S400 BUKAN UNTUK DISIMPAN DI GUDANG KATA ERDOGAN
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan keras bahwa mereka membeli sistem rudal Rusia, S-400, untuk digunakan. Pernyataan keras Erdogan itu muncul beberapa bulan usai perdebatan antara Turki dengan sekutu NATO, khususnya AS.
Washington mengkritik pembelian sistem rudal buatan Rusia itu, yang disebut menjadi ancaman terhadap pertahanan negara-negara NATO. "Kami membeli S-400 tidak hanya untuk disimpan di gudang. Kami akan menggunakannya apabila dibutuhkan. Ini adalah sistem pertahanan," kata Erdogan, Selasa (12/6/2018). "Apa yang akan kami lakukan terhadapnya jika tidak menggunakan sistem pertahanan ini?" lanjutnya dilansir Daily Express.
Erdogan menambahkan, tujuan lain Turki membeli sistem pertahanan dari Rusia itu adalah agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap pasokan persenjataan dari AS. "Apakah kami masih akan bergantung pada AS? Saat kami meminta kepada mereka selama bertahun-tahun, jawaban yang mereka berikan kepada kami adalah bahwa kongres tidak mengizinkan," ujar dia. Dan saat AS belum dapat memenuhi permintaan Turki, Rusia memberikan tawaran S-400 yang dianggap cukup memikat. "Terkait pinjaman, mereka juga menawarkan persyaratan pinjaman yang cukup menarik," tambah Erdogan.
Kongres AS telah mengangkat kasus S-400 ini dan pihak senat segera melakukan pemungutan suara untuk rancangan undang-undang yang menyerukan pemberian sanksi untuk setiap pembelian sistem rudal udara Rusia itu. Rancangan UU tersebut juga akan mengklaim penjualan serta mengiriman jet tempur canggih F-35 yang awalnya diperkirakan tiba di Turki pada 21 Juni. AS mengancam akan menangguhkan pengiriman jet tempur itu hingga diputuskan menghapus Turki dari program kerja sama produksi F-35. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy mengklaim bahwa rancangan undang-undang tersebut bertentangan dengan semangat aliansi dengan AS.
"Ankara tidak akan tinggal diam jika Washington menghentikan pengiriman jet tempur," kata Aksoy. "Itu bukan semata-mata program milik AS, melainkan program multinasional dan kami harap semua pihak dapat memenuhi kewajiban mereka," tambahnya. Ditambahkan Erdogan, AS berkewajiban untuk tetap mengirimkan jet tempur tersebut karena Turki sudah membayar 800 juta dolar AS (lebih dari Rp 11 triliun) untuk pesawat tersebut.
Turki mengungkap alasan mengapa mereka akhirnya membeli sistem pertahanan udara buatan Rusia, dan bukan sistem pertahanan buatan Amerika Serikat (AS) atau negara anggota NATO lainnya. Ankara menyatakan, hanya Rusia yang bersedia untuk menjual sistem pertahanan udara mereka kepada Turki.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menyatakan, keputusan Ankara membeli S-400 Rusia adalah karena AS dan negara anggota NATO lainnya menolak menjual persenjataan canggih ke Turki.
"Kami sangat membutuhkannya, karena kami tidak memiliki sistem pertahanan udara. Kami bahkan memiliki masalah dengan membeli senapan sederhana dari AS, karena kekhawatiran Kongres. Kami harus membelinya dari orang lain," ucap Cavusoglu, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (11/3).
AS diketahui kesal dengan Turki karena memutuskan untuk membeli S-400 Rusia. Washington bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Turki karena membeli sistem pertahanan udara tersebut.
Menanggapi ancaman sanksi, Cavusoglu telah menegaskan bahwa pihaknya tidak takut dengan hal itu. Cavusoglu justru melemparkan ancaman balik, dengan menyatakan Turki akan memberikan respon yang sesuai jika sanksi itu jadi dijatuhkan.
"Jika AS ingin menghukum Turki dengan sanksi, Turki akan bereaksi dengan cara lain, tidak seperti Rusia atau negara lainnya. Kami akan merespon. Anda tidak dapat mengancam Kami. AS mengancam banyak negara mengatakan 'Jangan membeli gas dari satu atau negara lain. ' Itu tidak berhasil terhadap kami," ungkapnya.
