SIKAP SIKAP MANUSIA PADA KONDISI AKHIR ZAMAN
Secara umum, manusia terbagi menjadi tiga kelompok di dalam menyikapi nubuwat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman :
Pertama : Kelompok yang menolak akan keyakinan datangnya hari akhir. Kelompok ini banyak diwakili oleh kebanyakan bangsa barat atau timur -semisal Jepang- yang secara umum berideologi paganisme atau sekulerisme. Kelompok ini didominasi oleh mereka yang tidak menganut agama samawi. Kecanggihan teknologi yang mereka miliki menjadikan mereka memiliki kesimpulan tersendiri tentang nasib dunia di masa mendatang. Termasuk kelompok ini adalah darwinisme dan mereka yang sepaham dengannya.
Kedua : Mereka yang kurang peduli dengan nash-nash tentang peristiwa akhir zaman dan tidak banyak mengkajinya karena dianggap kurang realistis dan bukan masanya. Mereka menganggap bahwa berbicara tentang petaka akhir zaman sebagai penghalang menuju kemajuan, karena merasa telah dibatasi oleh takdir tentang berakhirnya alam semesta. Apalagi jika peristiwa akhir zaman itu dikaitkan dengan kemenangan umat Islam di bawah kepemimpinan Al Mahdi yang akan menaklukkan seluruh dunia, mereka anggap itu hanyalah ilusi dan mimpi kosong. Kelompok ini terbagi menjadi dua :
Ketiga: Kelompok yang beriman dan yakin dengan semua yang dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang dekatnya kehancuran alam semesta (kiamat), yang itu semua di dahului dengan tanda-tanda kecil dan besar yang mendahuluinya. Kelompok ini terbagi menjadi tiga :
Mereka yang menerima nash-nash tersebut apa adanya, dimana sikap mereka terhadap nash-nash seputar nubuwat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam hanya sebatas meriwayatkan dan menerjemahkan tanpa perlu mengaktualisasikan dengan zaman dan kondisi dimana mereka hidup. Kelompok ini kurang bisa memahami maksud dan tujuan di balik turunnya hadits-hadits tersebut. Nash-nash yang sebenarnya memiliki makna peringatan dan larangan lebih diartikan sebagai khabar yang tidak mengandung pesan. Sebenarnya banyak sabda-sabda beliau tentang dekatnya kiamat yang memiliki makna peringatan agar setiap muslim menjauhi perkara itu semampunya, bukan menganggapnya sesuatu yang lazim dan biasa. Sebagaimana peringatan beliau tentang munculnya para polisi di akhir zaman yang selalu membawa cemeti, dimana mereka berangkat pagi-pagi dengan kemurkaan Allah dan pulang di sore hari dengan kemarahan dari-Nya. Mereka pahami nash tersebut sebatas khabar tanpa makna, padahal itu merupakan peringatan keras agar seseorang berhati-hati untuk tidak memilih profesi seperti ini.
Juga hadits tentang permusuhan orang islam terhadap Yahudi, dimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi. Nash ini merupakan khabar yang mengandung pesan tentang pastinya kaum muslimin memerangi Yahudi / Israel Zionis. Maka merupakan sebuah tindakan konyol jika seorang muslim membenarkan damai dengan kelompok mereka. Mereka yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, namun bersikap melampaui batas dalam menerjemahkan sekaligus mengaktualisasikannya. Kelompok ini menjadikan hadits-hadits dha’if bahkan maudhu sebagai hujjah untuk mendukung pemikiran mereka. Bahkan sebagian ada yang memaksakan nash-nash tersebut untuk mendukung kelompoknya dengan menjatuhkan lawan politiknya. Kelompok ini juga banyak menggunakan khabar-khabar israiliyat, bahkan komentar-komentar ahli kitab yang tidak tsiqah dengan agama al Masih.
Kelompok yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, bahwa semua itu benar adanya dari nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berusaha untuk mengambil posisi yang benar terhadap hadits-hadits tersebut secara proposional, tidak cuek dan tidak terlalu kaku sebagaimana kelompok pertama, namun tidak juga terlalu ekstrim dan berlebihan sebagaimana kelompok kedua. Kelompok ini berusaha menjadikan semua nash-nash nubuwah Rasulullah sebagai pijakan hidup, agar setiap langkah mereka tidak keliru. Mereka juga selalu mencari tahu tentang hakikat yang sebenarnya dari hadits-hadits fitnah dengan maksud agar mereka selamat dari fitnah tersebut tanpa melakukan pemastian-pemastian pada hal-hal yang belum qath’i.
Mereka tetap waspada terhadap fitnah Dajjal, maka pada setiap shalat yang mereka lakukan selalu diiringi dengan doa perlindungan fitnah Dajjal. Mereka juga melakukan persiapan-persiapan amal nyata, jika suatu ketika apa yang diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam benar-benar nyata di depan mata.
Hal itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Ibnu Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ‘Abdullah bin Abu Malikah, ia berkata: “Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibnu ‘Abbas.” Maka ia berkata: “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi.” Aku bertanya: “Apa sebabnya.” Beliau menjawab: “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit, maka saya cemas akan kedatangan asap (dukhan) yang sudah mengetuk pintu, sehingga saya tidak dapat tidur sampai pagi.”
