Silatnas Ke-6 Alumni Suriah Keluarkan 9 Rekomendasi Strategis
Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) yang menghimpun eks pelajar
dan mahasiswa Suriah asal Indonesia, telah menyelenggarakan silaturrahim
nasional (Silatnas) ke-6, Jumat-Ahad (9-11) di Hotel al-Munawwarah
Asrama Haji Kota Medan, Sumatera Utara.
Sekjen
Alsyami, M. Najih Arromadloni mengatakan, Silatnas Alsyami ini digelar
setiap dua tahun. Ini yang ke-6 setelah Silatnas yang digelar di Yogya
tahun 2016 yang lalu. Sedangkan Halaqah Ulama Suriah adalah rangkaian
acara yang secara rutin diselenggarakan bersamaan dengan Silatnas.
“Silatnas
Alsyami dan Halaqah Ulama Suriah adalah silaturrahim mereka yang akan
membahas moderasi Islam, dalam rangka turut berkontribusi dalam
menciptakan harmoni peradaban dan perdamaian dunia, khususnya di Timur
Tengah,” kata Najih.
Kegiatan ini diikuti 250 alumni Suriah dari seluruh Indonesia, membahas isu-isu strategis keagamaan (diniyah), kebangsaan (wathaniyah), dan kemanusiaan (insaniyah), mengeluarkan rekomendasi sebagai berikut:
1.
Mengajak tokoh-tokoh agama, utamanya yang pernah belajar di Timur
Tengah, untuk meningkatkan dan mengokohkan gerakan moderasi agama yang
rahmatan lil ‘alamin, dan secara bersama-sama memerangi pemikiran
ekstrem dan radikal, termasuk segala tindak kriminal berbungkus atau
mengatasnamakan agama, terutama ujaran kebencian dan hasutan melakukan
kekerasan, yang mengkhianati nilai-nilai luhur keagamaan dan
kemanusiaan.
2. Menyerukan kepada masyarakat
untuk selektif memilih guru atau mempersepsi ulama/ustadz dan bersikap
hati-hati dalam menerima informasi keagamaan yang bersumber dari media
sosial/internet. Karena pembelajaran agama yang sempurna adalah yang
didapat dari guru yang bersanad secara talaqi, dan informasi keagamaan
harus merujuk sumber-sumber yang otoritatif dengan memperhatikan konteks
kultural masyarakat setempat.
3. Menyarankan ormas-ormas Islam untuk memperkuat jejaring Islam wasathi (moderat) yang merupakan jalan al-sawad al-a’zam
(mayoritas) umat Islam dunia, memperhatikan perkembangan aliran
keagamaan dan mengembangkan sistem respon dini terhadap ideologi aliran
keagamaan yang membahayakan akidah, persatuan dan kesatuan bangsa.
4.
Meminta kepada pemerintah untuk bersikap tegas mengatasi persoalan
radikalisme dan tidak tunduk kepada tekanan kelompok radikal. Karena itu
diperlukan langkah yang komprehensif, termasuk dengan memperkuat payung
hukum penanganan radikalisme-terorisme, dengan tetap mengedepankan
pendekatan kemanusiaan.
5. Menghimbau praktisi
politik untuk berhenti menggunakan sentimen agama dalam pertarungan
politik praktis, karena dampaknya yang amat destruktif dan dapat
mengoyak kelangsungan hidup bangsa.
6. Meminta
kepada pemerintah untuk proaktif dalam menyikapi dinamika geopolitik
negara-negara mayoritas muslim, terutama krisis Yaman, selain Palestina,
Rohingya, dan Suriah. Selain itu juga, mendukung Arab Saudi untuk
kembali ke Islam moderat dan mengajaknya bekerjasama mewujudkan dialog
yang sehat dengan aktor negara regional untuk perdamaian dan harmoni
Timur Tengah.
7. Mengingatkan masyarakat untuk
tidak sembarangan menyalurkan donasi ke lembaga yang mengaku akan
menyalurkannya kepada masyarakat tertimpa krisis atau konflik. Teliti
kredibilitas, reputasi dan prosedur penyalurannya. Penyaluran donasi ke
lembaga yang salah hanya akan menguntungkan lembaga penerima dan
berpotensi menjadi sumber pendanaan konflik.
8.
Memfasilitasi penyaluran bantuan kemanusiaan ke Suriah melalui
kemitraan dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Damaskus dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Damaskus Suriah, di bawah
koordinasi saudara Ade Widodo (+6287873661717).
9. Menegaskan posisi Alsyami sebagai mitra strategis pemerintah dalam membangun dan merawat umat dan bangsa.
Post a Comment