Isu PKI Itu Mainan Para Alumnus Amerika, Lalu Radikalis Mainan Siapa?
Amerika mulai khawatir terhadap langkah politik
internasional Presiden sekarang dengan membangun poros
“Jakarta-Beijing-Taheran-Moskow” meliputi perdagangan, teknologi sipil,
teknologi militer, kesehatan, nuklir dan investasi.
Hendropriyono, purnawirawan Jenderal mantan kepala BIN menyatakan bahwa
dia kenal betul siapa Agus Wijoyo dan kenal betul siapa bapaknya.
Sekarang isu bangkitnya PKI menjadi mainan yang menyatukan para alumnus
Amerika baik sipil maupun militer bergandeng tangan dengan mesin
penghancur Amerika di Timur Tengah yaitu kelompok radikal serta teroris
berbaju agama.
Semuanya adalah dalam memperkuat ketahanan nasional, serta meninggikan
martabat bangsa dengan tidak lagi tunduk kepada kemauan Amerika. Maka
malulah kita, kalau masih saja mau menjual diri kepada kepentingan
Amerika.
Hal yang paling merisaukan Amerika adalah hancurnya hegemoni mereka
serta hilangnya kontrol atas geliat ekonomi di Indonesia yang pada
akhirnya akan merubah kiblat negara-negara kawasan di Asia Tenggara
mengikuti jejak langkah Indonesia yang progresif.
Ketakutan Amerika juga tidak terlepas dari kebijakan Presiden terhadap
perpanjangan kontrak PT. Freeport Indonesia di bumi Papua, betapa besar
kehilangan keuntungan bagi mereka apabila PT. Freeport Indonesia akan
dimainkan Jokowi sebagai ‘capital politic’ pada pilpres tahun 2019 nanti, maka akan tamatlah Amerika di Indonesia.
Ada beberapa langkah yang telah dan mulai dimainkan oleh Amerika di
Indonesia dalam rangka tetap dapat mengusai Indonesia seperti selama ini
berhasil mereka lakukan;
1. Lewat bantuan Arab Saudi dengan memberikan suntikan dana besar kepada para radikalis dan teroris di Indonesia.
2. Lewat Mesir dan Turkey dengan menggerakan Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslim di Indonesia (HTI dan PKS).
3. Lewat Alumnus West Point, Minneapolis, dan kursus perwira Indonesia di negeri Paman Sam dengan memainkan isu bangkitnya PKI.
Ada pertanyaan, apakah CIA bermain di sini, maka jawabnya tentu saja.
Sebab sudah bukan rahasia lagi bahwa selama ini, mereka (CIA) telah
merekrut alumnus sekolah perwira militer maupun para akademisi terbaik
dari sipil yang pernah mengenyam pendidikan Amerika, dan terlihat dari
unsur Radikalis merapat ke blok Amrikiyya ini.
Maka janganlah heran kalau yang menyebar isu anti Cina dan tuduhan bahwa
Ahok bisa menjadi pemicunya mungkin mengarah ke tragedi tahun 1998, dan
yang mengatakan bahwa hantu PKI itu memang nyata, serta yang membakar
masa dalam pidato tentang bangkitnya ideologi komunis lewat PKI di
Indonesia, semuanya adalah purnawirawan Jenderal lulusan Amerika. Apakah
bukan kebetulan semata?
Sederhana saja jawabnya, bahwa pola yang dimainkan Amerika sangat mirip
dengan yang terjadi pada situasi sebelum meledaknya G 30 S/PKI seperti
contoh di bawah ini:
– Settingnya dulu adalah Tritura, juga terselip sentimen anti Cina.
Golnya adalah jatuhnya Bung Karno. Dan saat ini setingnya adalah
“Turunkan Jokowi dan hancurkan PKI”, targetnya jatuhkan Jokowi.
– Dulu Amerika memainkan kebodohan dan ambisi PKI dengan memusuhi para
ulama dan agamawan, kemudian melakukan kudeta terhadap para Pahlawan
Revolusi, maka saat ini digandengnya kaum radikalis yang anti Pancasila
karena dianggap ajaran Thoghut untuk propaganda bangkitnya PKI. Padahal
apa urusan mereka soal PKI, mereka itu jelas-jelas anti Pancasila dan
ingin mendirikan Khilafah Islamiyah di Indonesia.
– Pola penghancuran Indonesia telah dilakukan lewat aksi teror dan
rencana membagi Indonesia menjadi 18 sampai 20 negara baru sehingga
mudah dikuasai sesuai kepentingan mereka. Langkah itu tidak membuahkan
hasil, maka mereka (Amerika) lewat antek-antek mereka di Indonesia
memainkan isu yang paling sensitive yaitu “Bangkitnya PKI”.
– Membangun fitnah terhadap pribadi Agus Wijoyo, purnawirawan Jenderal
bintang 3 anak dari salah seorang Pahlawan Revolusi yang adalah tokoh
penggagas serta pelopor rekonsiliasi antara anak mantan PKI dengan anak
Pahlawan Revolusi. Sehingga ditimbulkanlah pertanyaan nyeleneh dari juga
purnawirawan Jenderal lulusan Amerika bahwa perlu dipertanyakan apakah
betul Agus Wijoyo itu anak dari Pahlawan Revolusi? Hal yang kemudian
dibantah dan diluruskan oleh AM.
Akankah kita Bangsa Indonesia dapat dihancurkan oleh mereka dengan
cara-cara keji di atas? Tentu kondisi nya berbeda, karena langkah yang
ditempuh Jokowi adalah sebagai berikut:
1. Membangun kekuatan TNI, baik lewat perbaikan Alusista, baik produksi
dalam negeri maupun lewat pembelian dengan melirik Rusia sebagai mitra
utama.
2. Membersihkan BIN dari agen ganda pengabdi kepada kepentingan Amerika dengan agen Merah Putih.
3. Menempatkan jabatan Panglima TNI, Kepala Staf Angkatan, serta juga Kapolri yang bukan lagi lulusan Amerika.
4. Membangun infrastruktur besar di Indonesia.
Post a Comment