muncul secara alarm, tentunya kebijakan seperti ini sudah cukup
sebagai penanganan serta menegakkan kebenaran dan keadilan. Tetapi di
balik pengaduan dan pergolakan tersebut ada unsur politis dan dendam
kesumat yang terus berusaha untuk menyulut api pergolakan di tengah umat
Islam dan memecah persatuan kaum muslimin. Lalu terjadilah apa yang
telah diberitakan Rasulullah saw. bahwa Utsman akan dibunuh secara
zhalim yang diiringi dengan berbagai fitnah dan perpecahan kaum muslimin
dan ketetapan Allah SWT. itu adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku.
7. KEDATANGAN DELEGASI DARI MESIR PADA BULAN RAJAB TAHUN 35 H
Ruang gerak kaum Khawarij yang
berada di Mesir sangat dibatasi oleh Amr bin al-‘Ash dan mereka bekerja
di bawah perintahnya. Akhirnya mereka melapor kepada Utsman bin Affan
ra. dan meminta agar menggantikan Amr bin al-‘Ash dengan orang yang
lebih lembut Mereka terus bersikap seperti itu hingga Amr diberhentikan
dari bidang pertahanan namun tetap sebagai imam dalam shalat lalu tugas
pertahanan dan perpajakan tersebut diemban oleh Abdullah bin Saad bin
Abi Sarh. Kemudian kaum Khawarij tersebut berusaha mengadu
domba antara Amr bin al-Ash dan Abdullah bin Saad bin Abi Sarh sehingga
terjadi perselisihan di antara mereka. Kemudian Utsman memikulkan tugas
perpajakan, pertahanan dan imam shalat jamaah sepenuhnya kepada Ibnu Abi
Sarh dan mengirim surat kepada Amr yang isinya: “Tidak baik jika engkau
tinggal di sekitar orang-orang yang tidak menyukai-mu, datanglah ke
mari.”
Maka Amr bin al-Ash pun kembali ke
Madinah. Abdullah bin Saad sedang sibuk memerangi negeri Maroko hingga
takluklah negeri Barbar, Andalusia dan Afrika. Sementara di Mesir muncul
sekelompok orang yang memprovokasi untuk memerangi dan membang-kang
Utsman bin Affan ra. yang dipelopori oleh Muhammad bin Abi Bakar dan
Muhammad bin Hudzaifah sehingga pada bulan Rajab terhimpunlah sekitar
enam ratus pengendara yang pergi ke Madinah dengan berpura-pura hendak
berumrah yang bertujuan untuk mengingkari kebijakan-kebijakan Utsman bin
Affan ra..
Saad bin Abi Sarh mengirim surat kepada
Utsman bin Affan ra. Untuk memberitahukan maksud dan tujuan kedatangan
mereka ke Madinah yang sebenarnya, yaitu berpura-pura untuk berumrah
padahal untuk mengingkari kebijakan beliau. Ketika mereka mulai
mendekati Madinah, Utsman bin Affan ra. memerintahkan Ali binAbi Thalib
ra. untuk menjumpai mereka dan me-nyuruh mereka untuk kembali ke daerah
mereka sebelum mereka memasuki Kota Madinah.
798
Dan dikatakan bahwa mereka mengajak untuk
berunding. Maka di-tunjuklah Ali dan beberapa orang terhormat sebagai
utusan lalu menemui mereka di tempat yang bernama Juhfah. 799
Orang-orang tersebut sangat meng-hormati Ali dan menyampaikan segala
uneg-unegnya kepada Ali. Lalu Ali membantah, mencela dan mengecam mereka
sehingga berbalik mengecam diri mereka sendiri. Mereka berkata, “Karena
alasan inikah kalian memerangi dan menghujat Amirul Mukminin?”
Dikatakan bahwa delegasi Utsman menanyakan perkara apa yang mereka kritik
dari Utsman bin Affan ra.. Lalu mereka
menyebutkan beberapa hal diantaranya, “Beliau melarang menyembelih unta,
membakar mushaf, tidak meng-qashar shalat dalam safar, menempatkan
orang-orang yang masih muda sebagai gubernur dan mengistimewakan Bani
Umayyah dibandingkan dengan yang lainnya. Lantas Ali binAbi Thalib ra.
menjawab, “Beliau melarang menyembelih unta yaitu unta dari hasil zakat
menunggu sampai unta tersebut gemuk, adapun mushaf, beliau membakarnya
untuk menghilangkan perbedaan dan menetapkan mushaf yang sudah
disepakati sesuai dengan bacaan Rasulullah saw. yang terakhir diajarkan
oleh Jibril.
Dan ia tidak menqashar shalat karena ia
mempunyai keluarga di sana dan berniat untuk bermukim di sana sehingga
ia menyempurnakan shalat tersebut.800 Kemudian tidaklah ia mengangkat
gubernur seorang yang masih muda kecuali seorang yang lurus dan adil dan
Rasulullah saw. sendiri pernah mengangkat ‘Attab bin Usaid yang masih
ber-usia dua puluh tahun sebagai gubernur Makkah, kemudian beliau juga
mem-berikan kepemimpinan kepada Usamah bin Zaid bin Haritsah yang masih
berusia muda sehingga beberapa orang mengkritik kepimimpinannya. Adapun
sikap beliau mengistimewakan Bani Umayyah, Rasulullah saw. Sendiri
melakukan hal yang sama terhadap orang-orang Quraisy.
Diriwayatkan bahwa mereka mengutus
beberapa orang untuk menyak-sikan sendiri khutbah Utsman bin Affan ra.
tentang perkara ini. Setelah alasan dipaparkan dan lenyap semua
syubhat-syubhat hingga tidak tertinggal sedi-kitpun maka para sahabat
mengisyaratkan agar Utsman bin Affan ra. mendisiplinkan dan memaafkan
mereka lalu memulangkan mereka ke tempat asal mereka. Maka mereka pun
kembali dengan tanpa membawa apa-apa, tidak memperoleh sedikitpun dari
apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka tuduhkan tidak terbukti
sedikitpun. Kemudian Ali pun kembali dan memberitakan mereka telah insaf
dan bersedia untuk taat.801
8. KEDATANGAN BERBAGAI KELOMPOK DARI MESIR DAN DARI WILAYAH LAIN PADA BULAN SYAWAL TAHUN 35 H.
Penduduk Mesir, Kufah dan penduduk
Bashrah saling berbalas surat dan memalsukan surat tersebut atas nama
para sahabat yang ada di Madinah, seperti Ali, Thalhah, az-Zubair dan
‘Aisyah ra.. Isi surat tersebut mengajak masyarakat untuk memerangi
Utsman bin Affan ra. dan menolong agama Allah SWT., karena hal tersebut
merupakan jihad terbesar untuk sekarang ini.802
Saif bin Umar at-Tamimy menyebutkan dari
Muhammad, Thalhah, Abi Harits, Abi Utsman dan lainnya bahwa pada bulan
Syawwal tahun 35 Hijriyah, penduduk Mesir keluar dalam empat kelompok
dan di bawah empat pemim-pin. Jumlah mereka antara enam ratus dan seribu
orang, pimpinan kelompok tersebut bernama Abdur Rahman bin ‘Udais
al-Balwy, Kunanah bin Bisyr at-Tujaiby, Sudan bin Humran as-Sakuny dan
Qutairah as-Sakuny. Adapun Pimpinan tertinggi mereka adalah al-Ghafiqy
bin Harb al-‘Akky. Mereka semua keluar dengan berpura-pura akan
melaksanakan haji dan ikut berserta mereka Ibnu Sauda’ yang beragama
Yahudi dan berpura-pura masuk Islam dan telah membuat berbagai bid’ah
dan qauliyah. Semoga Allah SWT. meng-hinakannya.
Penduduk Kufah keluar dengan empat
kelompok yang dipimpin oleh Zaid bin Sauhan, al-Asytar an-Nakh’i, Ziyad
bin Nadhar al-Haritsi, Abdullah bin Asham dan pemimpin tertinggi mereka
amr bin ‘Ashm. Begitu juga penduduk Bashrah keluar dibawah empat panji
yang dipimpin oleh Hukaim bin Jablah al-Abdy, Bisyr bin Syuraih bin
Dhubai’ah al-Qaisy, Dzarij bin Abbad al-Abdy dan pimpinan tertinggi
mereka adalah Hurqush bin Zuhair as-Sa’dy.
Penduduk mesir menginginkan kepemimpinan
Ali bin Abi Thalib ra., penduduk Kufah menginginkan kepemimpinan
az-Zubair dan penduduk Bashrah menginginkan
kepemimpinan Thalhah. Semua kelompok itu
sangat optimis bahwa urusan mereka akan berjalan lancar. Maka
bergeraklah semua kelompok itu hingga berada di sekitar kota Madinah
sebagaimana perjanjian yang telah mereka buat pada bulan Syawal tahun 35
Hijriyah. satu kelompok berada di Dzu Khusyub,803 yang satu di
‘awadh804 dan kebanyakkan mereka berada Dzul Marwa.805 Mereka merasa
takut ter-hadap penduduk Madinah. Oleh karena itu mereka mengirim
mata-mata kepada penduduk Madinah untuk memberitahukan bahwa kedatangan
mereka untuk berhaji bukan untuk tujuan lain dan juga untuk meminta maaf
kepada para pejabat serta menjelaskan tujuan mereka hanyalah
mengerjakan haji. Lantas mereka meminta izin untuk memasuki Kota
Madinah. Semua masyarakat Madinah tidak suka dan melarang mereka masuk.
Namun perlahan-lahan mereka mendekati kota Madinah.
Kelompok mesir datang kepada Ali yang
ketika itu sedang berada di tengah sebuah pasukan di Ahjar al-Zait. Dia
mengenakan pakaian berwarna putih terbuat dari bahan katun dari Yaman
dan memakai serban merah buatan Yaman sambil membawa
pedang. Orang-orang Mesir tersebut
mengucapkan salam kepada beliau. Ali berteriak lalu mengusir mereka
seraya berkata, “Orang-orang shalih sudah mengetahui bahwa pasukan Dzul
Marwa dan Dzu Khusyub telah terlaknat melalui lisan Rasulullah saw.
Kembalilah! Semoga Allah SWT. tidak menyertai kalian.” Mereka menjawab,
“Ya.” Maka mereka pergi meninggalkan Ali. Adapun penduduk Bashrah
sebagian mendatangi Thalhah yang sedang berada di tengah sekelompok
orang di dekat Ali (beliau telah mengutus anak-anaknya kepada Utsman bin
‘Affan) Orang-orang Bashrah tersebut mengucapkan salam kepada beliau.
Thalhah berteriak lalu mengusir mereka
seraya berkata seperti apa yang diucapkan oleh Ali kepada penduduk
Mesir. Demikian juga yang dilakukan oleh az-Zubair terhadap orang
Kufah.806
10. KELOMPOK PEMBERONTAK BERPURA-PURA PULANG KE TEMPAT MEREKA
Semua kelompok yang datang tersebut
kembali ke kaumnya dan memperlihatkan kepada masyarakat seolah-olah
mereka kembali ke daerah masingmasing selama beberapa hari. Kemudian
kembali ke Kota Madinah. Penduduk
Madinah tidak mengetahui kedatangan
mereka kecuali setelah mendengar suara takbir dari pinggiran Madinah dan
ternyata kelompok tersebut telah menyerang dan mengepung kota Madinah
dan mayoritas mereka sedang mengepung rumah Utsman bin Affan ra. . Mereka
mengumumkan kepada masyarakat “Siapa saja yang tidak bertindak maka dia
akanselamat”. Maka masyarakat menahan diri dan tidak keluar dari
rumah-rumah mereka. Suasana seperti ini berlangsung selama beberapa
hari. Masyarakat Madinah tidak mengetahui apa yang mereka lakukan dan
apa yang mereka kehendaki.
Namun begitu pun Amirul mukminin Utsman bin Affan ra. 4&
tetap keluar dari rumah untuk melaksanakan shalat, penduduk Madinah dan
yang lain shalat di belakang beliau. Para sahabat pergi mendatangi
mereka dan bertanya sebab mereka kembali. Ali bertanya kepada penduduk
mesir, “Apa yang menyebabkan kalian kembali dan berbalik pada pendapat
kalian yang lalu?” Mereka menjawab, “Kami mendapatkan seseorang sedang
membawa surat perintah untuk membunuh kami.” Thalhah juga berkata
seperti itu kepada penduduk Bashrah dan az-Zubair kepada penduduk Kufah.
Penduduk Mesir beralasan, “Kami kembali untuk menolong teman-teman
kami.” Para sahabat menga-takan, “Bagaimana kalian dapat mengetahui hal
tersebut dari teman kalian padahal jarak kalian sudah sangat jauh.
Jadi sebenarnya hal ini sudah kalian
rencanakan.” Lalu mereka berkata, “Turunkan dia dari jabatan
kekhalifahan, kami sudah tidak memerlukan dia lagi. Jika ia turun kami
akan pergi.”807
11. KISAH PEMBAWA SURAT DAN SURAT PALSU
Sebagaimana pengakuan orang-orang Mesir
bahwa ketika berada di perjalanan pulang, mereka berpapasan dengan
seseorang, lalu mereka meme-riksa orang tersebut dan mereka temui di
dalam kotak sepucuk surat atas nama Utsman bin Affan ra. yang
memerintahkan untuk membunuh kelompok mereka dan menyalib serta memotong
tangan dan kaki yang lainnya. Pada surat tersebut terdapat stempel
Utsman dan orang tersebut adalah salah seorang budak Utsman yang
mengendarai unta beliau.
