MANUSKRIP TAHLIL BERUSIA LEBIH 200 TAHUN
Copas sangking Kyai Muhammad Rofi'i Ismail Mojokerto Jawa Timur
MANUSKRIP TAHLIL BERUSIA LEBIH 200 TAHUN
"Karena kami telah menemukan manuskrip tahlil dari kitab peninggalan mbah Kiai Haji Moch Ilyas (Penarip Mojokerto) yang berasal dari Kesesi Pekalongan dalam kitab tulisan tangan dari kertas kulit yang usianya lebih dari 200 tahun," kata Kiai Muhammad Rofi'i Ismail, Mojokerto, Jawa Timur pada akun facebooknya.
Kelaziman di Indonesia, sebagaian besar umat Islam mengamalkan tradisi tahlilan. Khususnya, terkait dengan meninggalnya seseorang sebagai doa dari keluarga. Hal itu, terjadi khususnya di Pulau Jawa yang tak lepas dari kebiasaan tahlilan, yang kemudian menjadi tradisi kaum Muslimin di negeri ini. (adi) Baca Juga : NU ajak Masyarakat Teladani Pemikiran Gus Dur Gus Dur pun Berpengaruh di Luar Jawa, Ini Buktinya
Biasanya kyai NU kalau ditanya tahlilan dimulai dari kapan?Mereka akan menjawab"mulai wali songo" begitu juga ketika ditanya susuna kalimat tahlil itu dari siapa? Mereka menjawab "wali songo" jawaban tsb ada benarnya.Karena kami telah menemukan manuskrip tahlil dari kitab peninggalan mbah kyai h.Moch Ilyas(penarip Mojokerto) yang berasal dari kesesi pekalongan dalam kitab tulisan tangan dari kertas kulit yang usianya lebih dari 200 tahun.Tertulis "Ratib kang dilampahake kyai pondok tegal sari (Ponorogo)"yang berdiri pada 1722 M. Kalimat-kalimatnya persis dengan yang ada sekarang termasuk sholawatnya yang tidak pernah kami temukan dari kitab-kitab Mu'tabaroh.
Hanya saja ayat ayat al-qur'annya lebih banyak 2x lipat.munhkin yang ada sekarang ini adalah ringkasan dan pada akhirnya ada do'a untuk arwah.
Semoga ini bermanfaat fiddini waddunya wal akhiroh.
MANUSKRIP TAHLIL BERUSIA LEBIH 200 TAHUN
"Karena kami telah menemukan manuskrip tahlil dari kitab peninggalan mbah Kiai Haji Moch Ilyas (Penarip Mojokerto) yang berasal dari Kesesi Pekalongan dalam kitab tulisan tangan dari kertas kulit yang usianya lebih dari 200 tahun," kata Kiai Muhammad Rofi'i Ismail, Mojokerto, Jawa Timur pada akun facebooknya.
Kelaziman di Indonesia, sebagaian besar umat Islam mengamalkan tradisi tahlilan. Khususnya, terkait dengan meninggalnya seseorang sebagai doa dari keluarga. Hal itu, terjadi khususnya di Pulau Jawa yang tak lepas dari kebiasaan tahlilan, yang kemudian menjadi tradisi kaum Muslimin di negeri ini. (adi) Baca Juga : NU ajak Masyarakat Teladani Pemikiran Gus Dur Gus Dur pun Berpengaruh di Luar Jawa, Ini Buktinya
Biasanya kyai NU kalau ditanya tahlilan dimulai dari kapan?Mereka akan menjawab"mulai wali songo" begitu juga ketika ditanya susuna kalimat tahlil itu dari siapa? Mereka menjawab "wali songo" jawaban tsb ada benarnya.Karena kami telah menemukan manuskrip tahlil dari kitab peninggalan mbah kyai h.Moch Ilyas(penarip Mojokerto) yang berasal dari kesesi pekalongan dalam kitab tulisan tangan dari kertas kulit yang usianya lebih dari 200 tahun.Tertulis "Ratib kang dilampahake kyai pondok tegal sari (Ponorogo)"yang berdiri pada 1722 M. Kalimat-kalimatnya persis dengan yang ada sekarang termasuk sholawatnya yang tidak pernah kami temukan dari kitab-kitab Mu'tabaroh.
Hanya saja ayat ayat al-qur'annya lebih banyak 2x lipat.munhkin yang ada sekarang ini adalah ringkasan dan pada akhirnya ada do'a untuk arwah.
Semoga ini bermanfaat fiddini waddunya wal akhiroh.
Tetep Istiqomah Nderek "NU"
TAHLILAN, MANAQIBAN, SHOLAWATAN, ROTIBAN, ISTIGHOTSAHAN...
TAHLILAN, MANAQIBAN, SHOLAWATAN, ROTIBAN, ISTIGHOTSAHAN...
Post a Comment