MANUSCRIPT QURAN DI RUSSIA
Empat buah kitab suci Al Quran kuno tersimpan di
Istanbul, Tashkent, Kairo, dan London. Masing-masing menyimpan bercak
darah Utsman bin Affan, khalifah ketiga umat Islam setelah Nabi
Muhammad. Namun, hanya sedikit yang tahu bahwa di Rusia, tepatnya di
tepi Sungai Neva, Sankt Peterburg, disimpan peninggalan umat Islam yang
tidak kalah pentingnya dengan yang ada di keempat kota tersebut.
Alquran
dibukukan melalui beberapa periode. Namun, berkat Utsmanlah Quran yang
menjadi tuntunan hidup umat Islam memiliki standar cara baca yang sama
di seluruh belahan dunia. Setelah Utsman membuat standar ini, berbagai
salinan Quran kemudian dikirim ke kota-kota besar yang ditaklukkan oleh
tentara Islam.
Salah satu salinan Quran disimpan oleh
sang khalifah. Hingga pada tahun 656, ada komplotan penjahat yang masuk
ke rumahnya. Mereka menangkap sang khalifah saat membaca Quran. Darah
sang khalifah pun membasahi halaman Quran yang saat itu sedang ia baca.
Efim
Rezvan, seorang ahli Islam dan ketimuran, telah lama mempelajari naskah
di Sankt Peterburg. Kepada RBTH, ia menceritakan sejarah penemuan
daftar Quran kuno dari era Utsman di Sankt Peterburg.
Pada
musim gugur tahun 1936, di Institut Studi Oriental di Leningrad, ada
seorang perempuan tua yang menjual lembaran Quran. Seorang akademisi
Ignatiyi Yulianovich Krachkovsky bertanya tentang asal lembaran, tetapi
perempuan tersebut terlihat enggan menjelaskannya. Pada bagian salah
satu buku yang ia bawa, Krachkovsky melihat inisial huruf “I.N.” dan
menyadari bahwa itu adalah Quran milik Irenaeus (Selim) Nofal
(1828-1902), diplomat Rusia keturunan Lebanon.
Akademisi
itu segera sadar bahwa lembaran itu adalah salah satu salinan tertua
dari Quran. Ia pun memberikan catatan kecil pada salinan Quran tersebut,
tapi tidak diperiksa secara rinci apakah salinan tersebut muncul pada
zaman itu ataukah ada pada abad setelahnya.
Pada tahun
1998, Rezvan menerbitkan sebuah artikel yang membahas tentang naskah
tersebut. Kemudian dari situlah dimulai peristiwa yang paling menarik.
Seorang rekan Rezvan asal Prancis membaca artikel tersebut dan
mengatakan kepadanya bahwa pada makam di sebuah desa di pegunungan
Katta-Langar di Uzbekistan disimpan 12 lembar lainnya yang mirip dengan
daftar yang ditemukan di Sankt Peterburg. Ternyata, naskah yang berada
di Sankt Peterburg tidak berasal dari Arab Saudi, melainkan dari Asia
Tengah.
Salinan
Quran Utsman di Masjid Agung di Leningrad, Uni Soviet, tahun 1981.
Quran yang asli disimpan di sebuah ruang khusus di Madrasah Barak Khan
di Tashkent, Uzbekistan. Sumber: RIA Novosti
Pada
bulan Desember 1999, dengan bantuan rekan-rekan dari Prancis dan
Uzbekistan, Rezvan melakukan perjalanan ke Katta-Langar yang terletak
seratus kilometer di sebelah selatan Samarkand, Uzbekistan. Sekitar lima
menit berkendara dari Katta-Langar terdapat pedesaan Arab yang
penduduknya orang-orang Arab asli dan masih mempertahankan bahasa asli
mereka. Masjid dan makam Sufi Syekh Ishkiyya Bersaudara yang berada di
Katta-Langar merupakan mahakarya arsitektur Islam. Awalnya, Rezvan tidak
mengetahui hal tersebut saat mereka melakukan perjalanan dari Tashkent
di pagi hari di bulan Desember.
“Lalu tibalah kami
pada rumah pertama. Di pintu ada seorang perempuan dengan bola mata
bewarna hitam sedang bersama anak-anaknya. Lalu, ada seorang pria tua
yang menunggangi seekor keledai, ia mengenakan sepatu runcing. Kami
menghentikan mobil dan berjalan ke atas bukit menuju masjid kuno. Kami
bertemu seorang imam dan orang-orang tua,” kata Rezvan.
Pintu
tua terbuka. Pada pintu bertuliskan jemaah. Mereka menunjukkan sebuah
pet
i tempat peninggalan kuno itu disimpan. Akhirnya, mereka mengeluarkan
lembaran perkamen yang beharga. Tidak diragukan lagi, itu adalah
tulisan tangan yang sama dan berusia lebih dari seribu tahun. Rezvan pun
segera memfoto lembaran tersebut.
Kemudian, diketahui
bahwa ternyata pada akhir abad XIX, setengah dari salinan naskah Al
Quran muncul di pasar buku Bukhara. Pada saat itu, sebagai bagian dari
naskah yang dimiliki oleh Irinaeus Nofal, tiga lembarannya dibeli oleh
bangsawan setempat. Sekarang lembara-lembaran itu disimpan di
perpustakaan akademik di Tashkent dan Bukhara. Pada tahun 1983, gerakan
antiagama muncul di republik tersebut, dan lembar-lembaran yang
tersimpan di Katta-Langar disita. Hanya pada tahun 1993 sebagian
lembaran yang tersita dikembalikan, yaitu sebanyak 12 lembar. Pada tahun
2003, pihak bea cukai Uzbekistan menyita dua lembar dari naskah
tersebut ketika akan dikirim ke luar negeri. Ini berarti bahwa lembaran
naskah yang menghilang sebenarnya disimpan oleh seseorang.
Dibutuhkan
sejumlah ekspedisi ke Asia Tengah, berjam-jam dihabiskan di
perpustakaan dan repositori di berbagai negara, untuk melacak jalur
naskah yang berusia berabad-abad ini di Katta-Langar. Saat ini, dengan
beberapa tingkat kepastian, dapat dikatakan bahwa naskah suci ini dibawa
ke wilayah Uzbekistan modern oleh bangsa Arab yang selama penaklukan
Arab pertama diduga memulai perjalanannya dari Oman. Pada pergantian
abad VIII menuju IX anggota suku ini memiliki naskah Quran tersebut.
Mereka membawanya melalui wilayah Irak, Iran, dan Afghanistan.
Sejarah
20 abad naskah yang tersimpan di Sankt Peterburg adalah perjalanan yang
benar-benar menakjubkan. Hal ini terkait erat dengan nasib dinasti dan
negara, nasib kota, serta orang-orang yang masuk dalam peradaban Islam
yang dimulai di Saudi pada abad VII. Saat ini, naskah Quran tersebut
adalah sumber terpenting sejarah penulisan ayat-ayat suci tersebut.
Analisis terhadap naskah tersebut membantah sejumlah hipotesis populer
dari dunia Barat bahwa teks lengkap Al Quran tidak muncul sebelum abad
IX.
Post a Comment