Ketika mereka kembali, mereka berkeliling
memperlihatkan surat tersebut kepada masyarakat. Ke-mudian Amirul
mukminin berbicara kepada masyarakat dan berkata, “Keterangan tentuny a
dariku, Demi Allah SWT. aku tidak menulisnya, tidak mendiktekannya dan
tidak tahu-menahu tentang surat tersebut bahkan stempel tersebut adalah
stempel palsu.” Mendengar hal itu, ada yang mempercayainya dan ada pula
yang tidak percaya.808
Dikatakan ketika penduduk Mesir meminta
Utsman bin Affan ra. agar memecat Ibnu Abi Sarh dan menggantikannya
dengan Muhammad bin Abu Bakar, Utsman mengabulkan permintaan tersebut.
Ketika mereka menemui seseorang yang membawa sepucuk surat perintah
untuk membunuh Muhammad bin Abi Bakar dan beberapa orang lainnya, mereka
kembali ke Madinah dengan perasaan yang sangat marah kemudian
berkeliling memperlihatkan surat tersebut ke masyarakat sehingga banyak
anggota masyarakat yang terpengaruh.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari jalur
Muhammad bin Ishaq dari pamannya Abdur Rahman bin Yasar bahwa yang
membawa surat dari Utsman ke Mesir adalah Abul ‘Aur as-Sulamy809 yang
sedang mengendarai unta Utsman bin Affan ra.810 Ibnu Jarir menyebutkan
dari jalur ini bahwa para sahabat mengirim surat ke segala penjuru yang
isinya memerintahkan kepada semua masyarakat agar datang ke Madinah
untuk memerangi Utsman bin Affan ra.811
Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah dusta
terhadap para sahabat. Surat tersebut adalah surat palsu yang
mengatasnamakan mereka. Sebagaimana surat palsu dengan mengatas namakan
Ali, Thalhah dan az-Zubair kepada orang-orang Khawarij yang diingkari oleh mereka. Demikian juga pemalsuan terse-but dengan mengatasnamakan Utsman bin Affan ra..
12.KEMBALINYA KELOMPOK PEMBERONTAK DAN PENGEPUNGAN KHALIFAH DI RUMAHNYA
Saif bin Umar menyebutkan, ketika Utsman
bin Affan ra. mengerjakan shalat pada hari jum’at beliau naik mimbar dan
memberikan khutbahnya: “Wahai orangorang asing! Allah Allah, demi
Allah, sesungguhnya penduduk Madinah telah mengetahui bahwa kalian telah
dilaknat melalui lisan Rasulullah saw. Hapuslah kesalahan dengan
kebaikan! Sesungguhnya Allah SWT. tidak akan menghapuskan kejelekan
kecuali dengan kebaikan.” Lantas Muhammad bin Maslamah berdiri dan
berkata, “Aku sebagai saksinya.” Lalu Hukaim bin Jablah menyuruhnya
duduk.
Kemudian berdiri Zaid bin Tsabit: “Bahkan
hal itu terdapat dalam kitab.” Bangkitlah seseorang dari arah yang lain
dan berkata, “Sungguh pandai kamu memutar fakta.” Maka kaum tersebut
bangkit dengan serentak dan mengeluarkan mereka dari masjid kemudian
serentak menuju Utsman bin Affan ra. lalu membantingnya dari mimbar
hingga beliau jatuh pingsan lantas membawanya ke dalam rumahnya.812
Setelah kejadian tersebut Utsman bin
Affan ra. terhalang pergi ke masjid. Pada awalnya beliau mulai jarang ke
masjid namun kemudian beliau sama sekali tidak datang datang ke Masjid.
Pada hari-hari ini yang mengimami shalat adalah al-Ghafiqy bin Harb.
Pengepungan tersebut terjadi lebih dari sebulan. Dikatakan selama empat
puluh hari, hingga terbunuhnya Utsman bin Affan ra. Ibnu Jarir
menyebutkan, ketika Utsman bin Affan ra. dikepung, pengganti imam shalat
adalah Thalhah bin abi Ubaidillah.813 Al-Waqidi meriwayatkan bahwa yang
mengimami shalat adalah Ali, Abu
Ayyub, Sahl bin Hunaif814 dan untuk shalat jum’at dan led adalah Ali bin Abi Thalib ra.
13. NASH-NASH YANG MENJELASKAN PEMBELAAN UTSMAN TERHADAP DIRINYA DENGAN HUJJAH DAN BUKTI
Imam Ahmad berkata, “Bahz telah
mengatakan kepada kami, Abu ‘Awanah telah mengatakan kepada kami,
Hushain telah mengatakan kepada kami dari Umar bin Jawaan, Berkata
al-Ahnaf, ‘Kami pergi ke Hijaj dan melintas di Kota Madinah. Di saat
kami berada di rumah kami datanglah se-seorang berkata, ‘orang-orang
berada di masjid.’ Maka aku dan temanku pergi ke masjid. Ternyata di
sana orangorang sedang mengerubungi seseorang.
Maka aku berusaha untuk menerobos
kerumunan tersebut dan ternyata me-reka adalah Ali binAbi Thalib ra.,
Thalhah, az-Zubair dan Saad bin Abi Waqqash. Tak lama kemudian datanglah
Utsman bin Affan ra. dan bertanya, ‘Apakah di sana ada Ali bin Abi
Thalib ra.?1 Mereka menjawab, Ada.’ Beliau bertanya lagi, ‘Apakah di
sana ada az-Zubair?1 Mereka menjawab, Ada.’ Lalu Beliau bertanya lagi,
‘Apakah di sana ada Thalhah?’ mereka menjawab, “Ada.” Beliau bertanya,
“Apakah di sana ada Saad bin Abi Waqqash?” mereka menjawab, ‘Ada.1
Lantas beliau berkata, ‘Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, aku bertanya kepada kalian, tahukan kalian bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa membeli tempat penambatan unta Bani Fulan maka Allah SWT. akan mengampuninya.’ Maka aku membelinya dan aku menghadap kepada Rasulullah saw. lalu kukatakan bahwa aku telah membelinya. Beliau bersabda, ‘Letakkan tambatan tersebut di masjid maka pahalamja untukmu.‘ Mereka menja-wab, ‘Benar.’ Beliau berkata, ‘Demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, aku bertanya kepada kalian, tahukan kalian bahwa Rasulullah saw. bersabda, ‘Siapa mau membeli sumur Rumata?’ Maka
aku beli sumur tersebut dengan harga sekian, lalu aku menghadap
Rasulullah saw. dan aku katakan, ‘Aku telah membeli sumur itu.’ Beliau
bersabda, ‘Jadikan sumur tersebut sebagai tempat kaum muslimin mengambil air minum maka untukmu pahalanya.’ Mereka menjawab,’Benar.’
Beliau berkata, ‘Demi Allah yang tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Dia, aku bertanya kepada kalian, tahukah kalian
bahwa Rasulullah saw. melihat wajah orang-orang pada hari Jaisyul ‘ Usrah dan bersabda, ‘ Barangsiapa mempersiapkan bekal mereka maka Allah akan mengampuni dosanya.”
Maka aku yang membekali mereka hingga tiada satu tali kekang dan tali
pengikat pun yang tertinggal.’ Mereka menjawab, ‘Benar.’ Utsman berkata,
‘Ya Allah saksikanlah! Ya Allah saksikanlah! Ya Allah saksikanlah!”
Kemudian beliau pun pergi.815
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dari hadits Hishain di dalamnya disebutkan, ‘Datanglah seseorang yang berbaju kuning.’816
Imam Ahmad berkata, “Ishaq bin Sulaiman
telah mengatakan kepada kami. Aku mendengar Mughirah bin Muslim Abu
Salamah menyebutkan dari Mathar dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Utsman
bin Affan ra. yang sedang terkepung keluar dan berkata, ‘Mengapa kalian
ingin membunuhku? Sesung-guhnya aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘
Tidak halal darah seseorang kecuali salah satu dari yang tiga: Seorang lelaki yang sudah menikah melakukan zina maka ia dirajam. Seorang membunuh dengan sengaja maka iajuga diqisash. Seorang yang murtad maka ia haruss dibunuh.‘
Demi Allah SWT. aku tidak pernah berzina baik pada waktu jahiliyah
maupun setelah aku masuk Islam. Aku tidak pernah membunuh seseorang
sehingga harus dituntut balas dariku dan aku tidak pernah murtad
semenjak aku masuk Islam. Sesungguhnya aku bersaksi tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad itu adalah hamba dan utusan Allah.”
An-Nasa’i juga meriwayatkan dari Ahmad
bin al-Azhar dari Ishaq bin Sulaiman.817 Imam Ahmad berkata, “Affan
telah mengatakan kepada kami, Hammad bin Zaid telah mengatakan kepada
kami, Yahya bin Sa’id telah mengatakan kepada kami dari Abi Umamah bin
Sahl bin Hunaif ia berkata, ‘Aku berada di dalam rumah Utsman bin Affan
ra. yang tengah terkepung. Di saat kami hendak masuk, kami mendengar
ucapan dari arah al-Balath.818 Utsman masuk ke dalam rumah untuk suatu
keperluan lalu keluar dengan wajah pucat, lalu berkata, ‘Mengapa mereka
tadi mengancam akan membunuhku?’ Kami kata-kan, ‘Cukuplah Allah SWT.
Sebagai pelindungmu ya Amirul mukminin.’ Beliau berkata, ‘Mengapa mereka
ingin membunuhku? Padahal aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,’ Tidak halal darah
seseorang kecuali salah satu dari
yang tiga: seorang yang murtad dari Islam, seorang yang sudah menikah
melakukan zina dan seorang yang membunuh dengan sengaja.‘
Demi Allah aku tidak pernah berzina baik
pada masa Jahiliyah maupun setelah aku masuk Islam, tidak pernah
terlintas dalam benakku untuk menukar agamaku setelah Allah SWT.
mem-beriku hidayah dan aku juga tidak membunuh seseorang. Lantas mengapa
mereka ingin membunuhku?’.”819 Berita ini diriwayatkan oleh penulis
Sunan dari empat jalur: Hadits Hammad bin Zaid, dari Yahya bin Said, Abu
Salamah telah mengatakan kepadaku. An-Nasa’I menambahkan bahwa Abdullah
bin Amir bin Rabi’ah, mereka berdua berkata, “Kami bersama Utsman bin
Affan ra. lalu ia menye-butkan kisah tersebut.”820 At-Tirmidzi berkata,
“Hadits Hasan.” Berita ini juga diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah
dari Yahya bin Said marfu’.
Imam Ahmad berkata, “Abu Quthn telah
mengatakan kepada kami, Yunus yakni Ibnu Abi Ishaq telah mengatakan
kepada kami dari ayahnya dari Abi Salamah bin Abdur Rahman berkata,
‘Utsman keluar dari rumahnya kerika sedang terkepung lalu berkata, ‘Aku
bersumpah dengan Allah SWT. kepada mereka yang menyaksikan Rasulullah
saw. pada hari Hira1 ketika gunung berguncang lalu beliau hentakkan kaki
beliau ke gunung tersebut seraya berkata, ‘Tenanglah ya Hira’ tidak ada
seorang pun yang berada di atasmu melainkan seorang Nabi, Shiddiq,
Syahid, dan aku bersama mereka.’ Mereka membenarkannya. Kemudian Utsman
berkata lagi, ‘Aku bersumpah dengan Allah SWT. kepada mereka yang
menyaksikan Rasulullah saw. pada hari Bai’at Ridhwan ketika beliau
mengutusku menemui orang musyrik Makkah dan berkata, ‘Ini tanganku dan
ini tangan Utsman.’ Lantas beliau membai’atkan untukku.’ Mereka
membenarkannya. Kemudian Utsman berkata, ‘Aku bersumpah dengan Allah
SWT. kepada mereka yang menyaksikan Rasulullah saw. bersabda, ‘Siapa
yang membeli rumah ini kemudian diwakafkan untuk perluasan masjid maka
untuknya surga.’ Maka aku membelinya dengan hartaku lalu aku gunakan
untuk memperluas masjid.’ Mereka membenarkannya. Utsman berkata, ‘Aku
bersumpah dengan Allah SWT. kepada mereka yang menyaksikan Rasulullah
saw. pada hari pasukan ‘Usrah beliau bersabda, ‘Siapa yang
membekali pasukan ini dengan nafkah yang maqbul?’ Maka aku membekali
separuh pasukan tersebut dengan hartaku.’
