JEJAK BUSUK HTI DIBALIK BENDERA TAUHID


Fitnah Fitnah AkhirZaman yang diakukan Hizbut Tahrir juga HTI ada pada tulisan tulisan sebelumnya, kali ini ulasan dari Ibu Dina Sulaeman yang menyimpan juga jejak jejak busuk HTI


Oleh Ibu Dina Sulaeman :


Sejak awal perang Suriah (2012), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) amat gencar mempropagandakan berita tentang ‘kekejaman rezim Assad’ yang penuh nuansa kebencian pada penganut mazhab Syiah (dengan berbekal foto-foto hoax). Dengan penuh semangat, di medsos, web, maupun pengajian, mereka umumkan: khilafah sebentar lagi berdiri di Suriah.

Padahal, di media internasional, nama Hizbut Tahrir tak banyak disebut. Kita di Indonesia tahu bahwa anggota Hizbut Tahrir ikut bertempur di Suriah karena cerita-cerita orang HTI sendiri.
Tokoh HT asal Suriah yang tinggal di Libya pernah curhat karenanya. “Baba mengkritik media Arab dan Barat yang mengabaikan keberadaan Hizbut Tahrir dan menutup perannya. Baba mengatakan kepada Al-Akhbar, Hizbut Tahrir telah ada di Suriah sejak lama dan telah menjadi target pelarangan rezim Baath,” demikian ditulis dalam berita yang dirilis situs HTI.[1]

HT berbeda dengan Ikhwanul Muslimin yang rekam jejaknya jelas pernah melakukan pemberontakan bersenjata terhadap Rezim Assad tahun 1982, dan berupaya mengulanginya sejak 2011 dengan backing dari Turki, Qatar, AS, dll.

Tapi, di Indonesia, aktivis HT sangat ‘berisik’ soal Suriah, tak jauh beda dengan rekan sejalan-tak sepemikiran mereka, Ikhwanul Muslimin (yang menjelma jadi partai anu).
Situs mediaumat.com menulis, “Hizbut Tahrir memobilisasi para pejuang Islam di sana untuk menandatangani Mitsaq al-‘Amal li Iqamati al-Khilafah. Hizbut Tahrir juga telah menyiapkan RUUD Negara Khilafah yang siap kapan saja diterapkan. Hizbut Tahrir juga telah mempersiapkan para aktivis terbaiknya untuk menjalankan roda pemerintahan.”
Siapa pejuang alias mujahidin yang dimaksud oleh HT?
Tidak jelas, tidak pernah ada deklarasi terbuka, HT berpihak kepada siapa. Indikasi awal yang saya temukan adalah situs HT Inggris memuat utuh wawancara majalah Time dengan pejabat resmi Jabhah Al Nusrah.

Lalu pada 2013, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Ismail Yusanto mengakui, Hizbut Tahrir pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok mujahidin yang ada di Suriah, termasuk dengan Al Nusra.
Siapa Al Nusra? Al Nusra adalah ‘keturunan’ Al Qaida, didirikan oleh tokoh Al Qaida, Abu Mohammad al-Julani; dan masuk dalam daftar teroris internasional. Aksi-aksi mereka memang sangat berbau teror, mulai dari pengeboman, bom bunuh diri, pembantaian massal, dll.
Setelah Al Nusra resmi masuk daftar organisasi teroris internasional, situs HTI memberikan ‘endorsment’ pada kelompok sadis Ahrar al Sham, yang sebenarnya juga masih ‘bersepupu’ dengan Al Qaida. Ahrar al Sham punya bendera sendiri, tapi terkadang juga mengibarkan bendera khas HT.
Padahal HT dulu didirikan di Palestina dengan alasan ingin melawan penjajahan Israel. Tapi di Suriah, mendadak HT gagal paham, melupakan fakta geopolitik bahwa Suriah adalah negara Arab terakhir yang menolak berdamai dengan Israel. Suriah ikut dalam 3 kali perang Arab-Israel (1967, 1973,1982).

Kesalahan identifikasi ini menunjukkan bahwa cara berpikir mereka masih doktrinal (bukan pemikiran kritis). Hizbut Tahrir adalah ormas transnasional, boss besarnya ada di luar negeri, entah dimana. Ketika boss di luar sana menginstruksikan untuk membenci dan menyerang, itu pula yang mereka lakukan.

Doktrin ditaruh di atas segalanya, melupakan data dan analisis kritis. Miris sekali mengingat bahwa anggota HTI banyak yang sarjana, bahkan doktor.

Begitu juga soal bendera. Mereka mengklaim bahwa bendera yang mereka kibarkan (dan menjadi simbol HT) adalah ‘bendera Rasulullah’ atau ‘bendera tauhid’.
Padahal, jenis huruf yang dipakai di bendera itu belum dikenal pada masa Rasulullah. Kalau Anda pelajari manuskrip-manuskrip Quran kuno era khulafa’ur rasyidin, Anda akan temukan bahwa Quran zaman dulu hurufnya masih kaku dan polos, tanpa titik dan syakal.

Yang tak bisa ditutup-tutupi, bendera khas HTI digunakan oleh milisi-milisi bersenjata di Suriah. Al Qaida juga mengibarkan bendera serupa. Di balik bendera (diklaim sebagai bendera ‘tauhid’), mereka menyembunyikan jati diri. Berusaha memberi kesan bahwa jalan yang mereka tempuh sesuai dengan ajaran Rasulullah. Yang menentang mereka disamakan dengan menentang Islam/Rasulullah.
Mereka mengaku mengusung Islam Rahmatan lil Alamin, tapi dengan berbekal berita hoax mereka sebarkan narasi kebencian yang sangat masif di Indonesia.

Mereka menyebut pemerintah Indonesia sebagai rezim thaghut yang harus diganti dengan khilafah. Lalu, bagaimana cara menggantinya?

Suriah menjadi bukti bahwa upaya penggantian sebuah rezim demokratis menjadi khilafah versi HT ternyata harus melalui proses penghancuran dan perang. Pada Januari 2013, Hafidz Abdurrahman, Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI, menyatakan, proses berdirinya khilafah di Suriah bisa dipercepat dengan “…melumpuhkan kekuasaan Bashar. Bisa dengan membunuh Bashar, seperti yang dilakukan terhadap Qaddafi, atau pasukan yang menopang kekuasaan Bashar.”
==============
[1] semua kutipan di tulisan ini yang merujuk ke pernyataan HTI, link-nya saya catat rapi di blog: https://dinasulaeman.wordpress.com/2017/04/04/hti-gagal-paham-suriah-1/
https://dinasulaeman.wordpress.com/2017/04/05/hti-gagal-paham-suriah-2/
https://dinasulaeman.wordpress.com/2018/03/24/hti-indonesia-libya-dan-suriah/
(dan di buku saya ‘Prahara Suriah’ & ‘Salju di Aleppo’)

Tapi menjelang HTI dibubarkan pemerintah, mereka [HTI] melakukan pembersihan situs; seluruh artikel yang memperlihatkan dukungan mereka pada teroris Suriah dihapus. Tapi bila Anda mau cari, ada jejaknya di cache google.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.