ANTARA KILANG CILACAP DAN IPO ARAMCO
Moelis & Co di tunjuk sebagai
penasehat investasi untuk IPO Saudi Aramco. Berita IPO ini mengejutkan
dunia. Perjalanan kenegaraan Raja Salman ke Indonesia, Malaysia , Jepang
dan China adalah dalam rangka IPO itu. Karena ini merupakan pelepasan
saham terbesar di dunia dengan kapitalisasi ARAMCO di harapkan mencapai
USD 2 trilion. Moelis & Co adalah perusahaan boutique investment
yang didirikan oleh konglomerat Yahudi Kenneth D. Moelis tahun
2007 dan kemudian memindahkan markas ASIA nya ke Beijing. Sekarang
apakah itu Saudi Aramco ? Ini adalah perusahaan minyak yang awalnya
bernama Standard Oil Company of California (SOCAL) yang mendapat
konsesi minyak di Timur tengah tahun 1930. Ketika awal beroperasi,
Perang Dunia II pecah, dan Presiden Roosevelt berusaha untuk
menasionalisasi SOCAL namun digagalkan oleh Kongress karena lobby
Yahudi. Kemudian SOCAL melibatkan Texaco yang kemudian menjadi CALTEX. Untuk memperluas operasi bisnis minyak tersebut , bergabung lagi perusahaan Standard Oil of New Jersey ( Exxon) dan Standard Oil of New York ( Mobil). Aliansi ini disebut dengan Arab America Corporation (ARAMCO). Kemudian tahun 1988 bermetamorfosir menjadi bagian Saudi Aramco , BUMN Arab Saudi. Atau tepatnya sebagai subsidiary company dari Saudi Aramco yang menguasai hulu dan hilir.
Minyak bukan lagi produk strategis sejak ditemukannya energy alternatif, seperti shale gas. Sebagai solusi , diperlukan restrukturisasi bisnis atau Saudi Aramco akan bangkrut karena waktu. Rencana bisnis kedepan adalah melakukan diverifikasi investasi, dengan sumber dana melalui pelepasan saham ke publik. Sehingga porsi Business kelak tidak lagi 100% tergantung kepada minyak. Lantas kemana arah diversikasi investasi hasil IPO itu? Pertama adalah mendukung mitra strategis yang berhubungan dengan peningkatan kinerja perusahaan. Caranya ? menciptakan aliansi dengan net importir minyak dunia ( market off-taker) yaitu Jepang, China, Indonesia, dan AS. Maklum bahwa ikatan dengan market off taker dalam jangka panjang akan menjaga secure nilai saham Saudi Aramco. Kedua membangun financial network sebagai vehicle melakukan leverage dalam rangka pembiayaan diversifikasi bisnis. Walau hanya 5% saham Saudi Aramco di lepas dengan nilai diperkirakan USD 100 miliar namun kapitalisasinya menjadi US 2 trilion. Ini dapat di leverage sampai mencapai USD 4 trilion. Dengan kekuataan resource sebesar itu, Saudi Aramco akan menjadi Dinasaurus melahap apa saja demi kepentingan Arab Saudi Vision 2030. di perkirakan dapat melipat gandakan GNP Saudi.
Minyak bukan lagi produk strategis sejak ditemukannya energy alternatif, seperti shale gas. Sebagai solusi , diperlukan restrukturisasi bisnis atau Saudi Aramco akan bangkrut karena waktu. Rencana bisnis kedepan adalah melakukan diverifikasi investasi, dengan sumber dana melalui pelepasan saham ke publik. Sehingga porsi Business kelak tidak lagi 100% tergantung kepada minyak. Lantas kemana arah diversikasi investasi hasil IPO itu? Pertama adalah mendukung mitra strategis yang berhubungan dengan peningkatan kinerja perusahaan. Caranya ? menciptakan aliansi dengan net importir minyak dunia ( market off-taker) yaitu Jepang, China, Indonesia, dan AS. Maklum bahwa ikatan dengan market off taker dalam jangka panjang akan menjaga secure nilai saham Saudi Aramco. Kedua membangun financial network sebagai vehicle melakukan leverage dalam rangka pembiayaan diversifikasi bisnis. Walau hanya 5% saham Saudi Aramco di lepas dengan nilai diperkirakan USD 100 miliar namun kapitalisasinya menjadi US 2 trilion. Ini dapat di leverage sampai mencapai USD 4 trilion. Dengan kekuataan resource sebesar itu, Saudi Aramco akan menjadi Dinasaurus melahap apa saja demi kepentingan Arab Saudi Vision 2030. di perkirakan dapat melipat gandakan GNP Saudi.
Kendala serius Arab Saudi Vision 2030.
Teman saya seorang banker di Hong Kong mengatakan bahwa ada kendala serius Saudi. Apa itu ? Pertama,
rencana IPO di bayang bayangi tidak mudahnya menarik mitra strategis ,
khususnya Indonesia dan China. Mengapa ? Karana China sudah terikat
aliansi dengan Iran dan Rusia. Sehingga agak sulit terjadi aliansi
permanen. Kecuali case by case. Dengan Indonesia juga agak sulit karena
Indonesia sudah lebih dulu berhubungan dengan Iran dan Rusia dalam
proyek refinery dan trading. Walau Indonesia membuka peluang besar untuk
investasi di bidang infrastruktur. Namun Arab lebih focus kepada
business oil dan gas. Dan itu adalah kemitraan permanen dengan
Indonesia. Ini tidak mudah. Kecuali case by case. Apalagi Rusia
dan Iran sudah teken perjanjian dengan Pertamina untuk pembangunan
kilang. Tapi Arab Saudi nampak yakin bisa merangkul Indonesia dan meng
eliminate Iran dan Rusia melalui kedekatannya dengan elite politik Islam
di Indonesia. Sebagai langkah awal Saudi akan mempercepat pembangunan
proyek JV dengan Pertamina dalam revitalisasi kilang cilacap. Di
perkirakan tahun 2021 udah selesai. Juga membeli saham Petronas yang
sedang terjepit. Petronas akan digunakan sebegai pintu masuk pasar
retail Indonesia. Ya karena Petronas sudah punya izin beroperasi di
Indonesia.