Mereka membenarkannya. Utsman berkata, ‘Aku bersumpah dengan Allah SWT.
kepada mereka yang menyaksikan sumur
Rumata yang airnya dijual kepada para musafir, lalu aku membelinya
dengan hartaku dan aku perbolehkan para musafir meminum airnya.’ Mereka
membenarkannya.”821
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i dari ‘Imran
bin Bakkar dari Khaththab bin Utsman dari Isa bin Yunus bin Abi Ishaq
dari ayahnya dari kakeknya Abi Ishaq as-Suba’iy822 Imam Ahmad berkata,
“Yahya bin Ismail telah mengatakan kepada kaml, Qais telah mengatakan
kepada kami dari Abi Sahl dari’ Aisyah bah-wasanya Rasulullah saw.
bersabda, ‘Panggilkan sahabatkn!’ Aku katakan, ‘Abu Bakar ra?’ Beliau menjawab, ‘Tidak.’ Aku katakan, ‘Umar ra.?’ Beliau menjawab, ‘ Tidak.‘ Aku katakan, ‘Utsman?’ Beliau menjawab, ‘ Ya.‘
Ketika Utsman datang Rasulullah saw. Bergeser lalu beliau membicarakan
suatu hal yang rahasia se-mentara rona wajah Utsman berubah. Ketika hari
rumah beliau dikepung, kami katakan, ‘Ya Amirul Muiminin mengapa tidak
anda perangi saja mereka.’ la menjawab, ‘Tidak, karena aku telah
berjanji kepada Rasulullah saw. akan bersabar dengan fitnah ini.’ Hanya
Imam Ahmad yang meriwayatkannya.823
Muhamad bin ‘Aid ad-Dimasyqy berkata,
“Al-Walid bin Muslim telah mengatakan kepada kami, Abdullah bin Luhai’ah
telah mengatakan kepada kami dari Yazid bin Amr bahwa ia mendengar Abu
Tsaur al-Fahmy berkata, ‘Aku mendatangi Utsman, ketika aku berada
ditempat beliau ternyata seke-lompok penduduk kembali ke Madinah maka
aku mendatangi Utsman dan memberitahukannya. Ia bertanya, ‘Bagaimana
kamu lihat keadaan mereka?’ Aku Jawab, ‘Aku melihat ada niat jahat yang
tergambar di wajah mereka, mereka di bawah pimpinan Ibnu ‘Udais.’
Kemudian Ibnu ‘Udais menaiki mimbar Rasulullah saw. dan mengimami shalat
jum’at dan mencela Utsman di dalam khutbahnya. Maka Utsman bin Affan
ra. masuk ke rumah dan menga-takan hal tersebut, lalu beliau berkata,
‘Demi Allah SWT. Ibnu ‘Udais telah berdusta. Jika tidak dikarenakan
omongannya tentunya aku tidak menyebutkan ini. Aku adalah orang ke empat
dalam Islam. Rasulullah saw. telah menikahkanku dengan putrinya,
tatkala putrinya wafat beliau menikahkan aku dengan putrinya yang lain.
Aku tidak pernah berzina dan mencuri baik di masa jahiliyah maupun
setelah Islam bahkan tidak pernah terbetik keinginan untuk melakukannya
sejak aku masuk Islam. Aku tidak pernah menyentuh kema-luanku dengan
tangan kananku sejak aku membaiat Rasulullah saw. dengan tangan kananku.
Aku telah mengumpulkan al-Qur’an pada zaman Rasulullah saw. tidak ada
satu Jum’at pun kecuali aku memerdekakan hamba semenjak aku Islam,
terkecuali jika aku tidak mendapati hamba pada hari Jum’at tersebut maka
aku akan memerdekakannya pada jumat yangke dua’.”824
Ya’qub bin Sufyan 825meriwayatkan dari
Yahya bin Abdullah bin Bukair dari Abi Luhai’ah tentang perkataan
Utsman, “Aku telah menyembunyikannya selama sepuluh tahun.” Lalu beliau
menyebutkannya. Ibnu Katsir berkata, “Mereka adalah orang dungu yang
bersikeras untuk berbuat khianat, kezhaliman dan kebohongan. Oleh karena
itu mereka tetap berusaha untuk mengepung dan mendesak Utsman walaupun
beliau telah berbicara kepada mereka dengan pembicaraan yang menerangkan
keutamaan beliau. Jadi tidak sepantasnya mereka bersikap seperti itu
terhadap beliau hingga melarang beliau dari gulai dan air serta melarang
beliau keluar ke masjid, mengancam akan membunuh dan melarang
orang-orang datang menemui beliau dan melarang orang yang beserta Utsman
untuk keluar.”
14. SIKAP UTSMAN BIN AFFAN RA. KETIKA PENGEPUNGAN SEMAKIN KETAT
Pengepungan terus berlanjut dari awal
bulan Dzulqa’dah hingga hari Jumat tanggal 18 Dzul hijjah. 826Satu hari
sebelumnya Utsman bin Affan ra. Berbincang dengan kaum Muhajirin dan
Anshar yang berada di rumahnya berjumlah sekitar tujuh ratus orang di
antara mereka terdapat Abdullah bin Umar ra., Abdullah bin Zubair,
al-Hasan, al-Husain, Marwan dan beberapa orang hamba. Jika Utsman bin
Affan ra. membiarkan mereka tentunya mereka sudah menghadang para
pemberontak. Utsman berkata, “Aku bersumpah, agar mereka yang
berkewajiban mentaatiku untuk menahan diri dan kembali ke rumah
masing-masing.” Waktu itu para sahabat dan anak-anak mereka ada bersama
Utsman. Utsman juga berkata kepada hamba-hambanya, “Barang-siapa dapat
menahan pedangnya maka ia merdeka.”827 Dengan demikian peperangan dapat
dicegah namun kondisi semakin gawat. Karena Utsman bin Affan ra. melihat
dalam mimpinya bahwa ajalnya telah dekat sehingga beliau menyerahkan
persoalannya kepada Allah SWT. Sambil mengharap janjiNya, juga karena
kerinduan yang sudah mendalam kepada Rasulullah saw. dan mencon-toh
salah seorang anak Adam yang mengatakan kepada saudaranya: ” Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni nereka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zhalim”. (Al-Maidah: 29).
Orang terakhir yang keluar dari rumah Utsman setelah berazam untuk melawan
mereka adalah al-Hasan bin Ali. Pemimpin pasukan untuk penghuni rumah adalah Abdullah bin az-Zubair,828
Musa bin ‘Uqbah meriwayatkan dari Salim
atau Naff bahwa Ibnu Umar ra. tidak pernah menyarungkan pedangnya
setelah Rasulullah saw. wafat kecuali pada hari terkepungnya rumah
Utsman dan pada perang Najdah melawan kaum Khawarij.829
Abu Ja’far ar-Razi830berkata, “Dari Abu
Ayub Sakhtiany dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra. bahwa Utsman berbicara di
hadapan khalayak, ‘Aku melihat Nabi saw. di dalam mimpi, beliau
bersabda, ‘ Ya Utsman berbukalah bersama kami.‘ Maka pada paginya beliau berpuasa lalu terbunuh pada hari itu.831
Saif bin Umar berkata, “Dari Abdur Rahman
bin Ziyad bin An’im dari seseorang berkata, ‘Katsir bin ash-Shalat
mendatangi Utsman bin Affan ra. Dan berkata, ‘Ya Amirul Mukminin
keluarlah dan duduklah di beranda depan sehingga masyarakat melihatmu.
Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu.’ Utsman tertawa lalu
berkata, ‘Wahai Katsir semalam aku ber-mimpi seakan-akan aku bertemu
dengan Nabi Allah SWT., Abu Bakar ra dan Umar ra. lalu beliau bersabda,
‘Kembalilah karena besok engkau akan berbuka bersama kami.’ Kemudian
Utsman berkata, ‘Demi Allah SWT. tidaklah matahari terbenam esok kecuali
aku sudah menjadi penghuni akhirat.’832
Musa bin Uqbah berkata, Abu Alqamah maula
Abdur Rahman bin Auf telah mengatakan kepada kami, Ibnu ash-Shalat
telah berkata, “Utsman tertidur pada hari beliau terbunuh, lalu bangun
dan berkata, ‘Jikalau orang-orang tidak mengatakan Utsman tengah
berangan-angan tentunya aku akan menceritakannya kepada kalian.’ Kami
katakan, ‘Semoga Allah SWT. memperbaiki keadaan anda, katakan saja, kami
tidak akan mengatakan apa yang dikatakan manusia.’ Beliau berkata, ‘Aku
melihat Rasulullah saw. dalam tidurku tadi. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau akan menyaksikan hari ]um’at bersama kami’,”833
Abu Ya’la al-Mushily dan Abdullah bin Ahmad berkata, “Utsman bin Abi
Syaibah telah mengatakan kepada kami, Yunus bin Abi Ya’fur al-Abdy telah
mengatakan kepada kami dari ayahnya dari Muslim bin Abi Sa’id maula
Utsman bin Affan ra., bahwa Utsman telah memerdekakan dua puluh orang
hamba. Lalu meminta celana yang belum pernah ia pakai baik sebelum Islam
maupun sesudah Islam dan memakainya lalu berkata, ‘Aku melihat
Rasulullah saw., Abu Bakar ra, dan Umar ra. dalam mimpiku, mereka
mengatakan kepadaku, ‘Bersabarlah karena engkau akan berbuka besok
bersama kami.’ Kemudian beliau meminta Mushaf lalu beliau tebarkan di
hadapannya dan terbunuh dalam keadaan seperti itu.” 834
Ibnu Katsir berkata, “Beliau meminta
celana tersebut pada hari itu agar jika ia terbunuh tidak terbuka
auratnya karena beliau adalah seorang yang sangat pemalu hingga malaikat
yang ada di langit pun malu terhadap Utsman sebagaimana yang telah
diberitakan Nabi saw. Lalu beliau meletakkan mushaf di depannya dan
membacanya seraya berserah diri menerima ketentuan Allah SWT.
Menghindari peperangan, dan menegaskan kepada masyarakat jangan
memerangi para pemberontak. Kalaulah tidak karena perintah beliau
tentunya mereka telah menolongnya dari para perongrong namun ketetapan
Allah SWT. adalah suatu yang pasti terjadi.
15.LAMANYA MASA PENGEPUNGAN DAN TANGGAL TERBUNUH NYA
Menurut berita yang masyhur, Utsman bin
Affan ra. terkepung dirumah-nya selama empat puluh hari. Dikatakan lebih
dari empat puluh hari. As-Sya’bi berkata, “Pengepungan berlangsung
selama dua puluh hari.835 Dan beliau terbunuh pada hari Jumat tanpa ada
perselisihan.”836
Saif bin Umar berkata dari guru-gurunya,
“Yakni pada sore hari.”837 Dan inilah yang tetapkan oleh Mush’ab bin
Zubair dan Iain-lain.838 Ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa Utsman
terbunuh pada siang hari. Pendapat ini mirip dengan pendapat diatas
yaitu pada tanggal 18 Dzul-hijjah – menurut berita yang ma’ruf- tahun ke
35 Hijriyah.839 Beliau dimakamkan di tempat yang bernama Husyi
Kaukab840 sebelah timur Pekuburan Baqi’ tanpa ada ikhtilaf.
Ketika Mu’awiyah berkuasa, beliau
memperhatikan makam Utsman bin Affan ra. lalu meruntuhkan dinding
pemisah antara makam Utsman dan pemakaman Baqi’ kemudian memerintahkan
agar orang-orang menguburkan mayat mereka di sekitar makam Utsman bin
Affan ra. tersebut.
Ibnu Abdil Bar berkata, “Utsman bin Affan ra. dimakamkan di Hisyi Kaukab yang telah ia beli dan ia tambah di daerah Baqi’.”841
16. PERISTIWA TERBUNUHNYA UTSMAN
Utsman bin Affan ra. telah menegaskan
agar semua orang yang ada di dalam rumah beliau agar kembali ke rumah
mereka masing-masing maka mereka pun pergi. Di saat tidak ada lagi orang
yang bersama beliau kecuali keluarganya, para pemberontak masuk ke
dalam rumah melalui pintu dan jendela. Lalu Utsman memulai mengerjakan
shalat dan membaca surat Thaha dengan bacaan yang cepat sehingga beliau
menyelesaikan bacaannya. Semen-tara orang-orang sedang berusaha masuk
sehingga pintu dan atap ruangan tempat beliau terbakar. Mereka khawatir
jika api menjalar ke Baitul Mai. Setelah Utsman menyelesaikan shalatnya,
beliau duduk sambil memegang mushaf lalu membaca al-Qur’an pada ayat, “(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah SWT. dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘ Sesungguhnya manusia telah mengnmpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takntlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘ Cukuplah Allah SWT. menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung” (Ali Imran: 173).
Orang yang pertama masuk adalah seorang
lelaki yang bernama al-Mautul Aswad lalu ia mencekik Utsman bin Affan
ra. dengan sekuat-kuatnya sehingga beliau jatuh pingsan dan nafas beliau
tersengal-sengal di dada. Lalu ia tinggalkan karena mengira Utsman
telah terbunuh. Kemudian masuklah Ibnu Abu Bakar lalu ia memegang
janggutnya dan tiba-tiba ia menyesal dan keluar. Lalu masuk yang lain
dan menebasnya dengan pedang. Dikatakan bahwa orang tersebut
memenggalnya sampai putus dan yang lain mengatakan bahwa memenggalnya
namun tidak putus.
Hanya Utsman berkata, “Demi Allah SWT.
inilah tangan pertama yang membunuhnya.” Kemudian datang yang lain
sambil menghunus pedang lalu dihadang oleh Nailah binti al-Farafishah
dengan pedang lantas pedang tersebut di-rebut oleh lelaki tersebut
sehingga jemari Nailah putus. Kemudian lelaki tersebut mendekati Utsman
lalu menikamkan perut beliau. Lelaki tersebut bernama Saudan bin Humran.
Lalu salah seorang pembantu Utsman datang dan membunuh Saudan dan
pembantu
tersebut dibunuh orang lain yang bernama Qutairah.
Kemudian para pemberontak tersebut mengalihkan perhatian kepada harta yang
ada di dalam rumah tersebut. seorang di
antara mereka berteriak, “Jika darahnya halal berarti hartanya juga
halal.” Maka yang lain mulai tertarik dengan hal tersebut, lalu mereka
kunci ruangan Utsman itu beserta korban yang ada di dalamnya. Ketika
mereka masuk ke ruang tengah, Qutairah di cegat oleh pembantu Utsman
lalu membunuhnya dan yang lain menjarah apa saja yang mereka temui
sampai-sampai seorang yang bernama Katsum at-Tujaiby menjarah baju-baju
Nailah namun pembantu Utsman dengan sigap membunuhnya dan pembantu
tersebut pun ikut tewas.