Pada riwayat di atas Ibnu Abbas termasuk khawatir dengan kejadian komet yang akan disusul dengan dukhan azab, padahal peristiwa dukhan azab merupakan salah satu tanda kiamat besar yang akan muncul di akhir zaman.
Sikap lain juga ditunjukkan beberapa sahabat ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bercerita tentang Dajjal, maka ada di antara mereka yang berjaga-jaga, bahkan sampai ada yang memeriksa kebun-kebun mereka karena khawatir jika Dajjal telah masuk ke dalamnya.
Pertama : Kelompok yang menolak akan keyakinan datangnya hari akhir. Kelompok ini banyak diwakili oleh kebanyakan bangsa barat atau timur -semisal Jepang- yang secara umum berideologi paganisme atau sekulerisme. Kelompok ini didominasi oleh mereka yang tidak menganut agama samawi. Kecanggihan teknologi yang mereka miliki menjadikan mereka memiliki kesimpulan tersendiri tentang nasib dunia di masa mendatang. Termasuk kelompok ini adalah darwinisme dan mereka yang sepaham dengannya.
Kedua : Mereka yang kurang peduli dengan nash-nash tentang peristiwa akhir zaman dan tidak banyak mengkajinya karena dianggap kurang realistis dan bukan masanya. Mereka menganggap bahwa berbicara tentang petaka akhir zaman sebagai penghalang menuju kemajuan, karena merasa telah dibatasi oleh takdir tentang berakhirnya alam semesta. Apalagi jika peristiwa akhir zaman itu dikaitkan dengan kemenangan umat Islam di bawah kepemimpinan Al Mahdi yang akan menaklukkan seluruh dunia, mereka anggap itu hanyalah ilusi dan mimpi kosong. Kelompok ini terbagi menjadi dua :
Mereka yang secara lahir adalah kelompok ilmuan / ulama yang banyak bergelut dengan dunia ilmu dan penelitian. Mereka menakwilkan hadits-hadits tentang akhir zaman dan hanya mau menerima yang bisa diterima oleh akal dan sesuai dengan logika. Sebagian ada yang membuat persyaratan-persyaratan batil untuk sahnya hadits-hadits tersebut (semisal harus mutawatir dan bukan ahad). Kelompok ini didominasi kelompok rasionalis juga sekuler, namun tidak menutup kemungkinan di antara mereka ada yang merupakan orang-orang bayaran musuh-musuh islam yang bertujuan untuk menebarkan keragu-raguan tentang janji kemenangan islam di akhir zaman. Kelompok ini juga membicarakan tentang peristiwa akhir zaman, namun cara yang mereka tempuh adalah bertolak belakang dengan apa yang menjadi kebiasaan para salaf dalam memahaminya.
Mereka yang secara umum termasuk umat islam yang tidak memiliki kepedulian terhadap ilmu syar’i, tidak pernah mempelajari perkara-perkara iman kecuali sebatas jumlah dan nama rukun iman. Kelompok ini tidak pernah mendengar istilah-istilah seputar fitnah akhir zaman, tidak mengenal Dajjal, nabi Isa as, Imam Mahdi, Ya’juj wa Ma’juj, dan tema-tema semisal. Kelompok ini tidak pernah tahu tentang detilnya perihal hari kiamat kecuali sebatas katanya dan katanya, sehingga sikap mereka terhadap hari kiamat sebagaimana sikap mereka terhadap berita-berita lainnya. Kelompok ini –meski mereka juga percaya dengan adanya kiamat- namun keyakinannya tidak memberikan manfaat sama sekali untuk sikap hidupnya. Mereka tidak pernah bisa mengambil pelajaran dari semua peristiwa yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka juga tidak menyadari adanya bahaya besar yang mengancam agama dan dunia mereka, dan tidak menutup kemungkinan bahwa mereka telah terperosok dalam bahaya yang pernah diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang dahsyatnya fitnah akhir zaman :
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي فَاكْسِرُوا قِسِيَّكُمْ وَقَطِّعُوا أَوْتَارَكُمْ وَاضْرِبُوا بِسُيُوفِكُمْ الْحِجَارَةَ فَإِنْ دُخِلَ عَلَى أَحَدِكُمْ بَيْتَهُ فَلْيَكُنْ كَخَيْرِ ابْنَيْ آدَمَ
“Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tetapi pada pagi harinya telah menjadi kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu, dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk memukul atau membunuh manusia). Jika salah seorang di antara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil).” .
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menceritakan bahwa salah satu tanda dekatnya kiamat adalah banyaknya fitnah besar yang menyebabkan tercampurnya antara hak dan batil. Di saat itu iman manusia mudah tergoncang. Bahkan saking beratnya fitnah yang dihadapi manusia, ada di antara mereka yang di waktu pagi dalam keadaan beriman di sore hari telah menjadi kufur. Di sore hari mereka beriman ketika masuk waktu pagi mereka telah kufur. Dalam riwayat muslim disebutkan,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
”Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah, dimana fitnah itu seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi pagi seorang masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi kafir; dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir.”
