CONDOR OPERATION PERANG KOTOR AMERIKA SERIKAT


Operasi Burung Kondor (bahasa Spanyol: Operación Cóndor) adalah kampanye pembunuhan politik dan pengumpulan intelijen yang dinamai kontra-terorisme, yang dilakukan bersama oleh badan intelijen dan keamanan Argentina, Bolivia, Brasil, Chili, Paraguay, dan Uruguay pada pertengahan 1970-an. Negara-negara lain yang ikut bekerja sama, dalam tingkat yang lebih besar atau kecil di antaranya Kolombia, Peru dan Venezuela yang memberikan informasi intelijen, menanggapi permintaan dari badan-badan keamanan negara-negara Southern Cone. Amerika Serikat memberikan bantuan dengan "instalasi komunikasi di Zona Terusan Panama yang diakui melalui sebuah kawat yang dikeluarkan pada 2000 di bawah proyek deklasifikasi Chili. Kenneth Maxwell yang membahas buku Peter Kornbluh Berkas Pinochet: A Declassified Dossier on Atrocity and Accountability, dalam jurnal Foreign Affairs November/Desember 2003, menunjukkan pengaruh Henry Kissinger dalam Operasi Burung Kondor. Hampir sepuluh negara di benua Amerika ikut serta dalam kampanye brutal ini.

Menurut "arsip-arsip teror", yang ditemukan pada Desember 1992 di Paraguay, sekurang-kurangnya 50.000 orang dibunuh, 30.000 "menghilang" (dikenal pula sebagai "desaparecidos") dan 400.000 dipenjarakan. "Arsip-arsip teror" ini juga memberikan bukti tentang kerja sama intelijen Kolombia, Peru dan Venezuela ketika bantuan itu diminta oleh para peserta utama dalam Operasi Burung Kondor.
MARCELO Gelman dan istrinya Maria Claudia Garcia Irureta, masing-masing baru berusia 20 dan 19 tahun kala diciduk aparat militer Argentina di Buenos Aires, pada 24 Agustus 1976.

Gelman, putra sastrawan Argentina Juan Gelman merupakan aktivis berhaluan kiri. Begitu pula istrinya yang berkewarganegaraan Uruguay. Mereka dianggap membangkang pemerintahan militer yang saat itu baru saja mengambilalih kekuasaan dari Isabel Martinez de Peron.

Sejak itu, pasangan suami istri tersebut menghilang. Gelman belakangan diketahui terbunuh. Tubuhnya baru dapat diidentifikasi pada 1989. Sedangkan istrinya hingga kini tak jelas keberadaannya.

Garcia yang kala itu sedang hamil tujuh bulan diketahui sempat diekstradisi ke Uruguay dan melahirkan di penjara. Macarena Gelman, demikian nama bayi itu, kelak baru mengetahui identitas keluarganya setelah melakukan tes DNA yang dicocokan dengan darah neneknya pada 2000 silam.

Gelman dan istrinya hanyalah segelintir dari puluhan ribu orang yang menjadi korban Operasi Burung Kondor (Operation Condor). Operasi yang dicomot dari nama burung di Cile itu adalah gerakan kontrateror berupa pembunuhan politik yang dilakukan bersama oleh badan intelijen dan keamanan enam negara, yakni Argentina, Bolivia, Brasil, Cile, Paraguay, dan Uruguay pada pertengahan 1970 hingga 1980-an.

Sasarannya adalah mereka yang dianggap menentang pemerintah diktator di masing-masing negara atau yang dianggap berseberangan. Para korban ini bisa siapa saja, dari warga biasa hingga orang-orang penting. Bahkan, mantan Presiden Bolivia Juan Jose Torres yang mengasingkan diri di Argentina, ikut menjadi korban. Dia tewas dibunuh di Buenos Aires pada 1976.

Operasi Burung Kondor yang dilakukan lintas negara ini mendapat sokongan Amerika Serikat yang kala itu berkepentingan menanamkan pengaruh mereka di Amerika Latin pada era Perang Dingin. Gerakan itu dilakukan untuk menangkal pengaruh komunis yang mulai menjalar di kawasan tersebut.
Sejumlah dokumen yang mulai terkuak memperlihatkan bagaimana para diktator di Amerika Latin itu bekerjasama membunuh atau menyingkirkan lawan-lawan politik mereka. Mereka juga saling bertukar informasi intelijen. Para aparat rezim diktator ini mendapat pelatihan di bawah bimbingan AS di sebuah tempat di Panama.

Setelah beberapa dekade, pembunuhan keji dan penculikan itu mulai disidangkan pada 2013. "Pengadilan itu untuk pertama kali membuktikan bahwa operasi tersebut berlangsung secara terstruktur dan terorganisir,'' ujar Gaston Chillier, ketua salah satu kelompok pembela hak asasi manusia di Argentina, CELS.

Jumat (27/5) atau Sabtu WIB, pengadilan yang digelar di Argentina itu bakal memasuki tahap akhir alias penetapan vonis terhadap para pelaku kejahatan tersebut. Dari 18 terdakwa, salah satunya adalah Jenderal Reynaldo Bignone. Pria yang kini berusia 88 tahun itu diancam hukuman 20 tahun penjara.

Selain dia, mantan diktator Argentina, Jorge Rafael Videla yang berkuasa pada 1976-1981, sebetulnya juga termasuk salah seorang yang didakwa terlibat dalam operasi itu, namun dia keburu meninggal pada 2013 silam di usia 87 tahun. Dia dituding bertanggung jawab atas pembunuhan dan penghilangan paksa warganya.

"Perkara ini membuat kita semakin paham apa itu Operasi Condor. Sejauh ini, hanya sejarawan dan wartawan yang tertarik menginvestigasi kasus tersebut,'' kata Luz Palmas, pengacara para korban seperti dikutip AFP, Kamis (26/5). Dia berharap ada hukuman setimpal untuk para penjahat kemanusiaan tersebut. (

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.