Kemudian seseorang berteriak, “Pergilah
ke Baitul Mai jangan sampai kalian ketinggalan.” Hal tersebut didengar
oleh para penjaga Baitul Mal lalu mereka berkata, “Ayo menghindar!
Mereka sekarang sedang haus harta dunia.” Maka para pemberontak tersebut
menyerbu dan orang-orang Khawarij menjarah harta Baitul Ma yang jumlahnya sangat banyak842
Khalifah bin Khayyath berkata, “Ibnu
Aliyah telah mengatakan kepada kami, Ibnu ‘Aun telah mangabarkan kepada
kami dari al-Hasan, Watstsab843 telah mangabarkan kepadaku, ‘Aku diutus
Utsman menemui mereka. Lalu aku membawa seorang yang bernama al-Asytar
menghadap kepada beliau. Beliau berkata, ‘Apa yang diinginkan
orang-orang?’ la katakan, ‘Ada tiga hal yang harus engkau pilih.’ Beliau
berkata, ‘Coba sebutkan.’ la katakan, ‘Mereka memberimu pilihan, anda
menyerahkan kekuasaan kepada mereka lalu anda katakan, ‘Silahkan pilih
siapa yang kalian inginkan,’ atau engkau bunuh dirimu sendiri, jika anda
enggan mereka akan membunuhmu’. Utsman berkata, ‘Apakah Aku harus
memilih salah satu dari yang tiga?’ la menjawab, ‘Ya, anda harus memilih
salah satu dari yang tiga!’
Utsman berkata,’ Adapun keinginan mereka agar aku mengundurkan diri maka
aku tidak akan melepaskan pakaian yang
telah dipakaikan Allah SWT. Adapun jika mereka ingin membunuhku, demi
Allah SWT. jika kalian membunuhku maka kalian tidak akan berkasih sayang
lagi, tidak akan shalat berjamaah lagi dan kalian semua tidak akan
memerangi musuh selamanya’.”844
Watstsab berkata, “Maka datanglah seorang
lelaki berperawakan pendek seolah-olah dia seperri srigala, ia
mengintip dari pintu lalu ia kembali. Kemu-dian datanglah Muhammad bin
Abu Bakar beserta tiga belas orang temannya, lalu ia memegang janggut
Utsman dan aku mendengar suara gemeretak gigi gerahamnya seraya berkata,
‘Mu’awiyah tidak lagi berfaedah untukmu, Ibnu ‘Amir tidak lagi
berfaedah untukmu dan tidak lagi berfaedah suratmu.’ Utsman berkata,
‘Wahai anak saudaraku lepaskan janggutku!’.” Watstsab berkata, “Aku
lihat ia memberikan isyarat dengan matanya kepada seseorang, lalu orang
tersebut bangkit dengan sebuah anak panah lalu memukul-kannya ke kepala
Utsman. Aku katakan, “Perlakukan dia dengan baik!” kemudian mereka
mengeroyok Utsman hingga tewas.845
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu ‘Aun
bahwa Kinanah bin Bisyr memukul rusuk dan ubun-ubun Utsman dengan tiang
besi sehingga beliau tersungkur di sebelahnya. Lalu Saudan bin Humran
al-Murady memberikan pukulan lagi dan beliau pun terbunuh. Adapun Amr
bin Hamiq melompat ke dada Utsman dan pada saat itu beliau menghembuskan
nafas yang terkhir lalu ia menikam beliau Sembilan kali tikaman seraya
berkata, “Adapun tiga tikaman aku lakukan karena Allah SWT. dan enam
tikaman aku lakukan karena dendam yang ada di dadaku.”846
Dari beberapa jalur jelaslah bahwa percikan darah beliau yang pertama berada
pada Firman Allah SWT. “Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Malm Mengetahuii.”847 (Al-Baqarah: 137).
Diriwayatkan bahwa Utsman membaca sampai
pada ayat ini ketika para pemberontak masuk ke rumah beliau. Isi berita
ini tidak terlalu jauh, karena beliau meletakkan mushaf untuk
membacanya.
17. PENGARUH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.
Setelah terjadi peristiwa yang sangat besar, keji dan kejam tersebut, kebanyakan orang-orang jahil Kliawarij menyesali
segala tindakannya. Kisah mereka ini seperti kisah yang diceritakan
Allah SWT. dalam al-Qur’an tentang penyembah anak sapi: “Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka sesat, merekapun berkata, ‘Sungguh jika Rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-orang yang merugi’.” (Al-A’raf: 149).
Tatkala berita terbunuhnya Utsman bin
Affan ra. sampai kepada az-Zubair – waktu itu ia sedang keluar dari
Madinah- ia berkata, ” Inna lillahi ivainna ilaihi rajiun.” Lalu
ia mendoakan semoga Allah SWT. merahmati Utsman dan sampai juga kepada
beliau bahwa orang yang telah membunuh Utsman menyesali tindakannya, ia
berkata, “Celakalah mereka.” lalu ia membacakan Firman Allah SWT. “Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Lalu mereka tiada kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. (Yasin: 49-50).
Sampailah berita terbunuhnya Utsman bin
Affan ra. kepada Ali, lalu ia mendoakan semoga Allah SWT. merahmati
Utsman dan sampai juga kepada beliau bahwa orang yang telah membunuh
Utsman menyesali tindakannya, ia membacakan
Firman Allah SWT. “(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika mereka berkata pada manusia, ‘Kafirlah kamu’, maka tatkala manusia itu telahkafir ia berkata, ‘ Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesung-guhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam’.” (Al-Hasyr: 16).
Tatkala berita terbunuhnya Utsman bin
Affan ra. sampai kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, ia memohonkan ampun untuk
beliau dan mendoakan semoga Allah SWT. merahmati Utsman dan sampai juga
kepada beliau bahwa orang yang telah membunuh Utsman menyesali
tindakannya, ia membacakan Firman Allah SWT. “Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya.’ Yaitu orang-orang yang telah sia-sia per-buatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaikbaiknya. (Al-Kahfi: 103-104).
Kemudian Saad berdoa, “Ya Allah SWT.
jadikanlah mereka orang yang menyesal kemudian adzablah mereka.”848
Sebagian salaf bersumpah dengan nama Allah SWT. bahwa tiada seorang pun
di antara mereka yang meninggal kecuali dalam keadaan gila.849 Yang
demikian itu mungkin disebabkan beberapa hal diantaranya doa Saad yang
maqbul, sebagaimana terdapat dalam hadits yang shahih.850
18. PERKATAAN SAHABAT DAN TABI’IN TENTANG PEMBUNUHAN
UTSMAN
Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari
jalur Syababah bin Sauwar Dari Hafsh Bin Marwan al-Bahily, dari Hajjaj
bin Abi Utsman ash-Shawwaf dari Zaid bin Wahhab dari Hudzaifah berkata,
“Awal munculnya fitnah adalah terbunuhnya Utsman dan akhir dari fitnah
adalah keluarnya Dajjal. Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya
tidaklah seseorang meninggal sementara di dalam hati terdapat seberat
biji sawi rasa suka atas terbunuhnya Utsman kecuali ia akan mengikuti
Dajjal jika ia bertemu dan jika ia tidak me-nemuinya, ia akan beriman
kepadanya di dalam kubur.”851
Abu Bakar bin Abi Duniya dan Iain-lain
berkata, “Muhammad bin Saad telah mangabarkan kepada kami, Amr bin
‘Ashim al-Killaby telah menga-barkan kepada kami, Abul Asyhab telah
mengatakan kepada kami, Auf telah mengatakan kepadaku dari Muhammad bin
Sirin bahwa Hudzaifah bin Yaman berkata, ‘Ya Allah SWT. Jika pembunuhan
Utsman merupakan kebaikan maka aku tidak ikut andil di dalamnya dan jika
pembunuhan Utsman merupakan keburukan maka aku berlepas diri dari
perbuatan tersebut. Demi Allah SWT. kalau pembunuhan Utsman merupakan
kebaikan maka mereka akan memper-oleh kebaikan dan jika pembunuhan
Utsman merupakan keburukan maka mereka akan merasakan akibat
buruknya’.”852 Al-Bukhari telah menyebutkan-nya di dalam Shahihnya.853
Al-Hasan bin Arafah berkata, “Ismail bin
Ibrahim bin Ulaiyah telah mengatakan kepada kami dari Said bin Abi
‘Arubah dari Qatadah dari Abu Musa al-Asy’ary berkata, ‘Jika pembunuhan
Utsman adalah suara kebenaran tentunya umat ini telah memperoleh
kebaikan, namun karena pembunuhan tersebut adalah suatu kesesatan
akhirnya umat ini harus menerima akibat buruknya’.”854 Sanadnya
terputus. Muhammad bin Sa’id berkata, “Arim bin Fadhl telah mangabarkan
kepada kami, ash-Sha’iqu bin Hazn telah mangabarkan kepada kami, Qatadah
telah mengatakan kepada kami dari Zahdam al-Jarmy berkata, ‘Ibnu Abbas
memberikan khutbahnya, ‘Jika orang-orang tidak menuntut qishas terhadap
darahnya niscaya mereka akan dihujani batu dari langit.’855 Diriwayatkan
dari jalur yang lain dari Ibnu Abbas.”856
Al-A’masy dan lainnya berkata dari Tsabit
bin Ubaid dari Abi Ja’far al-Anshary, “Ketika Utsman bm Affan terbunuh
aku mendatangi Ali yang sedang duduk di masjid dengan mengenakan serban
hitam. Aku katakan kepadanya, ‘Utsman bin Affan ra. terbunuh.’ Ali
berkata, ‘Celakalah mereka selamanya.’ Dalam riwayat lain, ‘Merugilah
mereka’.”857
Abu Qasim al-Baghawy berkata, “Ali bin
Ja’dan telah mangabarkan kepada kami, Syarik telah mangabarkan kepada
kami dari Abdullah bin Isa dari Ibnu Abi Laila, ‘Aku mendengar Ali yang
sedang berada di pintu masjid atau didekat Ahjar Zait berkata dengan
suara lantang, ‘Ya Allah SWT. aku berlepas diri dari pembunuhan
‘Utsman’.”858
Abu Hilal berkata dari Qatadah dari
al-Hasan, “Utsman terbunuh sementara Ali tidak berada di tempat. Ketika
berita tersebut sampai kepadanya ia berkata, ‘Ya Allah SWT. aku tidak
rela dan tidak pula berkomplot dengan mereka’.”859
Ats-Tsaury dan lainnya berkata dari
Thawus dari Ibnu Abbas, “Ali berkata pada hari terbunuhnya Utsman, ‘Ya
Allah SWT. aku tidak membunuhnya, tidak pula atas perintahku tapi aku
dalam keadaan tidak berdaya’.”860
Diriwayatkan dari Ali ra. dengan berbagai
konteks. Al-Hafizh al-Kabir Abu Qasim berusaha mengumpulkan semua jalur
dan mencantumkan bahwa Ali berlepas diri dari darah Utsman, ia
bersum-pah baik dalam khutbahnya maupun dalam kesempatan lain bahwa ia
tidak membunuh Utsman, tidak menyuruhnya, tidak rela dan tidak pula
terlibat dengan mereka. Ia telah melarang namun mereka tidak lagi
mendengar ucapannya. Menurut kebanyakan para Imam hadits telah tercantum
dari berbagai jalur yang memastikan bahwa Ali tidak terlibat.861
Dan tercantum pula dengan berbagai
konteks bahwa ia berkata, “Aku mengharapkan bahwa antara aku dan Utsman
sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah SWT. ‘Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.’ (Al-Hijr: 47).
Dan tertera juga dalam konteks yang lain ia berkata, “Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melaku-kan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesunggnhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Malta Penyayang.” (Al-Maidah: 39).
Dalam riwayat yang lain Ali berkata, “Utsman ra. adalah
orang terbaik di antara kami, yang paling suka mempererat tali
silaturahim, orang yang paling pemalu, yang paling baik cara bersucinya
dan yang paling taqwa kepada AllahSWT.862
Ya’qub bin Sufyan meriwayatkan dari
Sulaiman bin Harb dari Hamad bin Zaid dari Majalid dari Umair bin Rudzi
Abi Katsir berkata, “Pada suatu hari Ali berkhutbah dan seorang Khaxuarij memotong
khutbah tersebut. Lalu beliau turun dan berkata, ‘Sesungguhnya
perumpamaan diriku dan Utsman adalah seperti tiga ekor sapi berwarna
putih, hitam dan merah di tengah-tengah gerombolan singa. Setiap kali
singa tersebut hendak memakan salah satu di antara ketiga sapi itu maka
sapi yang lain akan mencegahnya. Singa tersebut berkata kepada si sapi
hitam dan si sapi merah, ‘Sesungguhnya si putih membuat rombongan
inijadi terlihat jelek.’Maka keduanya membiar-kan si sapi putih lantas
singa itu pun memakannya. Ketika singa itu hendak memakan salah satu
dari sapi tersebut maka sapi yang satu mencegahnya. Lalu singa tersebut
berkata kepada si sapi merah, ‘Sesungguhnya si sapi hitam membuat
rombongan ini jadi terlihat jelek dan warnaku seperti warnamu jika
engkau biarkan dia aku akan memakannya.’ Maka si sapi merah membiarkan
si sapi hitam dimakan singa.