Ketiga: Kelompok yang beriman dan yakin dengan semua yang dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang dekatnya kehancuran alam semesta (kiamat), yang itu semua di dahului dengan tanda-tanda kecil dan besar yang mendahuluinya. Kelompok ini terbagi menjadi tiga :
Mereka yang menerima nash-nash tersebut apa adanya, dimana sikap mereka terhadap nash-nash seputar nubuwat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam hanya sebatas meriwayatkan dan menerjemahkan tanpa perlu mengaktualisasikan dengan zaman dan kondisi dimana mereka hidup. Kelompok ini kurang bisa memahami maksud dan tujuan di balik turunnya hadits-hadits tersebut. Nash-nash yang sebenarnya memiliki makna peringatan dan larangan lebih diartikan sebagai khabar yang tidak mengandung pesan. Sebenarnya banyak sabda-sabda beliau tentang dekatnya kiamat yang memiliki makna peringatan agar setiap muslim menjauhi perkara itu semampunya, bukan menganggapnya sesuatu yang lazim dan biasa. Sebagaimana peringatan beliau tentang munculnya para polisi di akhir zaman yang selalu membawa cemeti, dimana mereka berangkat pagi-pagi dengan kemurkaan Allah dan pulang di sore hari dengan kemarahan dari-Nya. Mereka pahami nash tersebut sebatas khabar tanpa makna, padahal itu merupakan peringatan keras agar seseorang berhati-hati untuk tidak memilih profesi seperti ini.
Juga hadits tentang permusuhan orang islam terhadap Yahudi, dimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi. Nash ini merupakan khabar yang mengandung pesan tentang pastinya kaum muslimin memerangi Yahudi / Israel Zionis. Maka merupakan sebuah tindakan konyol jika seorang muslim membenarkan damai dengan kelompok mereka. Mereka yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, namun bersikap melampaui batas dalam menerjemahkan sekaligus mengaktualisasikannya. Kelompok ini menjadikan hadits-hadits dha’if bahkan maudhu sebagai hujjah untuk mendukung pemikiran mereka. Bahkan sebagian ada yang memaksakan nash-nash tersebut untuk mendukung kelompoknya dengan menjatuhkan lawan politiknya. Kelompok ini juga banyak menggunakan khabar-khabar israiliyat, bahkan komentar-komentar ahli kitab yang tidak tsiqah dengan agama al Masih.
Kelompok yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, bahwa semua itu benar adanya dari nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berusaha untuk mengambil posisi yang benar terhadap hadits-hadits tersebut secara proposional, tidak cuek dan tidak terlalu kaku sebagaimana kelompok pertama, namun tidak juga terlalu ekstrim dan berlebihan sebagaimana kelompok kedua. Kelompok ini berusaha menjadikan semua nash-nash nubuwah Rasulullah sebagai pijakan hidup, agar setiap langkah mereka tidak keliru. Mereka juga selalu mencari tahu tentang hakikat yang sebenarnya dari hadits-hadits fitnah dengan maksud agar mereka selamat dari fitnah tersebut tanpa melakukan pemastian-pemastian pada hal-hal yang belum qath’i.
Mereka tetap waspada terhadap fitnah Dajjal, maka pada setiap shalat yang mereka lakukan selalu diiringi dengan doa perlindungan fitnah Dajjal. Mereka juga melakukan persiapan-persiapan amal nyata, jika suatu ketika apa yang diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam benar-benar nyata di depan mata.
Hal itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Ibnu Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ‘Abdullah bin Abu Malikah, ia berkata: “Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibnu ‘Abbas.” Maka ia berkata: “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi.” Aku bertanya: “Apa sebabnya.” Beliau menjawab: “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit, maka saya cemas akan kedatangan asap (dukhan) yang sudah mengetuk pintu, sehingga saya tidak dapat tidur sampai pagi.”
Pada riwayat di atas Ibnu Abbas termasuk khawatir dengan kejadian komet yang akan disusul dengan dukhan azab, padahal peristiwa dukhan azab merupakan salah satu tanda kiamat besar yang akan muncul di akhir zaman.
Sikap lain juga ditunjukkan beberapa sahabat ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bercerita tentang Dajjal, maka ada di antara mereka yang berjaga-jaga, bahkan sampai ada yang memeriksa kebun-kebun mereka karena khawatir jika Dajjal telah masuk ke dalamnya.
Blognya bagus syang sepi pengunjung...
BalasHapusSemoga ad yg comment lanjutan di bawah...keep posting mas abang kakak bro....
Ulas ttg Ya'juz Ma'juz dong.
Ulas juga ttg bentuk Bumi dr perspektif Islam.
Ulas ttg makhluk sebelum Adam As.
Trima tenkiu
Dulu ada milisi oposisi naga, kmaren ada mediaaswaja ... Tpi sayang d report.. Alhamdulillah masih ada pembahasan seperti ini di blog ini
BalasHapus