Washington mengkritik pembelian sistem rudal buatan Rusia itu, yang disebut menjadi ancaman terhadap pertahanan negara-negara NATO. "Kami membeli S-400 tidak hanya untuk disimpan di gudang. Kami akan menggunakannya apabila dibutuhkan. Ini adalah sistem pertahanan," kata Erdogan, Selasa (12/6/2018). "Apa yang akan kami lakukan terhadapnya jika tidak menggunakan sistem pertahanan ini?" lanjutnya dilansir Daily Express.
Erdogan menambahkan, tujuan lain Turki membeli sistem pertahanan dari Rusia itu adalah agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap pasokan persenjataan dari AS. "Apakah kami masih akan bergantung pada AS? Saat kami meminta kepada mereka selama bertahun-tahun, jawaban yang mereka berikan kepada kami adalah bahwa kongres tidak mengizinkan," ujar dia. Dan saat AS belum dapat memenuhi permintaan Turki, Rusia memberikan tawaran S-400 yang dianggap cukup memikat. "Terkait pinjaman, mereka juga menawarkan persyaratan pinjaman yang cukup menarik," tambah Erdogan.
Kongres AS telah mengangkat kasus S-400 ini dan pihak senat segera melakukan pemungutan suara untuk rancangan undang-undang yang menyerukan pemberian sanksi untuk setiap pembelian sistem rudal udara Rusia itu. Rancangan UU tersebut juga akan mengklaim penjualan serta mengiriman jet tempur canggih F-35 yang awalnya diperkirakan tiba di Turki pada 21 Juni. AS mengancam akan menangguhkan pengiriman jet tempur itu hingga diputuskan menghapus Turki dari program kerja sama produksi F-35. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy mengklaim bahwa rancangan undang-undang tersebut bertentangan dengan semangat aliansi dengan AS.
"Ankara tidak akan tinggal diam jika Washington menghentikan pengiriman jet tempur," kata Aksoy. "Itu bukan semata-mata program milik AS, melainkan program multinasional dan kami harap semua pihak dapat memenuhi kewajiban mereka," tambahnya. Ditambahkan Erdogan, AS berkewajiban untuk tetap mengirimkan jet tempur tersebut karena Turki sudah membayar 800 juta dolar AS (lebih dari Rp 11 triliun) untuk pesawat tersebut.
Turki mengungkap alasan mengapa mereka akhirnya membeli sistem pertahanan udara buatan Rusia, dan bukan sistem pertahanan buatan Amerika Serikat (AS) atau negara anggota NATO lainnya. Ankara menyatakan, hanya Rusia yang bersedia untuk menjual sistem pertahanan udara mereka kepada Turki.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu menyatakan, keputusan Ankara membeli S-400 Rusia adalah karena AS dan negara anggota NATO lainnya menolak menjual persenjataan canggih ke Turki.
"Kami sangat membutuhkannya, karena kami tidak memiliki sistem pertahanan udara. Kami bahkan memiliki masalah dengan membeli senapan sederhana dari AS, karena kekhawatiran Kongres. Kami harus membelinya dari orang lain," ucap Cavusoglu, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (11/3).
AS diketahui kesal dengan Turki karena memutuskan untuk membeli S-400 Rusia. Washington bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Turki karena membeli sistem pertahanan udara tersebut.
Menanggapi ancaman sanksi, Cavusoglu telah menegaskan bahwa pihaknya tidak takut dengan hal itu. Cavusoglu justru melemparkan ancaman balik, dengan menyatakan Turki akan memberikan respon yang sesuai jika sanksi itu jadi dijatuhkan.
"Jika AS ingin menghukum Turki dengan sanksi, Turki akan bereaksi dengan cara lain, tidak seperti Rusia atau negara lainnya. Kami akan merespon. Anda tidak dapat mengancam Kami. AS mengancam banyak negara mengatakan 'Jangan membeli gas dari satu atau negara lain. ' Itu tidak berhasil terhadap kami," ungkapnya.
Post a Comment