Kemudian singa tersebut berkata kepada si
sapi merah, ‘Sekarang aku hendak memakanmu.’ Sisapimerah berkata,
‘Sebelum kau makan biarkan aku berteriak tiga kali.’ Singa itu berkata,
‘Silahkan!’ Sapi merah itu berteriak, ‘Ketahuilah sesungguhnya aku telah
dimakan pada hari dimakannya sapi putih.’ 3x.
Kemudian Ali berkata, ‘Sesungguhnya
posisiku sangat lemah pada hari terbunuhnya ‘Utsman’.”863 Muhammad bin
Saad berkata, “Abdullah bin Idris telah mangabarkan kepada kami, Isma’il
bin Abi Khalid telah mangabarkan kepada kami dari Qais bin Hazim dari
Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail berkata, ‘Aku melihat diriku dan
istriku sebagai orang yang telah membawa Umar ra. masuk Islam. Jikalau
seluruh qabilah menuntut balas atas apa yang telah kalian perbuat
terhadap Utsman bin Affan ra. tentunya yang demikian itu adalah suatu
kebe-naran.’ Demikianlah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahihnya.”
Muhammad bin ‘ Aidz meriwayatkan dari
Ismail bin ‘Iyasy dari Shofwan bin Amr dari Abdur Rahman bin Jubair
berkata, “Abdullah bin Salam men-dengar seorang lelaki berkata, ‘Utsman
bin Affan ra. terbunuh! Dan tidak ada dua ekor kambing saling menanduk.’
(Maksudnya tidak ada dua orang yang berselisih tentangnya). Abdullah
bin Salam berkata, ‘Tentu saja sapi dan kambing tidak saling menanduk
(yakni tidak saling berselisih), akan tetapi yang saling menanduk (yang
saling berselisih) adalah orang-orang yang menghunus senjata. Demi Allah
SWT. terbunuhnya Utsman akan menyebabkan suatu kaum dibunuh sementara
mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah-ayah mereka dan belum lagi
lahir’.”864
Muhammad bin Sirin berkata, “Aisyah ra. berkata,
‘Kalian telah men-cucinya sebagaimana kalian mencuci bejana kemudian
baru kalian bunuh’.”865 Khalifah bin Khayyath berkata, “Abu Qutaibah
telah mengatakan kepada kami, Yunus bin Abi Ishaq telah mengatakan
kepada kami dari Aun bin Abdullah bin Utbah bahwa Aisyah berkata, ‘Aku
marah kepada kalian karena cambuk dan aku tidak marah kepada Utsman
karena pedang? Kalian mencelanya hingga menjadikannya seperti hati yang
bersih kemudian kalian bunuh’.”
Abu Mu’awiyah berkata, dari al-‘Amasy,
dari Khaitsamah, dari Masyruq berkata, ketika Utsman bin Affan ra.
terbunuh Aisyah ra. berkata, ‘Kalian telah menjadikannya seperti kain
yang bersih dari kotoran lalu kalian mendekatinya dan menyembelihnya
seperti menyembelih kambing?’ Masyruq berkata kepadanya, ‘Ini karena
perbuatanmu, karena engkau telah menulis surat kepada masyarakat agar
mereka keluar menentangnya.’ ‘Aisyah ra. ra. berkata, Tidak demi Allah
SWT. Yang aku dan yang orang mukmin beriman kepadaNya dan orang-orang
kafir mengingkariNya, aku tidak pernah menulis hitam di atas putih
hingga aku duduk.di majelis ini’.”866
Al-‘Amasy berkata, “Mereka mengira bahwa
surat tersebut ditulis atas perintahnya.”867 Sanad ucapan ini shahih.
Seperti ini dan yang semisalnya merupakan dalil yang jelas bahwa
orang-orang Khawarij -semoga Allah SWT. menjelekkan mereka-
telah mengirim-kan surat palsu ke seluruh penjuru dengan mengatas
namakan para sahabat untuk memerangi Utsman bin Affan ra. sebagaimana
keterangan yang lalu.
Adapun ucapan para tabi’in yang semakna
terlalu banyak untuk dise-butkan. Di antaranya ucapan Abu Muslim
al-Khaulany ketika dia melihat rombongan yang berpapasan dengannya lalu
ia berkata, “Tidakkah kalian melintas di daerah Tsamud?” Mereka jawab,
“Benar.” Ia berkata lagi, “Ketahuilah kalian seperti kaum Tsamud (yang
telah menyembelih unta Nabi Shalih, pent.). Sungguh, khalifah Allah
lebih mulia di sisi Allah SWT. daripada unta kaum Tsamud (unta Nabi
Shalih ).”868
Ibnu ‘Ulayyah berkata dari Yunus bin
‘Ubaid dari al-Hasan berkata, “Jikalau pembunuhan Utsman adalah suatu
kebenaran tentunya umat ini telah memetik kebaikan, tetapi karena yang
mereka lakukan itu adalah suatu kesesatan maka yang mereka dapatkan
adalah keburukan.”869
Abu Ja’far al-Baqir berkata, “Pembunuhan
Utsman bin Affan ra. Tidak berdasarkan kebenaran.” Suatu ucapan yang
menarik dari ucapan sebagian salaf ketika ditanya tentang Utsman, “Dia
(Utsman) ketua orang-orang yang baik dan dia korban pembunuhan
orang-orang yang jahat. Terlantarlah orang yang telah menelantarkannya
dan menanglah orang yang telah menolongnya.”
Syaikh kami Abu Abdullah adz-Dzahaby
menyebutkan di akhir bio-grafi Utsman, “Orang-orang yang telah membunuh
dan mengepung beliau akhirnya terbunuh dan berpulang kepada ampunan
Allah SWT. dan rahmatNya. Dan orang yang menghinakan beliau akhirnya
dihinakan. Hidup mereka menderita. Kekuasaan setelah itu dipegang oleh
Mu’awiyah dan anak ketu-runannya kemudian dipegang oleh wazirnya yang
bernama Marwan dan delapan anak keturunannya. Beliau diberi umur panjang
dan dapat bertahan lama di samping keutamaan dan kesenioran yang beliau
miliki. Anak keturunan beliau dari bani Umayyah berkuasa atas mereka
selama lebih kurang delapan puluh tahun. Keputusan dan ketentuan adalah
milik Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”
19. BEBERAPA SYAIR DUKA CITA ATAS TERBUNUHNYA
UTSMAN
Mujalid meriwayatkan dari asy-Sya’bi, ia
berkata, “Aku tidak mende-ngar ungkapan duka cita terhadap Utsman sebaik
yang diucapkan oleh Ka’ab bin Malik: ‘Dia menahan tangannya ketnudian menutup pintu, Dan meyakini bahwa Allah tidaklah Mai.
Dia berkata kepada penghuni rumahnya,
mereka jangan diserang, Semoga Allah memaafkan dosa orang yang tidak
berperang. Bagaimana engkau melihat Allah mencurahkan terhadap mereka,
Dendam kesumat dan angkara murka yang berkepanjangan. Bagaimana engkau
melihat kebaikan datang setelahnya tercurah,
kepada manusia dan kenikmatan yang melimpah”870
Hasan bin Tsabit berkata,
“Apa yang kalian inginkan dari
saudaraku seagama, Tangan Allah mencurahkan berkah di permukaan bumi
yang ada di sana. Kalian telah membunuh wali Allah di dalam rumahnya,
Kalian datang membawa kejahatan yang tiada mendapat petunjukNya
Mengapa kalian tidak menjaga perlindungan Allah di antara kalian,
Dan menepati janji Muhammad yang
telah kalian ikrarkan Tidakkah di antara kalian wahai pembawa bala ada
seorang yang menepati, Seorang yang paling menepati janji di hadapan
setiap saksi Tidak bermanfaat keimanan kaum yang berjanji setia,
Untuk membunuh Utsman ar-Rasyid yang berada di atas kebenaran”
20.TAFSIR SIKAP SAHABAT DENGAN TIDAK MEMERANGI
PARA PEMBANGKANG TERHADAP UTSMAN BIN AFFAN RA.
Jika ada yang mengatakan, bagaimana Utsman dapat terbunuh padahal di sana terdapat banyak sahabat senior? Ada beberapa jawaban.
1) Bahwa banyak di antara mereka
bahkan hampir semua tidak me-nyangka bahwa mereka akan membunuhnya.
Karena kelompok tersebut tidak bermaksud ingin membunuhnya, namun ingin
menuntut tiga perkara: dia mengundurkan diri atau menyerahkan Marwan bin
Hakam kepada mereka atau dia akan dibunuh.
2) Para sahabat mengira bahwa ia akan
menyerahkan Marwan atau melepaskan jabatan khalifah sehingga dapat
terlepas dari keter-jepitan tersebut.
3) Adapun pembunuhan tak seorang pun
di antara mereka menyangka akan terjadi dan juga tidak menyangka mereka
akan bertindak sejauh itu, sehingga terjadilah apa yang terjadi.
4) Bahwa para sahabat telah melarang
mereka dengan larangan yang keras. Namun setelah Utsman sangat terjepit,
beliau memerintahkan agar masyarakat
menahan tangan mereka dan menyarungkan pedang, sehingga mereka dengan
leluasa dapat melaksanakan apa yang mereka inginkan. Tetapi tidak seorang pun yang menyangka mereka akan tega membunuhnya.
5) Orang-orang Khawarij mengambil
kesempatan ketika kebanyakan penduduk Madinah tidak berada di tempat
pada musim haji dan tentara tidak datang untuk memberikan pertolongan,
sehingga dengan demikian mereka -semoga Allah
SWT. menghinakan mereka- memperoleh kesempatan untuk mela-kukan tindakan yang sangat mengerikan tersebut.
6) Rombongan kaum Khawarij tersebut mencapai dua ribu orang, mungkin penduduk Madinah tidak sebanyak bilangan ini. Sementara rombongan tersebut
terdiri dari orang-orang yang datang dari
berbagai tempat. Kebanyakan para sahabat mengasingkan diri dari fitnah
ini dan lebih banyak tinggal di rumah. Kalaupun mereka menghadiri
masjid, mereka membawa pedang dan meletakkan di dekatnya
7) jika sedang duduk. Orang-orang Khaiva-rij telah mengepung rumah Utsman dan
sudah tidak mungkin mereka menghalaunya.
Namun para pembesar sahabat telah mengirim anak-anak mereka untuk
membela Utsman. Masyarakat tidak dikejutkan kecuali di saat mereka telah
menguasai rumah dan telah membakar pintu serta telah masuk melalui
dinding hingga membunuh beliau.
8) Adapun yang disebutkan sebagian
orang bahwa beberapa orang sahabat menyerahkan beliau dan ridha atas
pembunuhan tersebut adalah riwayat yang tidak sah. Tidak seorang pun
dari kalangan sahabat yang ridha dengan terbunuhnya Utsman bin Affan ra.
Bahkan mereka semua benci, marah dan mencela para pelakunya.
21. Pasal Tambahan DARI KITAB ASYSYARI’AH KARYA IMAM ABU BAKAR Al-AJURRI (WAFAT 360 H)871 SEBAB TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.
Muhammad bin Husain berkata, “Jika ada
yang mengatakan, ‘Engkau telah menyebutkan dari Nabi saw. tentang fitnah
yang akan terjadi setelah beliau wafat, kemudian beliau juga
menyebutkan tentang Utsman bin Affan ra., ikutilah dia dan
sahabat-sahabatnya! Karena pada waktu itu dia berada di dalam kebenaran.
Coba sebutkan siapa yang dimaksud dengan sahabat-sahabatnya tersebut?’
Katakanlah, ‘Mereka adalah sahabat
Rasulullah saw. yang telah mendapat persaksian beliau menjadi penghuni
surga dan sifat-sifat mereka telah dise-butkan di dalam Taurat dan
Injil. Barangsiapa mencintainya maka ia akan sejahtera dan yang
membencinya akan sengsara. Jika ia bertanya, ‘Sebutkan nama-nama
mereka!’ Katakanlah, ‘Mereka adalah Ali binAbi Thalib, Thalhah,
az-Zubair, Saad, Said dan semua sahabat yang hidup pada waktu itu berada
di atas kebenaran sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah saw.
Mereka semua mengingkari pembunuhan tersebut dan menganggap bahwa suatu
perkara yang sangat keji telah menimpa Utsman , mereka juga mengatakan bahwa pembunuhnya adalah penduduk neraka. Jika ia bertanya, ‘Siapa yang telah membunuh Utsman?’
Katakanlah, ‘Sekelompok orang -semoga
Allah SWT. menyengsarakan merekayang memendam dendam kesumat terhadap
beliau dan menginginkan tersebarnya fitnah agar umat Muhammad saw.
terjerumus dalam kedengkian karena kesengsaraan yang mereka alami di
dunia dan di akhirat mereka akan memperoleh adzab yang lebih besar.’
Jika ia bertanya, ‘Bagaimana muncul kesepakatan mereka untuk membunuh
Utsman bin Affan ra.?’
Katakan kepadanya, ‘Yang demikian itu
muncul dari seorang yang disebut Ibnu Sauda’ atau yang dikenal dengan
Abdullah bin Saba’ –semoga Allah SWT. melaknatnya- ia berpura-pura masuk
Islam dan tinggal di Madinah sehingga muncul
kedengkian terhadap Nabi saw.
sahabat-sahabat beliau dan agama Islam. Ia menyusup ke tengah kaum
muslimin sebagaimana menyusupnya raja Yahudi Paulus bin Syaul ke dalam
agama Nasrani hingga ia dapat menyesatkan dan memecah belah mereka
menjadi berbagai kelompok. Setelah bala’ dan kekufuran tersebut menimpa
mereka, ia pun pergi meninggalkan mereka. Kisahnya amat panjang dan
akhirnya mereka kembali memeluk agama Yahudi.