Kedua, apakah
IPO hanya Saudi Aramco sebagai pemilik Cadangan ataukah hanya
subsidiary company yang menguasai upstream dan downstream? Ataukah
pemilik cadangan termasuk susbidiary company ? Kalau hanya sebagai
pemilik cadangan, rasanya itu sama saja privatisasi sumber daya
nasional. Rasanya tidak mungkin Saudi mau melepas kepemilikan
cadangannya dalam IPO. Kalau hanya subsidiary company yang masuk IPO,
maka tidak akan secure di mata investor. Karena nasip subsidiary
company tergantung dari bsinis minyak yang harganya cenderung turun.
Apalagi bukan rahasia umum bahwa "pemilik saham" dari subsidiary company sebagian besar adalah proxy dari pemilik sebenarnya yang berencana cut loss dari bisnis minyak. Apabila dalam IPO, kepemilikan cadangan termasuk susbidiary company juga akan sama rumitnya dengan melepas kepemilikan cadangan. Rencana capitalisasi USD 2 trilion tidak akan tercapai atau bisa saja namun harga akan di bawah itu.
Ketiga , sebelumnya Saudi ARAMCO menjadi perusahaan tertutup. Namun bila sudah IPO maka tentu harus terbuka kepada publik. Mungkinkah? Maklum Saudi Aramco walau dimiliki negara namun sejatinya bisnis keluarga kerajaan yang melibatkan sophisticated partners yang undisclosed. Siapkah ini di buka ? Kalau tidak transfarance maka akan mengurangi minat Investor membeli saham Saudi Aramco.
Ketiga , sebelumnya Saudi ARAMCO menjadi perusahaan tertutup. Namun bila sudah IPO maka tentu harus terbuka kepada publik. Mungkinkah? Maklum Saudi Aramco walau dimiliki negara namun sejatinya bisnis keluarga kerajaan yang melibatkan sophisticated partners yang undisclosed. Siapkah ini di buka ? Kalau tidak transfarance maka akan mengurangi minat Investor membeli saham Saudi Aramco.
Keempat, rencana diversifikasi di bidang bisnis lainya di luar
minyak juga tidak mudah. Atau tepatnya terlalu berambisi. Mengapa ?
Apakah mereka mampu bersaing dengan Samsung dalam bisnis elektronik?
Dengan Apple dalam business model yang bertumpu pada kekuatan
design dan supply chain ? Dengan China sebagai produsen beragam indusry
? Dengan AS sebagai penghasil software? Atau bagaimana bersaing sebagai
lokomotive investasi di bursa global dengan Berkshire Hathaway?
Mereka semua sudah punya akar terlalu dalam di bidang bisnisnya dan
punya budaya yang kokoh untuk unggul dalam putaran waktu.Dan Saudi hanya
mengandalkan uang untuk melawan mereka ? Kalau di paksakan, itu akan
jadi kubangan kegagalan dan frustrasi.
Tapi setidaknya bila Saudi berhasil bergandengan tangan dengan Indonesia sebagai mitra permanen. Itu akan jadi kekuatan luar biasa dan saham Saudi Aramco akan exciting. Saudi butuh Indonesia untuk IPO dan diversifikasi. Bagaimana sikap Indonesia seharusnya ? Semoga Pemerintah Jokowi dapat memainkan kartu dengan cantik , baik dalam bargain politik menjinakkan kelompok Islam radikal di Indonesia. Juga dapat bargain untuk mendapatkan term yang exciting dalam kemitraan investasi kepada Iran atau Rusia atau Arab. Dan terakhir, tetaplah pegang kartu dengan China, karena ingat di balik aksi Saudi adalah Moelis & Co dan bukan rahasia umum di kalangan banker bahwa Moelis & Co wajah lain dari China itu sendiri. Ia bagaikan proxy China..
Tapi setidaknya bila Saudi berhasil bergandengan tangan dengan Indonesia sebagai mitra permanen. Itu akan jadi kekuatan luar biasa dan saham Saudi Aramco akan exciting. Saudi butuh Indonesia untuk IPO dan diversifikasi. Bagaimana sikap Indonesia seharusnya ? Semoga Pemerintah Jokowi dapat memainkan kartu dengan cantik , baik dalam bargain politik menjinakkan kelompok Islam radikal di Indonesia. Juga dapat bargain untuk mendapatkan term yang exciting dalam kemitraan investasi kepada Iran atau Rusia atau Arab. Dan terakhir, tetaplah pegang kartu dengan China, karena ingat di balik aksi Saudi adalah Moelis & Co dan bukan rahasia umum di kalangan banker bahwa Moelis & Co wajah lain dari China itu sendiri. Ia bagaikan proxy China..
https://culas.blogspot.com/2017/02/arab-saudi-indonesia.html
Post a Comment