Demikian juga halnya dengan Abdullah bin Saba’. Ia berpura-pura masuk Islam
dan melakukan amar ma’ruf dan melarang
kemungkaran sehingga ia mempunyai banyak murid di berbagai tempat. Lalu
mulailah ia mencela sebagian gubernur lantas mencela Utsman bin Affan
ra. dan Abu Bakar ra lantas berpura-pura mencintai Ali binAbi Thalib ra.
Allah SWT. telah melindungi Ali binAbi Thalib ra. Dan keturanannya dari
madzhab yang dianut oleh Abdullah bin Saba’ serta pengikutnya,
as-Saba’iyah. Tatkala fitnah Ibnu Saba’ dan pengikutnya mulai berkuku,
ia pindah ke Kufah sehingga ia banyak mendapatkan pengikut di sana.
Kemudian ia pindah kembali ke Bashrah dan mendapatkan pengikut di sana,
begitu juga di Mesir, mereka semua berada di dalam kesesatan.
Kemudian mereka membuat suatu kesepakatan
disuatu tempat tentang sebuah perkara yaitu mereka semua sepakat pergi
ke Madinah untuk membuat fitnah di tengah penduduknya. Kesepakatan
tersebut mereka laksanakan sehingga mereka membunuh Utsman bin Affan ra.
dan penduduk Madinah tidak menyangka sedikit pun kalau mereka akan
bertindak seperti itu.
Jika ia bertanya, ‘Mengapa para sahabat Rasulullah saw. tidak memerangi mereka untuk membela Utsman bin Affan ra.?
Katakan kepadanya, bahwa Utsman bin Affan ra. dan para sahabatnya tidak
mengetahui hingga hal tersebut terjadi. Di Madinah sendiri tidak
terdapat pasukan yang dipersiapkan untuk berperang. Ketika hal itu
terjadi, para sahabat berusaha untuk menolong dan membelanya, namun
mereka tidak mampu. Mereka pernah menawarkan pembelaan walau dengan
mengorbankan jiwa, namun Utsman bin Affan ra. enggan menerimanya dan
berkata, ‘Kalian bebas dari bai’atku dan sulit untuk membelaku. Aku
mengharap akan menjumpai Allah SWT. dalam keadaan selamat dan
terzhalimi.’
Ali bin Abi Thalib ra., Thalhah ra,
az-Zubair ra dan banyak dari kalangan sahabat yang memberikan komentar
sangat keras dan tajam terhadap mereka. Setelah merasa bahwa para
sahabat mengingkari tindakan mereka tersebut maka masing-masing kelompok
menunjukkan sikap bahwa mereka mencintai para sahabat. Sekelompok
menetap di pintu rumah Ali bin Abi Thalib ra. dan mengelukan bahwa
mereka mencintai beliau. Allah SWT. membersihkan beliau dari perbuatan
mereka. Mereka menghalangi beliau untuk keluar rumah. Sekelompok lagi
menetap di pintu rumah Thalhah dan mengelukan bahwa mereka mencintai
beliau. Allah SWT. Telah membersihkan beliau dari perbuatan mereka.
Sekelompok lagi menetap di pintu rumah az-Zubair ra. dan mengelukan
bahwa mereka mencintai beliau. Allah SWT. telah membersih-kan beliau
dari perbuatan mereka. Sebenarnya mereka ingin mengalihkan perhatian
para sahabat dari menolong Utsman dan membuat satu kamuflase agar
penduduk Madinah tidak mencium rencana mereka yang telah ditaqdirkan
Allah SWT. bahwa Utsman bin Affan ra. akan terbunuh secara zhalim
sehingga terjadilah suatu peristiwa yang tidak sanggup dicegah oleh para
sahabat.
Begitu pun para sahabat telah menawarkan diri mereka kepada Utsman ra. agar
beliau mengizinkan mereka untuk
membelanya walaupun bilangan mereka sangat sedikit. Namun beliau enggan
memberikan izin. Jika beliau mengizinkan para sahabat, tentunya mereka
telah memerangi para pemberontak tersebut.”
Al-Abbas bin Ahmad al-Khataly yang
dikenal dengan Ibnu Abu Syah-mah telah mengatakan kepada kami, “Dahsyam
bin al-Fadhl Abu Said Ar-Rumaly telah mengatakan kepada kami, al-Muawwil
bin Isma’il telah mengatakan kepada kami, Hammad bin Zaid telah
mengatakan kepada kami dari Ayub, Hisyam dan Muhammad bin Sirin, mereka
berkata, ‘Pada waktu itu kaum Muhajirin dan Anshar berada di rumah
beliau bersama anak-anak mereka, di antaranya Abdullah bin Umar ra.,
al-Hasan, al-Husain, Abdullah bin az-Zubair, Muhammad bin Thalhah dan
satu orang saja dari mereka lebih baik dari pada in! dan itu. Mereka
berkata, ‘Ya Amirul Mukminin biarkan kami menghalau mereka.1 Utsman
menjawab, ‘Aku tegaskan kepada kalian semua bahwa jangan ada setetes pun
darah yang tertumpah karena membelaku dan aku berkeberatan jika ada di
antara kalian yang membelaku’.”
Jika ia berkata, “Mereka telah mengetahui bahwa Utsman adalah seorang yang
dizhalimi dan pemberontak telah mengancam
akan membunuhnya, seharusnya mereka memerangi pemberontak tersebut
walaupun Utsman melarangnya.” Jawabnya, “Engkau telah mengucapkan suatu
ucapan yang tidak baik karena engkau mengucapkannya secara umum.” Jika
ia katakan, “Mengapa?” Jawabnya, “Karena para sahabat adalah orang-orang
yang taat. Allah SWT. telah memberikan kepada mereka taufiq untuk
berkata dan berbuat sesuai dengan kebenaran. Mereka telah melakukan apa
yang diwajibkan terhadap mereka yaitu mengingkari dengan hati, lisan dan
telah melakukan pertolongan sesuai dengan kemampuan mereka. Tatkala
Utsman bin Affan ra. melarang mereka untuk membelanya, mereka mengetahui
bahwa mereka wajib untuk mendengar dan mentaati perintah tersebut serta
mereka tidak punya alasan untuk menentang perintah tersebut. Dan
kebenaran ada pada mereka sebagaimana pendapat Utsman bin Affan ra..”
Jika ia bertanya, “Mengapa Utsman
melarang mereka, padahal ia tahu bahwa posisinya sebagai orang yang
terzhalimi dan ia juga mengetahui bahwa memerangi pemberontak termasuk
melarang kemungkaran serta menegak-kan kebenaran.”
Katakan kepadanya, “Ini juga termasuk keteledoranmu.” Jika ia bertanya, “Mengapa?”
Katakan kepadanya, “Utsman melarang para
sahabat untuk membe-lanya karena beberapa alasan yang terpuji: Karena ia
telah mengetahui dari sabda Rasulullah saw. bahwa ia akan terbunuh
secara zhalim dan Rasulullah saw. memerintahkannya agar bersabar.
Ketika para pemberontak mengepung
rumahnya maka ia yakin bahwa ia akan terbunuh. Karena apa yang dikatakan
Rasulullah saw. pasti akan menjadi kenyataan.
Kemudian ia telah berjanji untuk bersikap sabar maka ia pun menepati apa yang telah
ia janjikan. Jika ia meminta bantuan untuk menolongnya berarti bertentangan dengan
sikap sabar yang telah ia tekadkan.
Utsman mengetahui bahwa pada waktu itu
jumlah para sahabat sangat sedikit dan kelompok yang ingin membunuhnya
berjumlah lebih banyak. Jika ia mengizinkan mereka untuk memerangi
pemberontak tersebut tentunya banyaklah para sahabat yang akan menjadi
korban. Oleh karena itu ia membiarkan dirinya menjadi korban untuk
menyelamatkan sahabat yang lain. Ia adalah pemimpin dan pemimpin wajib
melindungi rakyatnya dengan segenap kemampuan. Di samping itu ia telah
mengetahui bahwa ia akan terbunuh sehingga ia dapat menyelamatkan mereka
semua.
Utsman mengetahui bahwa ini adalah sebuah
fitnah. Dan jika fitnah telah mengarah kepada penghunusan pedang maka
tidak ada jaminan bahwa orang-orang yang tidak berdosa tidak menjadi
korban. Utsman tidak meme-rintahkan sahabatsahabatnya untuk menghunus
pedang dalam fitnah ini. Ini juga merupakan tanda kasih sayang Utsman
kepada para sahabatnya. Memang benar, dalam fitnah ini harta terampas
dan kehormatan telah dirobek tetapi dengan begitu Utsman melindungi
semua para sahabatnya.
Utsman memilih untuk bersabar dan tidak
meminta pertolongan agar para sahabatnya menjadi saksi atas kezhaliman,
penentangan terhadap perintahnya dan penumpahan darahnya dengan tanpa
alasan yang benar. Karena orang-orang mukmin adalah saksi atas apa yang
terjadi di atas bumi, tetapi ia tidak suka darah kaum muslimin lainnya
tertumpah karena dirinya dan tidak menggantikan Rasulullah saw. memimpin
umatnya dengan menumpahkan darah seorang muslim. Demikianlah beliau
katakan. Utsman melakukannya karena udzur dan beliau berada di atas
kebenaran. Para sahabat juga dalam keadaan berudzur dan pembunuhnya
berada dalam keseng-saraan.
22. TESIS UNTUK MENGAMBIL GELAR
MASTER YANG DIAJUKAN KE JAMI’AH AL-ISLAMIYAH, BAGIAN TARIKH DAN SEJARAH
OLEH MUHAMMAD BIN ABDULLAH AL-GHABAN DENGAN JUDUL: ”FITNAH TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN RA.”
Sesungguhnya faedah terpenting yang saya dapatkan ketika menyusun pembahasan ini adalah:
1) Hadits shahih dari Rasulullah saw.
bahwa akan terjadi fitnah yang menyebabkan terbunuhnya Utsman bin Affan
ra. dan mengajak kaum mus-limin agar berpihak kepada Utsman ketika
fitnah tersebut terjadi. Beliau juga menerangkan waktu kejadian tersebut
dan menerangkan bahwa Utsman dan para sahabatnya berada di atas
kebenaran dan hidayah.
2) Rasulullah saw. telah
mengisyaratkan bahwa fitnah tersebut sangat besar sehingga beliau
menyebutkannya bersama peristiwa wafatnya diri beliau dan fitnah Dajjal.
Barangsiapa selamat dari fitnah tersebut maka sentosalah ia. Beliau
bersaksi bahwa pada waktu itu Utsman bin Affan ra. berada di atas
kebenaran, sabar terhadap kematian yang merenggut nyawanya dan beliau
bersaksi bahwa Utsman adalah seorang yang mati syahid lalu akan
berpindah ke surga dan kekal di dalamnya.
3) Rasulullah saw. telah mengabarkan
kepada Utsman bin Affan ra. Bahwa fitnah tersebut akan terjadi dan ia
akan diminta agar mengundurkan diri dari jabatan kekhalifahan. Kemudian
Rasulullah saw. memerintahkan agar ia jangan memenuhi permintaan
tersebut.
4) Nabi saw. menerangkan betapa
besarnya fitnah ini, barangsiapa selamat dari fitnah tersebut maka ia
akan sentosa, baik orang-orang yang hidup pada waktu terjadinya fitnah
tersebut maupun orang-orang yang hidup setelahnya. Adapun
keselamatan bagi orang-orang yang hidup
setelah fitnah tersebut adalah dengan tidak mendalami cerita tersebut
dengan cara yang batil.
5) Adapun beberapa aib Utsman yang
dinukil oleh beberapa buku, diantaranya ada berita yang sanadnya shahih
dari para pemberontak dan ada juga yang tidak shahih serta ada yang
sudah masyhur, namun aku tidak mengetahui sanadnya. Aibaib Utsman
terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, aib yang pada hakikatnya
merupakan keistimewaan beliau, kedua, kedustaan terhadap beliau dan ketiga,
merupakan hasil ijtihad beliau yang mendapat pahala.
6) Sesungguhnya sosok Ibnu Saba1
adalah sosok yang hakiki yang terdapat dalam riwayat-riwayat shahih yang
tidak hanya diriwayatkan oleh Saif bin Umar at-Tamimy, bahkan yang lain
juga meriwayatkannya dengan sanad yang shahih dan dha’if (lemah).
7) Wajib menghindar dari perbincangan
terhadap sikap Utsman terhadap fitnah tersebut. Karena Nabi saw. telah
memberinya petunjuk-petunjuk untuk menyikapi fitnah itu. Adapun berita
yang sampai kepada kita hanya sedikit sekali. Aqidah salaf di dalam
menyikapi perselisihan yang terjadi dikalangan para sahabat ialah tidak
memperbincangkannya kecuali jika muncul ahlu bid’ah yang mencela mereka
maka ketika itu wajib untuk membela mereka dengan kebenaran dan
keadilan.
8) Bahwa Allah SWT. tidak akan ridha
terhadap seorang hamba kecuali Dia telah mengetahui bahwa hamba tersebut
akan melaksanakan apa yang telah Dia ridhai. Sahabat telah mendapat
keridhaan dari Allah SWT.. Jika mereka wafat, maka wafat di dalam
kebaikan. Dan inilah yang terjadi.
9) Bahwa Utsman bin Affan ra. telah
berusaha dengan segenap ke-mampuan untuk meredakan fitnah tersebut sejak
para pemberontak datang, hingga beliau membukakan pintu dan masuklah si
pembunuh lantas mem-bunuhnya.
10) Bahwa para sahabat telah berusaha
membela Utsman pada hari dikepungnya rumah beliau, hanya saja beliau
melarang mereka dengan la-rangan yang sangat keras sehingga mereka tidak
dapat membela beliau, karena beliau adalah pemimpin mereka yang wajib
dipatuhi dan dilaksanakan perintahnya.
11) Para pemberontak tidak memerangi
Utsman kecuali setelah melihat bahwa para sahabat sudah putus asa untuk
mendapatkan izin membela beliau.
12) Sebab-sebab yang menjadi alasan Utsman untuk tidak memerangi para pemberontak ialah:
a)la mengetahui bahwa fitnah akan reda setelah ia terbunuh sebagaimana yang telah diberitakan Rasulullah saw. kepadanya.
(b)Ia tidak menginginkan bahwa ia menjadi orang pertama setelah Rasulullah saw.wafat yang menumpahkan darah umatnya.
(c) Perkiraannya bahwa pemberontak
tersebut hanya menginginkan dirinya. Jadi ia berfikir untuk
menyelamatkan kaum mukminin dengan mengorbankan dirinya.
(d) Melaksanakan hasil musyawarah beliau dengan Abdullah bin Salam agar ia mencegah tejadinya peperangan.
(e) Tidak terjadi peperangan yang sengit
di dalam rumah Utsman. Tetapi yang terjadi hanyalah kekacauan ringan
yang menyebabkan terlu-kanya al-Hasan bin Ali. Dan ia bawa keluar dari dalam rumah tersebut.
13) Bahwa di akhir hayatnya Utsman bin
Affan ra. bermimpi melihat Rasulullah saw. beserta Abu Bakar ra dan Umar
ra. seraya bersabda, “Ya Utsman berbukalah bersama kami.” Maka pada
pagi harinya Utsman berpuasa dan memerintahkan seluruh yang ada di dalam
rumah agar keluar lalu ia meletakkan mushaf di hadapannya lantas
menyuruh untuk membuka pintu dan mulai membaca al-Qur’an.
14) Maka masuklah seorang berkulit hitam
dari Mesir yang bergelar Jabalah karena warna tubuhnya yang hitam,
boleh jadi orang tersebut adalah Abdullah bin Saba’ si yahudi.
15) Tidak ada seorang sahabat pun yang
ikut andil dalam menentang Utsman bin Affan ra. apalagi membunuhnya.
Adapun riwayat yang menunjukkan bahwa mereka ikut andil dalam peristiwa
itu, sanadnya lemah.
16) Adapun riwayat-riwayat Muhammad bin
Umar al-Waqidi tentang fitnah terbunuhnya Utsman bin Affan ra. terdapat
banyak kebohongan yang menyelisihi
riwayat-riwayat yang shahih dan banyak
memutarbalikkan fakta tentang kasus fitnah tersebut, seolah-olah para
sahabat telah mengambil sikap yang salah dan
kelihatannya riwayat tersebut terpengaruh oleh pemahaman syi’ah.
17) Bahwa riwayat-riwayat Saif bin Umar
at-Tamimy tentang fitnah terbunuhnya Utsman bin Affan ra., merupakan
kumpulan dari berbagai riwayat yang sanadnya dihapus oleh Saif. Kemudian
ia meriwayatkannya dari beberapa jalur dari guru-gurunya dengan sanad
yang terkadang bersambung kepada empat orang syaikh. Namun semua riwayat
ini tidak terlepas dari celaan terhadap para sahabat serta menuduh
mereka dengan suatu yang tidak pernah mereka lakukan. Dan terkadang ada
riwayat adil yang menunjukkan sikap yang benar dari para sahabat.
781 Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/340 dan sesudahnya782 Ini adalah pernyataan yang dilontarkan oleh provokator untuk mempengaruhi orang banyak. Pada masa pemerintahan
Utsman jumlah gubernur mencapai sekitar empat puluh orang (lihat para gubernur yang menjabat di daerah Mesir pada masa
Khulafa’ Rasyidin oleh Dr. Abdul Aziz al-Umary. Pasal ke tiga). Yang ada hubungan famili hanya berjumlah lima orang yakni
sekitar 12,5 % adapun yang 87,5% lain tidak mempunyai hubungan famili dengan beliau. Beliau juga memecat sebagian
familinya sebagaimana memecat yang lainnya.
783 Penulis {al-Bidayah wan Nihayah) setelah itu menyebutkan dalam7/168-170, beberapa riwayat dari al-Waqidi dan Saif bin
Umaryang di dalamnya terdapat keganjilan.
Aku katakan, “Peranan Abdullah bin Saba’ dalam mengobarkan fitnah sangatjelas sekali. Banyak sekali nash-nash yang
menyebutkan tentang hal tersebut dan tentunya bukan hanya ia sendiri, namun ia termasuk salah seorang gembong yang menyulut
api fitnah dan juga aktif dalam menghasut jama’ah-jama’ah dan kelompok-kelompok untuk menentang dan berusaha merusak
syariat Islam serta memecah belah persatuan umat Islam. Mereka adalah orang-orang Yahudi, Nasrani, majusi dan orang-orang
munafik yang berpura-pura masuk Islam dan terus aktif mengobarkan fitnah dan menyulut permusuhan di kalangan kaum
muslimin. Tidak hanya Saif bin Umar saja yang menyebutkan Abdullah bin Saba’, bahkan banyak para ahli sejarah dan perawi
menyebutkan nama tersebut. Lihat rinciannya dalam hasil pembahasan Sulaiman al-‘Audah: Abdullah bin Saba’ dan peranannya
di dalam menyulut api fitnah pada awal perkembangan Islam, 53, 104. Fitnah setelah terbunuhnya Utsman bin Affan ra. oleh
Muhammad Abdullah al-Ghaban pada bagian sembilah dari babtambahan. Terbunuhnya Utsman bin Affan ra. *5e dan
peperangan jamal oleh Khalid Muhammad al-Ghaist, 75-86, 25-230.
784 Pada kitab asalnya tertulis Sa’id bin Amr. Ini merupakan kesalahan. Sebab Sa’id bin al-‘Ash adalah gubernur Kufah yang
diangkat oleh Utsman bin Affan ra. -4a dan telah tersiar khabar tentang perselisihan mereka dalam senat kegubernuran. Tarikh
al-Madlnah oleh Ibnu Syaibah, 3/1141, ath-Thabari dalam Tarikh, 4/314 dari jalur Saif bin Umar, 3/323 dari jalur al-Waqidi.
785 Tarikh ath-Thabari, 4/320.
786 Tarikh ath-Thabari, 4/320-325.
787 pada Tarikh ath-Thabari dari riwayat al-Waqidi, 4/325 hanya menyebutkan enam nama saja, tidak menyebutkan ‘Alqamah
bin Qais dan sha’sha’ digantikan dengan saudaranay Zaid bin Shuhan.
788 Kemudian menjasi gubernur di daerah Himsh.
789 Tarikh ath-Thabari, 4/322-326.
790 Jalan yang memisahkan antara kaum muslimin dan orang Romawi yang merupakan tempat berjihad. Yang diisyaratkan oleh
penulis adalah riwayat dari al-Waqidi (Ath-Thabari, 4/325).
791 Tarikh ath-Thabari, 4/326
792 Kebanyakkan gubernur yang diangkat Utsman bin Affan ra. adalah para sahabat, adapun yang dipecat hanya sebagian kecil
saja karena alasan yang benar. Dan sebagian lagi karena permintaan rakyat setempat. Sebelumnya Umar ra. juga pernah
memecat Saad bin Abi Waqqash karena permintaan penduduk setempat. Kemudian ia meminta udzur bahwa ia memecat
Saad bin Abi Waqqash bukan karena suatu kelemahan atau suatu pengkhianatan yang dilakukannya, tetapi dikarenakan
permintaan dari masyarakat setempat. Harapannya agar penduduk tersebut menjadi baik dan tidak punya alasan lain, lalu ia
dimasukkan Umar ra. ke dalam dewan syura untuk pemilihan khalifah.
793 Ath-Thabari dalam Tarikh, 4/333-332 dari jalur yang lemah tetapi dalam Shahih Muslim diisyaratkan bahwa mereka
melarang Sa’id bin al-‘Ash masuk ke Kufah setelah ia kembali dari Madinah pada hari Jar’ah, 4/2219, hal. 2793.
794 Penulis mencantumkan ucapan yang disandarkan kepada Amr bin al-‘Ash. Lihat al-Bidayah wan Nihayah, 7/167, aku melihat
bahwa ucapan tersebut mengandung lafazh-lafazh yang mungkar dan tidak bersambung. Adapun yang diriwayatkan oleh ath-
Thabari didalamnya terdapat perawi yang tidak diketahui siapa dia.
795 Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tarikhnya (4/335,342).
796 Ibrtu Jarir ath-Thabari dalam Tarikhnya (4/336).
797 Keterangan tambahan yang tidak terdapat pada asal kitab
798 Riwayat Ibnu Abi Dawud mengisyaratkan dalam penulisan mushaf (36) bahwa Utsman memerintahkan Ali untuk menemui
delegasi dari mesir tersebut di tempat yang bernama Juhfah, tetapi riwayat ini lemari karena di dalam sanadnya terdapat Utsman
bin Hisyam bin Dulham majhul. Yang benar adalah ketika orang-orang mesir tersebut sudah mendekati Madinah dan
mengetahui bahwa Utsman berada di luar kota Madinah yakni di kampungnya, mereka datang menemui beliau dan mendebatnya
dalam beberapa permasalahan lalu Utsman menjawabnya, sehingga mereka kembali dan puas dengan jawaban tersebut.
Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dala Mushannif, 15/25 dengan sanad yang shahih. Lihat buku Fitnah Maqtal Utsman, 123-
125.
799 Juhfah adalah sebuah kota tempat miqat penduduk Mesir dan Syam dan penduduk yang ada sejajar dengan tempat mereka.
letaknya sekitar 22 km dari Kota Rabigh (lihat Mu’jam al-Buldan, 2/111, Ma’alim Jighrafiyah fisirah karya ‘Atiq bin Ghaits al-
Balady hal 80) ini merupakan riwayat yang lemah sebagaimana yang tercantum dalam catatan kaki yang lalu. Yang benar
bahwa orang-orang yang dari Mesir menemui Utsman disebuah kampung yang terletak diluar kota Madinah untuk menga-dakan
pembicaraan tersebut dan Utsman memberikan kepada mereka penjelasan dan menerangkan kasus sebenarnya yang memuaskan
hati mereka.(lihat kitab Fitnah maqtal Utsman thesis Muhammad Abdullah al-Ghabban hal. 125).
800 Lihat kembali penjelasan tentang sebab beliau menyempurnakan shalat di Mina pada kejadian yang terjadi pada tahun 29
Hijriyah pada Pasal yang ke III.
801 Pada 7/171-173 penulis menyebutkan perkataan panjang yang sulit untuk diterima karena terdapat lafazh-lafazh yang
mungkar, Syazh dan mukhalafah.
802 Pemalsuan surat dengan mengatasnamakan para sahabat merupakan salah satu cara untuk membangkitkan gelombang
pemberontakan terhadap khalifah. Yang demikian itu tertera dalam sanad-sanad yang shahih sebagaimana yang tertera dalam
buku Tarikh Khalifah (169, 176). Mereka juga membangkang terhadap para gubemur di seluruh wilayah serta membesarbesarkan
setiap kesalahan lalu menyiarkannya ke tengah masyarakat dengan uslub yang berbeda. Begitu juga dengan
memperbanyak pengaduan kepada Khalifah tentang ulah gubernur mereka dan memintanya untuk memecat dan mengganti
gubernur tersebut.
803 Sebuah lembah yang berjarak sekitar satu malam perjalanan dari kota Madinah (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 2/372).
804 Suatu tempat yang berjarak beberapa mil dari Kota Madinah, letaknya di sebelah timur laut Madinah. pada tempat ini
terdapat Bandara Kota Madinah (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 2/223 dan Mu’jam Ma’alim Jughrafiyah).
805 Sebuah perkampungan masyhur yang berjarak sekitar 300 kemudian dari Kota Madinah (Yaqut, Mu’jam al-Buldan, 5/116
dan al-Balawy 290)
806 Tentang hal tersebut ath-Thabari menyebutkan dalam Tarikhnys, 4/348-350 dari jalur Saif bin Umarseorang guru-gurunya
yang tertera laknat para sahabat terhadap kelompok tersebut. Mereka berdalil dengan hadits yang dikeluarkan oleh al-Bukhari
dalam Shahihnya (4/97- Fathul Ban) dari hadits Anas <$& bahwa Nabi saw. bersabda, “Tanah Haram Madinah batasnya dari
sini ke sana. Tumbuhannya tidak boleh dipotong, tidak boleh berbuat jahat, jika ada yang berbuat jahat maka pelakuknya akan
dilaknat Allah SWT., Malaikat dan semua manusia.
807 Lihat Tarikh ath-Thabari, 4/350.
808 Tentang surat palsu Khalifah bin Khayyat dalam Tarikhnya (169) mengeluarkan satu riwayat dengan sanad yang perawinya
tsiqah. Dari kisah tersebut kerlihatan bahwa yang membuat surat palsu tersebut adalah para pemberontak itu sendiri, seperti
Ibnu Saba’ atau salah seorang temannya. Karena orang lain seperti Marwan -yang tertuduh memalsukan- tidak mempunyai
kepentingan apapun. Pemalsuan surat tersebut -sebagaimana yang kita ketahui- merupakan salah satu cara pemberontakkan
dan usaha agar orang-orang lain terlibat di dalamnya hingga tercapai apa yang mereka inginkan.
809 Ia adalah seorang sahabat yang bernama Amr bin Sufyan dikenal dengan kuniyah. Biografinya tertera dalam kitab al-
Ishabah (4/164).
810 Tarikh ath-Thabari(4/367). Sanadnya lemah karena mursaldan ‘an-‘anah.
811 Tarikh ath-Thabari(4/367) dengan sanad yang lemah dan matannya mungkar.
812 1 ini merupakan riwayat Saif bin Yusuf sebagaimana yang dikeluarkan oleh ath-Thabari dalam Tarikh, 4/353 juga dikuatkan
oleh riwayat ath-Thabari yang lain (4/367). Bahwa Jahjah al-Ghiffary mengambil tongkat dari tangan Utsman lalu
mematahkannya dengan memukulkan ke lutut beliau lalu membuangnya di tempat tersebut. Sanadnya shahih.
813 Ibnu Jarir tidak menyebutkan Thalhah sebagai salah seorang yang mengimami shalat ketika Utsman terkepung, beliau hanya
menyebutkan satu riwayat dari al-Waqidi (4/324) yaitu yang disebutkan penulis. Pada 4/354 beliau menyebutkan bahwa yang
mengimami shalat adalah pimpinan pemberontak al-Ghafiqy. Riwayat ini dari jalur Saif bin Umar.
814 Kabar ini bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Kitab Shalat pada Bab Imam maftun dan
mubtac//[2/188-Fatfiu/ Ban) di antara pertanyaan Ubaidillah bin Ady bin al-Khiyar yang diajukan kepada Utsman bin Affan ra.
■4a ketika beliau dikepung, “Anda adalah imam masyarakat dan anda telah melihat sendiri apa yang telah terjadi pada diri
anda, pemimpin fitnah telah mengimami shalat dan kami merasa kesulitan.” Utsman berkata kepadanya, “Mengerjakan shalat
adalah pekerjaan yang terbaik untuk dilaksanakan…” hadits. Jika salah seorang sahabat memimpin mereka shalat tentunya
Ubaidillah bin Ady tidak menamakannya pemimpin fitnah. Jadi yang mengimami shalat ketika Utsman dikepung
dan dilarang keluar rumah, adalah salah seorang dari pemberontak tersebut. Dalam riwayat Saif bin Umar disebutkan bahwa
namanya adalah al-Ghafiqy bin Harb.
815 Al-Musnad tahqiq Ahmad Syakir, 1/380 no 511 Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”
816 Sunan An-Nasa’i dalam Kitab al-Ahbas, 6/234.
817 Al-Musnad, 1/63 Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.” Sunan At-Tirmidzi pada Bab Hukuman untuk orang yang
murtad, 7/103. Pada asalnya sanad tersebut adalah Ishaq bin Sulaiman bin Muslim telah mengatakan kepada kami dan ia berkata,
“Maslamah telah mangabarkan kepada kami dan ia berkata dari Mutharrif… sanad ini merupakan sanad yang keliru dan yang
shahih adalah sebagaimana yang tertera dalam al-Musnad.
818 Al-Balath adalah lapangan yang terletak antara Masjid Nabawi dan rumah Utsman bin Affan ra. <$b.
819 Al-Musnad, 1/65. Ahmad Syakir, 468, berkata, “Sanadnya shahih.”
820 Sunan an-Nasa’ipada Bab Sesuatu yang menghalalkan darah seseorang, 7/92
821 Al-Miusnad, 1/59, Ahmad Syakir, 420, berkata,” Sanadnya shahih.”
822 Sunan an-Nasa’idalam Kitab al-Ahbas, 6/236.
823 Al-Musnad, 6/52. Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”(hal 407). Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam Sunamya,
pendahuluan, hal. 113 dari hadits Qais bin Abi Hazm dari ‘Aisyah ra.. Berkata di kitab Zawaid, “Sanadnya shahih dan para
perawi tsiqah.” Ibnu Hibban mengeluarkan dalam Shahifrnya sebagaimana dalam Mawaridazh-Zham’an (540), (2287) dari
hadits Qais dari ‘Aisyah ra.. Ibnu Saad mengeluarkannya dalam ath-ThabaqhatuI kubra (3/66). Dari hadits Qais bin Abi Hazm
dari Sahlah dengan hadits mursal.
824 Pada riwayat ini terdapat Ibnu Luhai’ah yang ketsiqahannya diperselisihkan. Ibnu Hajar berkata dalam at-Taqrib (319):
“Shaduq Ikhthalatha.” Dan Yazid bin Amr al-Mu’afiri shaduq {at-Taqrib 604). Abu Tsaur al-Fahamy -bukan al-Qaimy
sebagaimana yang tertera dalam kitab asal- Ibnu Hatim menyebutkan biografinya dalam kitab al-Jarh wat Ta’dil(9/351) dan
berkata, “Penduduk Mesir pernah mendengar dari Rasulullah saw. .” Abu Zur’ah berkata, “la seorang sahabat” Ya’qub bin
Sufyan menyebutkan dalam Tsiqat at-Tabi’in dari penduduk Mesir {al-Ma’rifatu wat-Tarikh 2/487).
825 ” Al-Ma’rifatu wat-Tarikh (2/388) yang keliru dalam mencetak sanad tersebut dalam buku al-Bidayah wan Nihayahyakni
Yahya bin Abdullah bin Bukair tertulis abdullah bin Abi Bukair.
871 jilid ke lima, 1978-1983. Tahqiq Dr. Abdullah bin Umar Ad-Dumaijy.
870 Ibnu Asakir dalam Tarikh dimasyq, 11/433.
826 Ini merupakan pendapat mayoritas Ahli sejarah, namun yang mempunyai sanad shahih dan sesuai dengan hitungan falak,
bahwa Utsman terbunuh pada hari Jumat tanggal 12 Dzul Hijjah. Ath-Thabaqat al-Kubra (3/79), Mushannaflbnu Syaibah,
15/230. Musnad Imam Ahmad, 2/10 tahqiq Ahmad Syakir dan ia menshahihkannya. Lihat keterangan tambahan tentang
terbunuhnya Utsman oleh Dr. Muhammad Abdullah al-Ghaban (189 dan seterusnya).
827 Lihat Thabaqat Ibnu Saad, 3/70-71 dengan sanad-sanand yang shahih.
828 Lihat Thabaqat Ibnu Saad, 3/70 dengan sanad-sanand yang shahih.
829 Najdah bin Amir al-Hanafi salah seorang pemimpin Khawarij al-Harury, ia memberontak setelah meninggalnya Yazid bin
Mu’awiyah dan mendatangi Ibn az-Zubair di Makkah. Ia berwukuf dengan teman-temannya secara terpisah pada hari arafah.
Pada saat itu manusia merasa sangat khawatir akan terjadinya perang pada musim haji, namun Allah SWT. Maha Penyelamat
(Tarikh ath-Thabari, 6/138-139. Tarikh Islam, 3/260. LisanulMizan, 6/148. Lihat Nasab Qurasykarya az-Zubairi, 102.
830 Pada buku asli tertulis “ad-Dary”. Koreksian didapat dari buku Takhrlj nash
831 Dikeluarkan oleh al-Lalika’i pada Syarh Ushull’tiqadAhlisSunnah (7/1354) dari jalur ini. Hakim dalam al-
Mustadrak(3/103) ia berkata, “Sanad hadits ini shahih tetapi tidak dikeluarkan oleh al-Bukhaari dan Muslim. Pendapat Hakim
dlsepakati oleh adz-Dzahaby sebagaimana yang dikeluarkan oleh Ibnu Asakir Dalam Tarikh Kota Damaskus, 11/353 dalam
bentuk manuskrip. Aku katakan atsar ini mempunyai saksi yang memperkuatnya. Di antaranya hadits Kasir bin ash-Shalat,
dikeluarkan oleh al-Lalika’i dalam buku Syarh Ushul’ I’tiqadAhlis Sunnah (7’/1355) dan Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat,
3/75. Unat al-Musnad, 1/72-73. Haitsmy dalam Majma’ az-Zawaid, 9/96, lihat Muhammad al-Ghabban fitnah terbunuhnya
Utsman bin Affan ra., 169.
832 Berita dari Katsir dikeluarkan oleh Ibnu Asakir (11/353) dari jalur ini. Dikeluarkan oleh Ibnu Saad dalam ath-Thabaqat al-
Kubra (3/75) dan al-Lalikai dalam Syarh UshulI’tiqadAhlis Sunnah (7/1355) melalui jalur yang lain.
833 Ibnu Asakir Tarikh Kota Damaskus (11/352) dalam bentuk manuskrip
834 MusnadAhmad‘(526) Syaikh Ahmad Syakir berkata, “Sanadnya shahih.”
835 Lthat Tarikh ath-Thabari, 4/416.
836 Yang disebutkan penulis adalah pedapat jumhur. Ibnu Asakir menyebutkan dua pendapat yang lain dari Ibnu Ishaq, pada
hari Senin dan pada hari Rabu. Pendapat jumhur adalah pendapat yang rajih (lihat terbunuhnya Utsman karya Muhammad
al-Ghaban).
837 Tarikh ath-Thabari, 4/416.
838 Az-Zubairy, Nashab Quraisy, 101.
839 Tarikh ath-Thabari, 4/416 dan ia meriwayatkan dari asy-Sya’bi dan Iain-Iain. Ini adalah pendapat yang rajih mengenai waktu
terbunuhnya adapun tanggal terbunuhnya yang rajih adalah pada tanggal 12 Dzuhijjah tahun 35 Hijriyah. Sebagaimana
yang telah lalu penjelasannya
840 Husyi: Kebun, Kaukab: Seorang lelaki dari Anshar yang kebunnya dibeli Utsman dan beliau tambah di Baqi’ hingga tempat
tersebut dinisbatkan kepadanya. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti’ab, 3/1048. Lihat al-Ishabah,
5/626.
841 Al-Isti’ab, 3/1048
842 Kcnteks seperti ini disebutkan oleh ath-Thabari dalam Tarikhnya, 4/389-391 dengan sedikit perbedaan. Al-Hafizh Ibnu Katsir
menyebutnya secara ringkas. Lihat nash-nash dengan arti yang sama yang di cantumkan oleh Ibnu Asakir dalam Tarik/mya,
11/362-367 dalam bentuk manuskrip.
843 Watssab: Maula Utsman, disebutkan oleh Abi Hatim dalam al-Jarh wat Ta’dil, 9/48, dia berkata, “Diriwayatkan oleh al-Hasan
al-Bashri.” Tanpa menyebutkan jarh (celaan) atau tetf/7(pujian).
844 Tarikh Khalifah, 170.
845 Tarikh Khalifah, 147 dengan sanad yang lalu. Lihat ThabaqatIbnu Sa’ad, 3/72.
846 Tarikh Dimasyq, 11/365 dari jalur al-Waqidi. Lihat Thabaqat Ibnu Saad, 3/73.
847 Lihat Tarikh Khalifah, 175. Ia mengeluarkannya melalui dua jalur yang salah satu sanadnya shahih.
848 Lihat ucapan ini di Tarikh ath-Thabari, 4/392 dari irwayat Saif bin Umar dari guru-gurunya.
849 Al-Ajurri Kitab Syariah, 4l\<i<}l.
850 At-Tirmidzi mengeluarkan dalam Sunamya dalam Kitab a/-Manaqibbab Manaqib Saad bin Abi Waqqash, 5/649.
851 Tarikh Dimasyq, 11/387 dalam bentuk manuskrip.
852 Ath-habaqat al-Kubra, 3/83
853 Demikianlah apa yang dikatakan penulis dan aku belum mendapatinya dalam Shahih al-Bukhari.
854 Juz al-Hasan bin Arafah, 45, (?/7) sanad terputus antara Qatadah dan Abu Musa.
855 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/80.
856. Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/80.
857 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/388 manuskrip
858 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/388 manuskrip. Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/82.
859 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/390 manuskrip dari jalur yang banyak.
860 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/389 manuskrip. Lihat Thabaqat Ibnu Sa’ad, 3/82.
861 Lihat jalur-jalur tersebut di Tarikh Dimasyq, 11/387-294 (satu nuskhah dari perpustakaan azh-Zhahiriyah).
862 Lihat jalur-jalur tersebut di Tarikh Dimasyq, 11/387-294.
863 Al-Ma’rifah wat Tarikh, 3/118 dengan sedikit perbedaan lafazh. Umair bin Rudzy Abu Katsirah. Ibnu Abi Hatim
menyebutkan dalam bukunya Jarh wat Ta’dil, 6/376 dan ia berkata, “Diriwayatkan dari Ali dan meriwayatkan darinya Majalid
bin Sa’id.” Lihat Tarikh Dimasyq, 11/400.
864 Ibnu Asakir Tarikh Dimasyq, 11/404
865 Tarikh Khalifah, 176, ath-Thabaqat al-Kubra, 3/82. Dengan sanad menurut ketetapan al-Bukhari dan Muslim.
866 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/82.
867 Ath-Thabaqat al-Kubra, 3/82 dengan perawi yang terpercaya. Lihat Tarikh Khalifah, 176.
868 Ibnu Asakir, Tarikh Oimasyq, 11/409.
869 Ibnu Asakir, Tarikh Dimasyq, 11/409.
Post a Comment